Pasir Berbisik: Perbedaan antara revisi
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(25 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{All plot|date=November 2021}} |
|||
{{Infobox Film |
{{Infobox Film |
||
| |
|movie_name = Pasir Berbisik |
||
| |
|image = Pasir Berbisik.jpg |
||
| |
|image_size = 200px |
||
| |
|director = [[Nan Achnas]] |
||
|producer = Shanty Harmayn<br />Ueda Makoto<br />Christine Hakim<br />Harris Lasmana |
|||
⚫ | |||
| |
|eproducer = |
||
| |
|aproducer = |
||
| |
|writer = |
||
|story = Nan Achnas |
|||
⚫ | |||
| |
|screenplay = Nan Achnas<br />[[Rayya Makarim]] |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
| |
|music = [[Thoersi Argeswara]] |
||
⚫ | |||
| distributor = |
|||
| |
|editing = [[Sentot Sahid]] |
||
|distributor = [[Salto Films]]<br />Camila Internusa Film<br />Christine Hakim Filmz<br />[[NHK]] |
|||
| runtime = 106 menit |
|||
|release_date = 15 Mei 2001 |
|||
| country = [[Indonesia]] |
|||
| |
|runtime = 106 menit |
||
| |
|country = [[Indonesia]] |
||
| |
|awards = |
||
|movie_language = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]] |
|||
⚫ | |||
| |
|budget = |
||
| |
|gross = |
||
| |
|preceded_by = |
||
| |
|followed_by = |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
}} |
}} |
||
'''''Pasir Berbisik''''' adalah sebuah [[film]] [[Indonesia]] tahun [[2001]] yang disutradarai [[Nan Achnas]]. |
'''''Pasir Berbisik''''' adalah sebuah [[film]] [[Indonesia]] tahun [[2001]] yang disutradarai [[Nan Achnas]]. |
||
== |
== Plot == |
||
{{spoiler}} |
|||
Film ini mengisahkan kehidupan seorang gadis, Daya ([[Dian Sastrowardoyo]]) yang hidup bersama ibunya, Berlian ([[Christine Hakim]]), seorang wanita yang menyambung hidupnya dengan menjual jamu. Daya dan Berlian, hidup terasing di pinggir kawasan suatu pantai di sebuah kawasan gurun pasir. Daya hidup tanpa kehadiran seorang bapak yang telah hilang entah ke mana. Berlian pun dengan perasaannya yang terlalu sayang dengan Daya, akhirnya menjadi megekang kehidupan anak gadisnya itu. Dalam kehidupan sepi dan terkungkung, Daya sering membayangkan kehadiran bapaknya yang telah menghilang tanpa pesan. Dalam keanehannya, Daya sering mendekatkan telinganya ke pasir untuk mendengar pasir yang seolah berbisik kepadanya. |
|||
Daya ([[Dian Sastrowardoyo]]) adalah seorang gadis muda yang hidup disebuah perkampungan miskin dekat wilayah pantai bersama ibunya Berlian ([[Christine Hakim]]) yang bekerja sebagai penjual jamu. Ayah Daya, Agus ([[Slamet Rahardjo|Slamet Rahardjo Djarot]]) adalah seorang dalang wayang kecil yang menghilang saat Daya masih kecil. Ketidakberadaan Agus membuat Berlian membesarkan Daya sendirian di tengah kampung yang jauh dari peradaban modern, menjadikan Berlian sebagai ibu yang sangat protektif, apalagi Daya kini sudah menjadi seorang gadis. Daya yang terkungkung dari sosial dan kerap membayangkan kehadiran sang ayah. Dalam keanehannya, Daya sering menelungkupkan diri ke sebuah tanah pasir, ia selalu mengira pasir berbisik kepadanya. Daya juga mengharapkan, saat ayahnya pulang, Daya bisa ikut dengannya untuk pergi, jauh dari ibunya. Di kampung itu, terjadi sebuah teror tak lazim, dimana banyak orang meninggal dan rumah terbakar, hal itu membuat banyak orang berpindah. Suatu hari, sekelompok orang entah dari mana menyerang kampung tersebut. Daya dan Berlian segera membawa perbekalan dan pakaian secukupnya untuk kabur dari kampung. Mereka berjalan tak tentu arah, Berlian teringat perkataan adiknya yang kini menjadi penari ronggeng keliling, bahwa tempat yang paling aman dekat kampung adalah Pasir Putih. |
