Lompat ke isi

Kawih: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbaikan untuk PW:CW (Fokus: Minor/komestika; 1, 48, 64) + genfixes
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(16 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Kacapi Suling.jpg|jmpl|ka|Tembang yang diiringi kacapi dan seruling.]]
[[Berkas:Kacapi Suling.jpg|jmpl|ka|Kawih yang diiringi kacapi dan suling.]]
'''Kawih''' adalah bentuk seni suara yang berasal dari tradisi Sunda. Dalam perkembangannya, kawih mencakup ke dalam berbagai jenis genre seni vokal.<ref>{{Cite journal|last=Hendrayana|first=Dian|title=Pelurusan Istilah Kawih, Tembang, dan Cianjuran|url=https://www.academia.edu/68349496/Pelurusan_Istilah_Kawih_Tembang_dan_Cianjuran|journal=Panggung}}</ref> Kawih merupakan tradisi yang diturunkan dari mulut ke mulut (oral) sehingga kebanyakan nama penciptanya tidak diketahui.
'''Tembang Sunda''' adalah [[kesenian tradisional|seni musik tradisional]] yang berasal dari barat daya [[kepulauan Sunda Besar]]. Kesenian ini biasanya ditampilkan oleh seorang penyanyi dengan iringan permainan alat musik tradisional Sunda seperti [[kacapi]] indung (kecapi besar), suling, kacapi rincik (kecapi kecil) dan rebab.
<!-- '''Kawih''' adalah [[kesenian tradisional|seni musik tradisional]] yang berasal dari barat daya [[kepulauan Sunda Besar]]. Kesenian ini biasanya ditampilkan oleh seorang penyanyi dengan iringan permainan alat musik tradisional Sunda seperti [[kacapi]] indung (kecapi besar), suling, kacapi rincik (kecapi kecil), dan rebab.

Tembang Sunda pada awalnya disebut juga dengan istilah Cianjuran. Istilah Tembang Sunda mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan alasan bahwa kesenian gaya Cianjuran tidak hanya terbatas pada satu daerah tertentu melainkan telah banyak diadopsi di kawasan lain di Jawa Barat.{{Sfn|Zanten|1984|p=}} Tembang Sunda kadang membawa kebingungan karena banyak jenis musik Sunda lain disebut sebagai ''tembang Sunda''.{{Sfn|Zanten|1984|p=}}


Kawih pada awalnya disebut juga dengan istilah Cianjuran. Istilah Tembang Sunda mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan alasan bahwa kesenian gaya Cianjuran tidak hanya terbatas pada satu daerah tertentu melainkan telah banyak diadopsi di kawasan lain.{{Sfn|Zanten|1984|p=}}{{Sfn|Zanten|1984|p=}} -->
== Sejarah ==
== Sejarah ==
Sejarah Tembang Sunda berasal dari seni bercerita (''[[carita pantun]]'') tentang mitos dan legenda [[suku Sunda]] misalnya cerita asal mula padi (''Kisah Sulanjana'') dan nenek moyang (''Kisah Mundinglaya di Kusumah'').{{Sfn|Zanten|1984|p=}} ''Carita pantun'' itu ditampilkan dalam perayaan-perayaan seperti pesta sunatan, pernikahan, panen raya atau ritual penyucian. ''Cerita kuno'' yang disampaikan telah tertulis dalam dokumen [[Bahasa Sunda|berbahasa Sunda]] klasik berjudul [[Sanghyang Siksakanda ng Karesian]] yang ditulis tahun 1518. ''Carita pantun'' selalu diiringi dengan petikan alat musik utama berupa kacapi. Kombinasi pantun dan kacapi ini diperkirakan telah dilakukan sejak zaman kuno.{{Sfn|Zanten|1984|p=}} Pada tahun 1840, Bupati [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]] yang bernama [[Dalem Pancaniti]] memerintahkan keempat orang penulis puisi untuk menciptakan lagu-lagu berdasarkan episode ''carita pantun''.{{Sfn|Zanten|1984|p=}}
Kawih telah diketahui keberadaannya di dalam budaya Sunda jauh sebelum kehadiran [[Tembang Sunda]]. Sejarah Kawih berasal dari seni bercerita (''[[carita pantun]]'') tentang mitos dan legenda [[suku Sunda]] misalnya cerita asal mula padi (''Kisah Sulanjana'') dan nenek moyang (''Kisah Mundinglaya di Kusumah'').{{Sfn|Zanten|1984|p=}} ''Carita pantun'' itu ditampilkan dalam perayaan-perayaan seperti pesta sunatan, pernikahan, panen raya atau ritual penyucian. ''Carita buhun'' yang disampaikan telah tertulis dalam dokumen ber[[Bahasa Sunda Kuno|bahasa Sunda kuno]] berjudul [[Sanghyang Siksa Kandang Karesian]] yang ditulis tahun 1518. ''Carita pantun'' selalu diiringi dengan petikan alat musik utama berupa kacapi. Kombinasi pantun dan kacapi ini diperkirakan telah dilakukan sejak zaman kuno.{{Sfn|Zanten|1984|p=}} Pada tahun 1840, Bupati [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]] yang bernama [[Dalem Pancaniti]] memerintahkan keempat orang penulis puisi untuk menciptakan lagu-lagu berdasarkan episode ''carita pantun''.{{Sfn|Zanten|1984|p=}}
<!-- == Lagu-lagu ==

