Lompat ke isi

Zakaria bin Muhammad Amin: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rita Puspa (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(384 revisi perantara oleh 31 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{COI}}{{pp}}
[[Haji|H]]. '''Zakaria bin Muhammad Amin''' ({{Lang-ar|زكريا بن محمد أمين}} {{lahirmati|Bangkinang|2|03|1913|Bengkalis|01|01|2006}})<ref name=":0">{{Cite book|last=Fariq|first=Wan M|date=2020-10-15|url=https://books.google.co.id/books/about/PROFIL_ULAMA_KARISMATIK_DI_KABUPATEN_BEN.html?id=hQ4lEAAAQBAJ&source=kp_book_description&redir_esc=y|title=PROFIL ULAMA KARISMATIK DI KABUPATEN BENGKALIS: MENELADANI SOSOK DAN PERJUANGAN|location=Bengkalis|publisher=DOTPLUS Publisher|isbn=9786239465933|url-status=live}}</ref> adalah seorang ulama, politikus, dan dai berkebangsaan [[Indonesia]]. Ia merupakan tokoh masyarakat di [[Kabupaten Bengkalis]], serta merupakan orang pertama yang menjabat sebagai Kepala Pemerintahan Bidang Agama Islam di Kota Bengkalis<ref name=":0" />.
{{netralitas}}{{Short description|Ulama, politisi, dan penulis Indonesia (1913–2006)}}

{{Indonesian name|Amin|Zakaria}}
{{Infobox person
{{Infobox person
| name = Zakaria bin Muhammad Amin
| name = Zakaria bin Muhammad Amin
| image = Zakaria bin Muhammad Amin portrait in 1986 (retouched) (cropped).jpg
| caption = Zakaria pada tahun 1986
| birth_name = Zakaria
| birth_name = Zakaria
| birth_date = {{birth date|1913|3|2|df=y}}
| birth_date = Maret 1913
| birth_place = [[Bangkinang]], Hindia Belanda
| birth_place = [[Bangkinang]], [[Kabupaten Kampar|Kampar]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|2006|1|1|1913|3|2|df=y}}
| death_date = {{death date and age|2006|1|1|1913|3|df=y}}
| death_place = [[Kota Bengkalis|Bengkalis]], [[Riau]], Indonesia
| death_place = [[Kabupaten Bengkalis|Bengkalis]], [[Riau]], Indonesia
| nationality = [[Indonesia]]
| burial_place =
| nationality = <!-- Hanya untuk warga negara asing -->
| occupation = {{hlist|Ulama|politikus|guru}}
| occupation = {{hlist|Ulama|politisi|penulis}}
| spouse = {{marriage|Mariah Ahmad|1933|1955|reason=died}} <br /> {{marriage|Siti Zainab|1956|2006}}
| party = [[Masyumi]] (1943–1960) <br /> [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]] (1974–1986)
| children = {{Collapsible list|title=''Dari Mariah Ahmad'|1=
{{plainlist|1=
| spouse = {{plainlist|
* {{marriage|Mariah binti Ahmad|1933|1955|end=meninggal}}
* Nashruddin Zakaria
* {{marriage|[[Siti Zainab|Siti Zainab binti Kimpal]]|1956}}
* Aminah Zakaria
* Zaharah Zakaria
* Ulfah Zakaria
* Azra'ie Zakaria
* Hanim Zakaria
* Syakrani Zakaria
}}
}}
{{Collapsible list|title=''Dari Siti Zainab''|1=
{{plainlist|1=
* Zulkarnain Zakaria
* Nukman Zakaria
* [[Gamal Abdul Nasir (penulis)|Gamal Abdul Nasir Zakaria]]
* Rita Puspa Zakaria
* Nida Suryani Zakaria
* Sri Purnama Zakaria
}}
}}
}}
| children = <!-- Kolom ini diisi hanya jumlah anak; hanya nama anak yang secara independen sudah terkenal atau telah memiliki artikelnya di Wikipedia; bila ada rujukan/referensi, uraikan pada artikel -->14
| relatives = [[Tuan Guru Haji Ahmad]] (ayah mertua)
}}
}}
'''Zakaria bin Muhammad Amin''' (7 Maret 1913 – 1 Januari 2006) adalah seorang [[ulama]], politisi, dan penulis berkebangsaan [[Indonesia]]. Ia merupakan generasi pertama ulama karismatik di [[Kabupaten Bengkalis]], dan merupakan orang pertama yang diangkat menjadi kepala administrasi keagamaan Islam di Bengkalis. Zakaria adalah menantu [[Tuan Guru Haji Ahmad]], ulama pertama di Kabupaten Bengkalis.


Zakaria dibesarkan oleh bibinya dan melakukan perjalanan bersamanya ke [[Makkah]] pada tahun 1923. Zakaria memulai pendidikan di Tweede Inlandsche School pada tahun 1920 dan melanjutkan berguru ke para ulama Makkah pada tahun 1923 setelah menunaikan [[haji]]. Zakaria menjadi anggota Partai Masyumi sampai partai politik tersebut dilarang oleh Presiden [[Soekarno]]. Zakaria kemudian juga diangkat menjadi kepala pemerintahan agama Islam pertama di Bengkalis, kemudian menjabat sebagai Kepala Kementerian Agama. Sebagai penganut paham [[Sunni]], Zakaria memiliki pandangan yang cenderung moderat terhadap keberadaan empat [[mazhab]], dan teologi [[Khilafah]].
== Biografi ==
Zakaria dilahirkan di [[Bangkinang]] pada tanggal 2 Maret 1913, sebagai putri sulung dari tiga bersaudara pasangan Muhammad Amin dan Taraima.<ref name=":0" /> ayahnya adalah seorang pedagang kain, sedangkan ibunya merupakan seorang penjahit.<ref name=":0" />


Zakaria menikah dengan istri pertamanya, Mariah, yang merupakan putri dari [[Tuan Guru Haji Ahmad]], pada tahun 1933 dan memiliki tujuh orang anak. Setelah Mariah meninggal dunia, Zakaria menikah dengan [[Siti Zainab]] seorang aktris dan penyanyi, dan memiliki tujuh orang anak. Pernikahan Zakaria dan Siti tetap bertahan hingga Zakaria meninggal dunia pada tahun 2006.
Ia memiliki dua orang saudara kandung laki-laki yang bernama Hasyim dan Ahmad, serta 3 orang saudara seayah yang bernama Ahmad Sanusi, Siti Mariam, dan Syarafiah (?–2001).<ref name=":0" /> Zakaria menghabiskan masa kecilnya dengan bermain dan menggembalakan kerbau ternak milik keluarganya di pematang sawah, ia juga dituntut untuk selalu disiplin oleh kedua orangtuanya, yang dimana pada pukul 4 pagi, dirinya sudah harus bangun dan mempersiapkan diri, kemudian sholat subuh berjamaah dan belajar ilmu dibidang keagamaan hingga siang hari.<ref name=":0" />


