Lompat ke isi

Maras taun: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Bersamaku (bicara | kontrib)
Paragraf
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(26 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Judul miring}}
'''Maras taun''' adalah salah satu [[adat]] istiadat yang di praktikan secara turun temurun oleh masyarakat Belitung. "Maras" berarti kegiatan membersihkan duri-duri kecil pada tanaman. Yang di maksud dengan membersihkan [[duri]] adalah kegiatan membersihkan atau menyelesaikan semua masalah'''.''' Sedangkan "Taun" berarti tahun'''.''' Dapat di simpulkan bahwa''',''' maras taun berarti pergantian tahun, dari tahun lama ke tahun baru. Ritual ini nantinya akan dipimpin oleh dukun (pemangku adat) bersama masyarakat. <ref>{{Cite web|title=Dinas Kebudayaan & Pariwisata {{!}} Kabupaten Belitung Timur|url=https://disbudpar.belitungtimurkab.go.id/|website=disbudpar.belitungtimurkab.go.id|access-date=2021-10-22}}</ref>
{{Infobox recurring event
| name = Maras Taun
| native_name = Maras Taun
| logo = <!--Logo dimulai dengan kata ''Berkas'', misalnya: "[[Berkas:Filename.ext]]"-->
| logo_caption =
| image = <!--Jangan dimulai dengan kata "Berkas:"
[[Berkas:Pulau belitung|bingkai|al=https://wiki-indonesia.club/wiki/Pulau_Belitung|pulau belitung ]]
| imagesize =
| caption =
| date = <!--"dates=" juga bisa dipakai, seperti pada
Template:Infobox festival. Tidak perlu memakai keduanya-->
| begins = tidak diketahui dengan pasti.
| ends = sekarang
| prev = tidak diketahui dengan pasti.
| next = 2024
| frequency = setiap tahun
| location = Belitung
| years_active = 2023
| first = <!--"founded=" tidak diketahui dengan pasti.-->
| last = 2023
| participants = masyarakat tradisional Belitung
| attendance = semua masyarakat tradisional Belitung
| genre = upacara adat
| budget = seharga lepat besar
| patron = dukun kampong dan kepala desa
| organised = <!--"organized=" adminisratif desa-->
| people = masyarakat Belitung
| member = masyarakat Belitung
| website = https://www.detik.com/sumbagsel/budaya/d-7010013/serba-serbi-maras-taun-tradisi-usai-panen-dari-belitung
| footnotes = pulau belitung
}}
'''Maras Taun''' adalah salah satu [[adat]] istiadat yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Belitung. "Maras" berarti kegiatan membersihkan duri-duri kecil pada tanaman. Yang dimaksud dengan membersihkan [[duri]] adalah kegiatan membersihkan atau menyelesaikan semua masalah'''.''' Sedangkan "Taun" berarti tahun'''.''' Dapat disimpulkan bahwa''',''' Maras Taun berarti pergantian tahun, dari tahun lama ke tahun baru. Ritual ini nantinya akan dipimpin oleh dukun (pemangku adat) bersama masyarakat.<ref>{{Cite web|title=Dinas Kebudayaan & Pariwisata {{!}} Kabupaten Belitung Timur|url=https://disbudpar.belitungtimurkab.go.id/|website=disbudpar.belitungtimurkab.go.id|access-date=2021-10-22|archive-date=2021-10-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20211022135637/https://disbudpar.belitungtimurkab.go.id/|dead-url=yes}}</ref>


== Asal Mula Maras Taun ==
== Asal Mula Maras Taun ==
Asal mula tradisi Maras Taun/Maras Taon tidak diketahui dengan pasti. Muncul dan berkembangnya tradisi ini, seiring dengan pola pikir masyarakat tradisional Belitung. Pada mulanya, masyarakat [[Belitung]] yang menempati bagian pesisir atau pedalaman daratan hidup berkelompok menempati wilayah pemukiman yang disebut "kubok" dan "parong".
'''Asal mula''' tradisi Maras Taun tidak diketahui dengan pasti. Seiring dengan pola pikir masyarakat tradisional Belitung, hadir dan berkembanglah tradisional ini. Awal mulanya, masyarakat [[Belitung]] yang berada di bagian pedalaman daratan, hidup secara berkelompok mendiami wilayah pemukiman yang disebut dengan "kubok" dan "parong". Awal mulai Pembukaan "kubok" dan "parong" bermula dari masyarakat yang membuka hutan untuk berladang padi, padi inilah yang digunakan sebagai sumber [[makanan]] utama Masyarakat Belitung.


