Lompat ke isi

Duku: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Mitgatvm Bot (bicara | kontrib)
k top: migrasi
 
(26 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Speciesbox
{{taxobox |color = lightgreen
|genus=Lansium
|species=domesticum
|name = Duku
|name = Duku
|nativename = ꤴꥈꤰꥈ <br/>دوكو
|image = Duku Lansium domesticum Ripe.jpg
|image = Duku Lansium domesticum Ripe.jpg
|image_width = 240px
|image_width = 240px
|image_caption = Buah duku
|image_caption = Lansium domesticum
|authority = Corrêa
|regnum = [[Plantae]]
|unranked_divisio = [[Angiospermae]]
|unranked_classis = [[Eudikotil]]
|unranked_ordo = [[Rosidae]]
|ordo = [[Sapindales]]
|familia = [[Meliaceae]]
|genus = ''[[Lansium]]''
|species = '''''L. parasiticum'''''
|binomial = ''Lansium parasiticum''
|binomial_authority = ([[Pehr Osbeck|Osbeck]]) [[Birbal Sahni|Sahni]] & [[Sigamony Stephen Richard Bennet|Bennet]]
|synonyms =
|synonyms =
{{Collapsible list |title = Daftar<ref>{{cite web
{{Collapsible list |title = Daftar<ref>{{cite web
Baris 35: Baris 29:
}}
}}


'''Duku''' adalah jenis [[buah-buahan]] dari anggota [[familia|suku]] [[Meliaceae]]. Tanaman yang berasal dari [[Asia Tenggara]] sebelah barat ini memiliki kemiripan dengan buah '''langsat''', '''kokosan''', '''pisitan''', '''celoring''' dan lain-lain dengan berbagai variasinya. [[Duku#Penyebaran dan nama-nama lokal|Nama-nama]] yang beraneka ragam ini sekaligus menunjukkan adanya aneka [[varietas|kultivar]] yang tercermin dari bentuk buah dan [[pohon]] yang berbeda-beda.
'''Duku''' atau '''''Lansium domesticum''''' (kerap kali diidentifikasi dengan salah sebagai '''''Lansium parasiticum''''') adalah jenis [[buah-buahan]] dari anggota [[familia|suku]] [[Meliaceae]]. Tanaman yang berasal dari [[Asia Tenggara]] sebelah barat ini memiliki kemiripan dengan buah '''langsat''', '''kokosan''', '''pisitan''', '''celoring''' dan lain-lain dengan berbagai variasinya. [[Duku#Penyebaran dan nama-nama lokal|Nama-nama]] yang beraneka ragam ini sekaligus menunjukkan adanya aneka [[varietas|kultivar]] yang tercermin dari bentuk buah dan [[pohon]] yang berbeda-beda.


== Pemerian botani ==
== Pemerian botani ==
[[Pohon]] yang berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 30 [[meter|m]] dan gemang hingga 75 [[sentimeter|cm]]. Batang biasanya beralur-alur dalam tak teratur, dengan banir (akar papan) yang pipih menonjol di atas tanah. [[Pepagan]] (kulit kayu) berwarna kelabu berbintik-bintik gelap dan jingga, mengandung getah kental berwarna susu yang lengket (resin).<ref name="verheij_232">Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. ''Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan''. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 232-237.</ref>
[[Pohon]] yang berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 30 [[meter|m]] dan gemang hingga 75 [[sentimeter|cm]]. Batang biasanya beralur-alur dalam tak teratur, dengan banir (akar papan) yang pipih menonjol di atas tanah. [[Pepagan]] (kulit kayu) berwarna kelabu berbintik-bintik gelap dan jingga, mengandung getah kental berwarna susu yang lengket (resin).<ref name="verheij_232">Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. ''Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan''. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 232-237.</ref>


[[Daun]] majemuk menyirip ganjil, gundul atau berbulu halus, dengan 6–9 anak daun yang tersusun berseling, anak daun jorong (eliptis) sampai lonjong, 9–21&nbsp;cm × 5–10&nbsp;cm, mengkilap di sisi atas, seperti [[jangat]], dengan pangkal runcing dan ujung meluncip (meruncing) pendek, anak daun bertangkai 5–12 [[milimeter|mm]].<ref name=verheij_232/>
[[Daun]] majemuk menyirip ganjil, gundul atau berbulu halus, dengan 6–9 anak daun yang tersusun berseling, anak daun jorong (eliptis) sampai lonjong, 9–21&nbsp;cm × 5–10&nbsp;cm, mengilap di sisi atas, seperti [[jangat]], dengan pangkal runcing dan ujung meluncip (meruncing) pendek, anak daun bertangkai 5–12 [[milimeter|mm]].<ref name=verheij_232/>


[[Bunga]] terletak dalam [[tandan]] yang muncul pada batang atau cabang yang besar, menggantung, sendiri atau dalam berkas 2–5 tandan atau lebih, kerap bercabang pada pangkalnya, 10–30&nbsp;cm panjangnya, berambut.<ref name=steenis1981_255>[[Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis|Steenis, CGGJ van]]. 1981. ''Flora, untuk sekolah di Indonesia''. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 255.</ref> Bunga-bunga berukuran kecil, duduk atau bertangkai pendek, menyendiri, berkelamin dua. Kelopak berbentuk cawan bercuping-5, berdaging, kuning kehijauan. Mahkota bundar telur, tegak, berdaging, 2–3&nbsp;mm × 4–5&nbsp;mm, putih hingga kuning pucat. Benang sari satu berkas, tabungnya mencapai 2&nbsp;mm, kepala-kepala sari dalam satu lingkaran. Putiknya tebal dan pendek.<ref name=verheij_232/>
[[Bunga]] terletak dalam [[tandan]] yang muncul pada batang atau cabang yang besar, menggantung, sendiri atau dalam berkas 2–5 tandan atau lebih, kerap bercabang pada pangkalnya, 10–30&nbsp;cm panjangnya, berambut.<ref name=steenis1981_255>[[Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis|Steenis, CGGJ van]]. 1981. ''Flora, untuk sekolah di Indonesia''. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 255.</ref> Bunga-bunga berukuran kecil, duduk atau bertangkai pendek, menyendiri, berkelamin dua. Kelopak berbentuk cawan bercuping-5, berdaging, kuning kehijauan. Mahkota bundar telur, tegak, berdaging, 2–3&nbsp;mm × 4–5&nbsp;mm, putih hingga kuning pucat. [[Benang sari]] satu berkas, tabungnya mencapai 2&nbsp;mm, kepala-kepala sari dalam satu lingkaran. Putiknya tebal dan pendek.<ref name=verheij_232/>


[[Buah]] buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm × 1,5–5&nbsp;cm, dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak yang tidak rontok. Kulit (dinding) buah tipis hingga tebal (kira-kira 6&nbsp;mm). Berbiji 1–3, pipih, hijau, berasa pahit; biji terbungkus oleh salut biji ([[arilus]]) yang putih bening dan tebal, berair, manis hingga masam.<ref name=verheij_232/> Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak berkembang (rudimenter), namun arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.
[[Buah]] buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm × 1,5–5&nbsp;cm, dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak yang tidak rontok. Kulit (dinding) buah tipis hingga tebal (kira-kira 6&nbsp;mm). Berbiji 1–3, pipih, hijau, berasa pahit; biji terbungkus oleh salut biji ([[arilus]]) yang putih bening dan tebal, berair, manis hingga masam.<ref name=verheij_232/> Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak berkembang (rudimenter), tetapi arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.


