Lompat ke isi

Masjid Taqwa Muhammadiyah: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 0°57′07″S 100°21′36″E / 0.951829°S 100.360005°E / -0.951829; 100.360005
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(33 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{coord|-0.951829|100.360005|display=title}}
{{Infobox religious building
{{Infobox religious building
|image = Masjid Taqwa Muhammadiyah.JPG
|image = Masjid Muhammadiyah Padang 2019 (2).jpg
|image_size = 268px
|image_size = 268px
|caption = Masjid Taqwa Muhammadiyah pada 2008
|caption = Masjid Taqwa Muhammadiyah
|building_name = Masjid Taqwa Muhammadiyah
|building_name = Masjid Taqwa Muhammadiyah
|location = [[Kota Padang]], [[Sumatra Barat]], [[Indonesia]]
|location = [[Kota Padang]], [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]
|religious_affiliation =
|religious_affiliation =
|leadership =
|leadership =
Baris 10: Baris 11:
|leadership = Abdurrahman Chan
|leadership = Abdurrahman Chan
|architect = [[Ismet Darwis]]
|architect = [[Ismet Darwis]]
|coordinates = {{coord|-0.951829|100.360005}}
|coordinates =
|architecture_type = Masjid
|architecture_type = Masjid
|architecture_style =
|architecture_style =
Baris 28: Baris 29:
}}
}}


'''Masjid Taqwa Muhammadiyah''' adalah salah satu [[masjid]] terbesar di [[Indonesia]] yang terletak di pusat [[Kota Padang]], [[Sumatra Barat]]. Berada di kawasan [[Pasar Raya Padang]], masjid yang pertama dibangun pada 1961 berupa bangunan berlantai dua ditandai dengan kubah. Namun pada 6 Januari 1975, masjid pertama mengalami kerusakan berat setelah kubah runtuh. Pada 1977, masjid baru dibangun ulang dan akhirnya selesai pada 1987. Masjid Taqwa Muhammadiyah mengawali arsitektur masjid modern di Sumatra Barat yang tak identik dengan kubah.
'''Masjid Taqwa Muhammadiyah''' adalah salah satu [[masjid]] di [[Indonesia]] yang terletak di pusat [[Kota Padang]], [[Sumatera Barat]]. Berada di kawasan [[Pasar Raya Padang]], masjid yang pertama dibangun pada 1961 berupa bangunan berlantai dua ditandai dengan kubah. Namun, pada 6 Januari 1975, masjid pertama mengalami kerusakan berat setelah kubah runtuh. Pada 1977, masjid baru dibangun ulang dan akhirnya selesai pada 1987.


Masjid Taqwa Muhammadiyah menampilkan arsitektur masjid modern yang tak identik dengan kubah. Fasad bangunannya merupakan abstraksi gonjong yang juga terdapat pada gedung di kampus [[Universitas Andalas]], Limau Manis, Padang.
Masjid ini berada tidak jauh dari [[Masjid Raya Ganting]] dan [[Masjid Nurul Iman]] yang keberadaanya turut berperan dalam perjalanan [[sejarah Kota Padang]].{{sfn|Republika|2012}} Selain dipusatkan sebagai tempat kegiatan keagamaan regional, Masjid Taqwa Muhammadiyah membuka fasilitas komersial dan pendidikan.

