Lompat ke isi

Blustru: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Saripah NuRA17 (bicara | kontrib)
Ciri morfologi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Mitgatvm Bot (bicara | kontrib)
k top: migrasi
 
(18 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Speciesbox
{{Speciesbox
| subdivision =
| fill = yes
| genus = Luffa
* '''''Luffa aegyptiaca'''
| species = aegyptiaca
<small>[[Philip Miller|Mill.]] </small>
| authority=[[Philip Miller|Mill.]]
|synonyms =
|synonyms =
* ''Cucurbita luffa'' <small>''[[hort.]]''</small>
* ''Cucurbita luffa'' <small>''[[hort.]]''</small>
Baris 15: Baris 16:
{{SpeciesTitle
{{SpeciesTitle
|utama=blustru
|utama=blustru
|ref={{r|KBBID blustru}}
|ref={{r|KBBID blustru}}


|1=ketola
|1=ketola
Baris 47: Baris 48:


== Penanaman ==
== Penanaman ==
Penanamannya biasanya di pekarangan atau bagian ladang yang tidak digunakan untuk tanaman lain. Blustru ini pun biasa tumbuh liar di semak, tepi sungai dan pantai.<ref name=":0">{{Cite book|first=Sopandi|date=2018|title=Tanaman Obat Tradisional|publisher=PT. Sarana Pancakarya Nusa|isbn=978-979-678-935-1|pages=11|url-status=live}}</ref> Blustru biasanya dipanen ketika buahnya masak dan dimanfaatkan sebagai spons mandi. Buahnya yang masih muda juga bisa dimakan seperti [[gambas]] (''Luffa acutangula''), kerabatnya. Beberapa pihak menyebutnya sebagai '''luffa'''.
Penanamannya biasanya di pekarangan atau bagian ladang yang tidak digunakan untuk tanaman lain. Blustru ini pun biasa tumbuh liar di semak, tepi sungai, dan pantai.<ref name=":0">{{Cite book|first=Sopandi|date=2018|title=Tanaman Obat Tradisional|publisher=PT. Sarana Pancakarya Nusa|isbn=978-979-678-935-1|pages=11|url-status=live}}</ref> Blustru biasanya dipanen ketika buahnya masak dan dimanfaatkan sebagai spons mandi. Buahnya yang masih muda juga bisa dimakan seperti [[gambas]] (''Luffa acutangula''), kerabatnya. Beberapa pihak menyebutnya sebagai '''luffa'''.


== Ciri-Ciri Morfologi ==
== Ciri-Ciri Morfologi ==
B


Blustru memiliki ciri morfologi yang dapat dikenali sebagai berikut:
Blustru memiliki ciri morfologi yang dapat dikenali sebagai berikut:


a. Batang dapat mencapai panjang 2-10 meter, memanjat dengan sulur-sulur sebagai alat pembelit yang keluar dari ketiak daun
a. Batang dapat mencapai panjang 2–10 meter, memanjat dengan sulur-sulur sebagai alat pembelit yang keluar dari ketiak daun


b. Daunnya tunggal dengan panjang berkisar 6-25cm dan lebarnya 7,5-27cm. Warna daun hijau tua di permukaan atas, sedangkan di permukaan bawah hijah muda. Tangkai daun mencapai 4-9cm berseling. Sedangkan helaian daun bulat telur melebar dan berkeluk 5-7 buah.
b. Daunnya tunggal dengan panjang berkisar 6–25&nbsp;cm dan lebarnya 7,5–27&nbsp;cm. Warna daun hijau tua di permukaan atas, sedangkan di permukaan bawah hijau muda. Tangkai daun mencapai 4–9&nbsp;cm berseling. Sedangkan helaian daun bulat telur melebar dan berkeluk 5–7 buah.


c. Bunga berkelamin tunggal(terdapat dalam satu pohon) yang warna kuning
c. Bunga berkelamin tunggal(terdapat dalam satu pohon) yang warna kuning


d. Buahnya berbentuk silindir atau bulat mempanjang berkisar 10-50cm serta memiliki garis tengah sepanjang 5-10cm. Buah tua akan berwarna coklat tua
d. Buahnya berbentuk silinder atau bulat memanjang berkisar 10–50&nbsp;cm serta memiliki garis tengah sepanjang 5–10&nbsp;cm. Buah tua akan berwarna cokelat tua


e. Bagian dalam buah yang masak terdapat anyaman sabut yang rapat. Anyaman sabut ini sering dimanfaatkan untuk mencuci peralatan rumah.
e. Bagian dalam buah yang masak terdapat anyaman sabut yang rapat. Anyaman sabut ini sering dimanfaatkan untuk mencuci peralatan rumah.