Perbanyakan duku yang dilakukan menggunakan [[biji]] mengakibatkan lambannya tanaman dalam menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai 15 tahun.<ref name=Polo>Polo D.C. 1926. Propagation of the lanzon by marcotage and by cuttings. ''The Phillippine Agriculturists'' 14(9): 613-623.</ref> Perkecambahan tumbuhan ini memiliki perilaku poliembrioni (satu biji menghasilkan banyak [[embrio]] atau semai): satu embrio hasil pembuahan, dan sisanya embrio [[apomiksis|apomiktik]],<ref>R. Kiew, L.L. Teo and Y.Y. Gan. 2003. Assessment of the hybrid status of some Malesian plants using Amplified Fragment Length Polymorphism]. ''Telopea'' 10:225–233</ref>. Embrio apomiktik berkembang dari [[jaringan]] pohon induk sehingga keturunannya memiliki karakter yang serupa dengan induknya. Biji bersifat rekalsitran, penyimpanan lebih daripada tujuh hari akan menyebabkan kemunduran daya kecambah yang cepat.<ref>Suharyono UHY. 1981. Penelitian daya tumbuh biji duku (''Lansium domesticum'' var. ''duku'').</ref>
Perbanyakan duku yang dilakukan menggunakan [[biji]] mengakibatkan lambannya tanaman dalam menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai 15 tahun.<ref name=Polo>Polo D.C. 1926. Propagation of the lanzon by marcotage and by cuttings. ''The Phillippine Agriculturists'' 14(9): 613-623.</ref> Perkecambahan tumbuhan ini memiliki perilaku poliembrioni (satu biji menghasilkan banyak [[embrio]] atau semai): satu embrio hasil pembuahan, dan sisanya embrio [[apomiksis|apomiktik]],<ref>R. Kiew, L.L. Teo and Y.Y. Gan. 2003. Assessment of the hybrid status of some Malesian plants using Amplified Fragment Length Polymorphism]. ''Telopea'' 10:225–233</ref>. Embrio apomiktik berkembang dari [[jaringan]] pohon induk sehingga keturunannya memiliki karakter yang serupa dengan induknya. Biji bersifat rekalsitran, penyimpanan lebih daripada tujuh hari akan menyebabkan kemunduran daya kecambah yang cepat.<ref>Suharyono UHY. 1981. Penelitian daya tumbuh biji duku (''Lansium domesticum'' var. ''duku'').</ref>
Baris 59: Baris 53:


[[Berkas:Lans dom 061203 1720 mura.jpg|jmpl|kiri|200px|Memanen duku di Mandi Angin, [[Rawas Ilir, Musi Rawas]]. Perhatikan tandannya yang renggang, berbeda dengan langsat yang rapat.]]
[[Berkas:Lans dom 061203 1720 mura.jpg|jmpl|kiri|200px|Memanen duku di Mandi Angin, [[Rawas Ilir, Musi Rawas]]. Perhatikan tandannya yang renggang, berbeda dengan langsat yang rapat.]]
'''Kokosan''' (''L. domesticum'' var. ''aquaeum'') dibedakan oleh daunnya yang berbulu, tandannya yang penuh butir buah yang berjejalan sangat rapat, dan kulit buahnya yang berwarna kuning tua. Butir-butir buahnya umumnya kecil, berkulit tipis dan sedikit bergetah, namun sukar dikupas. Sehingga buah dimakan dengan cara digigit dan disedot cairan dan bijinya (maka disebut ''kokosan''),<ref name=verheij_232/> atau dipijit agar kulitnya pecah dan keluar bijinya (maka dinamai ''pisitan'', ''pijetan'', ''bijitan'').<ref name=heyne_1126/> Berbiji relatif besar dan berdaging tipis, kokosan umumnya berasa masam sampai masam sekali.
'''Kokosan''' (''L. domesticum'' var. ''aquaeum'') dibedakan oleh daunnya yang berbulu, tandannya yang penuh butir buah yang berjejalan sangat rapat, dan kulit buahnya yang berwarna kuning tua. Butir-butir buahnya umumnya kecil, berkulit tipis dan sedikit bergetah, tetapi sukar dikupas. Sehingga buah dimakan dengan cara digigit dan disedot cairan dan bijinya (maka disebut ''kokosan''),<ref name=verheij_232/> atau dipijit agar kulitnya pecah dan keluar bijinya (maka dinamai ''pisitan'', ''pijetan'', ''bijitan'').<ref name=heyne_1126/> Berbiji relatif besar dan berdaging tipis, kokosan umumnya berasa masam sampai masam sekali.


