Lompat ke isi

Surya Lesmana: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Bot: ProyekWiki Biografi, removed stub tag
 
(36 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Liem Soei Liang''' alias '''Surya Lesmana''' (lahir di [[Balaraja, Tangerang]]; [[20 Mei]] [[1944]]) adalah seorang pemain [[sepak bola]] terkenal [[Indonesia]] di era tahun 1960an. Ia memperkuat tim nasional [[PSSI]] selama 10 tahun (1963-1972) dan [[Persija]] [[Jakarta]] selama 14 tahun (1962-1975). Ketika masa jayanya, Surya Lesmana dikenal sebagai [[gelandang]] jempolan yang memiliki kemampuan menyerang ataupun bertahan sama baiknya.
'''Liem Soei Liang''' alias '''Surya Lesmana''' 列姆隋亮 ({{lahirmati|[[Balaraja, Tangerang|Balaraja]], [[Tangerang]]|20|5|1944|[[Glodok]], [[Jakarta Barat]]|8|8|2012}}<ref>{{cite web|url=http://www.bolaindo.com/2012/08/08/legenda-sepak bola-indonesia-surya-lesmana-meninggal/|title=Legenda sepak bola Indonesia Surya Lesmana meninggal|publisher=|work=bolaindo.com|accessdate=9 August 2012}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>) adalah seorang pemain [[sepak bola]] terkenal [[Indonesia]] pada era tahun 1960an. Ia memperkuat tim nasional [[PSSI]] selama 10 tahun (1963-1972) dan [[Persija]] [[Jakarta]] selama 14 tahun (1962-1975). Ketika masa jayanya, Surya Lesmana dikenal sebagai [[gelandang]] jempolan yang memiliki kemampuan menyerang ataupun bertahan sama baiknya.
Surya Lesmana mengawali karier sepak bola di Klub [[Union Makes Strength]] ([[UMS]]) pada tahun 1958, seangkatan dengan [[Mulyadi]] (Tek Fong). Di bawah bimbingan pelatih [[Endang Witarsa]] (Lim Soen Joe) kemampuannya semakin terasah. Karena kemampuan individunya yang bagus, Ia kemudian diminta bergabung dengan Persija Jakarta pada tahun 1962 dan kemudian diminta memperkuat tim nasional pada tahun 1963. Namanya kian tersohor seiring dengan kariernya yang mulus dan menjadi pujaan banyak orang.
Surya Lesmana mengawali karier sepak bola di Klub [[Union Makes Strength]] ([[UMS]]) pada tahun 1958, seangkatan dengan [[Mulyadi (pemain sepak bola)|Mulyadi]] (Tek Fong). Di bawah bimbingan pelatih [[Endang Witarsa]] (Lim Soen Joe) kemampuannya semakin terasah. Karena kemampuan individunya yang bagus, Ia kemudian diminta bergabung dengan Persija Jakarta pada tahun 1962 dan kemudian diminta memperkuat tim nasional pada tahun 1963. Namanya kian tersohor seiring dengan kariernya yang mulus dan menjadi pujaan banyak orang.


Surya Lesmana pensiun dari tim nasional pada tahun 1973. Namun namanya tak lantas hilang dari dunia sepak bola tanah air. Kepiawaiannya mengolah kulit bundar membuat klub-klub asing masih meliriknya. Surya mencatatkan diri sebagai salah satu pelopor pemain Indonesia yang merumput di luar negeri. Ia dikontrak sebagai pemain klub [[Mac Kinan]] [[Hongkong]] selama satu musim pada tahun 1974 dengan gaji HK$ 2.000 per bulan, jumlah yang cukup besar kala itu.
Surya Lesmana pensiun dari tim nasional pada tahun 1973. Namun namanya tak lantas hilang dari dunia sepak bola tanah air. Kepiawaiannya mengolah kulit bundar membuat klub-klub asing masih meliriknya. Surya mencatatkan diri sebagai salah satu pelopor pemain Indonesia yang merumput di luar negeri. Ia dikontrak sebagai pemain klub [[Mac Kinan]] [[Hongkong]] selama satu musim pada tahun 1974 dengan gaji HK$ 2.000 per bulan, jumlah yang cukup besar kala itu.