Lagu-lagu dalam Kawih dibagi ke dalam kategori ''papantunan, jejemplangan, dedegungan, rarancangan, kakawen,'' dan ''panambih'' yang masing-masing bisa dibedakan menurut musik serta isi liriknya (puisi).{{Sfn|Julia|2011|p=58-60}}
Tembang Sunda merupakan tradisi yang diturunkan dari mulut ke mulut (oral) sehingga kebanyakan nama penciptanya tidak diketahui.

== Lagu-lagu ==
Lagu-lagu dalam Tembang Sunda dibagi ke dalam kategori ''papantunan, jejemplangan, dedegungan, rarancangan, kakawen,'' dan ''panambih'' yang masing-masing bisa dibedakan menurut musik serta isi liriknya (puisi).{{Sfn|Julia|2011|p=58-60}}


''Papantunan'' adalah lagu-lagu yang diciptakan pada awal abad ke-19 dan dianggap sebagai dasar Tembang Sunda, sementara kategori lainnya berusia lebih muda. Lagu-lagu ''Papantunan'' banyak yang berasal dari carita pantun Mundinglaya di Kusumah, antara lain yang berjudul: ''Mupu Kembang'' (memetik bunga), ''Pangapungan'' (perjalanan di angkasa) dan ''Nataan Gunung'' (menghitung gunung). Lagu-lagu ini dianggap sebagai repertoar Tembang Sunda yang paling awal. Dalam lima puluh tahun terakhir banyak ''Rarancagan'' dan ''Panambih'' baru yang diciptakan.{{Sfn|Williams|1990|p=75}}
''Papantunan'' adalah lagu-lagu yang diciptakan pada awal abad ke-19 dan dianggap sebagai dasar Kawih, sementara kategori lainnya berusia lebih muda. Lagu-lagu ''Papantunan'' banyak yang berasal dari carita pantun Mundinglaya di Kusumah, antara lain yang berjudul: ''Mupu Kembang'' (memetik bunga), ''Pangapungan'' (perjalanan di angkasa) dan ''Nataan Gunung'' (menghitung gunung). Lagu-lagu ini dianggap sebagai repertoar Kawih yang paling awal. Dalam lima puluh tahun terakhir banyak ''Rarancagan'' dan ''Panambih'' baru yang diciptakan.{{Sfn|Williams|1990|p=75}} -->


