Lompat ke isi

Sumanto: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: mengubah parameter nama di infobox Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Kategf1999 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(38 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox person
{{Infobox person
| honorific_prefix =
| honorific_prefix =
| name = Alvian Dwiangga Wijaya
| name = Sumanto
| suku = Jawa,China
| honorific_suffix =
| honorific_suffix =
| native_name =
| native_name =
Baris 8: Baris 9:
| image_size = 300px
| image_size = 300px
| alt =
| alt =
| caption = Sumanto saat disuntik [[BBIBP-CorV|vaksin COVID-19 Sinopharm]]
| birth_name = Sumanto
| birth_date = {{Birth date and age|1972|3|3}}
| birth_date = {{Birth date and age|1972|3|3}}
| birth_place = [[Pelumutan, Kemangkon, Purbalingga|Pelumutan]], [[Kemangkon, Purbalingga|Kemangkon]], [[Purbalingga]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
| birth_place = [[Pelumutan, Kemangkon, Purbalingga|Pelumutan]], [[Kemangkon, Purbalingga|Kemangkon]], [[Purbalingga]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
Baris 16: Baris 15:
| death_cause =
| death_cause =
| known_for = Kasus [[kanibalisme]]
| known_for = Kasus [[kanibalisme]]
| ethnicity = [[Suku Jawa|Jawa]]
| ethnicity = [[Suku Jawa/cina|Jawa/cina]]
| spouse = Sutrimah{{br}}Tugiyem
| spouse = Sutrimah{{br}}Tugiyem
| children = Titis Wahyu Widianti
| children = Titis Wahyu Widianti
Baris 22: Baris 21:
'''Sumanto''' ({{lahirmati|[[Pelumutan, Kemangkon, Purbalingga|Pelumutan]], [[Purbalingga]], [[Jawa Tengah]]|3|3|1972}})<ref>{{Cite news|url=https://nasional.tempo.co/read/1228/warga-purbalingga-histeris-saksikan-rekonstruksi-pemakan-mayat|title=Warga Purbalingga Histeris Saksikan Rekonstruksi Pemakan Mayat|access-date=16 Juli 2002|work=[[Tempo.co]]}}</ref> adalah seseorang yang dikenal karena kasus [[kanibalisme]]. Pada awal tahun [[2003]], namanya dikenal secara luas di [[Indonesia]] karena terlibat kasus pencurian mayat dan memakannya karena masalah ekonomi. Ia mengaku telah memakan 3 orang di tempat yang berbeda, yakni di [[Lampung]] dan [[Kabupaten Purbalingga|Purbalingga]].
'''Sumanto''' ({{lahirmati|[[Pelumutan, Kemangkon, Purbalingga|Pelumutan]], [[Purbalingga]], [[Jawa Tengah]]|3|3|1972}})<ref>{{Cite news|url=https://nasional.tempo.co/read/1228/warga-purbalingga-histeris-saksikan-rekonstruksi-pemakan-mayat|title=Warga Purbalingga Histeris Saksikan Rekonstruksi Pemakan Mayat|access-date=16 Juli 2002|work=[[Tempo.co]]}}</ref> adalah seseorang yang dikenal karena kasus [[kanibalisme]]. Pada awal tahun [[2003]], namanya dikenal secara luas di [[Indonesia]] karena terlibat kasus pencurian mayat dan memakannya karena masalah ekonomi. Ia mengaku telah memakan 3 orang di tempat yang berbeda, yakni di [[Lampung]] dan [[Kabupaten Purbalingga|Purbalingga]].