== Kehidupan awal dan pendidikan ==
Zakaria bersekolah di [[Tweede Inlandsche School]] milik pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1920, namun ia hanya bisa bersekolah hingga kelas tiga saja, dikarenakan krisis ekonomi yang dialami keluarganya saat itu, dan juga dirinya yang kurang berminat dalam mempelajari ilmu dibidang non keagamaan.<ref name=":0" /> Pada tahun 1923, Zakaria berangkat ke [[Mekkah]] bersama paman dan bibinya yang merupakan adik dari ibunya, dalam rangka untuk melaksanakan [[Haji|Ibadah Haji]] sekaligus membawa Zakaria untuk belajar ilmu keagamaan di Mekkah.<ref name=":0" />
[[File:Zakaria bin Muhammad Amin in Malaysia.jpg|thumb|Zakaria bersama salah seorang kerabatnya di [[Malaysia]] pada bulan Desember 1969.]]
Zakaria bin Muhammad Amin dilahirkan pada bulan Maret 1913 di [[Bangkinang]], [[Kabupaten Kampar|Kampar]]. Ia adalah anak sulung dari pasangan Muhammad Amin dan istrinya Taraima.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=143}} Ayahnya bekerja sebagai pedagang, dan ibunya bekerja sebagai penjahit.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=143}} Zakaria mempunyai lima orang saudara, tiga di antaranya merupakan saudara tiri. Saudara kandungnya adalah Hasyim bin Muhammad Amin dan Ahmad bin Muhammad Amin, sementara saudara tirinya adalah Siti Mariam binti Muhammad Amin, Syarafiah Norwawi binti Muhammad Amin, dan Ahmad Sanusi bin Muhammad Amin.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=146}} Zakaria dan saudara-saudaranya bekerja sebagai petani dan pedagang, dan kemudian menjadi warga negara Malaysia pada tahun 1960-an.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=146}}


Zakaria menghabiskan masa kecilnya dengan menggembala kerbau di sawah, dan bermain [[gambus]].<ref>{{cite magazine|magazine=[[Tempo (majalah)|Tempo]]|title=Indonesia's Weekly News Magazine|date=2007|location=Indonesia|first=Arsa Raya|last=Perdana|page=66–67}}</ref>{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=142–143}} Ia mulai bersekolah pada tahun 1920 di Tweede Inlandsche School, sebuah sekolah negeri pada masa penjajahan Belanda di Bangkinang.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=147}} Bersama Fatimah, bibinya dari pihak ibu, Zakaria melakukan perjalanan ke [[Makkah]] pada tahun 1923.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=147}}
Setelah 4 bulan perjalanan menggunakan kapal KLM milik pemerintah Hiiada Belanda, akhirnya Zakaria beserta paman dan bibinya sampai di Mekkah<ref name=":0" />. Lalu kemudian mereka berkenalan dengan para jamaah haji lainnya yang berasal dariberbagai negaraa, serta juga mengirimkan Zakaria untuk belajar ilmu agama kepada para Syekh yang terkenal disana, seperti Ali Al-Maliki, Syekh Umar Al Turki, Umar Hamdan, Ahmad Fathoni, dan Syekh Muhammad Amin Quthbi. Dari Syekh Muhammad Amin Quthbi inilah Zakaria bisa menjadi salah satu murid dari [[Muhammad Saleh Al-Minankabawi]]<ref name=":0" />.


Setelah sampai di Makkah, ia kemudian menunaikan [[haji]].{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=148}} Zakaria melanjutkan pendidikannya dengan berguru kepada para ulama di Makkah seperti Ali Al-Maliki, Syekh Umar Al-Turki, Umar Hamdan, Ahmad Fathoni, dan Syekh Muhammad Amin Quthbi.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=148}} Ia kemudian mempelajari berbagai ilmu Islam seperti [[Tafsir|tafsir Al-Quran]], [[hadis]], [[tauhid]], [[sastra Arab]] dengan menggunakan metode ''halaqah''.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=148}} Sanadnya dapat dilacak hingga ke [[Ahmad Khatib al-Minangkabawi]], seorang ulama Syafi'i di [[Masjidilharam]] yang merupakan guru [[Ahmad Dahlan]] (pendiri dari [[Muhammadiyah]]) dan [[Hasyim Asy'ari]] (pendiri [[Nahdlatul Ulama]]).{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=148}}
Bersama dengan para jemaah lainnya, Zakaria kemudian membentuk sebuah komunitas studi di bidang agama islam yang dikenal dengan sebutan [[:en:Halaqa|Halaqoh]], dalam Halaqoh inilah Zakaria mempelajari ilmu di bidang keagamaan Islam diantaranya [[Ilmu Al-Qur'an|ilmu Al-Qur'an]], [[Tafsir|ilmu Tafsir]], [[Ulum hadis|ilmu Hadits]] beserta mustholahnya, [[Tauhid|ilmu Tauhid]], [[Balagah|Balaghah]], dan ilmu tentang syair Arab yaitu Qonafi<ref name=":0" />.


Setelah menyelesaikan studinya di Makkah, Zakaria pindah ke [[Temerloh]], [[Pahang (negara bagian)|Pahang]], dan melanjutkan studi ilmu agama Islam selama enam tahun kepada Muhammad Saleh. Zakaria tetap melanjutkan studi agamanya hingga Saleh meninggal dunia pada tahun 1929.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=148}} Zakaria kemudian mempelajari ''Matan Jurumiyah'', sebuah buku sains berbahasa Arab.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=148}} Ia kemudian pindah ke Kuala Lipis, sebuah distrik di Pahang, hingga terjadi banjir pada akhir tahun 1929.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=148}}
Kemudian setelah melaksanakan ibadah haji di Mekah, Zakaria bersama paman dan bibinya kemudian pindah ke daerah [[Temerloh]], [[Pahang (negara bagian)|Pahang]]. disana ia melanjutkan pendidikan dibidang agama Islamnya dengan menjadi murid dari [[Muhammad Saleh Al-Minankabawi]].<ref name=":0" /> Sanad keilmuan Zakaria menyambung kepada syekh [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]] yang merupakan seorang penganut mazhab [[Mazhab Syafi'i|Syafi'i]] di Masjidil Haram<ref name=":0" />, dan juga merupakan guru dari para pemimpin reformis Islam Indonesia seperti [[Muhammad Hasyim Asy'ari]] yang merupakan pendiri dari [[Nahdlatul Ulama]], dan [[KH Ahmad Dahlan]] yang merupakan pendiri dari [[Muhammadiyah]]<ref name=":0" />. Zakaria juga berhasil mempelajari [[Al-Ajurumiyah|Matan Jurumiyah]] secara lengkap selama menempuh masa pendidikannya tersebut.


Setelah Kuala Lipis terendam banjir, Zakaria bersama teman-temannya pindah ke [[Bengkalis (kota)|Bengkalis]], ibu kota [[Kabupaten Bengkalis]], [[Riau]].{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=148}} Ia kemudian melanjutkan studi keagamaan Islam dengan berguru kepada [[Tuan Guru Haji Ahmad]], ulama pertama di Kabupaten Bengkalis.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=149}} Pada tahun 1933, Zakaria menikahi putri Ahmad yaitu Mariah. Setelah menikah, mereka berdua pindah ke [[Bagan Datuk]], [[Perak (negara bagian)|Perak]].{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=149}}
Setelah kematian gurunya yaitu [[Muhammad Saleh Al-Minankabawi]] pada tahun 1933, Zakaria kemudian pindah ke daerah [[Kuala Lipis]] selama sembilan bulan. Setelah daerah tersebut mengalami bencana banjir, dirinya bersama beberapa orang temannya kemudian memutuskan untuk pindah ke daerah [[Bengkalis, Bengkalis|Kota Bengkalis]]<ref name=":0" />.