== Hubungan Tembang Sunda dan ritual keagamaan ==
== Ritual keagamaan ==
Tembang Sunda dianggap sebagai kesenian yang berhubungan erat dengan ritual keagamaan. Sama seperti carita pantun, Tembang Sunda juga sering digunakan dalam ritual penyucian (''[[ngaruat]]'').{{Sfn|Zanten|1984|p=}} Lagu tertentu dianggap mengandung nilai magis yang dimainkan menyembuhkan orang yang dimasuki roh (''kasurupan'').
Kawih dianggap sebagai kesenian yang berhubungan erat dengan ritual keagamaan. Sama seperti carita pantun, Kawih juga sering digunakan dalam ritual penyucian (''[[ngaruat]]'').{{Sfn|Zanten|1984|p=}} Lagu tertentu dianggap mengandung nilai magis yang dimainkan menyembuhkan orang yang dimasuki roh (''kasurupan'').


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}


== Daftar Pustaka ==
== Daftar pustaka ==
{{Refbegin}}
{{Refbegin}}
* {{Cite book|url=http://worldcat.org/oclc/747718809|title=Gaya petikan kacapi tembang : seputar biografi seniman tembang Sunda|last=Julia|first=J.|date=2011|publisher=Bintang WarliArtika|isbn=978-602-8617-26-0|location=|pages=|oclc=747718809|ref={{sfnref|Julia|2011}}|url-status=live}}
* {{Cite book|url=http://worldcat.org/oclc/747718809|title=Gaya petikan kacapi tembang : seputar biografi seniman tembang Sunda|last=Julia|first=J.|date=2011|publisher=Bintang WarliArtika|isbn=978-602-8617-26-0|location=|pages=|oclc=747718809|ref={{sfnref|Julia|2011}}|url-status=live}}
Baris 29: Baris 26:


[[Kategori:Kesenian Sunda]]
[[Kategori:Kesenian Sunda]]
[[Kategori:Jawa Barat]]
[[Kategori:Musik Sunda]]
[[Kategori:Musik Sunda]]

Revisi terkini sejak 18 Februari 2024 02.20

Kawih yang diiringi kacapi dan suling.

Kawih adalah bentuk seni suara yang berasal dari tradisi Sunda. Dalam perkembangannya, kawih mencakup ke dalam berbagai jenis genre seni vokal.[1] Kawih merupakan tradisi yang diturunkan dari mulut ke mulut (oral) sehingga kebanyakan nama penciptanya tidak diketahui.

Kawih telah diketahui keberadaannya di dalam budaya Sunda jauh sebelum kehadiran Tembang Sunda. Sejarah Kawih berasal dari seni bercerita (carita pantun) tentang mitos dan legenda suku Sunda misalnya cerita asal mula padi (Kisah Sulanjana) dan nenek moyang (Kisah Mundinglaya di Kusumah).[2] Carita pantun itu ditampilkan dalam perayaan-perayaan seperti pesta sunatan, pernikahan, panen raya atau ritual penyucian. Carita buhun yang disampaikan telah tertulis dalam dokumen berbahasa Sunda kuno berjudul Sanghyang Siksa Kandang Karesian yang ditulis tahun 1518. Carita pantun selalu diiringi dengan petikan alat musik utama berupa kacapi. Kombinasi pantun dan kacapi ini diperkirakan telah dilakukan sejak zaman kuno.[2] Pada tahun 1840, Bupati Cianjur yang bernama Dalem Pancaniti memerintahkan keempat orang penulis puisi untuk menciptakan lagu-lagu berdasarkan episode carita pantun.[2]

Ritual keagamaan

[sunting | sunting sumber]

Kawih dianggap sebagai kesenian yang berhubungan erat dengan ritual keagamaan. Sama seperti carita pantun, Kawih juga sering digunakan dalam ritual penyucian (ngaruat).[2] Lagu tertentu dianggap mengandung nilai magis yang dimainkan menyembuhkan orang yang dimasuki roh (kasurupan).

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
  • Williams, Sean (1990). The Urbanization of Tembang Sunda: An Aristocratic Musical Genre of West Java, Indonesia (dalam bahasa Inggris). University of Washington.