Kejayaan seringkali membuat orang menjadi lupa diri, demikian juga dengan Surya Lesmana. Pada masa keemasannya Ia tenggelam bersama kesenangan duniawi. Surya menghambur-hamburkan semua penghasilan yang diperoleh dari bermain bola. Pada massa tuanya, Ia hidup sebatang kara. Ia tidak memiliki rumah ataupun kendaraan dan tidak menikah. Bahkan Ia harus tinggal menumpang di rumah orang di Gang Kancil, kawasan [[Glodok]], [[Jakarta Barat]]. Ia tinggal secara cuma-cuma karena jasanya mendidik anak pemilik rumah dan anak-anak di lingkungan sekitar dalam bermain bola. Surya tidak mau menyesali terus keadaannya saat ini. "Kita harus terima keadaan ini dengan lapang dada dan besar hati," ujarnya.
Kejayaan sering kali membuat orang menjadi lupa diri, demikian juga dengan Surya Lesmana. Pada masa keemasannya Ia tenggelam bersama kesenangan duniawi. Surya menghambur-hamburkan semua penghasilan yang diperoleh dari bermain bola. Pada massa tuanya, Ia hidup sebatang kara. Ia tidak memiliki rumah ataupun kendaraan dan tidak menikah. Bahkan Ia harus tinggal menumpang di rumah orang di Gang Kancil, kawasan [[Glodok]], [[Jakarta Barat]]. Ia tinggal secara cuma-cuma karena jasanya mendidik anak pemilik rumah dan anak-anak di lingkungan sekitar dalam bermain bola. Surya tidak mau menyesali terus keadaannya saat ini. "Kita harus terima keadaan ini dengan lapang dada dan besar hati," ujarnya.


Surya masih tetap menggeluti sepak bola, dunia yang pernah melambungkan sekaligus menenggelamkan nasibnya. Ia masih bermain bola bersama para manusia lanjut usia di lapangan UMS. Rutinitas lain yang dilakoni lelaki ini adalah mengunjungi teman-teman lama seangkatannya. Ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengobrol dan bercerita mengenang masa lalu. Dengan alasan berolahraga, Ia berjalan kaki hingga belasan kilometer atau bahkan dua jam untuk sampai ke sana. "Saya sering jalan sampai ke Komdak, Slipi, atau Cempaka Putih. Tapi, kalau sudah siang, saya naik bus," ujarnya.
Surya masih tetap menggeluti sepak bola, dunia yang pernah melambungkan sekaligus menenggelamkan nasibnya. Ia masih bermain bola bersama para manusia lanjut usia di lapangan UMS. Rutinitas lain yang dilakoni lelaki ini adalah mengunjungi teman-teman lama seangkatannya. Ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengobrol dan bercerita mengenang masa lalu. Dengan alasan berolahraga, Ia berjalan kaki hingga belasan kilometer atau bahkan dua jam untuk sampai ke sana. "Saya sering jalan sampai ke Komdak, Slipi, atau Cempaka Putih. Tapi, kalau sudah siang, saya naik bus," ujarnya.


Sampai saat ini Surya bersama dengan Mulyadi menjadi pelatih di klub UMS di kawasan [[Petak Sin Kian]], [[Mangga Besar]]. Anak keempat dari enam bersaudara ini tidak mempunyai pekerjaan lain. Setiap hari Surya menghabiskan waktunya mengawasi latihan anak-anak sekolah sepak bola dengan imbalan ala kadarnya. Meskipun harus menghadapi getirnya hidup di usia senja, Ia masih berharap pemerintah mau memperhatikan nasibnya.
Sampai saat ini Surya bersama dengan Mulyadi menjadi pelatih di klub UMS di kawasan [[Petak Sin Kian]], [[Mangga Besar]]. Anak keempat dari enam bersaudara ini tidak mempunyai pekerjaan lain. Setiap hari Surya menghabiskan waktunya mengawasi latihan anak-anak sekolah sepak bola dengan imbalan ala kadarnya. Meskipun harus menghadapi getirnya hidup di usia senja, Ia masih berharap pemerintah mau memperhatikan nasibnya.


== Penghargaan ==
== Penghargaan ==

* Pemain sepak bola legendaris Indonesia versi Copa Indonesia Dji Sam Soe
* Pemain sepak bola legendaris Indonesia versi Copa Indonesia Dji Sam Soe


== Prestasi ==
== Prestasi ==

* Juara [[Lion Cup]] 1970 di [[Singapura]]
* Juara [[Lion Cup]] 1970 di [[Singapura]]
* Juara [[Kings Cup]] 1969 di [[Thailand]]
* Juara [[Kings Cup]] 1969 di [[Thailand]]
* Juara [[Merdeka Games]] 1968 di [[Malaysia]]
* Juara [[Merdeka Games]] 1968 di [[Malaysia]]
* Juara [[Aga Khan Gold Cup]] 1966 di [[Bangladesh]]
* Juara [[Aga Khan Gold Cup]] 1966 di [[Bangladesh]]
* Juara [[Tiger Cup]] 2003 di [[Indonesia]]


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://bolaindo.wordpress.com/2007/04/03/penghargaan-22-pemain-legendaris-indonesia/ Penghargaan 22 pemain legendaris Indonesia]
* [http://balipost.com/mediadetail.php?module=detailberitaindex&id=550/ Tujuh mantan pemain timnas hidup pas-pasan]