Masjid ini berada tidak jauh dari [[Masjid Raya Ganting]] dan [[Masjid Nurul Iman]] yang keberadaanya turut berperan dalam perjalanan [[sejarah Kota Padang]].{{sfn|Republika|2012}} Selain menjadi tempat kegiatan keagamaan regional, Masjid Taqwa Muhammadiyah membuka fasilitas komersial dan pendidikan.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
=== Cikal bakal ===
=== Cikal bakal ===
Masjid Taqwa Muhammadiyah dibangun atas prakarsa sejumlah kader [[Muhammadiyah]] di Padang, sehingga sering disebut sebagai Masjid Muhammadiyah. Cikal bakalnya berawal dari aktivitas pengajian kelompok (ranting) Muhammadiyah di [[Kampung Jao, Padang Barat, Padang|Pasar Jao]] dan sekitarnya pada 1952. Dipimpin oleh Hasan Herbalis, para anggotanya mengadakan pengajian dua kali seminggu di Masjid Nurul Islam yang kini dikenal sebagai Masjid Kampung Jao Dalam. Namun, baru mengadakan pengajian selama empat tahun, tepatnya pada 1956, pengajian tersebut ditentang oleh masyarakat sekitar karena dinilai telah mencampuri urusan budaya dan adat istiadat mereka. Di antara isi pengajian yang ditentang yakni seruan tidak mengadakan acara ''manujuah hari'' dengan makan-makan di tempat orang yang meninggal, yang sudah menjadi tradisi. Untuk tidak menimbulkan pertikaian, maka kegiatan pengajian dialihkan ke los (kedai) ''bada'' milik seorang bernama Bilal. Los tersebut berada di belakang Blok A, Pasar Raya Padang.{{sfn|Padang Ekspres|2011}}
Masjid Taqwa dibangun atas prakarsa sejumlah kader [[Muhammadiyah]] di Padang, sehingga sering disebut sebagai Masjid Muhammadiyah. Cikal bakalnya berawal dari aktivitas pengajian kelompok (ranting) Muhammadiyah di [[Kampung Jao, Padang Barat, Padang|Pasar Jao]] dan sekitarnya pada 1952. Dipimpin oleh Hasan Herbalis, para anggotanya mengadakan pengajian dua kali seminggu di Masjid Nurul Islam yang kini dikenal sebagai Masjid Kampung Jao Dalam. Namun, baru mengadakan pengajian selama empat tahun, tepatnya pada 1956, pengajian tersebut ditentang oleh masyarakat sekitar karena dinilai telah mencampuri urusan budaya dan adat istiadat mereka. Di antara isi pengajian yang ditentang yakni seruan tidak mengadakan acara ''manujuah hari'' dengan makan-makan di tempat orang yang meninggal, yang sudah menjadi tradisi. Untuk tidak menimbulkan pertikaian, maka kegiatan pengajian dialihkan ke los (kedai) ''bada'' milik seorang bernama Bilal. Los tersebut berada di belakang Blok A, Pasar Raya Padang.{{sfn|Padang Ekspres|2011}}


Pada 1957, mulai terjadi pergolakan [[Dewan Banteng]]. Saat itu banyak bangunan yang ditinggalkan pemiliknya termasuk toko di sekitar pasar. Melihat ada satu toko yang roboh dan tidak digunakan lagi, anggota pengajian mencoba meminta izin pada pemerintah setempat untuk mendirikan [[masjid|rumah ibadah]] di atas tanah bekas toko. Setelah mengantongi izin, didirikanl sebuah [[surau]] berukuran 9 × 12 meter dengan lantai dan dinding terbuat dari papan. Melihat ramainya jamaah yang melaksanakan ibadah di surau tersebut, maka pada tahun 1960 dibentuk panitia untuk meningkatkan surau tersebut, dan dicapai kesepakatan untuk membangun Masjid Raya Muhammadiyah.
Pada 1957, mulai terjadi pergolakan [[Dewan Banteng]]. Saat itu banyak bangunan yang ditinggalkan pemiliknya termasuk toko di sekitar pasar. Melihat ada satu toko yang roboh dan tidak digunakan lagi, anggota pengajian mencoba meminta izin pada pemerintah setempat untuk mendirikan [[masjid|rumah ibadah]] di atas tanah bekas toko. Setelah mengantongi izin, didirikanlah sebuah [[surau]] berukuran 9 × 12 meter dengan lantai dan dinding terbuat dari papan. Melihat ramainya jamaah yang melaksanakan ibadah di surau tersebut, maka pada tahun 1960 dibentuk panitia untuk meningkatkan surau tersebut, dan dicapai kesepakatan untuk membangun Masjid Raya Muhammadiyah.