|||
Pada satu hari, kampung mereka diserang, lantas mereka berdua terpaksa berpindah ke daerah yang lain. Mereka berjalan mengarungi gurun untuk berpindah ke tempat baru itu, untuk memulai hidup baru. Ketika di tempat baru itu, Daya menemui seorang sahabat baru bernama Sukma ([[Dessy Fitri]]). Daya dan Berlian meniti kehidupan mereka dengan penuh gigih di tempat baru ini. Keadaan mulai berubah ketika suami Berlian, Agus ([[Slamet Rahardjo]]) tiba-tiba saja muncul kembali dalam kehidupannya. Walaupun pada mulanya ragu, Berlian akhirnya menerima kembali kehadiran Agus ke dalam hidupnya. |
|||
Daya dan Berlian akhirnya bisa bermukim di Pasir Putih dengan menempati satu gubuk yang kosong. Saat Berlian membuka warung jamu, seorang pria bernama Suwito (Didi Petet) yang berprofesi sebagai tukang jual-beli, berkenalan dengan Berlian dan terpikat secara rahasia dengan Daya. Daya berteman dengan seorang gadis sebayanya yang bernama Sukma ([[Dessy Fitri]]). Sukma berkata bahwa ia tahu saat orang baru datang, berkat pasir. Sukma dan Daya belajar dengan kakek Sukma ([[Mang Udel]]). Suatu hari, Daya berjalan sendiri dan bertemu kelompok penari ronggeng dan bertemu Bu Lik (Bahasa Indonesia: Bibi) nya. Bu Lik memberikan Daya sebuah baju ronggeng, dan sejak itu Daya menjadi suka menari. Karena keterlenaan Daya pada menari dengan baju ronggeng, diam-diam Berlian membakar baju itu, membuat Daya tambah sebal dengannya. Bu Lik akhirnya pergi, beserta rombongannya, ia memperingatkan Berlian bahwa apabila ia berperilaku keras kepada anaknya, anaknya akan pergi. Suatu malam, Agus pulang dan kembali ke rumah di Pasir Putih. |
|||
Agus berhasil membahagiakan Daya kembali setelah sekian lama Daya merindukan kehadiran bapaknya. Walau bagaimanapun, kebahagiaan ini hanya datang sekejap saja. Karena uang, Agus rela membawa Daya berjumpa dengan Suwito ([[Didi Petet]]) yang telah lama mendambakan Daya. Mulai saat itu, Daya bergelut dengan perasaan sedih setelah dirinya dinodai Suwito. |
|||
Reuni ini tidak disambut meriah oleh Berlian yang menyatakan bahwa ia sudah tidak membutuhkan Agus lagi. Agus dan Daya cepat menjadi keluarga lagi karena profil Agus yang menyenangkan. Di hadapan Daya dan Sukma, Agus mempraktikan cara menarik perhatian orang saat menyelenggarakan pertunjukan. Sepulangnya, Daya dan Sukma bermain di ladang kering, tiba-tiba Sukma ambruk dan meninggal karena terjatuh dan kepalanya terantuk batu tajam. Tentulah Daya sangat kehilangan sahabatnya itu. Kemudian, Agus selama beberapa hari membawa Daya ke Suwito. Ternyata, Daya dilecehkan oleh Suwito setelah Suwito memberikan Agus sebungkus rokok mahal. Daya menjadi trauma dan jatuh sakit. |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
Berlian merawat Daya. Berlian meminumkan racun ke Agus yang sedang ingin tertidur sehingga Agus meninggal. Lalu, Daya akhirnya kembali terbangun. Daya dan Berlian menjalani kehidupan selama beberapa hari sebelum rumah mereka terbakar kembali oleh teror tak lazim. Film berakhir dengan Berlian yang menyuruh Daya pergi bersama kakek Sukma dan merelakan dirinya sendirian. |