* [https://archive.today/20120710123513/bolaindo.wordpress.com/2007/04/03/penghargaan-22-pemain-legendaris-indonesia/ Penghargaan 22 pemain legendaris Indonesia]
{{indo-bio-stub}}
* [http://balipost.com/mediadetail.php?module=detailberitaindex&id=550/ Tujuh mantan pemain timnas hidup pas-pasan] {{Webarchive|url=https://archive.today/20130118000004/http://balipost.com/mediadetail.php?module=detailberitaindex&id=550/ |date=2013-01-18 }}


== Rujukan ==
{{DEFAULTSORT:Lesmana, Surya}}
{{reflist}}


{{Pemain Sepak bola Legendaris Indonesia}}
[[Kategori:Kelahiran 1944]]

{{Authority control}}

{{DEFAULTSORT:Lesmana, Surya}}
[[Kategori:Pemain sepak bola Indonesia]]
[[Kategori:Pemain sepak bola Indonesia]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Tangerang]]
[[Kategori:Pemain Persija Jakarta]]
[[Kategori:Meninggal usia 68]]

[[bjn:Surya Lesmana]]
[[en:Surya Lesmana]]
[[jv:Liem Soei Liang]]
[[map-bms:Surya Lesmana]]
[[min:Liem Soei Liang]]
[[ms:Liem Soei Liang]]

Revisi terkini sejak 22 Desember 2023 12.05

Liem Soei Liang alias Surya Lesmana 列姆隋亮 (20 Mei 1944 – 8 Agustus 2012[1]) adalah seorang pemain sepak bola terkenal Indonesia pada era tahun 1960an. Ia memperkuat tim nasional PSSI selama 10 tahun (1963-1972) dan Persija Jakarta selama 14 tahun (1962-1975). Ketika masa jayanya, Surya Lesmana dikenal sebagai gelandang jempolan yang memiliki kemampuan menyerang ataupun bertahan sama baiknya.

Surya Lesmana mengawali karier sepak bola di Klub Union Makes Strength (UMS) pada tahun 1958, seangkatan dengan Mulyadi (Tek Fong). Di bawah bimbingan pelatih Endang Witarsa (Lim Soen Joe) kemampuannya semakin terasah. Karena kemampuan individunya yang bagus, Ia kemudian diminta bergabung dengan Persija Jakarta pada tahun 1962 dan kemudian diminta memperkuat tim nasional pada tahun 1963. Namanya kian tersohor seiring dengan kariernya yang mulus dan menjadi pujaan banyak orang.

Surya Lesmana pensiun dari tim nasional pada tahun 1973. Namun namanya tak lantas hilang dari dunia sepak bola tanah air. Kepiawaiannya mengolah kulit bundar membuat klub-klub asing masih meliriknya. Surya mencatatkan diri sebagai salah satu pelopor pemain Indonesia yang merumput di luar negeri. Ia dikontrak sebagai pemain klub Mac Kinan Hongkong selama satu musim pada tahun 1974 dengan gaji HK$ 2.000 per bulan, jumlah yang cukup besar kala itu.

Kejayaan sering kali membuat orang menjadi lupa diri, demikian juga dengan Surya Lesmana. Pada masa keemasannya Ia tenggelam bersama kesenangan duniawi. Surya menghambur-hamburkan semua penghasilan yang diperoleh dari bermain bola. Pada massa tuanya, Ia hidup sebatang kara. Ia tidak memiliki rumah ataupun kendaraan dan tidak menikah. Bahkan Ia harus tinggal menumpang di rumah orang di Gang Kancil, kawasan Glodok, Jakarta Barat. Ia tinggal secara cuma-cuma karena jasanya mendidik anak pemilik rumah dan anak-anak di lingkungan sekitar dalam bermain bola. Surya tidak mau menyesali terus keadaannya saat ini. "Kita harus terima keadaan ini dengan lapang dada dan besar hati," ujarnya.

Surya masih tetap menggeluti sepak bola, dunia yang pernah melambungkan sekaligus menenggelamkan nasibnya. Ia masih bermain bola bersama para manusia lanjut usia di lapangan UMS. Rutinitas lain yang dilakoni lelaki ini adalah mengunjungi teman-teman lama seangkatannya. Ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengobrol dan bercerita mengenang masa lalu. Dengan alasan berolahraga, Ia berjalan kaki hingga belasan kilometer atau bahkan dua jam untuk sampai ke sana. "Saya sering jalan sampai ke Komdak, Slipi, atau Cempaka Putih. Tapi, kalau sudah siang, saya naik bus," ujarnya.

Sampai saat ini Surya bersama dengan Mulyadi menjadi pelatih di klub UMS di kawasan Petak Sin Kian, Mangga Besar. Anak keempat dari enam bersaudara ini tidak mempunyai pekerjaan lain. Setiap hari Surya menghabiskan waktunya mengawasi latihan anak-anak sekolah sepak bola dengan imbalan ala kadarnya. Meskipun harus menghadapi getirnya hidup di usia senja, Ia masih berharap pemerintah mau memperhatikan nasibnya.

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]
  • Pemain sepak bola legendaris Indonesia versi Copa Indonesia Dji Sam Soe

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]