Ayat-Ayat Setan: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Mengembalikan suntingan oleh Ebn Abee Dhahhak El Shirazy (bicara) ke revisi terakhir oleh Fazoffic Tag: Pengembalian |
||
(50 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{tentang|riwayat ayat-ayat setan|novel karya Salman Rushdie|The Satanic Verses}} |
{{tentang|riwayat ayat-ayat setan|novel karya Salman Rushdie|The Satanic Verses}} |
||
Insiden '''ayat-ayat setan''', atau dikenal dalam literatur [[Islam]] sebagai ''Qissat al-Gharaniq'' (''Kisah Burung Bangau''), adalah nama sebuah kejadian |
Insiden '''ayat-ayat setan''', atau dikenal juga dalam literatur [[Islam]] sebagai ''Qissat al-Gharaniq'' (''Kisah Burung-Burung Bangau''), adalah nama sebuah kejadian di masa kenabian [[Muhammad]], di mana ia pernah keliru mengira perkataan yang "dibisikkan oleh [[setan]]" sebagai [[wahyu]] dari Tuhan (''[[Allah]]'').<ref name="Ahmed">{{cite journal|last1=Ahmed|first1=Shahab|title=Ibn Taymiyyah and the Satanic Verses|journal=Studia Islamica|date=1998|volume=87|pages=67-124|url=http://www.jstor.org/stable/1595926|publisher=Maisonneuve & Larose}}</ref> |
||
Riwayat mengenai peristiwa ini dapat ditemukan dalam beberapa sumber, seperti ''[[Sirah|Sirah nabawiyah]]'' yang ditulis oleh [[al-Waqidi|al-Wāqidī]], [[ |
Riwayat mengenai peristiwa ini dapat ditemukan dalam beberapa sumber, seperti ''[[Sirah|Sirah nabawiyah]]'' yang ditulis oleh [[al-Waqidi|al-Wāqidī]], [[Ibnu Sa'ad]] (juru tulis dari Waqidi) dan [[Ibnu Ishaq]],<ref name="IbnIshaq">{{Cite book|last = Ibn Ishaq|first = Muhammad|title = Ibn Ishaq's Sirat Rasul Allah - The Life of Muhammad Translated by A. Guillaume.|publisher = Oxford University Press|location = Oxford|page = 165|date = 1955|url = https://archive.org/stream/TheLifeOfMohammedGuillaume/The_Life_Of_Mohammed_Guillaume#page/n105/mode/1up|isbn =9780196360331}}</ref> demikian pula pada [[tafsir]] oleh [[Muhammad bin Jarir al-Tabari|at-Thabarī]] yang kerap dianggap sebagai salah satu kitab tafsir yang paling benar (''shahih''),<ref>{{Cite web|title=أيهما أصح " تفسير ابن كثير " أو " تفسير الطبري " ؟ - الإسلام سؤال وجواب|url=https://islamqa.info/ar/answers/43778/%D8%A7%D9%8A%D9%87%D9%85%D8%A7-%D8%A7%D8%B5%D8%AD-%D8%AA%D9%81%D8%B3%D9%8A%D8%B1-%D8%A7%D8%A8%D9%86-%D9%83%D8%AB%D9%8A%D8%B1-%D8%A7%D9%88-%D8%AA%D9%81%D8%B3%D9%8A%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D8%B7%D8%A8%D8%B1%D9%8A|website=islamqa.info|language=ar|access-date=2021-08-16}}</ref> [[Tafsir al-Jalalain]], dan secara tidak langsung juga dalam [[Shahih Bukhari]]. |
||
⚫ | |||
Istilah 'ayat-ayat setan' pertama kali disebutkan dan dipopulerkan oleh Sir [[William Muir]] (1858).<ref name="Esposito2003">{{cite book|author=John L. Esposito|title=The Oxford dictionary of Islam|url=http://books.google.com/books?id=Bcis07kDq30C&pg=PT563|year=2003|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-512558-0|page=563}}</ref> |
|||
[[Muhammad bin Ismail al-Bukhari|Bukhari]] melaporkan di dalam kitab koleksi [[Hadits Shahih|hadits shahih]]-nya bahwa orang-orang [[Musyrikin|Musyrik]] ikut bersujud bersama Muhammad ketika ia selesai membacakan [[Surah An-Najm|Surat An-Najm]]: |
|||
⚫ | {{quote|Disampaikan Ibnu Abbas: Ketika Nabi {{saw}} selesai membaca Surat an-Najm, Nabi bersujud, dan orang-orang Muslim, Musyrikin, Jin, dan umat manusia ikut bersujud bersamanya.<ref>{{Cite web|title=Sahih al-Bukhari 4862 - Prophetic Commentary on the Qur'an (Tafseer of the Prophet (pbuh)) - كتاب التفسير - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/bukhari:4862|website=sunnah.com|access-date=2021-08-16}}</ref>|[https://sunnah.com/bukhari:4862 Sahih al-Bukhari 4862] }} |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