Kultivar duku yang paling terkenal di [[Indonesia]] adalah duku palembang, terutama karena manis rasanya dan sedikit bijinya. Sebetulnya penghasil utama duku ini bukanlah [[Kota Palembang]], melainkan daerah Komering (Kabupaten [[Ogan Komering Ulu|OKU]] dan [[Ogan Komering Ilir|OKI]]) serta beberapa wilayah lain yang berdekatan di [[Sumatra Selatan]]. Tempat lain yang juga menghasilkannya adalah kawasan [[Kumpeh, Muaro Jambi|Kumpeh]], [[Kabupaten Muaro Jambi|Muaro Jambi]], [[Jambi]]. Duku dari wilayah-wilayah ini dipasarkan ke pelbagai daerah di [[Sumatra]] dan [[Jawa]], dan bahkan diekspor.<ref name=woto_hutapea>Suparwoto dan Yanter Hutapea. 2005. [http://bbp2tp.litbang.deptan.go.id/FileUpload/files/publikasi/jpptp830512.pdf Keragaan buah duku dan pemasarannya di Sumatra Selatan]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, ''Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian'' Vol. '''8(3) ''':436-444, Nopember 2005.</ref><ref name=daud>Daud, I. 2000. ''Pohon duku berakar papan''. Artikel pada Majalah Intisari, bulan Januari 2000.</ref>
Kultivar duku yang paling terkenal di [[Indonesia]] adalah duku palembang, terutama karena manis rasanya dan sedikit bijinya. Sebetulnya penghasil utama duku ini bukanlah [[Kota Palembang]], melainkan daerah Komering (Kabupaten [[Ogan Komering Ulu|OKU]] dan [[Ogan Komering Ilir|OKI]]) serta beberapa wilayah lain yang berdekatan di [[Sumatera Selatan|Sumatra Selatan]]. Tempat lain yang juga menghasilkannya adalah kawasan [[Kumpeh, Muaro Jambi|Kumpeh]], [[Kabupaten Muaro Jambi|Muaro Jambi]], [[Jambi]]. Duku dari wilayah-wilayah ini dipasarkan ke pelbagai daerah di [[Sumatra]] dan [[Jawa]], dan bahkan diekspor.<ref name=woto_hutapea>Suparwoto dan Yanter Hutapea. 2005. [http://bbp2tp.litbang.deptan.go.id/FileUpload/files/publikasi/jpptp830512.pdf Keragaan buah duku dan pemasarannya di Sumatera Selatan]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, ''Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian'' Vol. '''8(3) ''':436-444, Nopember 2005.</ref><ref name=daud>Daud, I. 2000. ''Pohon duku berakar papan''. Artikel pada Majalah Intisari, bulan Januari 2000.</ref>


Di samping duku palembang, berbagai daerah juga menghasilkan dukunya masing-masing. Di Jawa, beberapa yang terkenal secara lokal adalah duku condet (dahulu juga duku menteng dan duku depok) dari seputaran [[Jakarta]]; duku papongan dari [[Tegal]]; duku kalikajar dari [[Purbalingga]]; duku karangkajen dan duku klaten dari [[Yogyakarta]]; duku matesih dari [[Karanganyar]]; duku woro dari [[Rembang]]; duku sumber dari [[Kudus]], dan lain-lain.<ref name=heyne_1126/><ref name=ipteknet>[http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2&id=45 Duku Condet] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20091030150512/http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2&id=45 |date=2009-10-30 }}, dan artikel-artikel sejenis pada laman IptekNet. Diakses 27/10/08.</ref><ref name=sleman>Anonim. [http://www.hupelita.com/baca.php?id=30165 ''Duku Sleman Dipelintir Pedagang Jadi Duku Palembang'']{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, artikel pada Harian Umum ''Pelita''. Diakses 27/10/08.</ref><ref>Garhan, D.A. [http://www.suaramerdeka.com/harian/0304/14/dar27.htm ''Duku Woro Diakui Sebagai Duku Palembang'']{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, artikel pada Harian Umum ''Suara Merdeka'', 14 April 2003. Diakses 27/10/08.</ref> Di [[Kalimantan Selatan]], dikenal duku Padang Batung dari [[Kabupaten Hulu Sungai Selatan]].<ref name=batung>[http://id.banjarbarukota.go.id/informasi_banjarbaru/tahun_2008/langsat_padang_batung_saingi_palembang.html ''Langsat Padang Batung Saingi Palembang'']{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 27/10/08.</ref>
Di samping duku palembang, berbagai daerah juga menghasilkan dukunya masing-masing. Di Jawa, beberapa yang terkenal secara lokal adalah duku condet (dahulu juga duku menteng dan duku depok) dari seputaran [[Jakarta]]; duku papongan dari [[Tegal]]; duku kalikajar dari [[Purbalingga]]; duku karangkajen dan duku klaten dari [[Yogyakarta]]; duku matesih dari [[Karanganyar]]; duku woro dari [[Rembang]]; duku sumber dari [[Kudus]], dan lain-lain.<ref name=heyne_1126/><ref name=ipteknet>[http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2&id=45 Duku Condet] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20091030150512/http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2&id=45 |date=2009-10-30 }}, dan artikel-artikel sejenis pada laman IptekNet. Diakses 27/10/08.</ref><ref name=sleman>Anonim. [http://www.hupelita.com/baca.php?id=30165 ''Duku Sleman Dipelintir Pedagang Jadi Duku Palembang'']{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, artikel pada Harian Umum ''Pelita''. Diakses 27/10/08.</ref><ref>Garhan, D.A. [http://www.suaramerdeka.com/harian/0304/14/dar27.htm ''Duku Woro Diakui Sebagai Duku Palembang'']{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, artikel pada Harian Umum ''Suara Merdeka'', 14 April 2003. Diakses 27/10/08.</ref> Di [[Kalimantan Selatan]], dikenal duku Padang Batung dari [[Kabupaten Hulu Sungai Selatan]].<ref name=batung>[http://id.banjarbarukota.go.id/informasi_banjarbaru/tahun_2008/langsat_padang_batung_saingi_palembang.html ''Langsat Padang Batung Saingi Palembang'']{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 27/10/08.</ref>
Baris 69: Baris 63:
== Manfaat ==
== Manfaat ==
[[Berkas:Lansiumdomesticumfruit.jpg|jmpl|200px|Buah duku yang dikupas, memperlihatkan [[arilus]] (selubung biji) yang putih bening.]]
[[Berkas:Lansiumdomesticumfruit.jpg|jmpl|200px|Buah duku yang dikupas, memperlihatkan [[arilus]] (selubung biji) yang putih bening.]]
Duku terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan dalam keadaan segar. Ada pula yang mengawetkannya dalam sirup dan dibotolkan.<ref name=verheij_232/> Kayunya keras, padat, berat dan awet, sehingga kerap digunakan sebagai bahan perkakas dan konstruksi rumah di desa, terutama kayu ''pisitan''.<ref name=heyne_1126/>
Duku terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan dalam keadaan segar. Ada pula yang mengawetkannya dalam sirup dan dibotolkan.<ref name=verheij_232/> Kayunya keras, padat, berat, dan awet, sehingga kerap digunakan sebagai bahan perkakas dan konstruksi rumah di [[desa]], terutama kayu ''pisitan''.<ref name=heyne_1126/>


