Lompat ke isi

Arsitektur Mesir Kuno: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Pranala luar: clean up
 
Baris 24: Baris 24:
* [http://www.aldokkan.com/art/architecture.htm Ancient Egyptian Architecture - Aldokkan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210213085704/http://www.aldokkan.com/art/architecture.htm |date=2021-02-13 }}
* [http://www.aldokkan.com/art/architecture.htm Ancient Egyptian Architecture - Aldokkan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210213085704/http://www.aldokkan.com/art/architecture.htm |date=2021-02-13 }}
* [http://www.ancient-egypt-online.com/ancient-egypt-houses.html Ancient Egypt Houses]
* [http://www.ancient-egypt-online.com/ancient-egypt-houses.html Ancient Egypt Houses]
{{Mesir Kuno-stub}}


[[Kategori:Mesir Kuno]]
[[Kategori:Mesir Kuno]]


{{Mesir Kuno-stub}}

Revisi terkini sejak 9 Januari 2023 02.55

Kuil Horus di Edfu.

Arsitektur Mesir Kuno telah berkembang pada masa kejayaannya, dan melahirkan karya-karya besar seperti Piramida Giza dan Spinks.

Bangunan-bangunan yang ada pada masa Mesir Kuno dapat dibedakan ke dalam dua jenis. Yang pertama adalah bangunan untuk kediaman masyarakat Mesir Kuno. Yang kedua adalah bangunan untuk kepentingan religius. Bangunan yang berfungsi sebagai kediaman masyarakat terbagi menjadi bangunan untuk kaum elit pemerintahan dan bangunan untuk kaum pedagang dan pekerja. Bangunan kaum elit memiliki dekorasi berupa hiasan pada tembok dan lantai. Hiasan tersebut merupakan gambar pemandangan yang indah.

Masyarakat Mesir Kuno memiliki kepercayaan yang salah satunya adalah keterpisahan antara tubuh dan jiwa. Kepercayaan ini memiliki dengan keterpisahan tubuh dan jiwa setelah terjadi kematian dan terjadinya kehidupan baru setelah kematian. Kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan spiritual, atau jiwa yang tetap hidup setelah terpisah dengan tubuh. Kepercayaan ini menyebabkan masyarakat Mesir Kuno mengabadikan tubuh yang sudah terpisah dengan jiwa sebagai bentuk tempat tinggal jiwa. Proses pengabadian ini dikenal dengan proses mumifikasi. Pada masa Mesir Kuno, firaun atau raja dipercaya sebagai perantara dewa dengan manusia. Kepercayaan masyarakat Mesir Kuno inilah yang menyebabkan adanya prioritas dalam mumifikasi Firaun. Sehingga pemerintahan Mesir Kuno membangun makam-makam Firaun dengan batu. Hal ini bertujuan agar rumah bagi jiwa Firaun menjadi abadi.

Pada awalnya para pembangun memiliki keterbatasan dalam sistem teknologi mereka. Hal ini menyebabkan pembangunan makam-makam Firaun bersifat rumit dan terstruktur. Kuil-kuil tertua yang tersisa, seperti terletak di Giza, terdiri dari ruang tunggal tertutup dengan lembaran atap yang berdiri karena pilar. Pada zaman kerajaan Mesir Baru, para pembangun menambahkan pilon atau halaman terbuka, serta ruangan yang bergaya hypo. Gaya ini bertahan hingga masa kejayaan Romawi dan Yunani Kuno. Arsitektur makam tertua yang berhasil ditemukan adalah mastaba. Mastaba berbentuk persegi panjang dengan atap datar yang terbuat dari batu-bata. Struktur ini biasanya terbangun untuk menutupi ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan mayat.

Karena terbatasnya kayu,[1] bahan bangunan yang paling banyak digunakan di Mesir Kuno adalah bata lumpur dan batu, terutama batu kapur, tetapi kadang-kadang batu pasir dan granit juga digunakan.[2]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ R. G. Blakemore, History of Interior Design and Furniture: From Ancient Egypt to Nineteenth-Century Europe, John Wiley and Sons 1996, hal.100
  2. ^ Blakemore, 1996, hal.107

Bacaan selanjutnya

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]