== Karier militer ==
Setelah sampai di Bengkalis, dirinya bersama dengan para temannya tersebut melanjutkan pendidikan keagamaan mereka di Masjid Raya Parit Bangkung, yang dipimpin Tuan Guru Haji Ahmad (1884–1949), lalu kemudian Zakaria bersama empat orang temannya yakni Muhammad Toha, Muhammad Ismail, dan Muhammad Sidik dipilih untuk menjadi pengajar di Masjid tersebut<ref name=":0" />.
Pada masa [[pendudukan Jepang di Hindia Belanda]], ia memimpin gerakan perlawanan bersama [[Abdullah Nur]] dan kaum nasionalis di [[Bengkalis (kota)|Bengkalis]].{{Sfn|Pahlefi|2022|p=158}} Pada [[Agresi Militer Belanda II]], Zakaria memimpin gerakan perlawanan di Bengkalis sebagai kapten.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=150}} Setelah gerakan perlawanan tersebut berpindah ke [[Dumai]], Zakaria kembali bergabung dan terus memimpin perlawanan. Atas jasa-jasanya dalam memimpin perlawanan tersebut, Zakaria kemudian menerima gelar [[mayor (Indonesia)|mayor]] [[tituler]].{{Sfn|Pahlefi|2022|p=135}}


== Karier ilmiah ==
Setelah menikah dengan Mariah Ahmad yang merupakan putri dari Tuan Guru Haji Ahmad, Zakaria melakukan perjalanan ke wilayah [[Bagan Datuk|Bagan Datuk Perak]] guna memperdalami ilmu keagamaan dan mengajar di daerah tersebut hingga tahun 1937<ref name=":0" />.
[[File:Zakaria bin Muhammad Amin in December 1969.jpg|thumb|Zakaria (urutan keenam dari kiri) pada bulan Desember 1969]]
Pada usia 16 tahun, Zakaria memulai kariernya sebagai khatib dan guru di Masjid Parit Bangkong di Parit Bangkong,[[Bengkalis (kota)|Bengkalis]].{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=149}} Pada tahun 1930, satu tahun setelah kembali dari [[Malaya Britania]], ia mulai menulis dua buku: ''Balqurramhi fi Sunniyyati Qunut Subhi'' (1930), dan ''Kumpulan Khutbah Jumat dan Hari Raya Sebanyak Dua Belas Judul Khutbah'' (1939).{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=152}} Kedua buku ini membahas tentang pendapat Zakaria mengenai isu [[Salat]] yang menjadi bahan perbincangan akademis saat itu.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=153}}


Pada tahun 1937, Zakaria bersama [[Tuan Guru Haji Ahmad]] mendirikan sebuah pesantren bernama Al-Kahiriyah. Pesantren ini merupakan pesantren pertama di [[Kabupaten Bengkalis]].{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=149}} Al-Khairiyah kemudian sukses karena banyaknya santri yang datang dari berbagai daerah di [[Riau]], belajar di sana.{{Sfn|Pahlefi|2022|p=135}} Ia terus berdakwah dan mengajar muridnya di Al-Khairiyah dan di berbagai masjid di Bengkalis.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=150}} Setelah [[Pendudukan Jepang di Hindia Belanda|Jepang menduduki Hindia Belanda]] pada tahun 1942, Al-Khairiyah ditutup.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=150}}
== Kehidupan pribadi ==
Zakaria menikah pertama kali pada tahun 1933 dengan seorang wanita bernama Mariah Ahmad (1 Februari 1900 – 25 Desember 1955) yang merupakan anak dari gurunya yakni Tuan Haji Ahmad (1884–1949) dan istrinya Rohimah, pernikahan mereka berakhir dengan kematian Mariah pada tanggal 25 Desember 1955 di [[Bengkalis]]. Dari pernikahannya ini mereka dikaruniai 7 orang anak yaitu:


Pada tahun 1948, ia diangkat menjadi kepala pemerintahan agama Islam pertama di Bengkalis.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=150}} Pada tahun 1950 hingga 1972, ia menjabat sebagai Kepala Kementerian Agama di Bengkalis, dan merupakan orang pertama yang menduduki jabatan tersebut.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=150}} Ia kemudian menjadi juri kompetisi [[Musabaqah Tilawatil Quran]] tingkat kabupaten di Bengkalis, mulai tahun 1964.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=150}}
* Nashruddin Zakaria (10 April 1934 – 1 Januari 1999), yang menikah dengan Nursiah (31 Desember 1942 – 27 Juli 2020) pada tahun 1960, dan memiliki anak yaitu:
# Syamsidar (1962 – 16 Agustus 2021)<ref name=":0" />
# Yusraini (lahir 1968)<ref name=":0" />
# Hendrizon (lahir 17 Juli 1979)<ref name=":0" />
* Aminah Zakaria (17 September 1938 – 15 Juli 2011), yang menikah dengan Rustam (?–1993), dan memiliki dua orang anak yaitu:
# Aprizami (1969–1988)<ref name=":0" />
# Rudi Haryanto (6 Oktober 1972 – 14 April 2016)<ref name=":0" />
* Zaharah Zakaria (1 Februari 1942 – 29 Oktober 2007), yang menikah dengan Yaqub dan memiliki tiga orang anak yaitu:
# Sri Mei Linda Andika (lahir 6 Mei 1967), yang menikah dengan Na'amsyah Syah (lahir 17 Mei 1959), dan memiliki empat orang anak yaitu: Yogi Setiawan (lahir 30 Maret 1991), Ledy Sofia (lahir 14 Juni), Syarwan Hidayat, dan Muhammad Emir Arkansyah (lahir 12 Desember 2007)<ref name=":0" />
# Sri Afrianti (lahir 23 April 1969), yang menikah dan memiliki empat orang anak yaitu: Sukma Dewi (lahir 30 November 1993), Jamiatul Laila Sharman, Risti Devi, Syafira S Rahmah<ref name=":0" />
# Wiwik Siti Aisyah (lahir 23 Agustus 1973), yang menikah dengan Jufri Nazar (lahir 6 November 1973) pada tanggal 5 Juli 2002, dan memiliki dua orang anak yaitu: Nisa (lahir 3 April 2003), dan Muhammad Alif Syaikhan (lahir 6 September 2005)<ref name=":0" />
* Ulfah Zakaria (lahir 14 April), yang menikah dengan Diponegoro Dilapanga (?–26 September 2011) dan memiliki tiga orang anak yaitu:
# Sutianingsih (lahir 1973)<ref name=":0" />
# Siti "Ria" Mariam (lahir 27 Januari 1982), yang menikah dengan Tengku Odi dan memiliki seorang anak yaitu: Marsya Ghassana (lahir 28 September 2008)<ref name=":0" />
# Yusuf Aqil<ref name=":0" />
* Azraie Zakaria (31 Juli 1947 – 18 Juli 2019), yang menikah dengan Athiah Muhayat (lahir 4 April 1959) pada tanggal 1 Desember 1983 hingga tanggal 18 Juli 2019, dan memiliki tiga orang anak yaitu:
# Maya Fadlilah Azra'ie (lahir 3 Mei 1986) yang menikah dengan Baim Fadlilah (lahir 28 Oktober 1985) pada tanggal 12 Februari 2011 dan memiliki dua orang anak yaitu: Wafi (lahir 12 Desember 2012) dan Rara<ref name=":0" />
# Ilham Zurriyati Azra'ie yang menikah dengan Zaki Mubarak pada tanggal 16 Maret 2019<ref name=":0" />
# Adri Imaduddin (lahir 4 November 1990) yang menikah dengan Vernanda Fajriati (lahir 19 November 1996) pada tanggal 29 Mei 2021<ref name=":0" />
* Hanim Zakaria (lahir 11 September 1950), yang menikah dengan Mochtar dan memiliki dua orang anak yaitu:
# Tirta Mahdalena Mochtar (lahir 26 Maret 1985), yang menikah dengan Rizal Jay (lahir 2 April) pada tanggal 23 Februari 2018<ref name=":0" />
# Desy Ananda (lahir 2 Desember 1986), yang menikah dengan Suherman (lahir 28 Oktober) pada tanggal 21 Februari 2011 dan memiliki dua orang anak yaitu: Muhammad Rafif Alkhalil (lahir 8 Juni 2012) dan Livia Nazira Zalfa (lahir 2 Juni 2013)<ref name=":0" />
* Syakrani Zakaria (lahir 23 November 1952), yang menikah dengan Rosnetti (lahir 28 September 1959) dan memiliki empat orang anak yaitu:
# Yudhi Andross (lahir 19 Maret 1983), yang menikah dengan Astya Kirana Parawitha pada tanggal 24 Agustus 1983<ref name=":0" />
# Elfikrie Andross (lahir 27 April 1986), yang menikah dengan Amanda Puspanditaning Sejati pada tahun 2021<ref name=":0" />
# Trio Andross (lahir 3 Agustus 1989)<ref name=":0" />
# Putri Rossya Ardelia Hasanah (lahir 9 Desember 1999)<ref name=":0" />