Beberapa bagian tanaman digunakan sebagai bahan obat tradisional. Biji duku yang pahit rasanya, ditumbuk dan dicampur air untuk obat cacing dan juga obat demam. Kulit kayunya dimanfaatkan sebagai obat [[disentri]] dan [[malaria]]; sementara tepung kulit kayu ini dijadikan tapal untuk mengobati gigitan [[kalajengking]]. Kulit buahnya juga digunakan sebagai obat [[diare]]; dan kulit buah yang dikeringkan, di Filipina biasa dibakar sebagai pengusir nyamuk.<ref name=verheij_232/><ref name=heyne_1126/> Kulit buah ''langsat'' terutama, dikeringkan dan diolah untuk dicampurkan dalam [[setanggi]] atau dupa.<ref name=heyne_1126/>
Beberapa bagian tanaman digunakan sebagai bahan obat tradisional. Biji duku yang pahit rasanya, ditumbuk, dan dicampur air untuk obat cacing dan juga obat demam. Kulit kayunya dimanfaatkan sebagai obat [[disentri]] dan [[malaria]]; sementara tepung kulit kayu ini dijadikan tapal untuk mengobati gigitan [[kalajengking]]. Kulit buahnya juga digunakan sebagai obat [[diare]]; dan kulit buah yang dikeringkan, di Filipina biasa dibakar sebagai pengusir nyamuk.<ref name=verheij_232/><ref name=heyne_1126/> Kulit buah ''langsat'' terutama, dikeringkan dan diolah untuk dicampurkan dalam [[setanggi]] atau dupa.<ref name=heyne_1126/>


[[Berkas:Lans dom 061203 1735 mura.jpg|jmpl|kiri|200px|Wanatani duku di Mandi Angin, [[Rawas Ilir, Musi Rawas]].]]
[[Berkas:Lans dom 061203 1735 mura.jpg|jmpl|kiri|200px|Wanatani duku di Mandi Angin, [[Rawas Ilir, Musi Rawas]].]]
Baris 78: Baris 72:
Sebagai tanaman bertajuk menengah, duku tumbuh baik dalam kebun-kebun campuran ([[wanatani]]). Tanaman ini, terutama varietas ''duku'', menyukai tempat-tempat yang ternaung dan lembap. Di daerah-daerah produksinya, duku biasa ditanam bercampur dengan [[durian]], [[petai]], [[jengkol]], serta aneka tanaman buah dan kayu-kayuan lainnya, meski umumnya duku yang mendominasi.<ref name=verheij_232/><ref name=ipteknet/>
Sebagai tanaman bertajuk menengah, duku tumbuh baik dalam kebun-kebun campuran ([[wanatani]]). Tanaman ini, terutama varietas ''duku'', menyukai tempat-tempat yang ternaung dan lembap. Di daerah-daerah produksinya, duku biasa ditanam bercampur dengan [[durian]], [[petai]], [[jengkol]], serta aneka tanaman buah dan kayu-kayuan lainnya, meski umumnya duku yang mendominasi.<ref name=verheij_232/><ref name=ipteknet/>


Duku biasa ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl., di wilayah dengan curah hujan antara 1.500-2.500&nbsp;mm per tahun. Tanaman ini dapat tumbuh dan berbuah baik pada berbagai jenis tanah, terutama tipe tanah [[latosol]], [[podsolik]] kuning, dan [[aluvial]].<ref name=ipteknet/> Duku menyenangi tanah bertekstur sedang dan berdrainase baik, kaya bahan organik dan sedikit asam, namun dengan ketersediaan air tanah yang cukup. Sementara itu varietas ''langsat'' lebih tahan terhadap perubahan musim, dan dapat menenggang musim kemarau asalkan cukup ternaungi dan mendapatkan air.<ref name=verheij_232/> Duku tidak tahan penggenangan.<ref name="Morton1987">{{cite book|last =Morton|first =Julia F.|authorlink =Julia Morton|title =Fruits of warm climates|publisher = Florida Flair Books|date =1987|location =Miami, FL.|pages =p. 201–203|url =http://www.hort.purdue.edu/newcrop/morton/langsat.html|doi =|id = |isbn = 0961018410 }}</ref>
Duku biasa ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 mdpl., di wilayah dengan curah hujan antara 1.500–2.500&nbsp;mm per tahun. Tanaman ini dapat tumbuh dan berbuah baik pada berbagai jenis tanah, terutama tipe tanah [[latosol]], [[podsolik]] kuning, dan [[aluvial]].<ref name=ipteknet/> Duku menyenangi tanah bertekstur sedang dan berdrainase baik, kaya bahan organik dan sedikit asam, tetapi dengan ketersediaan air tanah yang cukup. Sementara itu varietas ''langsat'' lebih tahan terhadap perubahan musim, dan dapat menenggang musim kemarau asalkan cukup ternaungi dan mendapatkan air.<ref name=verheij_232/> Duku tidak tahan penggenangan.<ref name="Morton1987">{{cite book|last =Morton|first =Julia F.|authorlink =Julia Morton|title =Fruits of warm climates|publisher = Florida Flair Books|date =1987|location =Miami, FL.|pages =p. 201–203|url =http://www.hort.purdue.edu/newcrop/morton/langsat.html|doi =|id = |isbn = 0961018410 }}</ref>


Duku umumnya berbuah sekali dalam setahun, sehingga dikenal adanya musim buah duku. Musim ini dapat berlainan antar daerah, namun umumnya terjadi di sekitar awal musim hujan.
Duku umumnya berbuah sekali dalam setahun, sehingga dikenal adanya musim buah duku. Musim ini dapat berlainan antar-daerah, tetapi umumnya terjadi di sekitar awal musim hujan.


== Perbanyakan ==
== Perbanyakan ==
Baris 86: Baris 80:
Duku biasanya diperbanyak dengan biji, yang sengaja disemaikan atau dengan mengumpulkan cabutan semai yang tumbuh spontan di bawah pohon induknya. Akan tetapi menunggu hingga pohon baru ini menghasilkan, memakan waktu yang lama (20–25 tahun) dan belum pasti pula kualitasnya sama dengan induknya.<ref name=woto>Suparwoto. tt. [http://sumsel.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=47&Itemid=47 ''Teknik perbanyakan duku dengan sambung pucuk''.]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Duku biasanya diperbanyak dengan biji, yang sengaja disemaikan atau dengan mengumpulkan cabutan semai yang tumbuh spontan di bawah pohon induknya. Akan tetapi menunggu hingga pohon baru ini menghasilkan, memakan waktu yang lama (20–25 tahun) dan belum pasti pula kualitasnya sama dengan induknya.<ref name=woto>Suparwoto. tt. [http://sumsel.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=47&Itemid=47 ''Teknik perbanyakan duku dengan sambung pucuk''.]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>