Menurut ath-Thabari dan al- |
Menurut [[Ibnu Jarir ath-Thabari|ath-Thabari]] dan [[Tafsir al-Jalalain|al-Jalalain]] pada tafsir-tafsir fenomenal mereka,<ref>{{Cite web|date=2017-11-05|title=Karya-Karya ath-Thabari yang Fenomenal|url=https://republika.co.id/share/oyx1t0313|website=Republika Online|language=id|access-date=2021-08-18}}</ref><ref>{{Cite web|date=2021-01-11|title=Di Balik Nama Tafsir Al-Jalalain, Kitab Tafsir Terpopuler|url=https://republika.co.id/share/qmr4nn320|website=Republika Online|language=id|access-date=2021-08-18}}</ref> dan berbagai sumber Muslim lainnya, hal ini terjadi dikarenakan pada saat Muhammad menyampaikan ayat 19-20 dari [[Surah An-Najm]] dari [[Allah]] berikut: |
||
{{quote|''19} Pernahkan kalian |
{{quote|'''{19}''' Pernahkan kalian memikirkan Al-Lat dan Al-'Uzza<br />'''{20}''' Dan Al-Manat, yang ketiga, (atau) yang satu lainnya?|2=[https://quran.com/53/19-20?locale=en&font=v1&reading=false&translations=19%2C20%2C203 QS 53:19-20]}} |
||
Setan membisikkan kepada |
[[Setan]] membisikkan kepada Muhammad kalimat yang justru memuja ketiga [[Dewi]] kaum Musyrikin tersebut, sehingga Muhammad menganggap bahwa kalimat dari setan itu adalah sebagai bagian dari [[Al-Quran]], yang kemudian disampaikan oleh Muhammad ke khalayak ramai. Isi dari kalimat itu adalah: |
||
{{Quote| |
{{Quote|Mereka adalah burung-burung bangau yang terbang tinggi; syafaat dari mereka sungguh sangat diharapkan.<ref>{{Cite book|last=al-Tabari|url=https://archive.org/details/tabarivolume06/page/n156/mode/1up|title=The History of al-Tabari [Ta’rikh al-rusul wa’l-muluk], vol. VI|archive-url=https://perma.cc/R6PK-WFMB|pages=108|archive-date=18 Agustus 2021|url-status=live}}</ref> }} |
||
Pada malam harinya, [[Jibril]] datang dan mengabari Muhammad, bahwa Setan telah menyelipkan kata-katanya ke dalam wahyu Tuhan yang telah ia sampaikan. Dalam riwayat [[Ibnu Ishaq]], Muhammad dikabarkan merasa sedih atas kejadian itu. Namun beberapa saat kemudian kesedihannya menghilang setelah Tuhan meyakinkannya dengan membatalkan ([[Nasakh (tafsir)|nasakh]]) ayat dari setan tersebut serta mengrimkan kembali ayat-ayat yang benar.<ref>{{Cite web|title=Tafsir Ath-Thabari, QS 22:52|url=https://quran.ksu.edu.sa/tafseer/tabary/sura22-aya52.html|website=King Saud University|archive-url=https://web.archive.org/web/20210816180855/https://quran.ksu.edu.sa/tafseer/tabary/sura22-aya52.html|archive-date=2021-08-16|access-date=17 Agustus 2021|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|title=QuranX.com The most complete Quran / Hadith / Tafsir collection available!|url=https://quranx.com/Tafsir/Jalal/22.52|website=quranx.com|access-date=2021-08-18}}</ref><ref>{{Cite web|title=Tafsir Al Jalalayn (QS 22:52)|url=https://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=1&tTafsirNo=74&tSoraNo=22&tAyahNo=52&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2|website=altafsir.com}}</ref> |
|||
Beberapa saat kemudian, Jibril pun datang dan mengabari Sang Nabi, bahwa Setan telah menyelipkan kata-katanya ke dalam firman Allah yang telah beliau sampaikan. Mengetahui hal tersebut, Nabi pun merasa sedih. Namun beberapa saat kemudian kesedihan beliau pun sirna setelah Allah meyakinkan ridho-nya kepada beliau dengan me-nasakh (membatalkan) ayat dari setan tersebut serta menguatkan ayat-ayat-Nya. |