|||
{{film-stub}} |
|||
== Pemeran == |
|||
* [[Dian Sastrowardoyo]] sebagai Daya |
|||
* [[Christine Hakim]] sebagai Berlian |
|||
* [[Slamet Rahardjo]] sebagai Agus |
|||
* [[Didi Petet]] sebagai Suwito |
|||
* [[Dessy Fitri]] sebagai Sukma |
|||
* [[Karlina Inawati]] sebagai Delima |
|||
* [[Mang Udel]] sebagai kakek Sukma |
|||
* [[Dik Doank]] sebagai pemberontak |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
* ''[[Festival Film Indonesia 2004]] meraih nominasi di 8 kategori: Film Terbaik, Aktris Terbaik (Dian Sastrowardoyo dan Christine Hakim), Aktor Pendukung Terbaik (Didi Petet dan Slamet Rahardjo), Aktris Pendukung Terbaik (Dessy Fitri), Sinematografi Terbaik (Yadi Sugandi), Tata Artistik Terbaik (Frans X.R. Paat), Tata Musik Terbaik (Thoersi Agreswara), dan Tata Suara Terbaik (Adimolana Machmud dan Hartanto).'' |
|||
{{Nan Achnas}} |
|||
[[Kategori:Film Indonesia tahun 2001]] |
[[Kategori:Film Indonesia tahun 2001]] |
||
[[Kategori:Film drama]] |
[[Kategori:Film drama]] |
||
[[en:Whispering Sands]] |
|||
[[ms:Pasir Berbisik]] |
Revisi terkini sejak 22 Mei 2023 02.04
Artikel ini hampir seluruhnya merupakan ringkasan alur. Artikel ini harus diperluas untuk menyediakan cakupan konteks dunia nyata yang lebih seimbang. (November 2021) |
Pasir Berbisik | |
---|---|
Sutradara | Nan Achnas |
Produser | Shanty Harmayn Ueda Makoto Christine Hakim Harris Lasmana |
Skenario | Nan Achnas Rayya Makarim |
Cerita | Nan Achnas |
Pemeran | Dian Sastrowardoyo Christine Hakim Slamet Rahardjo Didi Petet |
Penata musik | Thoersi Argeswara |
Sinematografer | Yadi Sugandi |
Penyunting | Sentot Sahid |
Distributor | Salto Films Camila Internusa Film Christine Hakim Filmz NHK |
Tanggal rilis | 15 Mei 2001 |
Durasi | 106 menit |
Negara | Indonesia |
Pasir Berbisik adalah sebuah film Indonesia tahun 2001 yang disutradarai Nan Achnas.
Plot
[sunting | sunting sumber]Daya (Dian Sastrowardoyo) adalah seorang gadis muda yang hidup disebuah perkampungan miskin dekat wilayah pantai bersama ibunya Berlian (Christine Hakim) yang bekerja sebagai penjual jamu. Ayah Daya, Agus (Slamet Rahardjo Djarot) adalah seorang dalang wayang kecil yang menghilang saat Daya masih kecil. Ketidakberadaan Agus membuat Berlian membesarkan Daya sendirian di tengah kampung yang jauh dari peradaban modern, menjadikan Berlian sebagai ibu yang sangat protektif, apalagi Daya kini sudah menjadi seorang gadis. Daya yang terkungkung dari sosial dan kerap membayangkan kehadiran sang ayah. Dalam keanehannya, Daya sering menelungkupkan diri ke sebuah tanah pasir, ia selalu mengira pasir berbisik kepadanya. Daya juga mengharapkan, saat ayahnya pulang, Daya bisa ikut dengannya untuk pergi, jauh dari ibunya. Di kampung itu, terjadi sebuah teror tak lazim, dimana banyak orang meninggal dan rumah terbakar, hal itu membuat banyak orang berpindah. Suatu hari, sekelompok orang entah dari mana menyerang kampung tersebut. Daya dan Berlian segera membawa perbekalan dan pakaian secukupnya untuk kabur dari kampung. Mereka berjalan tak tentu arah, Berlian teringat perkataan adiknya yang kini menjadi penari ronggeng keliling, bahwa tempat yang paling aman dekat kampung adalah Pasir Putih.