[[File:Zakaria bin Muhammad Amin, Mahbatul Ulum, front angle.jpg|thumb|Zakaria bersama putranya, Gamal, dan staf MDTA Mahbatul Ulum pada tahun {{circa|1980-an}}]]
Zakaria kembali menikah untuk yang kedua kalinya pada tahun 1956 dengan seorang guru masak sekolah kepiawaian putri di [[Sumatra Barat]] yang pernah menjadi penari "Tari Remadja" dalam film ''[[Asrama Dara]]'' (1958), yakni Siti Zainab (31 Desember 1935 –21 Agustus 2014) yang merupakan putri sulung dari pasangan Kimpal dan Siti Khadijah<ref>{{Cite book|date=1959-10-21|title=Varia|publisher=Perseroan Komanditer Varia, Djakarta|url-status=live}}</ref>. Pernikahan mereka berakhir dengan kematian Zakaria pada tanggal 1 Januari 2006. Dari pernikahan keduanya ini mereka dikaruniai 10 orang anak yaitu:
Pada tanggal 17 Juli 1963, Zakaria mendirikan sebuah sekolah Islam tingkat anak dan remaja yang diberi nama MDTA Mahbatul Ulum.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=150}} Pada awal pembangunannya, sekolah ini memiliki enam ruang kelas. Masing-masing ruang kelas mengajarkan ilmu keislaman, yaitu ''[[sastra Arab|nahwu ṣaraf]]'', [[fikih]], [[tauhid]], [[Etika Islam|akhlaq]], [[hadis]], [[tarikh]], dan [[Tafsir|tafsir Al-Quran]]. Metode pendidikannya bersifat klasik.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=154}} Mahbatul Ulum mendidik para siswanya untuk menjadi khatib. Di samping sebagai tempat pendidikan, Mahbatul Ulum juga menjadi tempat perayaan untuk acara kegamaan di Bengkalis.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=151}}
*Zulkarnain Zakaria (lahir 17 Agustus 1957), yang menikah dengan Mistiatiningsih (lahir 8 September 1965) pada tahun 1990 dan memiliki tiga orang anak yaitu:
# Muthia Vaora (lahir 8 Oktober 1991), yang menikah dengan Firmansyah (lahir 23 Februari 1993) pada bulan Agustus 2018 dan memiliki dua orang anak yaitu: Aisyah Humaira Firthia (lahir 12 Juli 2019) dan Shakila Izzatunisa Firthia (lahir 12 Desember 2020)<ref name=":0" />
# Muhammad Zaqi (lahir 20 April 1995)<ref name=":0" />
# Agil Nabila (lahir 21 September 2002)<ref name=":0" />
* Nukman Zakaria (lahir 20 Juni 1960), yang menikah dengan Yuslina (12 Oktober 1965 – 14 Maret 2021) dan memiliki seorang anak yaitu:
# Nurul Fitri Hidayah (lahir 18 April 1991), yang menikah dengan Harry Sando Rahman (lahir 12 Juli 1989) dan memiliki dua orang anak yaitu: Alesha Shafwah Rasyadah (lahir 22 November 2017) dan Alnaira Shahia Mufidah (lahir 21 Agustus 2020)<ref name=":0" />
*Rinie Yuslina Fairuz Zakaria (25 Juli 1964 – 14 Maret 2021), yang menikah dengan Anton Budi Hartono Nasution (lahir 22 Agustus 1961) pada tanggal 25 Juni 1990 dan memiliki lima orang anak yaitu:
# Latief Agam Hartono (27 September 1997 – 1 November 1998)<ref name=":0" />
# Lizzy Paoly Hartono (lahir 29 September 1997)<ref name=":0" />
# Melissa Alisya Hartono (lahir 24 Februari 2002)<ref name=":0" />
# Susi Kartika Hartono (lahir 18 Juli 2006)<ref name=":0" />
# Linda Claudia Hartono (lahir 6 Maret 2012)<ref name=":0" />
* [[Gamal Abdul Nasir (penulis)|Gamal Abdul Nasir Zakaria]] (lahir 22 Juni 1965), yang menikah dengan Salwa Mahalle (lahir 12 Mei 1971) pada tahun 2000 dan memiliki empat orang anak yaitu:
# Wafa Imani (lahir 15 November 2005)<ref name=":0" />
# Fawwaz Khalili (lahir 23 Juli 2007)<ref name=":0" />
# Aisyah Syamila (lahir 1 Agustus 2008)<ref name=":0" />
# Umar Khalili (lahir 11 Januari 2013)<ref name=":0" />
*Rita Puspa Zakaria (lahir 20 November 1967), yang menikah dengan Muhammad Yahman (lahir 23 Februari 1968) pada tanggal 28 Januari 2003 dan memiliki tiga orang anak yaitu:
# Erin Kartika Puspa (lahir 16 November 2003)<ref name=":0" />
# Asyrof Al-Ghifari (lahir 5 Januari 2005)<ref name=":0" />
# Assyifa Kaila Saidah<ref name=":0" />
* Nida Suryani Zakaria (lahir 15 April 1971), yang menikah dengan Eddy Ed (lahir 25 November 1968) pada tanggal 14 Desember 2016
* Sri Purnama Zakaria (lahir 20 Oktober 1973), yang menikah dengan Amrizal (lahir 11 Agustus 1972) pada bulan April 2008 dan memiliki dua orang anak yaitu:
# Amira Insyirah<ref name=":0" />
# Ammar Baihaqi<ref name=":0" />