Cara lain yang juga populer adalah dengan [[pencangkokan|mencangkoknya]]. Meskipun proses mencangkok ini memakan waktu yang relatif lama (8-9 bulan, akar keluar setelah 134 hari<ref name=Polo/>) namun pohon baru hasil cangkokan sudah dapat berbuah pada umur sekitar dua tahun.<ref name=sleman/> Kelemahannya, persen kematian anakan hasil cangkokan cukup besar.<ref name=verheij_232/> Lagi pula pertumbuhannya tidak seberapa kuat.<ref name=ipteknet/>
Cara lain yang juga populer adalah dengan [[pencangkokan|mencangkoknya]]. Meskipun proses mencangkok ini memakan waktu yang relatif lama (8–9 bulan, akar keluar setelah 134 hari<ref name=Polo/>) namun pohon baru hasil cangkokan sudah dapat berbuah pada umur sekitar dua tahun.<ref name=sleman/> Kelemahannya, persen kematian anakan hasil cangkokan cukup besar.<ref name=verheij_232/> Lagi pula pertumbuhannya tidak seberapa kuat.<ref name=ipteknet/>


Perbanyakan secara modern yang kini banyak dilakukan adalah dengan [[penyambungan|sambung pucuk]] (''grafting''). Teknik ini memungkinkan sifat-sifat genetik batang atas anakan yang dihasilkan sama dengan induknya, sementara waktu tunggunya dipersingkat menjadi 5–6 tahun. Anakan hasil sambung pucuk ini juga lebih kuat perakarannya daripada anakan hasil cangkokan.<ref name=woto/>
Perbanyakan secara modern yang kini banyak dilakukan adalah dengan [[penyambungan|sambung pucuk]] (''grafting''). Teknik ini memungkinkan sifat-sifat genetik batang atas anakan yang dihasilkan sama dengan induknya, sementara waktu tunggunya dipersingkat menjadi 5–6 tahun. Anakan hasil sambung pucuk ini juga lebih kuat perakarannya daripada anakan hasil cangkokan.<ref name=woto/>
Baris 93: Baris 87:


== Penyebaran dan nama-nama lokal ==
== Penyebaran dan nama-nama lokal ==
Wilayah asal usul duku membentang dari sekitar [[Siam]], [[Semenanjung Tanah Melayu]] hingga [[Borneo]] di timur, termasuk pula [[Filipina]]. Di daerah-daerah itu, duku ditanam sebagai salah satu buah-buahan yang penting. Bahkan varietas-varietas liar atau yang meliar dapat dijumpai di alam. Kini duku juga dibudidayakan, walau tidak besar, di [[Vietnam]], [[Burma]], [[Srilanka]], [[India]], [[Australia]], [[Hawaii]], [[Suriname]], dan [[Puerto Rico]].<ref name=verheij_232/><ref name="Morton1987"/>
Wilayah asal-usul duku membentang dari sekitar [[Siam]], [[Semenanjung Tanah Melayu]] hingga [[Borneo]] di timur, termasuk pula [[Filipina]]. Di daerah-daerah itu, duku ditanam sebagai salah satu buah-buahan yang penting. Bahkan varietas-varietas liar atau yang meliar dapat dijumpai di alam. Kini duku juga dibudidayakan, walau tidak besar, di [[Vietnam]], [[Burma]], [[Srilanka]], [[India]], [[Australia]], [[Hawaii]], [[Suriname]], dan [[Puerto Rico]].<ref name=verheij_232/><ref name="Morton1987"/>


Duku dikenal dengan banyak nama, seperti ''langsat'', ''langseh'', ''langsep'', ''lansa'' ([[Malaysia|Mal.]]); ''lansones'', ''lanzone'', ''lanzon'', dan ''buahan'', ([[Filipina|Fil.]]); ''langsad'', ''longkong'' ([[Thailand]]); ''lòn bon'' dan ''bòn bon'' (Vietnam); ''langsak'', ''duku'' (Burma); serta ''gadu guda'' (Srilanka). Dalam [[bahasa Inggris]] juga disebut sebagai ''langsat'' dan ''duku''.<ref name="Morton1987"/><ref name="icraf">[http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/products/afdbases/af/asp/SpeciesInfo.asp?SpID=1776 ''Lansium domesticum''] {{Webarchive|url=https://www.webcitation.org/62zFhRjSs?url=http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/products/afdbases/af/asp/SpeciesInfo.asp?SpID=1776 |date=2011-11-06 }} pada [http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/products/afdbases/af/index.asp ICRAF AgroforestryTree Database]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}. diakses 27/10/08.</ref>
Duku dikenal dengan banyak nama, seperti ''langsat'', ''langseh'', ''langsep'', ''lansa'' ([[Malaysia|Mal.]]); ''lansones'', ''lanzone'', ''lanzon'', dan ''buahan'', ([[Filipina|Fil.]]); ''langsad'', ''longkong'' ([[Thailand]]); ''lòn bon'' dan ''bòn bon'' (Vietnam); ''langsak'', ''duku'' (Burma); serta ''gadu guda'' (Srilanka). Dalam [[bahasa Inggris]] juga disebut sebagai ''langsat'' dan ''duku''.<ref name="Morton1987"/><ref name="icraf">[http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/products/afdbases/af/asp/SpeciesInfo.asp?SpID=1776 ''Lansium domesticum''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111106070151/http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/products/afdbases/af/asp/SpeciesInfo.asp?SpID=1776 |date=2011-11-06 }} pada [http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/products/afdbases/af/index.asp ICRAF AgroforestryTree Database]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}. diakses 27/10/08.</ref>


Di Indonesia sendiri duku disebut dengan berbagai nama, yang mirip maupun yang tidak. Misalnya ''langsat'' (umum); ''lansat, lancat'' ([[Aceh]] dan [[Sumatra Utara|Sumut]]); ''lasé'' ([[Bahasa Nias|Nias]]); ''langsék'' ([[Minangkabau|Min.]]); ''langsak, lasak, rarsak, rasak'' ([[Lampung]]); ''lansét, lasat, losot, léhat, lihat, rihat, richat'' ([[Kalimantan|Kal.]]); ''lansa, lasat, lasot, lansot, dansot, ranso, lantat'' ([[Sulawesi Utara|Sulut]]); ''lansa, lasa, lasé, lésé'' ([[Sulawesi Selatan|Sulsel]]); ''lasat, lasaté, lasété, nasaté, lasato, lalasat, lasa'' ([[Maluku]]) dan sejenisnya. Serta ''langsat, langsep'' dan ''duku, dukuh'' ([[bahasa Jawa|Jw.]]); ''kokosan, pisitan, bijitan'' ([[bahasa Sunda|Sd.]]); ''pijetan, celuring'' (Jw.); ''celoréng'' ([[bahasa Madura|Md.]]; ''celoring, ceroring'' ([[bahasa Bali|Bali]]); dan lain-lain.<ref name=heyne_1126/>
Di Indonesia sendiri duku disebut dengan berbagai nama, yang mirip maupun yang tidak. Misalnya ''langsat'' (umum); ''lansat, lancat'' ([[Aceh]] dan [[Sumatera Utara|Sumut]]); ''lasé'' ([[Bahasa Nias|Nias]]); ''langsék'' ([[Minangkabau|Min.]]); Tebel Gelat (Empat Lawang) ''langsak'' ([[Bahasa Komering|Komering]]) ''langsak, lasak, rarsak, rasak'' ([[Lampung]]); ''lansét, lasat, losot, léhat, lihat, rihat, richat'' ([[Kalimantan|Kal.]]); ''lansa, lasat, lasot, lansot, dansot, ranso, lantat'' ([[Sulawesi Utara|Sulut]]); ''lansa, lasa, lasé, lésé'' ([[Sulawesi Selatan|Sulsel]]); ''lasat, lasaté, lasété, nasaté, lasato, lalasat, lasa'' ([[Maluku]]) dan sejenisnya. Serta ''langsat, langsep'' dan ''duku, dukuh'' ([[bahasa Jawa|Jw.]]); ''kokosan, pisitan, bijitan'' ([[bahasa Sunda|Sd.]]); ''pijetan, celuring'' (Jw.); ''celoréng'' ([[bahasa Madura|Md.]]; ''celoring, ceroring'' ([[bahasa Bali|Bali]]); dan lain-lain.<ref name=heyne_1126/>