|||
Beberapa ulama [[Tafsir]], seperti [[ath-Thabari]] percaya bahwa kejadian ini disebutkan kembali di dalam al-Qur'an pada [[Surah Al-Hajj|Surah al-Hajj]]. |
|||
{{Quote|''Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,''|[https://quran.com/22/52 QS 22:52]}} |
|||
{{Quote|Tidak pernah kami mengutus seorang Rasul ataupun Nabi sebelum dirimu, melainkan ketika ia membacakan (wahyu), Setan melemparkan (suatu kebohongan) ke dalamnya. Namun Allah membatalkan apa yang telah Setan lemparkan tersebut. Lalu Allah mengukuhkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.<ref>{{Cite web|title=Surah Al-Hajj - 52|url=https://quran.com/al-hajj?locale=en&font=v1&reading=false&translations=203%2C20%2C19|website=quran.com|archive-url=https://perma.cc/JY6F-VXAW|archive-date=2021-08-18|access-date=2021-08-18}}</ref>|2=[https://quran.com/22/52?locale=en&font=v1&reading=false&translations=19%2C20%2C203 QS 22:52]}} |
|||
== Pendapat berlawanan == |
|||
Beberapa cendekiawan Muslim menolak keabsahan sejarah dari insiden ini, berdasarkan argumen bahwa kisah ini mempunyai ''[[isnad]]'' (rantai penyampaian) yang lemah (''dha'īf''), serta berpegang pada doktrin ''[[isma]]'' dalam teologi Islam; yaitu Ketidakbersalahan Nabi; perlindungan Illahiah bahwa Allah melindungi Nabi Muhammad agar terhindar dari melakukan segala perbuatan salah.<ref name="Ahmed" /> Sekalipun Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir menganggap sahih, tetapi [[Al-Baihaqi]] mengatakan bahwa kisah ini tidak tetap (''tsabit'') dari sisi penukilan (pengutipan) di isnadnya." Qadhi 'Iyadh<ref>Lihat {{aut|[[Qadhi 'Iyadh|'Iyadh, Qadhi]]}}, ''Asy-Syifā'', jilid 2, halaman 116.</ref> menganggap serupa; karena hampir semunanya lemah dan sangat lemah. Tidak pernah hadits ini dikeluarkan seorangpun yang konsisten dalam hadits-hadits ''shahīh'', juga tiada yang meriwayatkannya oleh seorang ''tsiqah'' (tepercaya) dalam sanad yang baik dan ''marfū''. Anehnya, hadits ini disukai benar oleh ahli tarikh, dan para mufasir (ahli tafsir) dalam menghiasi kitab-kitab mereka dengan semua yang shahih dan dha'if. Adapun riwayat yang ''marfū'' (sampai sanadnya kepada Nabi {{saw}}) adalah dari Syu'bah, dari Abu Basyar, dari [[Sa'id bin Jubair]], dari Ibnu Abbas - dalam keraguan menyambungkan hadits. Walau demikian, yang memarfu'kan sanad ini cuma Umayyah bin Khalid — walaupun sebenarnya tidak begitu sanadnya. Al-Kalbi — seorang ''kadzdzāb'' (penipu ulung dalam ilmu hadits)- juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas, namun sayang, Al-Kalbi adalah seorang penipu, yang tak boleh dipercaya hadits-haditsnya. [[Ibnu Khuzaimah]] pernah mengomentari hadits ini dengan mengatakan bahwa "kisah ini adalah karangan orang-orang zindik (orang yang menampakkan keIslamannya, tetapi menyembunyikan kekafirannya)". Prof. [[Muhammad Abu Syahbah|Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah]] menganggap cerita ini batil dan bertentangan dari sisi ''aqli'' dan ''naqli'', serta banyak sekali kerancuan riwayat mengenai kisah ini.<ref name="abusyahbah">{{aut|[[Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah|Syahbab, Muhammad bin Muhammad Abu]]}} (2014). ''Isrăǐliyyat & Hadits-Hadits Palsu Tafsir Al-Qur'an''. hal.448{{spaced ndash}}464. [[Depok]]:Keira Publishing. ISBN 978-602-1361-29-0.</ref> |
|||
== Berbagai Penerimaan Umat Muslim Terhadap Riwayat Ini == |
|||