f. Bijinya berbentuk gepeng berwarna hitam dan bertekstur licin.<ref name=":0" />
f. Bijinya berbentuk gepeng berwarna hitam dan bertekstur licin.<ref name=":0" />

== Kandungan Kimia ==

Kandungan kimia tersebar pada buah, biji, daun, biji, sampai getahnya. Berikut rincian kandungan kimianya:

a. Pada buah terdapat zat kimia [[saponin]], [[triterpena]], luffein/zat pahit, [[sitrulina]], dan cucurbitacin.

b. Getah mengandung saponin, lendir, [[lemak]], [[protein]], [[xilan]], [[vitamin B]], dan [[vitamin C]].

c. Biji mengandung lemak, [[skualena]], spinasterol, cucurbitacin b, dan protein

d. Bunga mengandung senyawa [[glutamina]], [[asam aspartat]], [[alanina]], [[lisina]], dan [[arginina]].

e. Sabut mengandung xilan, [[xilosa]], mannosan, galaktan, saponin, [[selulosa]], [[galaktosa]], [[manitosa]], Vitamin A, B, dan C.

f. Daun dan batang mengandung senyawa saponin dan [[tanin]].<ref name=":0" />


== Nama lain ==
== Nama lain ==


Di [[Indonesia]], belustru mempunyai nama-nama seperti ''blustru'' ([[Bahasa Melayu|Melayu]]), ''hurung jawa'', ''ketolang'', dan ''timput'' ([[Bahasa Palembang|Palembang]]). Di [[Jawa]], dikenal dengan sebutan-sebutan seperti ''lopang'', ''oyong'' ([[Bahasa Sunda|Sunda]]), ''bestru'',<ref name="Dharma">Dharma, A.P. (1987). ''Indonesian Medicinal Plants [Tanaman-Tanaman Obat Indonesia]'' (dalam [[bahasa Inggris]]). hal.46{{spaced ndash}}47. [[Jakarta]]: [[Balai Pustaka]]. ISBN 979-407-032-7.</ref> ''blestru'', dan ''blustru''. Di [[Maluku]], dikenal dengan nama-nama seperti: ''dodahala'' ([[Halmahera]]), ''petola cina'' dan ''petola panjang''.<ref name="Dali2000">[[Setiawan Dalimartha|Dalimartha, Setiawan]] (2000). ''[http://books.google.co.id/books?id=vmrbQE4jfYcC Atlas Tumbuhan Obat Indonesia]'' '''2''':17{{spaced ndash}}24. [[Jakarta]]: Trubus Agriwidya. ISBN 979-661-065-5.</ref>
Di [[Indonesia]], blustru mempunyai nama-nama seperti ''blustru'' ([[Bahasa Melayu|Melayu]]), ''hurung jawa'', ''ketolang'', dan ''timput'' ([[Bahasa Palembang|Palembang]]). Di [[Jawa]], dikenal dengan sebutan-sebutan seperti ''lopang'', ''oyong'' ([[Bahasa Sunda|Sunda]]), ''bestru'',<ref name="Dharma">Dharma, A.P. (1987). ''Indonesian Medicinal Plants [Tanaman-Tanaman Obat Indonesia]'' (dalam [[bahasa Inggris]]). hal.46{{spaced ndash}}47. [[Jakarta]]: [[Balai Pustaka]]. ISBN 979-407-032-7.</ref> ''blestru'', ''blustru'', dan ''beludru'' (yang digunakan juga untuk menyebut jenis [[gambas]]). Di [[Maluku]], dikenal dengan nama-nama seperti: ''dodahala'' ([[Halmahera]]), ''petola cina,'' dan ''petola panjang''.<ref name="Dali2000">[[Setiawan Dalimartha|Dalimartha, Setiawan]] (2000). ''[http://books.google.co.id/books?id=vmrbQE4jfYcC Atlas Tumbuhan Obat Indonesia]'' '''2''':17{{spaced ndash}}24. [[Jakarta]]: Trubus Agriwidya. ISBN 979-661-065-5.</ref>


== Galeri ==
== Galeri ==
Baris 86: Baris 102:
{{Taxonbar|from=Q2308434}}
{{Taxonbar|from=Q2308434}}


[[Kategori:Sayur]]
[[Kategori:Tumbuhan industri]]
[[Kategori:Tumbuhan industri]]
[[Kategori:Cucurbitaceae]]
[[Kategori:Luffa]]
[[Kategori:Sayuran buah]]



{{Tumbuhan-stub}}
{{Tumbuhan-stub}}

Revisi terkini sejak 26 September 2024 09.05

Blustru
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo: Cucurbitales
Famili: Cucurbitaceae
Genus: Luffa
Spesies:
L. aegyptiaca
Nama binomial
Luffa aegyptiaca
Sinonim
  • Cucurbita luffa hort.
  • Luffa cylindrica M.Roem.
  • Luffa aegyptica (lapsus)
  • Luffa pentandra Roxb.
  • Momordica cylindrica L.
  • Momordica luffa L.