== Perdagangan ==
== Perdagangan ==
Negara-negara penghasil utama duku adalah Malaysia, Thailand, Filipina dan Indonesia. Namun umumnya duku habis dikonsumsi di dalam negeri masing-masing, kecuali sedikit yang diekspor ke [[Singapura]] dan [[Hongkong]]. Duku belum menembus pasar buah-buahan di [[Eropa]] dan [[Benua Amerika|Amerika]].<ref name=verheij_232/>
Negara-negara penghasil utama duku adalah Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Namun umumnya duku habis dikonsumsi di dalam negeri masing-masing, kecuali sedikit yang diekspor ke [[Singapura]] dan [[Hongkong]]. Duku belum menembus pasar buah-buahan di [[Eropa]] dan [[Benua Amerika|Amerika]].<ref name=verheij_232/>


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 109: Baris 103:
* {{id}} Deskripi di [http://www.kehati.or.id/florakita/printer.php?photoid=843 Kehati]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{id}} Deskripi di [http://www.kehati.or.id/florakita/printer.php?photoid=843 Kehati]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{en}} Fruits of Warm Climates: [http://www.hort.purdue.edu/newcrop/morton/langsat.html Langsat]
* {{en}} Fruits of Warm Climates: [http://www.hort.purdue.edu/newcrop/morton/langsat.html Langsat]
* {{en}} ICRAF: [http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/products/afdbases/af/asp/SpeciesInfo.asp?SpID=1776 ''Lansium domesticum''] {{Webarchive|url=https://www.webcitation.org/62zFhRjSs?url=http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/products/afdbases/af/asp/SpeciesInfo.asp?SpID=1776 |date=2011-11-06 }}
* {{en}} ICRAF: [http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/products/afdbases/af/asp/SpeciesInfo.asp?SpID=1776 ''Lansium domesticum'']{{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111106070151/http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/products/afdbases/af/asp/SpeciesInfo.asp?SpID=1776 |date=2011-11-06 }}
* {{en}} Famous Tropical Fruit: [http://tropical-fruits.blogspot.com/2006/09/duku-lansium-domesticum.html Duku]
* {{en}} Famous Tropical Fruit: [http://tropical-fruits.blogspot.com/2006/09/duku-lansium-domesticum.html Duku]



Revisi terkini sejak 15 September 2024 13.14

Duku
Lansium domesticum
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo: Sapindales
Famili: Meliaceae
Genus: Lansium
Spesies:
L. domesticum
Nama binomial
Lansium domesticum
Corrêa
Sinonim
Daftar[1]
    • Aglaia aquea (Jacq.) Kosterm.
    • Aglaia domestica (Corrêa) Pellegr.
    • Aglaia dookoo Griff.
    • Aglaia intricatoreticulata Kosterm.
    • Aglaia merrillii Elmer nom. inval.
    • Aglaia sepalina (Kosterm.) Kosterm.
    • Aglaia steenisii Kosterm.
    • Amoora racemosa Ridl.
    • Lachanodendron domesticum (Corrêa) Nees
    • Lansium domesticum Corrêa
    • Melia parasitica Osbeck

Duku atau Lansium domesticum (kerap kali diidentifikasi dengan salah sebagai Lansium parasiticum) adalah jenis buah-buahan dari anggota suku Meliaceae. Tanaman yang berasal dari Asia Tenggara sebelah barat ini memiliki kemiripan dengan buah langsat, kokosan, pisitan, celoring dan lain-lain dengan berbagai variasinya. Nama-nama yang beraneka ragam ini sekaligus menunjukkan adanya aneka kultivar yang tercermin dari bentuk buah dan pohon yang berbeda-beda.

Pemerian botani

[sunting | sunting sumber]

Pohon yang berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 30 m dan gemang hingga 75 cm. Batang biasanya beralur-alur dalam tak teratur, dengan banir (akar papan) yang pipih menonjol di atas tanah. Pepagan (kulit kayu) berwarna kelabu berbintik-bintik gelap dan jingga, mengandung getah kental berwarna susu yang lengket (resin).[2]

Daun majemuk menyirip ganjil, gundul atau berbulu halus, dengan 6–9 anak daun yang tersusun berseling, anak daun jorong (eliptis) sampai lonjong, 9–21 cm × 5–10 cm, mengilap di sisi atas, seperti jangat, dengan pangkal runcing dan ujung meluncip (meruncing) pendek, anak daun bertangkai 5–12 mm.[2]

Bunga terletak dalam tandan yang muncul pada batang atau cabang yang besar, menggantung, sendiri atau dalam berkas 2–5 tandan atau lebih, kerap bercabang pada pangkalnya, 10–30 cm panjangnya, berambut.[3] Bunga-bunga berukuran kecil, duduk atau bertangkai pendek, menyendiri, berkelamin dua. Kelopak berbentuk cawan bercuping-5, berdaging, kuning kehijauan. Mahkota bundar telur, tegak, berdaging, 2–3 mm × 4–5 mm, putih hingga kuning pucat. Benang sari satu berkas, tabungnya mencapai 2 mm, kepala-kepala sari dalam satu lingkaran. Putiknya tebal dan pendek.[2]

Buah buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm × 1,5–5 cm, dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak yang tidak rontok. Kulit (dinding) buah tipis hingga tebal (kira-kira 6 mm). Berbiji 1–3, pipih, hijau, berasa pahit; biji terbungkus oleh salut biji (arilus) yang putih bening dan tebal, berair, manis hingga masam.[2] Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak berkembang (rudimenter), tetapi arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.

