Lompat ke isi

Gosip: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Taylor 49 (bicara | kontrib)
RV
Riswija (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(10 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{untuk|topik yang sama dalam sudut pandang Islam|Gibah (Islam)}}
'''Gosip''', '''gibah''', atau '''gunjing''' adalah sebuah obrolan atau [[rumor]] kosong, yang biasanya berkaitan tentang urusan pribadi atau orang lain.<ref>{{cite web|url=http://dictionary.reference.com/browse/gossip?s=t|title=Gossip - Define Gossip at Dictionary.com|work=Dictionary.com}}</ref>
'''Gibah''', '''gosip''' atau '''gunjing''' adalah sebuah obrolan atau [[rumor|desas-desus]] kosong, yang biasanya berkaitan tentang urusan pribadi atau orang lain.<ref>{{cite web|url=http://dictionary.reference.com/browse/gossip?s=t|title=Gossip - Define Gossip at Dictionary.com|work=Dictionary.com|access-date=2018-09-24|archive-date=2016-03-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20160304100930/http://dictionary.reference.com/browse/gossip?s=t|dead-url=no}}</ref>


[[Berkas:No chat.jpg|jmpl|ka|Poster perang Soviet yang menyatakan: "Jangan bergosip! Gosip termasuk [[pengkhianatan]]" (1941).]]
== Dalam agama ==
[[Berkas:No chat.jpg|ka|Poster perang Soviet yang menyatakan: "Jangan bergosip! Gosip termasuk [[pengkhianatan]]" (1941).]]
<!--Beberapa orang melihat gosip sebagai hal yang sepele, menyakitkan dan secara sosial dan / atau secara intelektual tidak produktif. Sebagian orang memandang gosip sebagai cara yang ringan untuk menyebarkan informasi.-->
<!--Beberapa orang melihat gosip sebagai hal yang sepele, menyakitkan dan secara sosial dan / atau secara intelektual tidak produktif. Sebagian orang memandang gosip sebagai cara yang ringan untuk menyebarkan informasi.-->


=== Dalam Yudaisme ===
== Dalam agama ==
Yudaisme menganggap gosip yang diucapkan tanpa tujuan yang konstruktif (dikenal dalam bahasa Ibrani sebagai ''[[Lashon hara]]'', "Lidah jahat") sebagai dosa. Berbicara secara negatif tentang orang-orang, bahkan walau sesuai dengan fakta yang sebenarnya, dianggap sebagai dosa, karena hal itu merendahkan martabat manusia - baik pembicara maupun subjek gosip tersebut. Menurut [[Kitab Amsal|Amsal]] 18:8, "Perkataan si pemfitnah adalah seperti sesuatu yang ditelan dengan rakus, yang turun ke bagian-bagian perut yang paling dalam.".

=== Dalam Islam ===
=== Dalam Islam ===
{{lihat|Gibah (Islam)}}
Islam menganggap memfitnah (gosip dengan tujuan buruk) setara dengan memakan daging dari saudara yang sudah mati. Bagi Muslim, memfitnah hanya merugikan korbannya tanpa menawarkan mereka kesempatan untuk membela diri, sama seperti orang mati yang tidak dapat bertahan daging mereka dimakan orang lain. Seorang Muslim dituntut untuk memperlakukan orang lain seperti saudara sendiri (terlepas dari keyakinan, warna kulit, jenis kelamin, atau etnis mereka).
Islam menganggap memfitnah (gibah dengan tujuan buruk) setara dengan memakan daging dari saudara yang sudah mati. Bagi Muslim, memfitnah hanya merugikan korbannya tanpa menawarkan mereka kesempatan untuk membela diri, sama seperti orang mati yang tidak dapat bertahan daging mereka dimakan orang lain. Seorang Muslim dituntut untuk memperlakukan orang lain seperti saudara sendiri (terlepas dari keyakinan, warna kulit, jenis kelamin, atau etnis mereka).