Selain itu, [[Ibnu Katsir]], Abubakr al-Bazzar, penafsir Imam Fakhr ar-Razi, juga menolak hal ini, sebagaimana dikutipkan oleh [[Buya Hamka]] dalam ''Tafsir al-Azhar''-nya.<ref name=hamka1>Hamka (tanpa tahun), hlm.191{{spaced ndash}}94</ref> Penafsir-penafsir Quran kontemporer seperti Syaikh [[Muhammad Abduh]] juga menolak ini, berdasar pada pemakaian kaidah kebahasaan yang dangkal pada kisah ini.<ref name=hamka2>Hamka (tanpa tahun), hlm.195</ref> ''Gharānīq'' berasal daripada kata ''al-ghurnūq'', sebangsa burung air, yang warnanya hitam atau putih. Ada pula ''ghurnīq'' yang bermakna pujian kepada anak muda yang putih, cantik, dan lembut sifatnya. Ada pula ''gharānīqah'', yang bisa berarti rambut yang halus, dan kilat kerna disisir baik-baik. Ia juga bermakna sesuatu yang lemah gemulai karena ditiup angin. Sebab itu, tak ada satupun yang jadi suatu yang bersifat dituhankan atau diberhalakan.<ref name=hamka2/> |
|||
⚫ | |||
Ibnu Hazm dalam ''al-Milal wan-Nihal'' mengatakan cerita ini bohong dan palsu. Karena kalau ditilik dari sumberpun, tidak ada sumbernya, dari yang memang sesuatu yang tak ada.<ref name=hamka3>Hamka (tanpa tahun), hlm.196</ref> [[Sayyid Quthb]] juga turut mengatakan, meskipun ulama-ulama telah jauh mengatakan bahwa kisah palsu ini bikinan orang-orang zindiq dan mulhid (menyeleweng), kaum [[orientalisme|orientalis]] selalu memperbaharui kisah ini, dan membangkitkannya terus.<ref name=hamka3/> |
|||
Menurut Ibnu Taymiyyah "Para Ulama Islam awal ([[Salaf]]) sepakat mengatakan bahwa peristiwa ayat-ayat setan ini sesuai dengan Al-Qur'an. Dan ulama-ulama yang datang selanjutnya (Khalaf), yang mengikuti ulama-ulama Salaf, mereka berkata bahwa riwayat-riwayat ini telah direkam dengan ''[[isnad]]'' (rantai penyampaian) yang shahih dan mustahil untuk menolaknya, bahkan Quran sendiri menjadi bukti atasnya."<ref>{{cite book|last1=Ibn Taymiyyah|url=http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=611&start=&idfrom=1015&idto=1019&bookid=22&Hashiya=5|title=Majmu' al-Fatawa|access-date=13 June 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20180613111810/http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=611&start=&idfrom=1015&idto=1019&bookid=22&Hashiya=5|archive-date=13 June 2018|url-status=dead}}</ref> [[Biografi]] terawal mengenai Muhammad yang ditulis oleh [[Ibnu Ishaq]] (761–767) telah hilang tapi koleksi dari catatan-catatannya secara umum selamat di dalam dua sumber yaitu pada kitab [[Ibnu Hisyam]] (833) dan [[Ibnu Jarir ath-Thabari|ath-Thabari]] (915). Di dalam kitab Thabari, Ibnu Ishaq adalah salah satu perawi dari riwayat ini, namun ini tidak ditemukan di dalam catatan Ibnu Hisyam, yang mengakui bahwa dirinya tidak memasukkan bagian-bagian yang dapat "membuat gelisah orang-orang tertentu."<ref>{{cite book|last1=Holland|first1=Tom|date=2012|url=https://books.google.com/books?id=1f_BR2DulRIC&q=%22matters+which+would+distress+certain+people%22&pg=PT51|title=In the Shadow of the Sword|publisher=Doubleday|isbn=9780385531368|pages=42}}</ref> Ibnu Sa'ad dan Al-Waqidi, dua penulis awal biografi Muhammad lainnya juga mencatatkan kisah ayat-ayat setan ini.<ref>{{Cite book|last=Al-Waqidi|first=|url=https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.217622/page/n167/mode/2up|title=The Life Of Mahomet Vol 2|pages=150 - 152|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Ibn Sa'd|url=https://books.google.co.id/books/about/Kitab_Al_tabaqat_Al_kabir.html?id=Ni7vzAEACAAJ&redir_esc=y|title=Kitab al Tabaqat al Kabir|publisher=Pakistan Historical Society|pages=236 - 239|url-status=live}}</ref> |