Pada tahun 1977, lantai sekolah Mahbatul Ulum direnovasi dengan bantuan biaya dari Bupati Bengkalis, Himron Saheman. Biaya renovasinya sebanyak Rp 350.000.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=151}} Pada tahun 1986, sekolah ini mengalami renovasi kedua pada dinding dan loteng atas bantuan Gubernur Riau, [[Imam Munandar]], dengan biaya Rp 9.600.000.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=151}} Pada tahun 1989, dilakukan renovasi ketiga pada dinding kelas dengan bantuan program Abri Masuk Desa oleh Presiden [[Soeharto]].{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=151}} Melalui Proyek Bantuan Sarana Pendidikan Dana Pendapatan Asli Daerah dari tahun 1990 hingga 1991, empat kelas tambahan dan [[musala]] dibangun di sekolah tersebut.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=152}}
== Pranala luar ==
{{Indo-bio-stub}}


== Karier politik ==
{{Authority Control}}
Zakaria adalah anggota [[Partai Masyumi]] sampai partai politik tersebut dilarang pada tanggal 15 Agustus 1960 oleh Presiden [[Soekarno]], karena mendukung Pemberontakan [[Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia|PRRI]].{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=156}} Ia pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Bengkalis.{{Sfn|Pahlefi|2022|pp=186–187}} Ketika [[Sumatera Tengah]] menjadi kubu PRRI, Zakaria menjadi salah satu delegasi Bengkalis pada konferensi DPRDS Riau tanggal 7 Agustus 1955 yang menandatangani petisi agar eks Karesidenan Riau dipisahkan dari Sumatera Tengah.{{Sfn|Pahlefi|2022|p=187}} Petisi ini kemudian berhasil terwujud karena pada tanggal 9 Agustus 1957, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957, yang menjadikan Sumatera Tengah terbagi menjadi tiga provinsi, [[Riau]], [[Jambi]] dan [[Sumatera Barat]].{{Sfn|Pahlefi|2022|p=188}}


[[File:Zakaria with Fadlah Sulaeman.png|thumb|Zakaria bersama Fadlah Sulaiman, Bupati Bengkalis pada tahun {{circa|1990-an}}]]
Dari tahun 1974 hingga 1986, ia bekerja sebagai anggota dewan, mewakili [[Partai Persatuan Pembangunan]].{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=150}} Zakaria juga pernah bekerja sebagai pengurus [[Nahdlatul Ulama]] di [[Kabupaten Bengkalis]].{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=150}}

== Kematian ==
[[File:Bengkalis Pos Front Page of January 1, 2006.jpg|thumb|Laporan berita kematian Zakaria, yang salah menyebutkan bahwa usianya 94 tahun]]
Zakaria meninggal dunia di kediamannya di [[Kelapapati, Bengkalis, Bengkalis|Kelapapati]], Bengkalis, pada tanggal 1 Januari 2006 pukul 06.30 [[Waktu Indonesia Barat|WIB]] (UTC+07:00). Zakaria meninggal dunia pada usia 92 tahun karena [[Diabetes melitus|diabetes]].{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=158}} Ia dimakamkan di Taman Makam Islam Harapan di Kelapapati, Bengkalis.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=158}}

== Penghargaan ==
Zakaria tetap menjadi salah satu ulama karismatik generasi pertama di Bengkalis.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=143}} Pada tahun 2023, ia bersama dua belas orang lainnya dianugerahi penghargaan oleh [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Riau]] sebagai Pahlawan Daerah [[Provinsi Riau]] atas kontribusinya terhadap pendidikan Riau dan perannya sebagai tokoh keagamaan Riau.{{Sfn|Nasution|2023}}<ref name=InfoPublik/>

Penghargaan tersebut diserahkan usai acara Rapat Paripurna DPRD Provinsi Riau dalam rangka Hari Jadi ke-66 Provinsi Riau di gedung DPRD Provinsi Riau, pada 9 Agustus 2023. Penyerahan tersebut dihadiri [[Daftar Gubernur Riau|Gubernur Riau]], [[Syamsuar]] bersama Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution.<ref name=InfoPublik>{{Cite news|last=MC PROV RIAU|date=10 Agustus 2023|title=Hari Jadi ke-66 Provinsi Riau, 12 Tokoh Pejuang Daerah Dapat Penghargaan|url=https://www.infopublik.id/kategori/nusantara/767707/hari-jadi-ke-66-provinsi-riau-12-tokoh-pejuang-daerah-dapat-penghargaan?TSPD_101_R0=08cc69d0c3ab20007f3e361e2973b47402d4a0f7af45b0f096a1a107a6d74c82d28f50110a4e473208b4bc95961430007eb831a590ee8e07a34d9b57981cb966212ceb42268e5bfb82312eec72021870aafa5baa4943a5bb1af29caf8e7bdb97|work=InfoPublik|access-date=2023-09-05}}</ref>

== Pandangan ==
[[Berkas:Zakaria bin Muhammad Amin, 1990s.jpg|thumb|Zakaria menghadiri sebuah acara publik yang diselenggarakan pada tahun 1990-an.]]
=== Pandangan politik ===
Zakaria adalah seorang [[gerakan konservasi|konservatif]], dan menganut paham ''Ahlus Sunnah Wal Jamaah'', sebuah pandangan politik [[Nahdlatul Ulama]] yang berlandaskan bentuk [[Islam Sunni]].{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=155}} Selama menjadi anggota dewan [[Partai Persatuan Pembangunan]] di masa [[Orde Baru]], Zakaria sering ditawari posisi di [[Dewan Perwakilan Rakyat]] (DPR), namun dia menolak dan mengatakan bahwa tujuannya terjun ke dunia politik hanya untuk membantu partai-partai Islam dalam kampanyenya.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=156}} Ketika teman-temannya seperti [[Abdullah Nur]] dan [[Ustaz Mil]] bergabung dengan [[Golkar]], ia menolak mengikuti karena merasa hal itu bertentangan dengan pandangannya.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=156}} Zakaria tetap menjalin persahabatan dengan kedua temannya tersebut, meski dirinya tidak direkrut oleh pemerintah untuk mengurus [[Majelis Ulama Indonesia]] seperti kedua temannya.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=157}}

=== Pandangan keagamaan ===
Zakaria adalah seorang Muslim yang taat dan merupakan penganut [[mazhab]] {{transl|ar|[[Syafi'i|Syāfiʿī]]}}.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=155}} Namun, ia juga mengakui keberadaan empat Imam Madzhab lainnya ([[Hanafi]], [[Hanbali]], dan [[Maliki]]). Pandangan Zakaria terhadap teologi Islam seperti [[Khilafah|khilafah]] cenderung moderat, tidak memaksakan pendapatnya kepada orang lain, dan lebih mengutamakan pembahasan masalah persaudaraan dalam Islam.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=156}} Ia memberikan contoh bahwa empat orang Imam Mazhab tidak pernah menyatakan pendapatnya paling benar, dan menyarankan untuk membuang pendapatnya jika ada pendapat lain yang lebih benar.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=156}}

== Keluarga ==
[[File:Zakaria with Family and Relatives.jpg|thumb|Zakaria bersama keluarga dan kerabatnya]]
Zakaria menikah dengan istri pertamanya Mariah binti Ahmad pada tahun 1933. Mariah adalah putri [[Tuan Guru Haji Ahmad]] dan Rohimah binti Sani, guru Zakaria.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=146}} Pernikahan mereka bertahan hingga kematian Mariah pada tahun 1955, karena sakit pasca peristiwa [[Agresi Militer Belanda II]].{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=146}} Pasangan itu memiliki tujuh anak: Nashruddin Zakaria, Aminah Zakaria, Zaharah Zakaria, Ulfah Zakaria, Azra'ie Zakaria, Hanim Zakaria, dan Syakrani Zakaria.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=146}}