=== Dalam Kepercayaan Bahai ===
=== Dalam Kepercayaan Bahai ===
Bahai menganggap memfitnah (gosip dengan tujuan buruk) sebagai "kualitas manusia terburuk dan dosa yang paling besar".<ref>{{cite web|url=http://www.bahaiquotes.com/quotepage.php?Quotes%2FBackbiting|website=Bahai Quotes.com|accessdate=11 November 2017|title=Salinan arsip|archive-date=2018-09-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20180924224839/http://www.bahaiquotes.com/quotepage.php?Quotes%2FBackbiting|dead-url=yes}}</ref> Oleh karena itu, bahkan pembunuhan akan dianggap kurang tercela daripada memfitnah. [[Baha'u'llah]] menyatakan, "Memfitnah meredupkan cahaya hati, dan memadamkan kehidupan jiwa".
Bahai menganggap memfitnah (gibah dengan tujuan buruk) sebagai "kualitas manusia terburuk dan dosa yang paling besar".<ref>{{cite web|url=http://www.bahaiquotes.com/quotepage.php?Quotes%2FBackbiting|website=Bahai Quotes.com|accessdate=11 November 2017|title=Salinan arsip|archive-date=2018-09-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20180924224839/http://www.bahaiquotes.com/quotepage.php?Quotes%2FBackbiting|dead-url=yes}}</ref> Oleh karena itu, bahkan pembunuhan akan dianggap kurang tercela daripada memfitnah. [[Baha'u'llah]] menyatakan, "Memfitnah meredupkan cahaya hati, dan memadamkan kehidupan jiwa".

=== Dalam Yudaisme ===
Yudaisme menganggap gibah yang diucapkan tanpa tujuan yang membangun (dikenal dalam bahasa Ibrani sebagai ''[[Lashon hara]]'', "Lidah jahat") sebagai dosa. Berbicara secara negatif tentang orang-orang, bahkan walau sesuai dengan fakta yang sebenarnya, dianggap sebagai dosa, karena hal itu merendahkan martabat manusia - baik pembicara maupun orang yang digibahkan tersebut. Menurut [[Kitab Amsal|Amsal]] 18:8, "Perkataan si pemfitnah adalah seperti sesuatu yang ditelan dengan rakus, yang turun ke bagian-bagian perut yang paling dalam.".


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 24: Baris 26:
{{jurnalisme-stub}}
{{jurnalisme-stub}}


[[Kategori:Akhlak tercela]]
[[Kategori:Komunikasi manusia]]
[[Kategori:Komunikasi manusia]]

Revisi terkini sejak 9 Oktober 2024 05.55

Gibah, gosip atau gunjing adalah sebuah obrolan atau desas-desus kosong, yang biasanya berkaitan tentang urusan pribadi atau orang lain.[1]

Poster perang Soviet yang menyatakan: "Jangan bergosip! Gosip termasuk pengkhianatan" (1941).

Dalam agama

[sunting | sunting sumber]

Dalam Islam

[sunting | sunting sumber]

Islam menganggap memfitnah (gibah dengan tujuan buruk) setara dengan memakan daging dari saudara yang sudah mati. Bagi Muslim, memfitnah hanya merugikan korbannya tanpa menawarkan mereka kesempatan untuk membela diri, sama seperti orang mati yang tidak dapat bertahan daging mereka dimakan orang lain. Seorang Muslim dituntut untuk memperlakukan orang lain seperti saudara sendiri (terlepas dari keyakinan, warna kulit, jenis kelamin, atau etnis mereka).

Dalam Kepercayaan Bahai

[sunting | sunting sumber]

Bahai menganggap memfitnah (gibah dengan tujuan buruk) sebagai "kualitas manusia terburuk dan dosa yang paling besar".[2] Oleh karena itu, bahkan pembunuhan akan dianggap kurang tercela daripada memfitnah. Baha'u'llah menyatakan, "Memfitnah meredupkan cahaya hati, dan memadamkan kehidupan jiwa".

Dalam Yudaisme

[sunting | sunting sumber]

Yudaisme menganggap gibah yang diucapkan tanpa tujuan yang membangun (dikenal dalam bahasa Ibrani sebagai Lashon hara, "Lidah jahat") sebagai dosa. Berbicara secara negatif tentang orang-orang, bahkan walau sesuai dengan fakta yang sebenarnya, dianggap sebagai dosa, karena hal itu merendahkan martabat manusia - baik pembicara maupun orang yang digibahkan tersebut. Menurut Amsal 18:8, "Perkataan si pemfitnah adalah seperti sesuatu yang ditelan dengan rakus, yang turun ke bagian-bagian perut yang paling dalam.".

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Gossip - Define Gossip at Dictionary.com". Dictionary.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2018-09-24. 
  2. ^ "Salinan arsip". Bahai Quotes.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-24. Diakses tanggal 11 November 2017. 

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]