|||
=== Periode Abad Pertengahan Kemudian === |
|||
Referensi dan tafsir mengenai ayat-ayat ini tampak dalam bagian awal periode.<ref>{{Citation|last2=Ibn Hishām|first2=ʻAbd al-Malik|last1=ibn Isḥāq ibn Yasār|first1=Muḥammad|author-link=Ibn Ishaq|title=Sīrat Rasūl Allāh}}</ref><ref>{{Citation|last=Ṭabarī|first=Ṭabarī|author-link=Muhammad ibn Jarir al-Tabari|title=Tārīkh ar-Rusul wal-Mulūk}}</ref><ref>{{Citation|last=Ṭabarānī|first=Sulaymān ibn Aḥmad|title=al-Mu'jam al-Kabīr}}</ref> Selain terdapat pada tafsir ath-Thabari, kisah ini juga terdapat pada tafsir dari [[Muqatil ibn Sulayman|Muqatil bin Sulaiman]], [[ʽAbd al-Razzaq al-Sanʽani|Abdur Razzaq as- San'ani]], [[Ibnu Katsir]] dan juga kitab [[Nasakh (tafsir)|naskh]]-nya Abu Ja‘far an-Nahhās, kitab [[Asbabunnuzul|Asbabun Nuzul]] dari Wahidi, dan bahkan di dalam kompilasi ''al-Durr al-Manthūr fil-Tafsīr bil-Mathūr'' tulisan [[as-Suyuti]] dari abad pertengahan akhir. |
|||
Penolakan terhadap insiden ini dimulai pada awal dari abad ke-4 [[Kalender Hijriyah|Hijriah]], seperti di dalam buku karangannya an-Nahhās yang mana terus diangkat oleh beberapa ulama seperti Abu Bakar bin al-Arabi (w. 1157), Fakhr ad-Din Razi (1220) begitupula al-Qurtubi (1285). Argumen penolakan paling komprehensif mengenai faktualitas insiden ini datang di dalam buku karangan Qadi Iyad, ''ash-Shifa‘.''<ref name="EoQ">{{Citation|last=Ahmed|first=Shahab|year=2008|publication-date=14 August 2008|contribution=Satanic Verses|contribution-url=http://www.brillonline.nl/subscriber/entry?entry=q3_SIM-00372|editor-last=Dammen McAuliffe|editor-first=Jane|title=Encyclopaedia of the Qurʾān|location=Georgetown University, Washington DC|publisher=Brill}}{{Pranala mati|date=Agustus 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Penolakannya terdiri atas dua basis. Pertama, bahwa kisah itu bertentangan dengan doktrin ''isma','' yang mengklaim bahwa Nabi selalu mendapat perlindungan dari Allah dari kesalahan. Yang kedua adalah dia menganggap deskripsi dari rantai sanadnya tidak shahih. Ibnu Katsir berkata pada kitab tafsirnya bahwa berbagai isnad yang tersedia untuknya hampir semua rantai sanadnya mursal, atau tanpa [[Sahabat Nabi]], walaupun menurut [[Imam Syafi'i|asy-Syafi'i]] ini tidak masalah kalau yang memursalkan adalah termasuk tabi'in tua. Uri Rubin menekankan bahwa terdapat versi-versi sanad yang lengkap sampai ke [[Ibnu Abbas]], tapi ini hanya selamat dalam beberapa sumber, namun dihapus supaya kejadian ini tidak dianggap memiliki sanad yang shahih dan didiskreditkan.<ref name="EoB-256">{{Citation|last=Rubin|first=Uri|publication-date=1995|year=1997|title=The eye of the beholder: the life of Muḥammad as viewed by the early Muslims: a textual analysis|location=Princeton, NJ|publisher=Darwin Press|page=256|isbn=0-87850-110-X}}</ref> |
|||
=== Ulama-Ulama Islam Modern === |
|||
Walaupun para penulis tafsir pada dua abad pertama Hijriah menganggap riwayat ini tidak merugikan citra [[Muhammad]] sebagai [[nabi Islam]], akan tetapi riwayat ini tampak mulai ditolak secara universal setidaknya sejak abad ke-13, dan kebanyakan ulama modern menganggap riwayat ini problematis, dalam artian bahwa riwayat ini dianggap sebagai "sangat [[sesat]] karena, dengan mengizinkan syafaat dari ketiga Dewi Kaum Musyrik, riwayat-riwayat tersebut telah mengikis otoritas dan kemaha-kuasaan Tuhan. Selain itu riwayat-riwayat itu membawa implikasi yang sangat merusak untuk ayat-ayat Tuhan secara keseluruhan, karena ayat-ayat yang diturunkan kepada Muhammad seakan-akan berdasarkan keinginannya untuk melunakkan ancaman terhadap dewa-dewa Musyrikin."<ref>{{Citation|title=Islam and Postcolonial Narrative|author=John D. Erickson|publisher=Cambridge University Press|location=Cambridge, UK|year=1998}}</ref> |