=== Pembangunan awal ===
=== Pembangunan awal ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM TMnr 20001030.jpg|jmpl|Bentuk awal Masjid Taqwa Muhammadiyah sebelum runtuh pada 1975]]
Pembangunan masjid mulai dilakukan pada 1961, setelah persiapan pembangunan seperti pembelian bahan-bahan bangunan. Arsitekturnya dikerjakan oleh PT Desicona Associate (Degigras) Bandung pimpinan [[Ismet Darwis]] .Bangunan masjid terdiri dari dua tingkat. Lantai pertama diperuntukkan sebagai tempat ibadah, sedangkan lantai atas diperuntukkan untuk aktivitas dakwah dan pendidikan. Menurut ''[[Suara Muhammadiyah]]'', bentuk masjid Masjid Taqwa Muhammadiyah pada masanya terlihat seperti "gedung supermarket yang mewah atau gedung perkantoran yang modern".<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=cY7pAAAAMAAJ&dq=%22*+pimpinan+Azwar+Anas+,+Menteri+Perhubungan+R%22&focus=searchwithinvolume&q=ismed|title=Suara Muhammadiyah|date=1990|publisher=[[Suara Muhammadiyah]]|language=id}}</ref><!-- Untuk menyelesaikan masjid ini masih memerlukan dana sebesar Rp607.804.325. Dana tersebut digunakan untuk penyelesaian lantai dasar, ruang perpustakaan, ruang wudu, dinding kaca, dan menara. Sekalipun pembangunan belum selesai secara keseluruhan, masjid ini telah mendapat kunjungan dari berbagai tokoh. -->
Pembangunan masjid mulai dilakukan pada 1961, setelah persiapan pembangunan seperti pembelian bahan-bahan bangunan. Arsitekturnya dikerjakan oleh PT Desicona Associate (Degigras) Bandung pimpinan [[Ismet Darwis]]. Bangunan masjid terdiri dari dua tingkat. Lantai pertama diperuntukkan sebagai tempat ibadah, sedangkan lantai atas diperuntukkan untuk aktivitas dakwah dan pendidikan. Menurut ''[[Suara Muhammadiyah]]'', bentuk masjid Masjid Taqwa Muhammadiyah pada masanya terlihat seperti "gedung supermarket yang mewah atau gedung perkantoran yang modern".<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=cY7pAAAAMAAJ&dq=%22*+pimpinan+Azwar+Anas+,+Menteri+Perhubungan+R%22&focus=searchwithinvolume&q=ismed|title=Suara Muhammadiyah|date=1990|publisher=[[Suara Muhammadiyah]]|language=id}}</ref><!-- Untuk menyelesaikan masjid ini masih memerlukan dana sebesar Rp607.804.325. Dana tersebut digunakan untuk penyelesaian lantai dasar, ruang perpustakaan, ruang wudu, dinding kaca, dan menara. Sekalipun pembangunan belum selesai secara keseluruhan, masjid ini telah mendapat kunjungan dari berbagai tokoh. -->


Setelah Masjid Raya Muhammadiyah selesai pembangunannya, pusat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatra Barat dipindahkan ke Padang dan berkantor di masjid ini. Selain itu, kegiatan perkuliahan untuk Fakultas Adab (kini Fakultas Syariah, [[Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat]]) pernah diselenggarakan di sini sebelum dipindahkan ke kampus pusat di [[Lubuk Buaya, Koto Tangah, Padang|Lubuk Buaya]].{{sfn|Padang Ekspres|2011}}
Setelah pembangunan Masjid Raya Muhammadiyah selesai, Pusat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat dipindahkan ke Padang dan berkantor di masjid ini. Selain itu, kegiatan perkuliahan untuk Fakultas Adab (kini Fakultas Syariah, [[Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat]]) pernah diselenggarakan di sini sebelum dipindahkan ke kampus pusat di [[Lubuk Buaya, Koto Tangah, Padang|Lubuk Buaya]].{{sfn|Padang Ekspres|2011}}


=== Runtuh dan pembangunan kembali ===
=== Runtuh dan pembangunan kembali ===
[[Berkas:MasjidMuhammadiyahPadang2.jpg|jmpl|250px|kiri|Masjid Taqwa Muhammadiyah terdiri dari tiga lantai; lantai kedua merupakan ruang salat utama]]
Peristiwa yang menggemparkan terjadi pada 6 Januari 1975. Tanpa diketahui sebab yang jelas, [[kubah]] besar yang memahkotai bangunan masjid ini secara tiba-tiba roboh, menghimpit dua lantai bangunan di bawahnya dan menimpa beberapa jamaah yang sedang berada di ruangan tepat di bawah kubah tersebut. Beruntung jamaah yang tertimpa itu tidak meninggal. Padahal tahun itu akan diadakan Kongres [[Muhammadiyah]] se-Indonesia. Meskipun tidak bisa digunakan lagi, berkat bantuan pemerintah daerah kongres tetap digelar di bangunan toko di sekitar masjid ini.{{sfn|Padang Ekspres|2011}}
Peristiwa yang menggemparkan terjadi pada 6 Januari 1975. Tanpa diketahui sebab yang jelas, [[kubah]] besar yang memahkotai bangunan masjid ini secara tiba-tiba roboh, menghimpit dua lantai bangunan di bawahnya dan menimpa beberapa jamaah yang sedang berada di ruangan tepat di bawah kubah tersebut. Beruntung jamaah yang tertimpa itu tidak meninggal. Padahal tahun itu akan diadakan Kongres [[Muhammadiyah]] se-Indonesia. Meskipun tidak bisa digunakan lagi, berkat bantuan pemerintah daerah kongres tetap digelar di bangunan toko di sekitar masjid ini.{{sfn|Padang Ekspres|2011}}