Perbanyakan duku yang dilakukan menggunakan biji mengakibatkan lambannya tanaman dalam menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai 15 tahun.[4] Perkecambahan tumbuhan ini memiliki perilaku poliembrioni (satu biji menghasilkan banyak embrio atau semai): satu embrio hasil pembuahan, dan sisanya embrio apomiktik,[5]. Embrio apomiktik berkembang dari jaringan pohon induk sehingga keturunannya memiliki karakter yang serupa dengan induknya. Biji bersifat rekalsitran, penyimpanan lebih daripada tujuh hari akan menyebabkan kemunduran daya kecambah yang cepat.[6]

Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan pencangkokan dan sambung pucuk.[4]

Keanekaragaman

[sunting | sunting sumber]
Langsat, dijual dalam tandannya di lapak tepi jalan, Kutai Barat.

Duku amat bervariasi dalam sifat-sifat pohon dan buahnya; sehingga ada pula ahli yang memisah-misahkannya ke dalam jenis-jenis (spesies) yang berlainan. Pada garis besarnya, ada dua kelompok besar buah ini, yakni yang dikenal sebagai duku, dan yang dinamakan langsat. Kemudian ada kelompok campuran antara keduanya yang disebut duku-langsat, serta kelompok terakhir yang di Indonesia dikenal sebagai kokosan.[2]

Kelompok yang dikenal sebagai duku (L. domesticum var. duku) umumnya memiliki pohon yang bertajuk besar, padat oleh dedaunan yang berwarna hijau cerah, dengan tandan yang relatif pendek dan berisi sedikit buah. Butiran buahnya besar, cenderung bulat, berkulit agak tebal namun cenderung tidak bergetah bila masak, umumnya berbiji kecil dan berdaging tebal, manis atau masam, dan berbau harum.[2][7]

Langsat (L. domesticum var. domesticum) kebanyakan memiliki pohon yang lebih kurus, berdaun kurang lebat yang berwarna hijau tua, dengan percabangan tegak. Tandan buahnya panjang, padat berisi 15–25 butir buah yang berbentuk bulat telur dan besar-besar. Buah langsat berkulit tipis dan selalu bergetah (putih) sekalipun telah masak. Daging buahnya banyak berair, rasanya masam manis dan menyegarkan.[2][7] Tak seperti duku, langsat bukanlah buah yang bisa bertahan lama setelah dipetik. Dalam tiga hari setelah dipetik, kulit langsat akan menghitam sekalipun itu tidak merusak rasa manisnya. Hanya saja tampilannya menjadi tidak menarik.

Memanen duku di Mandi Angin, Rawas Ilir, Musi Rawas. Perhatikan tandannya yang renggang, berbeda dengan langsat yang rapat.

Kokosan (L. domesticum var. aquaeum) dibedakan oleh daunnya yang berbulu, tandannya yang penuh butir buah yang berjejalan sangat rapat, dan kulit buahnya yang berwarna kuning tua. Butir-butir buahnya umumnya kecil, berkulit tipis dan sedikit bergetah, tetapi sukar dikupas. Sehingga buah dimakan dengan cara digigit dan disedot cairan dan bijinya (maka disebut kokosan),[2] atau dipijit agar kulitnya pecah dan keluar bijinya (maka dinamai pisitan, pijetan, bijitan).[7] Berbiji relatif besar dan berdaging tipis, kokosan umumnya berasa masam sampai masam sekali.

Kultivar duku yang paling terkenal di Indonesia adalah duku palembang, terutama karena manis rasanya dan sedikit bijinya. Sebetulnya penghasil utama duku ini bukanlah Kota Palembang, melainkan daerah Komering (Kabupaten OKU dan OKI) serta beberapa wilayah lain yang berdekatan di Sumatra Selatan. Tempat lain yang juga menghasilkannya adalah kawasan Kumpeh, Muaro Jambi, Jambi. Duku dari wilayah-wilayah ini dipasarkan ke pelbagai daerah di Sumatra dan Jawa, dan bahkan diekspor.[8][9]

Di samping duku palembang, berbagai daerah juga menghasilkan dukunya masing-masing. Di Jawa, beberapa yang terkenal secara lokal adalah duku condet (dahulu juga duku menteng dan duku depok) dari seputaran Jakarta; duku papongan dari Tegal; duku kalikajar dari Purbalingga; duku karangkajen dan duku klaten dari Yogyakarta; duku matesih dari Karanganyar; duku woro dari Rembang; duku sumber dari Kudus, dan lain-lain.[7][10][11][12] Di Kalimantan Selatan, dikenal duku Padang Batung dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan.[13]

Mengingat daya tahan buahnya yang tak seperti duku, langsat umumnya dikenal secara lebih terbatas dan lokal. Beberapa kultivar yang populer, di antaranya adalah langsep singosari dari Malang,[9] langsat tanjung dari Kalsel,[13] langsat punggur dari Kalbar, dan sebagainya. Dari Thailand dikenal langsat uttaradit, dan dari Luzon, Filipina, dikenal langsat paete.[2]

Buah duku yang dikupas, memperlihatkan arilus (selubung biji) yang putih bening.

Duku terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan dalam keadaan segar. Ada pula yang mengawetkannya dalam sirup dan dibotolkan.[2] Kayunya keras, padat, berat, dan awet, sehingga kerap digunakan sebagai bahan perkakas dan konstruksi rumah di desa, terutama kayu pisitan.[7]

Beberapa bagian tanaman digunakan sebagai bahan obat tradisional. Biji duku yang pahit rasanya, ditumbuk, dan dicampur air untuk obat cacing dan juga obat demam. Kulit kayunya dimanfaatkan sebagai obat disentri dan malaria; sementara tepung kulit kayu ini dijadikan tapal untuk mengobati gigitan kalajengking. Kulit buahnya juga digunakan sebagai obat diare; dan kulit buah yang dikeringkan, di Filipina biasa dibakar sebagai pengusir nyamuk.[2][7] Kulit buah langsat terutama, dikeringkan dan diolah untuk dicampurkan dalam setanggi atau dupa.[7]

Wanatani duku di Mandi Angin, Rawas Ilir, Musi Rawas.