|||
== Lihat juga == |
== Lihat juga == |
||
Baris 46: | Baris 54: | ||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
⚫ | |||
* [http://www.islamic-awareness.org/Polemics/sverses.html "Those Are The High Flying Claims" (Refutation of the Christian missionary writings on the so-called "Satanic verses")] |
* [http://www.islamic-awareness.org/Polemics/sverses.html "Those Are The High Flying Claims" (Refutation of the Christian missionary writings on the so-called "Satanic verses")] |
||
* [http://www.witness-pioneer.org/vil/Books/MH_LM/story_of_the_goddesses.htm The Story of the Goddesses] |
* [http://www.witness-pioneer.org/vil/Books/MH_LM/story_of_the_goddesses.htm The Story of the Goddesses] |
||
Baris 54: | Baris 61: | ||
[[Kategori:Sastra Islam]] |
[[Kategori:Sastra Islam]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:al-Qur'an]] |
Revisi terkini sejak 29 Maret 2024 02.39
Insiden ayat-ayat setan, atau dikenal juga dalam literatur Islam sebagai Qissat al-Gharaniq (Kisah Burung-Burung Bangau), adalah nama sebuah kejadian di masa kenabian Muhammad, di mana ia pernah keliru mengira perkataan yang "dibisikkan oleh setan" sebagai wahyu dari Tuhan (Allah).[1]
Riwayat mengenai peristiwa ini dapat ditemukan dalam beberapa sumber, seperti Sirah nabawiyah yang ditulis oleh al-Wāqidī, Ibnu Sa'ad (juru tulis dari Waqidi) dan Ibnu Ishaq,[2] demikian pula pada tafsir oleh at-Thabarī yang kerap dianggap sebagai salah satu kitab tafsir yang paling benar (shahih),[3] Tafsir al-Jalalain, dan secara tidak langsung juga dalam Shahih Bukhari.
Ikhtisar Kisah
[sunting | sunting sumber]Bukhari melaporkan di dalam kitab koleksi hadits shahih-nya bahwa orang-orang Musyrik ikut bersujud bersama Muhammad ketika ia selesai membacakan Surat An-Najm:
Disampaikan Ibnu Abbas: Ketika Nabi ﷺ selesai membaca Surat an-Najm, Nabi bersujud, dan orang-orang Muslim, Musyrikin, Jin, dan umat manusia ikut bersujud bersamanya.[4]
Menurut ath-Thabari dan al-Jalalain pada tafsir-tafsir fenomenal mereka,[5][6] dan berbagai sumber Muslim lainnya, hal ini terjadi dikarenakan pada saat Muhammad menyampaikan ayat 19-20 dari Surah An-Najm dari Allah berikut:
{19} Pernahkan kalian memikirkan Al-Lat dan Al-'Uzza
{20} Dan Al-Manat, yang ketiga, (atau) yang satu lainnya?
Setan membisikkan kepada Muhammad kalimat yang justru memuja ketiga Dewi kaum Musyrikin tersebut, sehingga Muhammad menganggap bahwa kalimat dari setan itu adalah sebagai bagian dari Al-Quran, yang kemudian disampaikan oleh Muhammad ke khalayak ramai. Isi dari kalimat itu adalah:
Mereka adalah burung-burung bangau yang terbang tinggi; syafaat dari mereka sungguh sangat diharapkan.[7]
Pada malam harinya, Jibril datang dan mengabari Muhammad, bahwa Setan telah menyelipkan kata-katanya ke dalam wahyu Tuhan yang telah ia sampaikan. Dalam riwayat Ibnu Ishaq, Muhammad dikabarkan merasa sedih atas kejadian itu. Namun beberapa saat kemudian kesedihannya menghilang setelah Tuhan meyakinkannya dengan membatalkan (nasakh) ayat dari setan tersebut serta mengrimkan kembali ayat-ayat yang benar.[8][9][10]
Beberapa ulama Tafsir, seperti ath-Thabari percaya bahwa kejadian ini disebutkan kembali di dalam al-Qur'an pada Surah al-Hajj.