Penghuni kubok merupakan sebuah kelompok kecil yang berasal dari sebuah keluarga, yang kemudian berkembang menjadi beberapa keluarga hingga terbentuknya perkampungan kecil yang disebut kubok. Kubok dipimpin seseorang yang dituakan yang disebut dengan "kepala kubok".
Penghuni kubok merupakan sebuah perkampungan kecil yang awal mulanya berasal dari sebuah kelompok kecil dari sebuah keluarga, yang kemudian berkembang menjadi beberapa keluarga. Kubok dipimpin oleh seseorang yang lebih berpengalaman/dituakan dalam perkampungan, yang disebut dengan "kepala kubok". Lebih berpengalaman/dituakan artinya memiliki kepribadian baik, termasuk ilmu perdukunan, karenanya ketua kelompok ini nantinya, juga otomatis akan merangkap tugasnya menjadi "dukun" yang akan melindungi warganya.


Sementara itu penghuni parong merupakan sebuah [[komunitas|kelompok]] keluarga yang tidak berasal dari satu [[keluarga]], tetapi berasal dari beberapa keluarga dan jumlahnya lebih banyak. Sehingga terbentuklah sebuah [[perkampungan]]. Baik parong atau pun kubok dipimpin seorang ketua adat yang dituakan. Yang disebut kepala parong atau kepala kubok. “Dituakan” artinya memiliki kepiawaian, termasuk ilmu perdukunan, karenanya ketua kelompok itu juga otomatis merangkap menjadi dukun yang melindungi warganya.
Sedangkan penghuni parong merupakan sebuah [[komunitas|kelompok]] keluarga yang berasal lebih dari 1 keluarga/beberapa keluarga dengan jumlahnya yang banyak. Sehingga, pada akhirnya terbentuklah sebuah [[perkampungan]]. "kubok" dan "parong" dipimpin oleh seorang ketua adat yang dituakan. Yang disebut kepala kubok dan kepala parong.


Kemudian parong atau kubok makin lama bertambah populasinya. Ketika sudah menjadi sebuah perkampungan, maka [[dukun]] tersebut tetap menjadi dukun sekaligus merangkap kepala kampungnya. Kini, dalam masyarakat Belitung dikenal adanya "dukun kampong". Pola ini terus mentradisi hingga sekarang, bahwa di setiap kampung harus ada seorang dukun kampong di samping adanya [[Lurah (jabatan)|lurah]] atau kepala desa sebagai pimpinan adminisratifnya.
Lama kelamaan, "kubok" dan "parong" bertambah populasinya dan berkembang menjadi sebuah perkampungan, dengan adanya perkampungan ini, maka [[dukun]] tersebut tetap menjalankan tugasnya sebagi dukun sekaligus merangkap tugasnya sebagai kepala kampung. Sekarang, dalam masyarakat Belitung dikenal adanya "dukun kampong". Pola ini menjadi tradisi hingga sekarang, bahwa di setiap kampung harus terdapat seorang dukun kampong di samping adanya [[kepala desa]] atau lurah sebagai pimpinan adminisratifnya.

Pembukaan kubok atau parong bermula dari membuka hutan untuk berladang padi yang di gunakan sebagai sumber [[makanan]] utama penduduk Belitung. Sebagai rasa syukur atas panen inilah kemudian diadakan kegiatan ritual Maras Taun pada setiap tahunnya. Dalam ungkapan rasa syukur ini dimintakan pada yang Maha Kuasa untuk keselamatan warga dan keberhasilan [[panen]] di tahun mendatang. Rasa syukur ini pada awalnya disebut memaras atau berselamatan tahun . Lama kelamaan tradisi ini disebut dengan Maras Taun/Maras Taon.