Zakaria menikah dengan istri keduanya yang bernama [[Siti Zainab|Siti Zainab binti Kimpal]] pada tahun 1956. Istri keduanya berusia lebih muda 22 tahun dibandingkan dirinya.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=147}} Zainab adalah seorang aktris dan penyanyi Indonesia dari perkumpulan sandiwara Ratu Asia.{{Sfn|Soelin|1951}} Pernikahan mereka tetap bertahan hingga Zakaria meninggal dunia pada tahun 2006 karena [[diabetes melitus|diabetes]].{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=147}} Pasangan itu memiliki tujuh anak: Zulkarnain Zakaria, Nukman Zakaria, Rinie Yuslina Fairuz Zakaria, Gamal Abdul Nasir Zakaria, Rita Puspa Zakaria, Nida Suryani Zakaria, dan Sri Purnama Zakaria.{{sfn|Amrizal|Al-Bantany|2020|p=147}} Salah satu putranya, Gamal, saat ini menjadi seorang dosen pendidikan Arab dan Islam di ''Universiti Brunei Darussalam'' di [[Bandar Seri Begawan]], [[Brunei Darussalam]].{{Sfn|Al-Bantany|2021|p=93–94}}

== Referensi ==
{{reflist}}

== Sumber ==
{{refbegin|40em}}
* {{Cite book |last=Al-Bantany |first=Marzuli Ridwan |url=https://books.google.com/books?id=-ghDEAAAQBAJ |title=Sabda Pujangga dari Negeri Junjungan |date=2021-09-04 |publisher=CV. DOTPLUS Publisher |isbn=978-623-6428-11-5 |language=id|ref={{sfnref|Al-Bantany|2021}}}}
* {{Cite book |author1=Amrizal |author-last2=Al-Bantany|author-first2=Marzuli Ridwan |editor-last1=Sugiarto|editor-first1=Wira |editor2=Suyendri|editor-fist3=Zulfan|editor-last3=Ikhram|editor-first4=Khairil|editor-last4=Anwar|editor-first5=M. Karya|editor-last5=Mukhsin|editor-first6=Risman|editor-last6=Hambali|editor-last7=Khoiri|editor-last8=Abdillah|editor-first8=Zuriat|editor-first9=Dede|editor-last9=Satriani|editor-first10=Wan M.|editor-first10=Fariq|editor-last11=Suwarto|editor-last12=Sutrisno|editor-first12=Adi|editor-last13=Saputra|editor-first13=Ahmad Fadhli|url=https://books.google.com/books?id=hQ4lEAAAQBAJ |title=Profil Ulama karismatik di Kabupaten Bengkalis: Meneladani sosok dan perjuangan |date=2020-10-15 |publisher=CV. DOTPLUS Publisher |isbn=978-623-94659-3-3 |language=id|ref={{sfnref|Amrizal|Al-Bantany|2020}}}}
* {{Cite web |last=Nasution |first=Nasuha |date=2023-08-09 |editor-last=Ariestia |editor-first= |title=Almarhum Tabrani Rab Hingga Maimanah Umar Terima Anugerah di HUT Riau |url=https://pekanbaru.tribunnews.com/2023/08/09/almarhum-tabrani-rab-hingga-maimanah-umar-terima-anugerah-di-hut-riau |url-status=live |access-date=2023-08-10 |website=Tribunpekanbaru.com |language=id|ref={{sfnref|Nasution|2023}}}}
* {{Cite book |last=Pahlefi |first=Riza |url=https://books.google.com/books?id=_TCJEAAAQBAJ&q=Zakaria+&pg=PA158 |title=Bengkalis: Negeri Jelapang Padi |date=2022-08-11 |publisher=CV. DOTPLUS Publisher |isbn=978-623-6428-59-7 |language=id|ref={{sfnref|Pahlefi|2022}}}}
* {{Cite news |last=Soelin |first=Emsjaf |date=1951-06-20 |title=ZAINAB, Bintang Harapan Panggung Sandiwara dari Ratu Asia |url=https://seputarteater.wordpress.com/2015/10/09/aneka-1951-zainab-bintang-harapan-panggung-sandiwara-dari-ratu-asia/|language=id |work=Aneka|ref={{sfnref|Soelin|1951}}}}
{{refend}}
{{Authority Control}}
{{DEFAULTSORT:Amin, Zakaria}}
{{DEFAULTSORT:Amin, Zakaria}}
[[Kategori:Tanggal kelahiran 2 Maret]]
[[Kategori:Kelahiran bulan Maret]]
[[Kategori:Kelahiran 1913]]
[[Kategori:Kelahiran 1913]]
[[Kategori:Tanggal Kematian 1 Januari]]
[[Kategori:Kematian bulan Januari]]
[[Kategori:Kematian 2006]]
[[Kategori:Kematian 2006]]
[[Kategori:Ulama Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Melayu]]
[[Kategori:Tokoh Melayu]]
[[Kategori:Tokoh dari Bengkalis]]

[[Kategori:Politikus Indonesia]]
== Referensi ==
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
{{reflist}}
[[Kategori:Tanggal kematian 1 Januari]]
[[Kategori:Cendekiawan Muslim Sunni]]

Revisi terkini sejak 4 Juli 2024 02.44

Zakaria bin Muhammad Amin
Zakaria pada tahun 1986
LahirZakaria
Maret 1913
Bangkinang, Kampar, Hindia Belanda
Meninggal1 Januari 2006(2006-01-01) (umur 92)
Bengkalis, Riau, Indonesia
Pekerjaan
  • Ulama
  • politisi
  • penulis
Partai politikMasyumi (1943–1960)
PPP (1974–1986)
Suami/istri
Mariah binti Ahmad
(m. 1933; meninggal 1955)
(m. 1956)
Anak14
KerabatTuan Guru Haji Ahmad (ayah mertua)

Zakaria bin Muhammad Amin (7 Maret 1913 – 1 Januari 2006) adalah seorang ulama, politisi, dan penulis berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan generasi pertama ulama karismatik di Kabupaten Bengkalis, dan merupakan orang pertama yang diangkat menjadi kepala administrasi keagamaan Islam di Bengkalis. Zakaria adalah menantu Tuan Guru Haji Ahmad, ulama pertama di Kabupaten Bengkalis.

Zakaria dibesarkan oleh bibinya dan melakukan perjalanan bersamanya ke Makkah pada tahun 1923. Zakaria memulai pendidikan di Tweede Inlandsche School pada tahun 1920 dan melanjutkan berguru ke para ulama Makkah pada tahun 1923 setelah menunaikan haji. Zakaria menjadi anggota Partai Masyumi sampai partai politik tersebut dilarang oleh Presiden Soekarno. Zakaria kemudian juga diangkat menjadi kepala pemerintahan agama Islam pertama di Bengkalis, kemudian menjabat sebagai Kepala Kementerian Agama. Sebagai penganut paham Sunni, Zakaria memiliki pandangan yang cenderung moderat terhadap keberadaan empat mazhab, dan teologi Khilafah.