Blustru,[1] belustru, petola[2] atau ketola[3] (Luffa aegyptiaca) adalah tumbuhan merambat sejenis mentimun, buah yang masih muda dapat disayur, kulit buah yang tua dapat dijadikan spons.[1]

Penanaman

[sunting | sunting sumber]

Penanamannya biasanya di pekarangan atau bagian ladang yang tidak digunakan untuk tanaman lain. Blustru ini pun biasa tumbuh liar di semak, tepi sungai, dan pantai.[4] Blustru biasanya dipanen ketika buahnya masak dan dimanfaatkan sebagai spons mandi. Buahnya yang masih muda juga bisa dimakan seperti gambas (Luffa acutangula), kerabatnya. Beberapa pihak menyebutnya sebagai luffa.

Ciri-Ciri Morfologi

[sunting | sunting sumber]

Blustru memiliki ciri morfologi yang dapat dikenali sebagai berikut:

a. Batang dapat mencapai panjang 2–10 meter, memanjat dengan sulur-sulur sebagai alat pembelit yang keluar dari ketiak daun

b. Daunnya tunggal dengan panjang berkisar 6–25 cm dan lebarnya 7,5–27 cm. Warna daun hijau tua di permukaan atas, sedangkan di permukaan bawah hijau muda. Tangkai daun mencapai 4–9 cm berseling. Sedangkan helaian daun bulat telur melebar dan berkeluk 5–7 buah.

c. Bunga berkelamin tunggal(terdapat dalam satu pohon) yang warna kuning

d. Buahnya berbentuk silinder atau bulat memanjang berkisar 10–50 cm serta memiliki garis tengah sepanjang 5–10 cm. Buah tua akan berwarna cokelat tua

e. Bagian dalam buah yang masak terdapat anyaman sabut yang rapat. Anyaman sabut ini sering dimanfaatkan untuk mencuci peralatan rumah.

f. Bijinya berbentuk gepeng berwarna hitam dan bertekstur licin.[4]

Kandungan Kimia

[sunting | sunting sumber]

Kandungan kimia tersebar pada buah, biji, daun, biji, sampai getahnya. Berikut rincian kandungan kimianya:

a. Pada buah terdapat zat kimia saponin, triterpena, luffein/zat pahit, sitrulina, dan cucurbitacin.

b. Getah mengandung saponin, lendir, lemak, protein, xilan, vitamin B, dan vitamin C.

c. Biji mengandung lemak, skualena, spinasterol, cucurbitacin b, dan protein

d. Bunga mengandung senyawa glutamina, asam aspartat, alanina, lisina, dan arginina.

e. Sabut mengandung xilan, xilosa, mannosan, galaktan, saponin, selulosa, galaktosa, manitosa, Vitamin A, B, dan C.

f. Daun dan batang mengandung senyawa saponin dan tanin.[4]

Nama lain

[sunting | sunting sumber]

Di Indonesia, blustru mempunyai nama-nama seperti blustru (Melayu), hurung jawa, ketolang, dan timput (Palembang). Di Jawa, dikenal dengan sebutan-sebutan seperti lopang, oyong (Sunda), bestru,[5] blestru, blustru, dan beludru (yang digunakan juga untuk menyebut jenis gambas). Di Maluku, dikenal dengan nama-nama seperti: dodahala (Halmahera), petola cina, dan petola panjang.[6]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata blustru pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2019-11-9. 
  2. ^ (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata petola pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2019-11-11. 
  3. ^ (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata ketola pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2019-11-11. 
  4. ^ a b c Tanaman Obat Tradisional. PT. Sarana Pancakarya Nusa. 2018. hlm. 11. ISBN 978-979-678-935-1. 
  5. ^ Dharma, A.P. (1987). Indonesian Medicinal Plants [Tanaman-Tanaman Obat Indonesia] (dalam bahasa Inggris). hal.46 – 47. Jakarta: Balai Pustaka. ISBN 979-407-032-7.
  6. ^ Dalimartha, Setiawan (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia 2:17 – 24. Jakarta: Trubus Agriwidya. ISBN 979-661-065-5.