Tradisi Maras Taun bertujuan untuk mencari keselamatan kampung. Dalam tradisi yang diadakan setiap tahun ini, seluruh warga berkumpul bersama seorang dukun kampung untuk didoakan bersama-sama. Inilah tradisi Maras Taun yang masih dianggap sakral di negeri laskar pelangi. <ref>{{Cite web|title=Warisan Budaya Takbenda {{!}} Beranda|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/|website=warisanbudaya.kemdikbud.go.id|access-date=2021-10-22}}</ref>


Sebagai ungkapan rasa syukur atas panen padi inilah kemudian diadakan kegiatan ritual Maras Taun<ref>{{Cite book|first=Novianti|date=2016|url=https://www.google.co.id/books/edition/Belitong/ZQdGDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=ritual+Maras+Taun&pg=PA15&printsec=frontcover|title=Belitong Nture Of Paradise|location=Jakarta|publisher=Elex Media Coputindo Kelompok Grmaedia|isbn=978-602-02-7835-3|pages=15|url-status=live}}</ref> pada setiap tahunnya. Dalam ungkapan rasa syukur ini masyarakat mengucap rasa syukur dengan diadakannya acara dan berharap keberhasilan [[panen]] di tahun mendatang. Rasa syukur ini pada awalnya disebut dengan "berselamatan tahun". Dalam tradisi ini, akan diadakannya pemotongan lepat besar. Lama kelamaan tradisi ini disebut dengan Maras Taun.<ref>{{Cite web|title=Warisan Budaya Takbenda {{!}} Beranda|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/|website=warisanbudaya.kemdikbud.go.id|access-date=2021-10-22}}</ref>
== Makna Dalam Tradisi Maras Taun ==
== Makna Dalam Tradisi Maras Taun ==
Makna yang terdapat dalam tradisi Maras Taun di pulau Belitung adalah bahwa sebagai manusia, kita diharuskan untuk selalu menjaga alam, saling menghormati terhadap sesama, terlebih pada leluhur dan jangan lupa untuk mengucap syukur kepada Tuhan yang maha Esa atas apa yang sudah diberikan-Nya.
Makna yang terdapat di tradisi Maras Taun di pulau Belitung adalah bahwa sebagai manusia, kita diharuskan untuk selalu menjaga alam, saling menghormati terhadap sesama, terlebih pada leluhur dan jangan lupa untuk mengucap rasa syukur atas sesuatu yang sudah diberikan Tuhan Yang Maha Esa


Kegiatan tradisi Maras Taun di pulau Belitung mengandung makna tertentu. [[Tradisi]] ini, biasanya berlangsung selama 3 sampai 7 hari.
Kegiatan tradisi Maras Taun di pulau Belitung mengandung makna tertentu. [[Tradisi]] ini, biasanya berlangsung selama 3 sampai 7 hari.


Upacara adat Maras Taun dibuka dengan pelaksanaan tarian dan menyanyikan lagu Maras Taun bersama-sama untuk mengiringi tarian. Setelah tarian berakhir, seorang kepala desa akan memimpin masyarakat untuk berdoa. Setelah itu, Kepala suku membakar sebatang gaharu, berdoa dan memberkati dua lembar daun kesalan (daun suci). Setelah itu, daun kesalan tersebut nantinya diberikan kepada masyarakat. Dengan daun kesalan yang sudah di berkati tersebut, masyarakat bisa menyebarkan daun kesalan tersebut di sekitar rumah dan perahu mereka karena mereka percaya bahwa daun kesalan membawa keberuntungan.
Tradisi Maras Taun dibuka dengan pelaksanaan tarian dan menyanyikan lagu Maras Taun bersama-sama untuk mengiringi tarian. Setelah tarian berakhir, seorang kepala desa akan memimpin masyarakat untuk berdoa. Setelah itu, Kepala suku membakar sebatang gaharu, berdoa dan memberkati dua lembar daun kesalan (daun suci). Setelah itu, daun kesalan tersebut nantinya diberikan kepada masyarakat. Dengan daun kesalan yang sudah di berkati tersebut, masyarakat bisa menyebarkan daun kesalan tersebut di sekitar rumah dan perahu mereka karena mereka percaya bahwa daun kesalan membawa keberuntungan.