Hasil Mukhtamar, memutuskan pembangunan Masjid Raya Muhammadiyah ini dijadikan proyek nasional. Jamaah Muhammadiyah dari daerah lain ikut berpartisipasi dalam pembangunan kembali masjid ini. Pada 1977 panitia pembangunan melakukan pembangunan awal dan memberi nama Masjid Taqwa. Pada 1987, masjid ini akhirnya dapat kembali digunakan sebagai tempat ibadah dan mengembangkan ajaran agama. Namun ketika itu banyak yang mengatakan bangunan masjid ini tidak berbentuk masjid, sehingga dibuatlah sebuah [[menara]] dengan membongkar sebuah bangunan di sekitarnya.{{sfn|Suryadi|2012}}
Hasil Muktamar memutuskan pembangunan Masjid Raya Muhammadiyah ini dijadikan proyek nasional. Jamaah Muhammadiyah dari daerah lain ikut berpartisipasi dalam pembangunan kembali masjid ini. Pada 1977 panitia pembangunan melakukan pembangunan awal dan memberi nama Masjid Taqwa. Pada 1987, masjid ini akhirnya dapat kembali digunakan sebagai tempat ibadah dan mengembangkan ajaran agama. Namun ketika itu banyak yang mengatakan bangunan masjid ini tidak berbentuk masjid, sehingga dibuatlah sebuah [[menara]] dengan membongkar sebuah bangunan di sekitarnya.{{sfn|Suryadi|2012}}

=== Keruntuhan kubah kedua ===
[[Berkas:Ruangsalat_Masjid_Taqwa.JPG|jmpl|Area di bawah kubah yang menaungi ruang shalat ]]
Pada akhir 2005, kubah sebesar 32 ton dipasang di Masjid Taqwa Muhammadiyah. Penempatannya memicu kekhawatiran kejadian robohnya kubah pernah terjadi pada 1975. Penolakan muncul dari jemaah, termasuk bermunculan melalui surat pembaca yang dimuat di [[Harian Singgalang|''Harian Singgalang'']]. Pengurus masjid membalas di tempat yang sama bahwa pihak kontraktor pelaksana CV Cipta Kreasi Perdana dengan konsultan pengawas CV Ultimate telah melakukan perhitungan.

Pada 13 Januari 2007, posisi kubah yang baru selesai dipasang dilaporkan miring. Masjid ditutup untuk sementara dan area sekitar disterilkan dari aktivitas warga. Setelah kejadian tersebut, kubah dobongkar dan diganti dengan atap segitiga.

Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat [[R.B. Khatib Pahlawan Kayo]] menyebut pekerjaan renovasi direncanakan menghabiskan dana Rp1 miliar. Rinciannya, Rp300 juta bantuan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Rp400 juta dari Pemerintah Kota Padang, Rp100 juta dari Menteri Sosial, dan sisanya dikumpulkan dari jemaah.<ref>{{Cite book|date=2007|url=https://www.google.co.id/books/edition/Suara_muhammadiyah/1NNuAAAAMAAJ?hl=en&gbpv=1&bsq=2006&dq=kubah%20masjid%20taqwa%20%222007%22%20%22PADANG%22&printsec=frontcover|title=Suara muhammadiyah|publisher=Suara Muhammadiyah|language=id}}</ref>