== Kehidupan awal ==
== Riwayat Hidup ==

=== Kehidupan awal ===
Sumanto dilahirkan pada tanggal 3 Maret 1972. Ia merupakan anak sulung dari lima bersaudara—masing-masing bernama Mulyati, Karyono, Maryati, dan Mulyanto.{{sfn|Amin|2005|p=52}} Masa kecilnya termasuk berkecukupan karena warisan yang diperoleh ayahnya dari kakek dan neneknya.{{sfn|Amin|2005|p=52}} Sumanto menempuh [[pendidikan dasar]] di SD Negeri Pelumutan 1, dan ia dipanggil dengan nama Suman oleh teman-temannya.{{sfn|Amin|2005|p=52}} Sifatnya sebagai "anak badung" mulai terlihat pada periode ini, meski ia masih tetap mampu lulus sekolah dasar. Niatnya untuk masuk ke [[SMP Negeri 1 Kemangkon]] terhalang karena [[nilai ebtanas murni]] (NEM) yang diraihnya tidak mencukupi. Sumanto pada akhirnya mengulang kelas 6 di SD Negeri Pelumutan 2, dan ia lulus setahun berikutnya.
Sumanto dilahirkan pada tanggal 3 Maret 1972. Ia merupakan anak sulung dari lima bersaudara—masing-masing bernama Mulyati, Karyono, Maryati, dan Mulyanto.{{sfn|Amin|2005|p=52}} Masa kecilnya termasuk berkecukupan karena warisan yang diperoleh ayahnya dari kakek dan neneknya.{{sfn|Amin|2005|p=52}} Sumanto menempuh [[pendidikan dasar]] di SD Negeri Pelumutan 1, dan ia dipanggil dengan nama Suman oleh teman-temannya.{{sfn|Amin|2005|p=52}} Sifatnya sebagai "anak badung" mulai terlihat pada periode ini, meski ia masih tetap mampu lulus sekolah dasar. Niatnya untuk masuk ke [[SMP Negeri 1 Kemangkon]] terhalang karena [[nilai ebtanas murni]] (NEM) yang diraihnya tidak mencukupi. Sumanto pada akhirnya mengulang kelas 6 di SD Negeri Pelumutan 2, dan ia lulus setahun berikutnya.
{{sfn|Amin|2005|p=53}}
{{sfn|Amin|2005|p=53}}
Baris 28: Baris 29:
Ia kemudian diterima di SMP pilihannya. Sekolah barunya berjarak 3 kilometer dari rumah, memaksa Sumanto untuk berjalan kaki pulang-pergi setiap hari.{{sfn|Amin|2005|p=53}} Aktivitasnya sepulang sekolah adalah menggembala kambing dan mencari rumput, dan pada sore harinya ia belajar ilmu agama di masjid sekitar rumahnya.{{sfn|Amin|2005|p=53}} Malam hari dihabiskannya dengan menyaksikan [[bioskop|layar tancap]] atau pementasan [[wayang]]. Periode ini ditandai dengan kesulitan ekonomi yang melanda keluarganya. Masalah ini mau tidak mau mengakibatkan perabotan rumah tangga mereka satu per satu dijual demi memenuhi kebutuhan hidup.{{sfn|Amin|2005|p=53}} Saat duduk di bangku kelas 3 SMP, Sumanto [[putus sekolah]] karena beberapa alasan tertentu.{{sfn|Amin|2005|p=53}}
Ia kemudian diterima di SMP pilihannya. Sekolah barunya berjarak 3 kilometer dari rumah, memaksa Sumanto untuk berjalan kaki pulang-pergi setiap hari.{{sfn|Amin|2005|p=53}} Aktivitasnya sepulang sekolah adalah menggembala kambing dan mencari rumput, dan pada sore harinya ia belajar ilmu agama di masjid sekitar rumahnya.{{sfn|Amin|2005|p=53}} Malam hari dihabiskannya dengan menyaksikan [[bioskop|layar tancap]] atau pementasan [[wayang]]. Periode ini ditandai dengan kesulitan ekonomi yang melanda keluarganya. Masalah ini mau tidak mau mengakibatkan perabotan rumah tangga mereka satu per satu dijual demi memenuhi kebutuhan hidup.{{sfn|Amin|2005|p=53}} Saat duduk di bangku kelas 3 SMP, Sumanto [[putus sekolah]] karena beberapa alasan tertentu.{{sfn|Amin|2005|p=53}}


== Kehidupan pribadi ==
=== Kasus ===
{{noref section}}
Sumanto memiliki 2 orang mantan istri. Ia bertemu istri pertamanya, Sutrimah, saat bekerja di Lampung. Pernikahan ini tergolong singkat karena faktor [[kekerasan dalam rumah tangga]].{{sfn|Amin|2005|p=60}} Setahun setelah bercerai dengan Sutrimah, ia menjalin hubungan dengan seorang janda bernama Tugiyem—warga Lampung yang juga bekerja di perusahaan tebu tempat kerja Sumanto.{{sfn|Amin|2005|p=61}} Mereka menikah pada tahun 1993 dan dikaruniai seorang putri bernama Titis Wahyu Widianti. Setelah menikah lagi, ia menjadi jarang pulang ke rumah dan hanya sesekali kembali. Kekerasan dalam rumah tangga sering kali terjadi, dan pernikahan ini berakhir dengan perceraian.{{sfn|Amin|2005|p=61}}
Pada 15 Januari 2003, Sumanto membuat heboh seluruh Indonesia, karena ia melakukan pencurian dan praktik kanibalisme terhadap mayat yang diketahui bernama Mbok Rinah. Setelah pihak kepolisian melakukan penyelidikan selama beberapa hari, akhirnya Sumanto berhasil ditangkap di rumahnya tanpa melakukan perlawanan. Ia juga mengakui sebelumnya pernah memakan 2 mayat lain saat ia masih bekerja di perkebunan tebu di [[Lampung]].