Hari terakhir tradisi Maras taun merupakan puncak kegiatan. Sebelum puncak kegiatan, masyarakat yang hadir akan menyaksikan berbagai macam pertunjukan, khususnya "kesenian tradisional Belitung". Selain [[kesenian]] [[tradisional]] belitung, pentas musik modern, atau yang biasa di sebut Organ Tunggal, juga hadir dalam memeriahkan Upacara adat ini.
Hari terakhir tradisi Maras Taun merupakan puncak kegiatan. Sebelum puncak kegiatan, masyarakat yang hadir akan menyaksikan berbagai macam pertunjukan, khususnya "kesenian tradisional Belitung". Selain [[kesenian]] [[tradisional]] belitung, pentas musik modern, atau yang biasa disebut Organ Tunggal, juga hadir dalam memeriahkan Upacara adat ini.


<ref>{{Cite web|title=Pemerintah Kabupaten Belitung|url=https://portal.belitung.go.id/|website=portal.belitung.go.id|access-date=2021-10-22}}</ref>
Tradisi Maras Taun bertujuan untuk mencari keselamatan kampung. Tradisi ini diadakan setiap tahun dengan seluruh warga berkumpul bersama-sama dengan seorang "dukun kampung" untuk berdoa bersama. Jadi, Maras Taun merupakan tradisi yang masih dianggap sakral oleh masyarakat Belitung.<ref>{{Cite web|title=Pemerintah Kabupaten Belitung|url=https://portal.belitung.go.id/|website=portal.belitung.go.id|access-date=2021-10-22}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 29: Baris 58:


== Lihat Pula ==
== Lihat Pula ==
[[Pulau Belitung]]


* [[Pulau Belitung]]
[[Tradisi]]
* [[Nirok Nanggok]]


[[Nirok Nanggok]]
[[Kategori:Festival Panen]]
[[Kategori:Festival Panen]]
[[Kategori:Festival Indonesia]]
[[Kategori:Festival di Indonesia]]
[[Kategori:Budaya Belitung]]
[[Kategori:Budaya Belitung]]
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]

Revisi terkini sejak 1 Juni 2024 06.51

Maras Taun
Maras Taun
Jenisupacara adat
Dimulaitidak diketahui dengan pasti.
Berakhirsekarang
Frekuensisetiap tahun
LokasiBelitung
Tahun aktif2023
Terakhir diadakan2023
Acara sebelumnyatidak diketahui dengan pasti.
Acara berikutnya2024
Pesertamasyarakat tradisional Belitung
Hadirinsemua masyarakat tradisional Belitung
Anggaranseharga lepat besar
Badan pelindungdukun kampong dan kepala desa
Tokohmasyarakat Belitung
Anggotamasyarakat Belitung
Situs webhttps://www.detik.com/sumbagsel/budaya/d-7010013/serba-serbi-maras-taun-tradisi-usai-panen-dari-belitung
pulau belitung

Maras Taun adalah salah satu adat istiadat yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Belitung. "Maras" berarti kegiatan membersihkan duri-duri kecil pada tanaman. Yang dimaksud dengan membersihkan duri adalah kegiatan membersihkan atau menyelesaikan semua masalah. Sedangkan "Taun" berarti tahun. Dapat disimpulkan bahwa, Maras Taun berarti pergantian tahun, dari tahun lama ke tahun baru. Ritual ini nantinya akan dipimpin oleh dukun (pemangku adat) bersama masyarakat.[1]

Asal Mula Maras Taun

[sunting | sunting sumber]

Asal mula tradisi Maras Taun tidak diketahui dengan pasti. Seiring dengan pola pikir masyarakat tradisional Belitung, hadir dan berkembanglah tradisional ini. Awal mulanya, masyarakat Belitung yang berada di bagian pedalaman daratan, hidup secara berkelompok mendiami wilayah pemukiman yang disebut dengan "kubok" dan "parong". Awal mulai Pembukaan "kubok" dan "parong" bermula dari masyarakat yang membuka hutan untuk berladang padi, padi inilah yang digunakan sebagai sumber makanan utama Masyarakat Belitung.

Penghuni kubok merupakan sebuah perkampungan kecil yang awal mulanya berasal dari sebuah kelompok kecil dari sebuah keluarga, yang kemudian berkembang menjadi beberapa keluarga. Kubok dipimpin oleh seseorang yang lebih berpengalaman/dituakan dalam perkampungan, yang disebut dengan "kepala kubok". Lebih berpengalaman/dituakan artinya memiliki kepribadian baik, termasuk ilmu perdukunan, karenanya ketua kelompok ini nantinya, juga otomatis akan merangkap tugasnya menjadi "dukun" yang akan melindungi warganya.