Zakaria menikah dengan istri pertamanya, Mariah, yang merupakan putri dari Tuan Guru Haji Ahmad, pada tahun 1933 dan memiliki tujuh orang anak. Setelah Mariah meninggal dunia, Zakaria menikah dengan Siti Zainab seorang aktris dan penyanyi, dan memiliki tujuh orang anak. Pernikahan Zakaria dan Siti tetap bertahan hingga Zakaria meninggal dunia pada tahun 2006.

Kehidupan awal dan pendidikan

Zakaria bersama salah seorang kerabatnya di Malaysia pada bulan Desember 1969.

Zakaria bin Muhammad Amin dilahirkan pada bulan Maret 1913 di Bangkinang, Kampar. Ia adalah anak sulung dari pasangan Muhammad Amin dan istrinya Taraima.[1] Ayahnya bekerja sebagai pedagang, dan ibunya bekerja sebagai penjahit.[1] Zakaria mempunyai lima orang saudara, tiga di antaranya merupakan saudara tiri. Saudara kandungnya adalah Hasyim bin Muhammad Amin dan Ahmad bin Muhammad Amin, sementara saudara tirinya adalah Siti Mariam binti Muhammad Amin, Syarafiah Norwawi binti Muhammad Amin, dan Ahmad Sanusi bin Muhammad Amin.[2] Zakaria dan saudara-saudaranya bekerja sebagai petani dan pedagang, dan kemudian menjadi warga negara Malaysia pada tahun 1960-an.[2]

Zakaria menghabiskan masa kecilnya dengan menggembala kerbau di sawah, dan bermain gambus.[3][4] Ia mulai bersekolah pada tahun 1920 di Tweede Inlandsche School, sebuah sekolah negeri pada masa penjajahan Belanda di Bangkinang.[5] Bersama Fatimah, bibinya dari pihak ibu, Zakaria melakukan perjalanan ke Makkah pada tahun 1923.[5]

Setelah sampai di Makkah, ia kemudian menunaikan haji.[6] Zakaria melanjutkan pendidikannya dengan berguru kepada para ulama di Makkah seperti Ali Al-Maliki, Syekh Umar Al-Turki, Umar Hamdan, Ahmad Fathoni, dan Syekh Muhammad Amin Quthbi.[6] Ia kemudian mempelajari berbagai ilmu Islam seperti tafsir Al-Quran, hadis, tauhid, sastra Arab dengan menggunakan metode halaqah.[6] Sanadnya dapat dilacak hingga ke Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Syafi'i di Masjidilharam yang merupakan guru Ahmad Dahlan (pendiri dari Muhammadiyah) dan Hasyim Asy'ari (pendiri Nahdlatul Ulama).[6]

Setelah menyelesaikan studinya di Makkah, Zakaria pindah ke Temerloh, Pahang, dan melanjutkan studi ilmu agama Islam selama enam tahun kepada Muhammad Saleh. Zakaria tetap melanjutkan studi agamanya hingga Saleh meninggal dunia pada tahun 1929.[6] Zakaria kemudian mempelajari Matan Jurumiyah, sebuah buku sains berbahasa Arab.[6] Ia kemudian pindah ke Kuala Lipis, sebuah distrik di Pahang, hingga terjadi banjir pada akhir tahun 1929.[6]

Setelah Kuala Lipis terendam banjir, Zakaria bersama teman-temannya pindah ke Bengkalis, ibu kota Kabupaten Bengkalis, Riau.[6] Ia kemudian melanjutkan studi keagamaan Islam dengan berguru kepada Tuan Guru Haji Ahmad, ulama pertama di Kabupaten Bengkalis.[7] Pada tahun 1933, Zakaria menikahi putri Ahmad yaitu Mariah. Setelah menikah, mereka berdua pindah ke Bagan Datuk, Perak.[7]

Karier militer

Pada masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda, ia memimpin gerakan perlawanan bersama Abdullah Nur dan kaum nasionalis di Bengkalis.[8] Pada Agresi Militer Belanda II, Zakaria memimpin gerakan perlawanan di Bengkalis sebagai kapten.[9] Setelah gerakan perlawanan tersebut berpindah ke Dumai, Zakaria kembali bergabung dan terus memimpin perlawanan. Atas jasa-jasanya dalam memimpin perlawanan tersebut, Zakaria kemudian menerima gelar mayor tituler.[10]

Karier ilmiah

Zakaria (urutan keenam dari kiri) pada bulan Desember 1969

Pada usia 16 tahun, Zakaria memulai kariernya sebagai khatib dan guru di Masjid Parit Bangkong di Parit Bangkong,Bengkalis.[7] Pada tahun 1930, satu tahun setelah kembali dari Malaya Britania, ia mulai menulis dua buku: Balqurramhi fi Sunniyyati Qunut Subhi (1930), dan Kumpulan Khutbah Jumat dan Hari Raya Sebanyak Dua Belas Judul Khutbah (1939).[11] Kedua buku ini membahas tentang pendapat Zakaria mengenai isu Salat yang menjadi bahan perbincangan akademis saat itu.[12]

Pada tahun 1937, Zakaria bersama Tuan Guru Haji Ahmad mendirikan sebuah pesantren bernama Al-Kahiriyah. Pesantren ini merupakan pesantren pertama di Kabupaten Bengkalis.[7] Al-Khairiyah kemudian sukses karena banyaknya santri yang datang dari berbagai daerah di Riau, belajar di sana.[10] Ia terus berdakwah dan mengajar muridnya di Al-Khairiyah dan di berbagai masjid di Bengkalis.[9] Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada tahun 1942, Al-Khairiyah ditutup.[9]

Pada tahun 1948, ia diangkat menjadi kepala pemerintahan agama Islam pertama di Bengkalis.[9] Pada tahun 1950 hingga 1972, ia menjabat sebagai Kepala Kementerian Agama di Bengkalis, dan merupakan orang pertama yang menduduki jabatan tersebut.[9] Ia kemudian menjadi juri kompetisi Musabaqah Tilawatil Quran tingkat kabupaten di Bengkalis, mulai tahun 1964.[9]

Zakaria bersama putranya, Gamal, dan staf MDTA Mahbatul Ulum pada tahun ca 1980-an

Pada tanggal 17 Juli 1963, Zakaria mendirikan sebuah sekolah Islam tingkat anak dan remaja yang diberi nama MDTA Mahbatul Ulum.[9] Pada awal pembangunannya, sekolah ini memiliki enam ruang kelas. Masing-masing ruang kelas mengajarkan ilmu keislaman, yaitu nahwu ṣaraf, fikih, tauhid, akhlaq, hadis, tarikh, dan tafsir Al-Quran. Metode pendidikannya bersifat klasik.[13] Mahbatul Ulum mendidik para siswanya untuk menjadi khatib. Di samping sebagai tempat pendidikan, Mahbatul Ulum juga menjadi tempat perayaan untuk acara kegamaan di Bengkalis.[14]

Pada tahun 1977, lantai sekolah Mahbatul Ulum direnovasi dengan bantuan biaya dari Bupati Bengkalis, Himron Saheman. Biaya renovasinya sebanyak Rp 350.000.[14] Pada tahun 1986, sekolah ini mengalami renovasi kedua pada dinding dan loteng atas bantuan Gubernur Riau, Imam Munandar, dengan biaya Rp 9.600.000.[14] Pada tahun 1989, dilakukan renovasi ketiga pada dinding kelas dengan bantuan program Abri Masuk Desa oleh Presiden Soeharto.[14] Melalui Proyek Bantuan Sarana Pendidikan Dana Pendapatan Asli Daerah dari tahun 1990 hingga 1991, empat kelas tambahan dan musala dibangun di sekolah tersebut.[11]

