Lompat ke isi

Suku Bagelen: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Wafearless (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(21 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Orphan|date=Desember 2022}}
Suku Bagelen adalah salah satu subkelompok dari orang Jawa di daerah yang bernama Bagelen. Pada 1830, daerah Bagelen menjadi keresidenan Bagelen, terdiri atas Afdeling Purworejo, Kebumen, dan Wonosobo. Keresidenan ini berbatasan dengan Keresidenan Pekalongan di sebelah utara, Keresidenan Kedu dan Keresidenan Yogyakarta di sebelah timur, Samudra Hindia di sebelah selatan, serta Keresidenan Banyumas dan Keresidenan Tegal di sebelah barat. Sejak tanggal 1 Agustus 1901, Keresidenan Bagelen dihapuskan dan dimasukkan ke dalam Keresidenan Kedu.


[[Berkas:Suku Bagelen.jpg|jmpl|Suku Bagelen.|280x280px]]
Secara umum, orang Jawa dapat disebut memiliki kebudayaan Jawa. Namun, ada sub-sub kebudayaan dengan variasi budayanya, misalnya dalam hal logat bahasa, makanan, upacara-upacara rumah tangga, kesenian rakyat, dan seni suara.
'''Suku Bagelen''' adalah salah satu subkelompok dari orang [[Jawa]] di daerah yang bernama Bagelen. Pada 1830, daerah Bagelen menjadi Keresidenan Bagelen, terdiri atas Afdeling [[Kabupaten Purworejo|Purworejo]], [[Kabupaten Kebumen|Kebumen]], dan [[Kabupaten Wonosobo|Wonosobo]]. Keresidenan ini berbatasan dengan Keresidenan Pekalongan di sebelah utara, Keresidenan Kedu dan Keresidenan Yogyakarta di sebelah timur, [[Samudra Hindia]] di sebelah selatan, serta Keresidenan Banyumas dan Keresidenan Tegal di sebelah barat. Sejak tanggal 1 Agustus 1901, Keresidenan Bagelen dihapuskan dan dimasukkan ke dalam Keresidenan Kedu.


== Ciri khas ==
Keragaman budaya suku Bagelen dibandingkan dengan sub kebudayaan lain tampak dalam hal kesenian. Kesenian Bagelen antara lain wayang urang, tarian kuda yang disebut jathilan, dan tarian teledhek. Mereka juga sudah mengenal pertunjukkan wayang kulit sejak zaman dahulu kala, yakni dengan pertunjukkan wayang beber.
Secara umum, orang Bagelen dapat disebut memiliki kebudayaan Jawa. Namun, ada sub-sub kebudayaan dengan variasi budayanya, misalnya dalam hal logat bahasa, makanan, upacara-upacara rumah tangga, kesenian rakyat, dan seni suara. Keragaman budaya suku Bagelen dibandingkan dengan sub kebudayaan lain tampak dalam hal kesenian. Kesenian Bagelen antara lain wayang urang, tarian kuda yang disebut jathilan, dan tarian taledhek. Mereka juga sudah mengenal pertunjukkan [[wayang kulit]] sejak zaman dahulu kala, yaitu dengan pertunjukkan [[wayang beber]].<ref name=":0">{{Cite book|last=Melalatoa|first=M. Junus|date=1995|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/12417/|title=Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia Jilid A–K|location=Jakarta|publisher=Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan|pages=79|url-status=live}}</ref>


Satu pertunjukkan yang khas dari daerah Bagelen ini adalah wayang jemblung, yang menuturkan cerita-cerita Menak, dongeng-dongeng tentang tokoh Islam Amir Hamzah. Pertunjukkan ini biasa diadakan pada perayaan khitanan dan perkawinan. Warga masyarakatnya gemar mengadakan pertunjukkan nyanyian agama, yaitu perjanjen, yang dilakukan oleh tiga atau empat orang penyanyi dengan duduk di lantai, masing-masing memegang tamborin kecil yang dibunyikan menurut irama lagunya. Dihadapan mereka duduk sekitar 12 orang laki-laki yang turun menyanyi. Lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu dari buku Arab Barzanji. Budaya masyarakat desa Jawa umumnya memang menunjukkan adanya persamaan, tetapi terdapat variasi di berbagai tempat seperti halnya Bagelen.{{Sedang ditulis}}
Satu pertunjukkan yang khas dari daerah Bagelen ini adalah [[wayang jemblung]], yang menuturkan cerita-cerita Menak, dongeng-dongeng tentang tokoh [[Islam]] Amir Hamzah. Pertunjukkan ini biasa diadakan pada perayaan khitanan dan perkawinan. Warga masyarakatnya gemar mengadakan pertunjukkan nyanyian agama, yaitu perjanjen, yang dilakukan oleh tiga atau empat orang penyanyi dengan duduk di lantai, masing-masing memegang tamborin kecil yang dibunyikan menurut irama lagunya. Dihadapan mereka duduk sekitar 12 orang laki-laki yang turun menyanyi. Lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu dari buku [[Berzanji|Arab Barzanji]]. Budaya masyarakat desa Jawa umumnya memang menunjukkan adanya persamaan, tetapi terdapat variasi di berbagai tempat seperti halnya Bagelen.<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|title=Menguak Jejak Sejarah Suku Keresidenan Bagelen|url=https://www.ketiknews.id/ragam-indonesia/pr-3012251998/menguak-jejak-sejarah-suku-keresidenan-bagelen|website=Ketik News|access-date=9 Oktober 2022}}</ref>