Sedangkan penghuni parong merupakan sebuah kelompok keluarga yang berasal lebih dari 1 keluarga/beberapa keluarga dengan jumlahnya yang banyak. Sehingga, pada akhirnya terbentuklah sebuah perkampungan. "kubok" dan "parong" dipimpin oleh seorang ketua adat yang dituakan. Yang disebut kepala kubok dan kepala parong.

Lama kelamaan, "kubok" dan "parong" bertambah populasinya dan berkembang menjadi sebuah perkampungan, dengan adanya perkampungan ini, maka dukun tersebut tetap menjalankan tugasnya sebagi dukun sekaligus merangkap tugasnya sebagai kepala kampung. Sekarang, dalam masyarakat Belitung dikenal adanya "dukun kampong". Pola ini menjadi tradisi hingga sekarang, bahwa di setiap kampung harus terdapat seorang dukun kampong di samping adanya kepala desa atau lurah sebagai pimpinan adminisratifnya.

Sebagai ungkapan rasa syukur atas panen padi inilah kemudian diadakan kegiatan ritual Maras Taun[2] pada setiap tahunnya. Dalam ungkapan rasa syukur ini masyarakat mengucap rasa syukur dengan diadakannya acara dan berharap keberhasilan panen di tahun mendatang. Rasa syukur ini pada awalnya disebut dengan "berselamatan tahun". Dalam tradisi ini, akan diadakannya pemotongan lepat besar. Lama kelamaan tradisi ini disebut dengan Maras Taun.[3]

Makna Dalam Tradisi Maras Taun

[sunting | sunting sumber]

Makna yang terdapat di tradisi Maras Taun di pulau Belitung adalah bahwa sebagai manusia, kita diharuskan untuk selalu menjaga alam, saling menghormati terhadap sesama, terlebih pada leluhur dan jangan lupa untuk mengucap rasa syukur atas sesuatu yang sudah diberikan Tuhan Yang Maha Esa

Kegiatan tradisi Maras Taun di pulau Belitung mengandung makna tertentu. Tradisi ini, biasanya berlangsung selama 3 sampai 7 hari.

Tradisi Maras Taun dibuka dengan pelaksanaan tarian dan menyanyikan lagu Maras Taun bersama-sama untuk mengiringi tarian. Setelah tarian berakhir, seorang kepala desa akan memimpin masyarakat untuk berdoa. Setelah itu, Kepala suku membakar sebatang gaharu, berdoa dan memberkati dua lembar daun kesalan (daun suci). Setelah itu, daun kesalan tersebut nantinya diberikan kepada masyarakat. Dengan daun kesalan yang sudah di berkati tersebut, masyarakat bisa menyebarkan daun kesalan tersebut di sekitar rumah dan perahu mereka karena mereka percaya bahwa daun kesalan membawa keberuntungan.

Hari terakhir tradisi Maras Taun merupakan puncak kegiatan. Sebelum puncak kegiatan, masyarakat yang hadir akan menyaksikan berbagai macam pertunjukan, khususnya "kesenian tradisional Belitung". Selain kesenian tradisional belitung, pentas musik modern, atau yang biasa disebut Organ Tunggal, juga hadir dalam memeriahkan Upacara adat ini.

Tradisi Maras Taun bertujuan untuk mencari keselamatan kampung. Tradisi ini diadakan setiap tahun dengan seluruh warga berkumpul bersama-sama dengan seorang "dukun kampung" untuk berdoa bersama. Jadi, Maras Taun merupakan tradisi yang masih dianggap sakral oleh masyarakat Belitung.[4]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Dinas Kebudayaan & Pariwisata | Kabupaten Belitung Timur". disbudpar.belitungtimurkab.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-22. Diakses tanggal 2021-10-22. 
  2. ^ Belitong Nture Of Paradise. Jakarta: Elex Media Coputindo Kelompok Grmaedia. 2016. hlm. 15. ISBN 978-602-02-7835-3. 
  3. ^ "Warisan Budaya Takbenda | Beranda". warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-10-22. 
  4. ^ "Pemerintah Kabupaten Belitung". portal.belitung.go.id. Diakses tanggal 2021-10-22. 

Lihat Pula

[sunting | sunting sumber]