== Polemik ==
== Polemik ==
[[Berkas:MasjidMuhammadiyahPadang2.jpg|jmpl|Masjid Taqwa Muhammadiyah terdiri dari tiga lantai. Ruang salat utama terletak di lantai dua.]]
Pada 2005, [[Terminal Goan Hoat]] yang berada di dekat Masjid Taqwa Muhammadiyah dibongkar dan dijadikan sebagai lokasi pusat perbelanjaan oleh [[Pemerintah Kota Padang]]. Meski mendapat penolakan dari ribuan pedagang [[Pasar Raya Padang]], Wali Kota Padang [[Fauzi Bahar]] tetap meneruskan pembangunan pusat perbelanjaan di bekas terminal yang kini dikenal sebagai [[Sentral Pasar Raya]] (SPR).<ref>https://nasional.tempo.co/read/56067/pedagang-pasar-raya-padang-protes-pendirian-mal</ref>
Pada awal 2005, [[Terminal Goan Hoat]] yang berada di dekat Masjid Taqwa Muhammadiyah dibongkar dan dijadikan sebagai lokasi pusat perbelanjaan oleh [[Pemerintah Kota Padang]]. Meski mendapat penolakan dari ribuan pedagang [[Pasar Raya Padang]], Wali Kota Padang [[Fauzi Bahar]] tetap meneruskan pembangunan pusat perbelanjaan di bekas terminal tersebut (kini dikenal sebagai [[Sentral Pasar Raya]]).<ref>https://nasional.tempo.co/read/56067/pedagang-pasar-raya-padang-protes-pendirian-mal</ref>


Ketiadaan terminal berdampak pada menumpuknya kendaraan, terutama [[angkutan kota]] di depan Masjid Taqwa Muhammadiyah. Jalan depan masjid menjadi tempat turun naiknya penumpang sehingga memicu kemacetan, susahnya memarkir kendaraan, dan suara bising akibat klakson. Pengurus masjid telah menyampaikan keluhan jemaah kepada Pemerintah Kota Padang, tetapi permasalahan tak teratasi dan berlanjut selama bertahun-tahun berikutnya. Terkait hal ini, sastrawan [[Wisran Hadi]] pada 2008 pernah menulis secara satir bahwa "yang salah itu adalah kenapa masjid didirikan di pusat kota" sehingga "sudah waktunya pengurus Masjid Taqwa bersiap-siap memindahkan masjid yang dicintai masyarakat ini ke tempat yang lebih aman".{{-}}
Ketiadaan terminal berdampak pada menumpuknya kendaraan, terutama [[angkutan kota]], di jalan sepanjang masjid. Jalan menjadi tempat turun naiknya penumpang sehingga memicu kemacetan, susahnya memarkir kendaraan, dan suara bising akibat klakson. Pengurus masjid telah menyampaikan keluhan jemaah kepada Pemerintah Kota Padang, tetapi permasalahan tak teratasi dan berlanjut selama bertahun-tahun.


Pada 2008, sastrawan [[Wisran Hadi]] (yang ayahnya merupakan imam masjid ini) menulis secara satir bahwa "yang salah itu adalah kenapa masjid didirikan di pusat kota" sehingga "sudah waktunya pengurus Masjid Taqwa bersiap-siap memindahkan masjid yang dicintai masyarakat ini ke tempat yang lebih aman".
== Referensi ==
== Referensi ==


Baris 71: Baris 84:
* {{cite web
* {{cite web
| title = Jalan M. Yamin Padang 1970-an
| title = Jalan M. Yamin Padang 1970-an
| url = http://niadilova.blogdetik.com/index.php/archives/938
| url = https://niadilova.wordpress.com/2012/05/14/minang-saisuak-88-jalan-m-yamin-padang-1970-an/
| last = Suryadi
| last = Suryadi
| date = 14 Mei 2012
| date = 14 Mei 2012
| accessdate = 28 November 2012
| accessdate = 27 April 2021
| ref = {{sfnRef|Suryadi|2012}}
| ref = {{sfnRef|Suryadi|2012}}
}}
}}
Baris 101: Baris 114:
{{Masjid di Indonesia}}
{{Masjid di Indonesia}}


[[Kategori:Masjid di Sumatra Barat|Taqwa Muhammadiyah]]
[[Kategori:Masjid di Padang|Taqwa Muhammadiyah]]
[[Kategori:Kota Padang]]

Revisi terkini sejak 17 Juni 2024 05.54

0°57′07″S 100°21′36″E / 0.951829°S 100.360005°E / -0.951829; 100.360005

Masjid Taqwa Muhammadiyah
Masjid Taqwa Muhammadiyah
Agama
KepemimpinanAbdurrahman Chan
Lokasi
LokasiKota Padang, Sumatera Barat, Indonesia
Arsitektur
ArsitekIsmet Darwis
TipeMasjid
Peletakan batu pertama1957
Rampung1987
Biaya konstruksiRp814 juta (1977–1991)
Spesifikasi
Arah fasadTimur laut dan tenggara[1]
Menara1
Situs web
taqwa-muhammadiyah.blogspot.com