Tidak pernah kami mengutus seorang Rasul ataupun Nabi sebelum dirimu, melainkan ketika ia membacakan (wahyu), Setan melemparkan (suatu kebohongan) ke dalamnya. Namun Allah membatalkan apa yang telah Setan lemparkan tersebut. Lalu Allah mengukuhkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.[11]
— QS 22:52
Berbagai Penerimaan Umat Muslim Terhadap Riwayat Ini
[sunting | sunting sumber]Islam Awal
[sunting | sunting sumber]Menurut Ibnu Taymiyyah "Para Ulama Islam awal (Salaf) sepakat mengatakan bahwa peristiwa ayat-ayat setan ini sesuai dengan Al-Qur'an. Dan ulama-ulama yang datang selanjutnya (Khalaf), yang mengikuti ulama-ulama Salaf, mereka berkata bahwa riwayat-riwayat ini telah direkam dengan isnad (rantai penyampaian) yang shahih dan mustahil untuk menolaknya, bahkan Quran sendiri menjadi bukti atasnya."[12] Biografi terawal mengenai Muhammad yang ditulis oleh Ibnu Ishaq (761–767) telah hilang tapi koleksi dari catatan-catatannya secara umum selamat di dalam dua sumber yaitu pada kitab Ibnu Hisyam (833) dan ath-Thabari (915). Di dalam kitab Thabari, Ibnu Ishaq adalah salah satu perawi dari riwayat ini, namun ini tidak ditemukan di dalam catatan Ibnu Hisyam, yang mengakui bahwa dirinya tidak memasukkan bagian-bagian yang dapat "membuat gelisah orang-orang tertentu."[13] Ibnu Sa'ad dan Al-Waqidi, dua penulis awal biografi Muhammad lainnya juga mencatatkan kisah ayat-ayat setan ini.[14][15]
Periode Abad Pertengahan Kemudian
[sunting | sunting sumber]Referensi dan tafsir mengenai ayat-ayat ini tampak dalam bagian awal periode.[16][17][18] Selain terdapat pada tafsir ath-Thabari, kisah ini juga terdapat pada tafsir dari Muqatil bin Sulaiman, Abdur Razzaq as- San'ani, Ibnu Katsir dan juga kitab naskh-nya Abu Ja‘far an-Nahhās, kitab Asbabun Nuzul dari Wahidi, dan bahkan di dalam kompilasi al-Durr al-Manthūr fil-Tafsīr bil-Mathūr tulisan as-Suyuti dari abad pertengahan akhir.
Penolakan terhadap insiden ini dimulai pada awal dari abad ke-4 Hijriah, seperti di dalam buku karangannya an-Nahhās yang mana terus diangkat oleh beberapa ulama seperti Abu Bakar bin al-Arabi (w. 1157), Fakhr ad-Din Razi (1220) begitupula al-Qurtubi (1285). Argumen penolakan paling komprehensif mengenai faktualitas insiden ini datang di dalam buku karangan Qadi Iyad, ash-Shifa‘.[19] Penolakannya terdiri atas dua basis. Pertama, bahwa kisah itu bertentangan dengan doktrin isma', yang mengklaim bahwa Nabi selalu mendapat perlindungan dari Allah dari kesalahan. Yang kedua adalah dia menganggap deskripsi dari rantai sanadnya tidak shahih. Ibnu Katsir berkata pada kitab tafsirnya bahwa berbagai isnad yang tersedia untuknya hampir semua rantai sanadnya mursal, atau tanpa Sahabat Nabi, walaupun menurut asy-Syafi'i ini tidak masalah kalau yang memursalkan adalah termasuk tabi'in tua. Uri Rubin menekankan bahwa terdapat versi-versi sanad yang lengkap sampai ke Ibnu Abbas, tapi ini hanya selamat dalam beberapa sumber, namun dihapus supaya kejadian ini tidak dianggap memiliki sanad yang shahih dan didiskreditkan.[20]
Ulama-Ulama Islam Modern
[sunting | sunting sumber]Walaupun para penulis tafsir pada dua abad pertama Hijriah menganggap riwayat ini tidak merugikan citra Muhammad sebagai nabi Islam, akan tetapi riwayat ini tampak mulai ditolak secara universal setidaknya sejak abad ke-13, dan kebanyakan ulama modern menganggap riwayat ini problematis, dalam artian bahwa riwayat ini dianggap sebagai "sangat sesat karena, dengan mengizinkan syafaat dari ketiga Dewi Kaum Musyrik, riwayat-riwayat tersebut telah mengikis otoritas dan kemaha-kuasaan Tuhan. Selain itu riwayat-riwayat itu membawa implikasi yang sangat merusak untuk ayat-ayat Tuhan secara keseluruhan, karena ayat-ayat yang diturunkan kepada Muhammad seakan-akan berdasarkan keinginannya untuk melunakkan ancaman terhadap dewa-dewa Musyrikin."[21]
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]- Kritik terhadap Islam
- Hadis
- The Satanic Verses, sebuah novel karya Salman Rushdie
- Sirah
Catatan
[sunting | sunting sumber]- ^ Ahmed, Shahab (1998). "Ibn Taymiyyah and the Satanic Verses". Studia Islamica. Maisonneuve & Larose. 87: 67–124.