Daya dan Berlian akhirnya bisa bermukim di Pasir Putih dengan menempati satu gubuk yang kosong. Saat Berlian membuka warung jamu, seorang pria bernama Suwito (Didi Petet) yang berprofesi sebagai tukang jual-beli, berkenalan dengan Berlian dan terpikat secara rahasia dengan Daya. Daya berteman dengan seorang gadis sebayanya yang bernama Sukma (Dessy Fitri). Sukma berkata bahwa ia tahu saat orang baru datang, berkat pasir. Sukma dan Daya belajar dengan kakek Sukma (Mang Udel). Suatu hari, Daya berjalan sendiri dan bertemu kelompok penari ronggeng dan bertemu Bu Lik (Bahasa Indonesia: Bibi) nya. Bu Lik memberikan Daya sebuah baju ronggeng, dan sejak itu Daya menjadi suka menari. Karena keterlenaan Daya pada menari dengan baju ronggeng, diam-diam Berlian membakar baju itu, membuat Daya tambah sebal dengannya. Bu Lik akhirnya pergi, beserta rombongannya, ia memperingatkan Berlian bahwa apabila ia berperilaku keras kepada anaknya, anaknya akan pergi. Suatu malam, Agus pulang dan kembali ke rumah di Pasir Putih.
Reuni ini tidak disambut meriah oleh Berlian yang menyatakan bahwa ia sudah tidak membutuhkan Agus lagi. Agus dan Daya cepat menjadi keluarga lagi karena profil Agus yang menyenangkan. Di hadapan Daya dan Sukma, Agus mempraktikan cara menarik perhatian orang saat menyelenggarakan pertunjukan. Sepulangnya, Daya dan Sukma bermain di ladang kering, tiba-tiba Sukma ambruk dan meninggal karena terjatuh dan kepalanya terantuk batu tajam. Tentulah Daya sangat kehilangan sahabatnya itu. Kemudian, Agus selama beberapa hari membawa Daya ke Suwito. Ternyata, Daya dilecehkan oleh Suwito setelah Suwito memberikan Agus sebungkus rokok mahal. Daya menjadi trauma dan jatuh sakit.
Berlian merawat Daya. Berlian meminumkan racun ke Agus yang sedang ingin tertidur sehingga Agus meninggal. Lalu, Daya akhirnya kembali terbangun. Daya dan Berlian menjalani kehidupan selama beberapa hari sebelum rumah mereka terbakar kembali oleh teror tak lazim. Film berakhir dengan Berlian yang menyuruh Daya pergi bersama kakek Sukma dan merelakan dirinya sendirian.
Pemeran
[sunting | sunting sumber]- Dian Sastrowardoyo sebagai Daya
- Christine Hakim sebagai Berlian
- Slamet Rahardjo sebagai Agus
- Didi Petet sebagai Suwito
- Dessy Fitri sebagai Sukma
- Karlina Inawati sebagai Delima
- Mang Udel sebagai kakek Sukma
- Dik Doank sebagai pemberontak
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]- Best Cinematography Award, Best Sound Award dan Jury's Special Award For Most Promising Director untuk Festival Film Asia Pacific 2001
- Festival Film Asiatique Deauville 2002 - Dian Sastrowardoyo memenangkan Artis Wanita Terbaik
- Festival Film Antarabangsa Singapura ke-15- Dian Sastrowardoyo memenangkan Artis Wanita Terbaik
- Festival Film Indonesia 2004 meraih nominasi di 8 kategori: Film Terbaik, Aktris Terbaik (Dian Sastrowardoyo dan Christine Hakim), Aktor Pendukung Terbaik (Didi Petet dan Slamet Rahardjo), Aktris Pendukung Terbaik (Dessy Fitri), Sinematografi Terbaik (Yadi Sugandi), Tata Artistik Terbaik (Frans X.R. Paat), Tata Musik Terbaik (Thoersi Agreswara), dan Tata Suara Terbaik (Adimolana Machmud dan Hartanto).