Karier politik

Zakaria adalah anggota Partai Masyumi sampai partai politik tersebut dilarang pada tanggal 15 Agustus 1960 oleh Presiden Soekarno, karena mendukung Pemberontakan PRRI.[15] Ia pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Bengkalis.[16] Ketika Sumatera Tengah menjadi kubu PRRI, Zakaria menjadi salah satu delegasi Bengkalis pada konferensi DPRDS Riau tanggal 7 Agustus 1955 yang menandatangani petisi agar eks Karesidenan Riau dipisahkan dari Sumatera Tengah.[17] Petisi ini kemudian berhasil terwujud karena pada tanggal 9 Agustus 1957, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957, yang menjadikan Sumatera Tengah terbagi menjadi tiga provinsi, Riau, Jambi dan Sumatera Barat.[18]

Zakaria bersama Fadlah Sulaiman, Bupati Bengkalis pada tahun ca 1990-an

Dari tahun 1974 hingga 1986, ia bekerja sebagai anggota dewan, mewakili Partai Persatuan Pembangunan.[9] Zakaria juga pernah bekerja sebagai pengurus Nahdlatul Ulama di Kabupaten Bengkalis.[9]

Kematian

Laporan berita kematian Zakaria, yang salah menyebutkan bahwa usianya 94 tahun

Zakaria meninggal dunia di kediamannya di Kelapapati, Bengkalis, pada tanggal 1 Januari 2006 pukul 06.30 WIB (UTC+07:00). Zakaria meninggal dunia pada usia 92 tahun karena diabetes.[19] Ia dimakamkan di Taman Makam Islam Harapan di Kelapapati, Bengkalis.[19]

Penghargaan

Zakaria tetap menjadi salah satu ulama karismatik generasi pertama di Bengkalis.[1] Pada tahun 2023, ia bersama dua belas orang lainnya dianugerahi penghargaan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Riau sebagai Pahlawan Daerah Provinsi Riau atas kontribusinya terhadap pendidikan Riau dan perannya sebagai tokoh keagamaan Riau.[20][21]

Penghargaan tersebut diserahkan usai acara Rapat Paripurna DPRD Provinsi Riau dalam rangka Hari Jadi ke-66 Provinsi Riau di gedung DPRD Provinsi Riau, pada 9 Agustus 2023. Penyerahan tersebut dihadiri Gubernur Riau, Syamsuar bersama Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution.[21]

Pandangan

Zakaria menghadiri sebuah acara publik yang diselenggarakan pada tahun 1990-an.

Pandangan politik

Zakaria adalah seorang konservatif, dan menganut paham Ahlus Sunnah Wal Jamaah, sebuah pandangan politik Nahdlatul Ulama yang berlandaskan bentuk Islam Sunni.[22] Selama menjadi anggota dewan Partai Persatuan Pembangunan di masa Orde Baru, Zakaria sering ditawari posisi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), namun dia menolak dan mengatakan bahwa tujuannya terjun ke dunia politik hanya untuk membantu partai-partai Islam dalam kampanyenya.[15] Ketika teman-temannya seperti Abdullah Nur dan Ustaz Mil bergabung dengan Golkar, ia menolak mengikuti karena merasa hal itu bertentangan dengan pandangannya.[15] Zakaria tetap menjalin persahabatan dengan kedua temannya tersebut, meski dirinya tidak direkrut oleh pemerintah untuk mengurus Majelis Ulama Indonesia seperti kedua temannya.[23]

Pandangan keagamaan

Zakaria adalah seorang Muslim yang taat dan merupakan penganut mazhab Syāfiʿī.[22] Namun, ia juga mengakui keberadaan empat Imam Madzhab lainnya (Hanafi, Hanbali, dan Maliki). Pandangan Zakaria terhadap teologi Islam seperti khilafah cenderung moderat, tidak memaksakan pendapatnya kepada orang lain, dan lebih mengutamakan pembahasan masalah persaudaraan dalam Islam.[15] Ia memberikan contoh bahwa empat orang Imam Mazhab tidak pernah menyatakan pendapatnya paling benar, dan menyarankan untuk membuang pendapatnya jika ada pendapat lain yang lebih benar.[15]

Keluarga

Zakaria bersama keluarga dan kerabatnya

Zakaria menikah dengan istri pertamanya Mariah binti Ahmad pada tahun 1933. Mariah adalah putri Tuan Guru Haji Ahmad dan Rohimah binti Sani, guru Zakaria.[2] Pernikahan mereka bertahan hingga kematian Mariah pada tahun 1955, karena sakit pasca peristiwa Agresi Militer Belanda II.[2] Pasangan itu memiliki tujuh anak: Nashruddin Zakaria, Aminah Zakaria, Zaharah Zakaria, Ulfah Zakaria, Azra'ie Zakaria, Hanim Zakaria, dan Syakrani Zakaria.[2]

Zakaria menikah dengan istri keduanya yang bernama Siti Zainab binti Kimpal pada tahun 1956. Istri keduanya berusia lebih muda 22 tahun dibandingkan dirinya.[5] Zainab adalah seorang aktris dan penyanyi Indonesia dari perkumpulan sandiwara Ratu Asia.[24] Pernikahan mereka tetap bertahan hingga Zakaria meninggal dunia pada tahun 2006 karena diabetes.[5] Pasangan itu memiliki tujuh anak: Zulkarnain Zakaria, Nukman Zakaria, Rinie Yuslina Fairuz Zakaria, Gamal Abdul Nasir Zakaria, Rita Puspa Zakaria, Nida Suryani Zakaria, dan Sri Purnama Zakaria.[5] Salah satu putranya, Gamal, saat ini menjadi seorang dosen pendidikan Arab dan Islam di Universiti Brunei Darussalam di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.[25]

Referensi

  1. ^ a b c Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 143.
  2. ^ a b c d e Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 146.
  3. ^ Perdana, Arsa Raya (2007). "Indonesia's Weekly News Magazine". Tempo. Indonesia. hlm. 66–67. 
  4. ^ Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 142–143.
  5. ^ a b c d e Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 147.
  6. ^ a b c d e f g h Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 148.
  7. ^ a b c d Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 149.
  8. ^ Pahlefi 2022, hlm. 158.
  9. ^ a b c d e f g h i Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 150.
  10. ^ a b Pahlefi 2022, hlm. 135.
  11. ^ a b Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 152.
  12. ^ Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 153.
  13. ^ Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 154.
  14. ^ a b c d Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 151.
  15. ^ a b c d e Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 156.
  16. ^ Pahlefi 2022, hlm. 186–187.
  17. ^ Pahlefi 2022, hlm. 187.
  18. ^ Pahlefi 2022, hlm. 188.
  19. ^ a b Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 158.
  20. ^ Nasution 2023.
  21. ^ a b MC PROV RIAU (10 Agustus 2023). "Hari Jadi ke-66 Provinsi Riau, 12 Tokoh Pejuang Daerah Dapat Penghargaan". InfoPublik. Diakses tanggal 2023-09-05. 
  22. ^ a b Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 155.
  23. ^ Amrizal & Al-Bantany 2020, hlm. 157.
  24. ^ Soelin 1951.
  25. ^ Al-Bantany 2021, hlm. 93–94.

Sumber