Masjid Taqwa Muhammadiyah adalah salah satu masjid di Indonesia yang terletak di pusat Kota Padang, Sumatera Barat. Berada di kawasan Pasar Raya Padang, masjid yang pertama dibangun pada 1961 berupa bangunan berlantai dua ditandai dengan kubah. Namun, pada 6 Januari 1975, masjid pertama mengalami kerusakan berat setelah kubah runtuh. Pada 1977, masjid baru dibangun ulang dan akhirnya selesai pada 1987.

Masjid Taqwa Muhammadiyah menampilkan arsitektur masjid modern yang tak identik dengan kubah. Fasad bangunannya merupakan abstraksi gonjong yang juga terdapat pada gedung di kampus Universitas Andalas, Limau Manis, Padang.

Masjid ini berada tidak jauh dari Masjid Raya Ganting dan Masjid Nurul Iman yang keberadaanya turut berperan dalam perjalanan sejarah Kota Padang.[2] Selain menjadi tempat kegiatan keagamaan regional, Masjid Taqwa Muhammadiyah membuka fasilitas komersial dan pendidikan.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Cikal bakal[sunting | sunting sumber]

Masjid Taqwa dibangun atas prakarsa sejumlah kader Muhammadiyah di Padang, sehingga sering disebut sebagai Masjid Muhammadiyah. Cikal bakalnya berawal dari aktivitas pengajian kelompok (ranting) Muhammadiyah di Pasar Jao dan sekitarnya pada 1952. Dipimpin oleh Hasan Herbalis, para anggotanya mengadakan pengajian dua kali seminggu di Masjid Nurul Islam yang kini dikenal sebagai Masjid Kampung Jao Dalam. Namun, baru mengadakan pengajian selama empat tahun, tepatnya pada 1956, pengajian tersebut ditentang oleh masyarakat sekitar karena dinilai telah mencampuri urusan budaya dan adat istiadat mereka. Di antara isi pengajian yang ditentang yakni seruan tidak mengadakan acara manujuah hari dengan makan-makan di tempat orang yang meninggal, yang sudah menjadi tradisi. Untuk tidak menimbulkan pertikaian, maka kegiatan pengajian dialihkan ke los (kedai) bada milik seorang bernama Bilal. Los tersebut berada di belakang Blok A, Pasar Raya Padang.[3]

Pada 1957, mulai terjadi pergolakan Dewan Banteng. Saat itu banyak bangunan yang ditinggalkan pemiliknya termasuk toko di sekitar pasar. Melihat ada satu toko yang roboh dan tidak digunakan lagi, anggota pengajian mencoba meminta izin pada pemerintah setempat untuk mendirikan rumah ibadah di atas tanah bekas toko. Setelah mengantongi izin, didirikanlah sebuah surau berukuran 9 × 12 meter dengan lantai dan dinding terbuat dari papan. Melihat ramainya jamaah yang melaksanakan ibadah di surau tersebut, maka pada tahun 1960 dibentuk panitia untuk meningkatkan surau tersebut, dan dicapai kesepakatan untuk membangun Masjid Raya Muhammadiyah.

Pembangunan awal[sunting | sunting sumber]

Bentuk awal Masjid Taqwa Muhammadiyah sebelum runtuh pada 1975

Pembangunan masjid mulai dilakukan pada 1961, setelah persiapan pembangunan seperti pembelian bahan-bahan bangunan. Arsitekturnya dikerjakan oleh PT Desicona Associate (Degigras) Bandung pimpinan Ismet Darwis. Bangunan masjid terdiri dari dua tingkat. Lantai pertama diperuntukkan sebagai tempat ibadah, sedangkan lantai atas diperuntukkan untuk aktivitas dakwah dan pendidikan. Menurut Suara Muhammadiyah, bentuk masjid Masjid Taqwa Muhammadiyah pada masanya terlihat seperti "gedung supermarket yang mewah atau gedung perkantoran yang modern".[4]

Setelah pembangunan Masjid Raya Muhammadiyah selesai, Pusat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat dipindahkan ke Padang dan berkantor di masjid ini. Selain itu, kegiatan perkuliahan untuk Fakultas Adab (kini Fakultas Syariah, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat) pernah diselenggarakan di sini sebelum dipindahkan ke kampus pusat di Lubuk Buaya.[3]