Sebagai tanaman bertajuk menengah, duku tumbuh baik dalam kebun-kebun campuran (wanatani). Tanaman ini, terutama varietas duku, menyukai tempat-tempat yang ternaung dan lembap. Di daerah-daerah produksinya, duku biasa ditanam bercampur dengan durian, petai, jengkol, serta aneka tanaman buah dan kayu-kayuan lainnya, meski umumnya duku yang mendominasi.[2][10]

Duku biasa ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 mdpl., di wilayah dengan curah hujan antara 1.500–2.500 mm per tahun. Tanaman ini dapat tumbuh dan berbuah baik pada berbagai jenis tanah, terutama tipe tanah latosol, podsolik kuning, dan aluvial.[10] Duku menyenangi tanah bertekstur sedang dan berdrainase baik, kaya bahan organik dan sedikit asam, tetapi dengan ketersediaan air tanah yang cukup. Sementara itu varietas langsat lebih tahan terhadap perubahan musim, dan dapat menenggang musim kemarau asalkan cukup ternaungi dan mendapatkan air.[2] Duku tidak tahan penggenangan.[14]

Duku umumnya berbuah sekali dalam setahun, sehingga dikenal adanya musim buah duku. Musim ini dapat berlainan antar-daerah, tetapi umumnya terjadi di sekitar awal musim hujan.

Perbanyakan

[sunting | sunting sumber]
Langsat di Filipina.

Duku biasanya diperbanyak dengan biji, yang sengaja disemaikan atau dengan mengumpulkan cabutan semai yang tumbuh spontan di bawah pohon induknya. Akan tetapi menunggu hingga pohon baru ini menghasilkan, memakan waktu yang lama (20–25 tahun) dan belum pasti pula kualitasnya sama dengan induknya.[15]

Cara lain yang juga populer adalah dengan mencangkoknya. Meskipun proses mencangkok ini memakan waktu yang relatif lama (8–9 bulan, akar keluar setelah 134 hari[4]) namun pohon baru hasil cangkokan sudah dapat berbuah pada umur sekitar dua tahun.[11] Kelemahannya, persen kematian anakan hasil cangkokan cukup besar.[2] Lagi pula pertumbuhannya tidak seberapa kuat.[10]

Perbanyakan secara modern yang kini banyak dilakukan adalah dengan sambung pucuk (grafting). Teknik ini memungkinkan sifat-sifat genetik batang atas anakan yang dihasilkan sama dengan induknya, sementara waktu tunggunya dipersingkat menjadi 5–6 tahun. Anakan hasil sambung pucuk ini juga lebih kuat perakarannya daripada anakan hasil cangkokan.[15]

Memilah duku yang baru dipanen.

Penyebaran dan nama-nama lokal

[sunting | sunting sumber]

Wilayah asal-usul duku membentang dari sekitar Siam, Semenanjung Tanah Melayu hingga Borneo di timur, termasuk pula Filipina. Di daerah-daerah itu, duku ditanam sebagai salah satu buah-buahan yang penting. Bahkan varietas-varietas liar atau yang meliar dapat dijumpai di alam. Kini duku juga dibudidayakan, walau tidak besar, di Vietnam, Burma, Srilanka, India, Australia, Hawaii, Suriname, dan Puerto Rico.[2][14]

Duku dikenal dengan banyak nama, seperti langsat, langseh, langsep, lansa (Mal.); lansones, lanzone, lanzon, dan buahan, (Fil.); langsad, longkong (Thailand); lòn bon dan bòn bon (Vietnam); langsak, duku (Burma); serta gadu guda (Srilanka). Dalam bahasa Inggris juga disebut sebagai langsat dan duku.[14][16]

Di Indonesia sendiri duku disebut dengan berbagai nama, yang mirip maupun yang tidak. Misalnya langsat (umum); lansat, lancat (Aceh dan Sumut); lasé (Nias); langsék (Min.); Tebel Gelat (Empat Lawang) langsak (Komering) langsak, lasak, rarsak, rasak (Lampung); lansét, lasat, losot, léhat, lihat, rihat, richat (Kal.); lansa, lasat, lasot, lansot, dansot, ranso, lantat (Sulut); lansa, lasa, lasé, lésé (Sulsel); lasat, lasaté, lasété, nasaté, lasato, lalasat, lasa (Maluku) dan sejenisnya. Serta langsat, langsep dan duku, dukuh (Jw.); kokosan, pisitan, bijitan (Sd.); pijetan, celuring (Jw.); celoréng (Md.; celoring, ceroring (Bali); dan lain-lain.[7]

Perdagangan

[sunting | sunting sumber]

Negara-negara penghasil utama duku adalah Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Namun umumnya duku habis dikonsumsi di dalam negeri masing-masing, kecuali sedikit yang diekspor ke Singapura dan Hongkong. Duku belum menembus pasar buah-buahan di Eropa dan Amerika.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "The Plant List: A Working List of All Plant Species". Diakses tanggal May 16, 2014. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 232-237.
  3. ^ Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 255.
  4. ^ a b c Polo D.C. 1926. Propagation of the lanzon by marcotage and by cuttings. The Phillippine Agriculturists 14(9): 613-623.
  5. ^ R. Kiew, L.L. Teo and Y.Y. Gan. 2003. Assessment of the hybrid status of some Malesian plants using Amplified Fragment Length Polymorphism]. Telopea 10:225–233
  6. ^ Suharyono UHY. 1981. Penelitian daya tumbuh biji duku (Lansium domesticum var. duku).
  7. ^ a b c d e f g h Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 2. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 1126-1128.
  8. ^ Suparwoto dan Yanter Hutapea. 2005. Keragaan buah duku dan pemasarannya di Sumatera Selatan[pranala nonaktif permanen], Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8(3) :436-444, Nopember 2005.
  9. ^ a b Daud, I. 2000. Pohon duku berakar papan. Artikel pada Majalah Intisari, bulan Januari 2000.
  10. ^ a b c d Duku Condet Diarsipkan 2009-10-30 di Wayback Machine., dan artikel-artikel sejenis pada laman IptekNet. Diakses 27/10/08.
  11. ^ a b Anonim. Duku Sleman Dipelintir Pedagang Jadi Duku Palembang[pranala nonaktif permanen], artikel pada Harian Umum Pelita. Diakses 27/10/08.
  12. ^ Garhan, D.A. Duku Woro Diakui Sebagai Duku Palembang[pranala nonaktif permanen], artikel pada Harian Umum Suara Merdeka, 14 April 2003. Diakses 27/10/08.
  13. ^ a b Langsat Padang Batung Saingi Palembang[pranala nonaktif permanen], diakses 27/10/08.
  14. ^ a b c Morton, Julia F. (1987). Fruits of warm climates. Miami, FL.: Florida Flair Books. hlm. p. 201–203. ISBN 0961018410. 
  15. ^ a b Suparwoto. tt. Teknik perbanyakan duku dengan sambung pucuk.[pranala nonaktif permanen]
  16. ^ Lansium domesticum Diarsipkan 2011-11-06 di Wayback Machine. pada ICRAF AgroforestryTree Database[pranala nonaktif permanen]. diakses 27/10/08.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]