== Rujukan ==
{{reflist|1}}

== Pranala luar ==

* [http://japungnusantara.org/bagelen-bhumi-juang-lintas-masa-oleh-m-dwi-cahyono/ Bagelen: Bumi Juang Lintas Masa]
* [https://www.indephedia.com/2019/01/bagelen-daerah-kolonisasi-pertama-di.html Bagelen: Daerah Kolonisasi Pertama di Indonesia]
* [https://www.historyofcirebon.id/2018/10/mengenal-bagelen-tanah-kelahiran-arya.html Mengenal Bagelen, Tanah Kelahiran Arya Wiralodra Pendiri Indramayu]
* [http://sesamamedia.blogspot.com/2014/02/sejarah-transmigrasi-di-lampung-mereka.html Sejarah Transmigrasi di Lampung: Mereka Datang dari Bagelen]

[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia]]

Revisi terkini sejak 27 Juli 2024 03.07


Suku Bagelen.

Suku Bagelen adalah salah satu subkelompok dari orang Jawa di daerah yang bernama Bagelen. Pada 1830, daerah Bagelen menjadi Keresidenan Bagelen, terdiri atas Afdeling Purworejo, Kebumen, dan Wonosobo. Keresidenan ini berbatasan dengan Keresidenan Pekalongan di sebelah utara, Keresidenan Kedu dan Keresidenan Yogyakarta di sebelah timur, Samudra Hindia di sebelah selatan, serta Keresidenan Banyumas dan Keresidenan Tegal di sebelah barat. Sejak tanggal 1 Agustus 1901, Keresidenan Bagelen dihapuskan dan dimasukkan ke dalam Keresidenan Kedu.

Ciri khas

[sunting | sunting sumber]

Secara umum, orang Bagelen dapat disebut memiliki kebudayaan Jawa. Namun, ada sub-sub kebudayaan dengan variasi budayanya, misalnya dalam hal logat bahasa, makanan, upacara-upacara rumah tangga, kesenian rakyat, dan seni suara. Keragaman budaya suku Bagelen dibandingkan dengan sub kebudayaan lain tampak dalam hal kesenian. Kesenian Bagelen antara lain wayang urang, tarian kuda yang disebut jathilan, dan tarian taledhek. Mereka juga sudah mengenal pertunjukkan wayang kulit sejak zaman dahulu kala, yaitu dengan pertunjukkan wayang beber.[1]

Satu pertunjukkan yang khas dari daerah Bagelen ini adalah wayang jemblung, yang menuturkan cerita-cerita Menak, dongeng-dongeng tentang tokoh Islam Amir Hamzah. Pertunjukkan ini biasa diadakan pada perayaan khitanan dan perkawinan. Warga masyarakatnya gemar mengadakan pertunjukkan nyanyian agama, yaitu perjanjen, yang dilakukan oleh tiga atau empat orang penyanyi dengan duduk di lantai, masing-masing memegang tamborin kecil yang dibunyikan menurut irama lagunya. Dihadapan mereka duduk sekitar 12 orang laki-laki yang turun menyanyi. Lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu dari buku Arab Barzanji. Budaya masyarakat desa Jawa umumnya memang menunjukkan adanya persamaan, tetapi terdapat variasi di berbagai tempat seperti halnya Bagelen.[1][2]

  1. ^ a b Melalatoa, M. Junus (1995). Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia Jilid A–K. Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 79. 
  2. ^ "Menguak Jejak Sejarah Suku Keresidenan Bagelen". Ketik News. Diakses tanggal 9 Oktober 2022. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]