- ^ Ibn Ishaq, Muhammad (1955). Ibn Ishaq's Sirat Rasul Allah - The Life of Muhammad Translated by A. Guillaume. Oxford: Oxford University Press. hlm. 165. ISBN 9780196360331.
- ^ "أيهما أصح " تفسير ابن كثير " أو " تفسير الطبري " ؟ - الإسلام سؤال وجواب". islamqa.info (dalam bahasa Arab). Diakses tanggal 2021-08-16.
- ^ "Sahih al-Bukhari 4862 - Prophetic Commentary on the Qur'an (Tafseer of the Prophet (pbuh)) - كتاب التفسير - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-16.
- ^ "Karya-Karya ath-Thabari yang Fenomenal". Republika Online. 2017-11-05. Diakses tanggal 2021-08-18.
- ^ "Di Balik Nama Tafsir Al-Jalalain, Kitab Tafsir Terpopuler". Republika Online. 2021-01-11. Diakses tanggal 2021-08-18.
- ^ al-Tabari. The History of al-Tabari [Ta’rikh al-rusul wa’l-muluk], vol. VI. hlm. 108. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Agustus 2021.
- ^ "Tafsir Ath-Thabari, QS 22:52". King Saud University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-16. Diakses tanggal 17 Agustus 2021.
- ^ "QuranX.com The most complete Quran / Hadith / Tafsir collection available!". quranx.com. Diakses tanggal 2021-08-18.
- ^ "Tafsir Al Jalalayn (QS 22:52)". altafsir.com.
- ^ "Surah Al-Hajj - 52". quran.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-18. Diakses tanggal 2021-08-18.
- ^ Ibn Taymiyyah. Majmu' al-Fatawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 June 2018. Diakses tanggal 13 June 2018.
- ^ Holland, Tom (2012). In the Shadow of the Sword. Doubleday. hlm. 42. ISBN 9780385531368.
- ^ Al-Waqidi. The Life Of Mahomet Vol 2. hlm. 150 – 152.
- ^ Ibn Sa'd. Kitab al Tabaqat al Kabir. Pakistan Historical Society. hlm. 236 – 239.
- ^ ibn Isḥāq ibn Yasār, Muḥammad; Ibn Hishām, ʻAbd al-Malik, Sīrat Rasūl Allāh
- ^ Ṭabarī, Ṭabarī, Tārīkh ar-Rusul wal-Mulūk
- ^ Ṭabarānī, Sulaymān ibn Aḥmad, al-Mu'jam al-Kabīr
- ^ Ahmed, Shahab (2008), "Satanic Verses", dalam Dammen McAuliffe, Jane, Encyclopaedia of the Qurʾān, Georgetown University, Washington DC: Brill (dipublikasikan tanggal 14 August 2008)[pranala nonaktif permanen]
- ^ Rubin, Uri (1997), The eye of the beholder: the life of Muḥammad as viewed by the early Muslims: a textual analysis, Princeton, NJ: Darwin Press (dipublikasikan tanggal 1995), hlm. 256, ISBN 0-87850-110-X
- ^ John D. Erickson (1998), Islam and Postcolonial Narrative, Cambridge, UK: Cambridge University Press
Kepustakaan
[sunting | sunting sumber]- Fazlur Rahman (1994), Major Themes in the Qur'an, Biblioteca Islamica, ISBN 0-88297-051-8
- John Burton (1970), "Those Are the High-Flying Cranes", Journal of Semitic Studies, 15: 246–264, doi:10.1093/jss/15.2.246.
- Uri Rubin (1995), The Eye of the Beholder: The Life of Muhammad as Viewed by the Early Muslims: A Textual Analysis, The Darwin Press, Inc., ISBN 0-87850-110-X
- G. R. Hawting (1999), The Idea of Idolatry and the Emergence of Islam: From Polemic to History, Cambridge University Press, ISBN 0-521-65165-4
- Nāsir al-Dīn al-Albānī (1952), Nasb al-majānīq li-nasfi qissat al-gharānīq (The Erection of Catapults for the Destruction of the Story of the Gharānīq)
- Prof. Dr. Hamka. Tafsir Al Azhar. XVII. Jakarta: PT Pustaka Panjimas.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- "Those Are The High Flying Claims" (Refutation of the Christian missionary writings on the so-called "Satanic verses")
- The Story of the Goddesses
- The "Satanic Verses" story was never taken seriously by Islamic scholars
- Muhammad: The man and the message Diarsipkan 2003-12-05 di Wayback Machine.
- STORY OF THE CRANES or "SATANIC VERSES"