Akibat perbuatannya, ia dijatuhi [[hukum pidana|hukuman pidana]] selama 5 tahun, tetapi dibebaskan pada 24 Oktober 2006 setelah beberapa kali mendapatkan remisi. Ia kemudian ditampung di rumah rehabilitasi An-Nur, [[Bungkanel, Karanganyar, Purbalingga|Bungkanel]], [[Karanganyar, Purbalingga|Karanganyar]], [[Purbalingga]]. Sumanto ditempatkan di [[pesantren]] karena warga Purbalingga tidak mau menerima kembali Sumanto untuk pulang ke desanya.
== Kasus ==
Pada 11 Januari 2003, Sumanto membuat heboh seluruh Indonesia, karena ia melakukan [[pencurian]] dan praktik kanibalisme terhadap [[mayat]] yang diketahui bernama Mbok Rinah. Setelah pihak [[kepolisian]] melakukan penyelidikan selama beberapa hari, akhirnya Sumanto berhasil ditangkap di rumahnya tanpa melakukan perlawanan. Ia juga mengakui sebelumnya pernah memakan 2 mayat lain saat ia masih bekerja di perkebunan [[tebu]] di [[Lampung]].


Ia juga sempat membuat kontroversi ketika menjadi bintang tamu [[Empat Mata]] yang dibawakan oleh [[Tukul Arwana]]. Akibat episode tersebut, acara Empat Mata kemudian dicekal penayangannya.
Akibat perbuatannya, ia dijatuhi [[hukum pidana|hukuman pidana]] selama 5 tahun, tetapi dibebaskan pada tanggal 24 Oktober 2006 yang bertepatan dengan [[Hari Idul Fitri]], setelah beberapa kali mendapatkan [[remisi]]. Ia kemudian ditampung di rumah rehabilitasi An-Nur, [[Bungkanel, Karanganyar, Purbalingga|Bungkanel]], [[Karanganyar, Purbalingga|Karanganyar]], [[Purbalingga]]. Sumanto ditempatkan di [[pesantren]] karena warga Purbalingga tidak mau menerima kembali Sumanto untuk pulang ke desanya.

== Kehidupan pribadi ==
Sumanto memiliki 2 orang mantan istri. Ia bertemu istri pertamanya, Sutrimah, saat bekerja di Lampung. Pernikahan ini tergolong singkat karena faktor [[kekerasan dalam rumah tangga]].{{sfn|Amin|2005|p=60}} Setahun setelah bercerai dengan Sutrimah, ia menjalin hubungan dengan seorang janda bernama Tugiyem—warga Lampung yang juga bekerja di perusahaan tebu tempat kerja Sumanto.{{sfn|Amin|2005|p=61}} Mereka menikah pada tahun 1993 dan dikaruniai seorang putri bernama Titis Wahyu Widianti. Setelah menikah lagi, ia menjadi jarang pulang ke rumah dan hanya sesekali kembali. Kekerasan dalam rumah tangga sering kali terjadi, dan pernikahan ini berakhir dengan perceraian.{{sfn|Amin|2005|p=61}}


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 67: Baris 71:
{{lifetime|1972||Sumanto}}
{{lifetime|1972||Sumanto}}


[[Kategori:Tokoh Jawa]]

[[Kategori:Tokoh dari Purbalingga]]
[[Kategori:Tokoh dari Purbalingga]]
[[Kategori:Kanibal Indonesia]]
[[Kategori:Kanibal Indonesia]]

{{Indo-bio-stub}}

Revisi terkini sejak 7 Januari 2024 23.27

Sumanto
Lahir3 Maret 1972 (umur 52)
Pelumutan, Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia
Dikenal atasKasus kanibalisme
Suami/istriSutrimah
Tugiyem
AnakTitis Wahyu Widianti

Sumanto (lahir 3 Maret 1972)[1] adalah seseorang yang dikenal karena kasus kanibalisme. Pada awal tahun 2003, namanya dikenal secara luas di Indonesia karena terlibat kasus pencurian mayat dan memakannya karena masalah ekonomi. Ia mengaku telah memakan 3 orang di tempat yang berbeda, yakni di Lampung dan Purbalingga.