Runtuh dan pembangunan kembali[sunting | sunting sumber]

Peristiwa yang menggemparkan terjadi pada 6 Januari 1975. Tanpa diketahui sebab yang jelas, kubah besar yang memahkotai bangunan masjid ini secara tiba-tiba roboh, menghimpit dua lantai bangunan di bawahnya dan menimpa beberapa jamaah yang sedang berada di ruangan tepat di bawah kubah tersebut. Beruntung jamaah yang tertimpa itu tidak meninggal. Padahal tahun itu akan diadakan Kongres Muhammadiyah se-Indonesia. Meskipun tidak bisa digunakan lagi, berkat bantuan pemerintah daerah kongres tetap digelar di bangunan toko di sekitar masjid ini.[3]

Hasil Muktamar memutuskan pembangunan Masjid Raya Muhammadiyah ini dijadikan proyek nasional. Jamaah Muhammadiyah dari daerah lain ikut berpartisipasi dalam pembangunan kembali masjid ini. Pada 1977 panitia pembangunan melakukan pembangunan awal dan memberi nama Masjid Taqwa. Pada 1987, masjid ini akhirnya dapat kembali digunakan sebagai tempat ibadah dan mengembangkan ajaran agama. Namun ketika itu banyak yang mengatakan bangunan masjid ini tidak berbentuk masjid, sehingga dibuatlah sebuah menara dengan membongkar sebuah bangunan di sekitarnya.[5]

Keruntuhan kubah kedua[sunting | sunting sumber]

Area di bawah kubah yang menaungi ruang shalat

Pada akhir 2005, kubah sebesar 32 ton dipasang di Masjid Taqwa Muhammadiyah. Penempatannya memicu kekhawatiran kejadian robohnya kubah pernah terjadi pada 1975. Penolakan muncul dari jemaah, termasuk bermunculan melalui surat pembaca yang dimuat di Harian Singgalang. Pengurus masjid membalas di tempat yang sama bahwa pihak kontraktor pelaksana CV Cipta Kreasi Perdana dengan konsultan pengawas CV Ultimate telah melakukan perhitungan.

Pada 13 Januari 2007, posisi kubah yang baru selesai dipasang dilaporkan miring. Masjid ditutup untuk sementara dan area sekitar disterilkan dari aktivitas warga. Setelah kejadian tersebut, kubah dobongkar dan diganti dengan atap segitiga.

Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat R.B. Khatib Pahlawan Kayo menyebut pekerjaan renovasi direncanakan menghabiskan dana Rp1 miliar. Rinciannya, Rp300 juta bantuan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Rp400 juta dari Pemerintah Kota Padang, Rp100 juta dari Menteri Sosial, dan sisanya dikumpulkan dari jemaah.[6]

Polemik[sunting | sunting sumber]

Masjid Taqwa Muhammadiyah terdiri dari tiga lantai. Ruang salat utama terletak di lantai dua.

Pada awal 2005, Terminal Goan Hoat yang berada di dekat Masjid Taqwa Muhammadiyah dibongkar dan dijadikan sebagai lokasi pusat perbelanjaan oleh Pemerintah Kota Padang. Meski mendapat penolakan dari ribuan pedagang Pasar Raya Padang, Wali Kota Padang Fauzi Bahar tetap meneruskan pembangunan pusat perbelanjaan di bekas terminal tersebut (kini dikenal sebagai Sentral Pasar Raya).[7]

Ketiadaan terminal berdampak pada menumpuknya kendaraan, terutama angkutan kota, di jalan sepanjang masjid. Jalan menjadi tempat turun naiknya penumpang sehingga memicu kemacetan, susahnya memarkir kendaraan, dan suara bising akibat klakson. Pengurus masjid telah menyampaikan keluhan jemaah kepada Pemerintah Kota Padang, tetapi permasalahan tak teratasi dan berlanjut selama bertahun-tahun.

Pada 2008, sastrawan Wisran Hadi (yang ayahnya merupakan imam masjid ini) menulis secara satir bahwa "yang salah itu adalah kenapa masjid didirikan di pusat kota" sehingga "sudah waktunya pengurus Masjid Taqwa bersiap-siap memindahkan masjid yang dicintai masyarakat ini ke tempat yang lebih aman".

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki
Daftar pustaka