Riwayat Hidup

[sunting | sunting sumber]

Kehidupan awal

[sunting | sunting sumber]

Sumanto dilahirkan pada tanggal 3 Maret 1972. Ia merupakan anak sulung dari lima bersaudara—masing-masing bernama Mulyati, Karyono, Maryati, dan Mulyanto.[2] Masa kecilnya termasuk berkecukupan karena warisan yang diperoleh ayahnya dari kakek dan neneknya.[2] Sumanto menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Pelumutan 1, dan ia dipanggil dengan nama Suman oleh teman-temannya.[2] Sifatnya sebagai "anak badung" mulai terlihat pada periode ini, meski ia masih tetap mampu lulus sekolah dasar. Niatnya untuk masuk ke SMP Negeri 1 Kemangkon terhalang karena nilai ebtanas murni (NEM) yang diraihnya tidak mencukupi. Sumanto pada akhirnya mengulang kelas 6 di SD Negeri Pelumutan 2, dan ia lulus setahun berikutnya. [3]

Ia kemudian diterima di SMP pilihannya. Sekolah barunya berjarak 3 kilometer dari rumah, memaksa Sumanto untuk berjalan kaki pulang-pergi setiap hari.[3] Aktivitasnya sepulang sekolah adalah menggembala kambing dan mencari rumput, dan pada sore harinya ia belajar ilmu agama di masjid sekitar rumahnya.[3] Malam hari dihabiskannya dengan menyaksikan layar tancap atau pementasan wayang. Periode ini ditandai dengan kesulitan ekonomi yang melanda keluarganya. Masalah ini mau tidak mau mengakibatkan perabotan rumah tangga mereka satu per satu dijual demi memenuhi kebutuhan hidup.[3] Saat duduk di bangku kelas 3 SMP, Sumanto putus sekolah karena beberapa alasan tertentu.[3]

Pada 15 Januari 2003, Sumanto membuat heboh seluruh Indonesia, karena ia melakukan pencurian dan praktik kanibalisme terhadap mayat yang diketahui bernama Mbok Rinah. Setelah pihak kepolisian melakukan penyelidikan selama beberapa hari, akhirnya Sumanto berhasil ditangkap di rumahnya tanpa melakukan perlawanan. Ia juga mengakui sebelumnya pernah memakan 2 mayat lain saat ia masih bekerja di perkebunan tebu di Lampung.

Akibat perbuatannya, ia dijatuhi hukuman pidana selama 5 tahun, tetapi dibebaskan pada 24 Oktober 2006 setelah beberapa kali mendapatkan remisi. Ia kemudian ditampung di rumah rehabilitasi An-Nur, Bungkanel, Karanganyar, Purbalingga. Sumanto ditempatkan di pesantren karena warga Purbalingga tidak mau menerima kembali Sumanto untuk pulang ke desanya.

Ia juga sempat membuat kontroversi ketika menjadi bintang tamu Empat Mata yang dibawakan oleh Tukul Arwana. Akibat episode tersebut, acara Empat Mata kemudian dicekal penayangannya.

Kehidupan pribadi

[sunting | sunting sumber]

Sumanto memiliki 2 orang mantan istri. Ia bertemu istri pertamanya, Sutrimah, saat bekerja di Lampung. Pernikahan ini tergolong singkat karena faktor kekerasan dalam rumah tangga.[4] Setahun setelah bercerai dengan Sutrimah, ia menjalin hubungan dengan seorang janda bernama Tugiyem—warga Lampung yang juga bekerja di perusahaan tebu tempat kerja Sumanto.[5] Mereka menikah pada tahun 1993 dan dikaruniai seorang putri bernama Titis Wahyu Widianti. Setelah menikah lagi, ia menjadi jarang pulang ke rumah dan hanya sesekali kembali. Kekerasan dalam rumah tangga sering kali terjadi, dan pernikahan ini berakhir dengan perceraian.[5]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Warga Purbalingga Histeris Saksikan Rekonstruksi Pemakan Mayat". Tempo.co. Diakses tanggal 16 Juli 2002. 
  2. ^ a b c Amin 2005, hlm. 52.
  3. ^ a b c d e Amin 2005, hlm. 53.
  4. ^ Amin 2005, hlm. 60.
  5. ^ a b Amin 2005, hlm. 61.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
Situs web