Lompat ke isi

Mukhtar Angku Lakuang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
MarDumai (bicara | kontrib)
MarDumai (bicara | kontrib)
 
(6 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim
{{Infobox orang}}
[[Syekh]] '''Mukhtar''' gelar '''Angku Lakung''' ({{lahirmati|[[Payakumbuh]]|18|10|1913|[[Payakumbuh]]|19|6|1978}}) adalah [[ulama]] dari [[Payakumbuh]]. Ia dikenal sebagai pendiri [[Madrasah Tarbiyah Islamiyah Koto Panjang]] dan ketua Mahkamah Syar'iyah (kini [[Pengadilan Agama]]) Payakumbuh pertama.
|honorific_prefix = Syekh Mukhtar Angku Lakuang
|birth_date = 18 Oktober 1913
|birth_place = [[Payakumbuh]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = 19 Juni 1978
|death_place = [[Payakumbuh]], [[Indonesia]]
|movement = [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]
|school_tradition = [[Asy'ari]]
|jurisprudence = [[Syafi'i]]
|denomination = [[Sunni]]
|Sufi_order = [[Naqsyabandiyah|Naqsyabandi]]
|notable works = ''Durus al-Istidlal''
}}
[[Syekh]] '''Mukhtar''' gelar '''Engku Lakung''' ({{lahirmati|[[Payakumbuh]]|18|10|1913|[[Payakumbuh]]|19|6|1978}}) adalah [[ulama]] dari [[Payakumbuh]]. Ia dikenal sebagai pendiri [[Madrasah Tarbiyah Islamiyah Koto Panjang]] dan ketua Mahkamah Syar'iyah (kini [[Pengadilan Agama]]) Payakumbuh pertama.


== Riwayat hidup ==
== Riwayat hidup ==
Mukhtar lahir pada di Payakumbuh pada 18 Oktober 1913 dari pasangan Engku Zaini dan Darin. Ketika ia memasuki umur 12 tahun, Mukhtar belajar di sekolah agama setempat pimpinan Haji Abdul Latif. Pada 1927, ia belajar kepada Haji Thalut di [[Batu Payuang, Lareh Sago Halaban, Lima Puluh Kota|Batu Payung]], tetapi hanya sebentar. Ia kemudian belajar kepada [[Abdul Wahid Ash-Shalihi|Syekh Abdul Wahid Shalihi]], salah satu pendiri [[Perti]], dan memperoleh ijazah [[MTI Tabek Gadang]] pada 1934.{{sfn|Hariadi|2004|p=39}} Selama berada di Tabek Gadang, Mukhtar juga mendapat ijazah [[mursyid]] [[Naqsyabandiyah]].<ref>{{cite web|url=https://tarbiyahislamiyah.id/madrasah-tarbiyah-islamiyah-koto-panjang-lampasi-bagian-1/|title=Madrasah Tarbiyah Islamiyah Koto Panjang – Lampasi (Bagian 1)|last=Nurulhuda|first=Soerya|date=1 April 2021|website=Tarbiyah Islamiyah|access-date=1 Februari 2023}}</ref>
Mukhtar lahir di Payakumbuh pada 18 Oktober 1913 dari pasangan Engku Zaini dan Darin. Ketika ia memasuki umur 12 tahun, Mukhtar belajar di sekolah agama setempat pimpinan Haji Abdul Latif. Pada 1927, ia belajar kepada Haji Thalut di [[Batu Payuang, Lareh Sago Halaban, Lima Puluh Kota|Batu Payung]], tetapi hanya sebentar. Ia kemudian belajar kepada [[Abdul Wahid Ash-Shalihi|Syekh Abdul Wahid Shalihi]], salah satu pendiri [[Perti]], dan memperoleh ijazah [[MTI Tabek Gadang]] pada 1934.{{sfn|Hariadi|2004|p=39}} Selama berada di Tabek Gadang, Mukhtar juga mendapat ijazah [[mursyid]] [[Naqsyabandiyah]].<ref>{{cite web|url=https://tarbiyahislamiyah.id/madrasah-tarbiyah-islamiyah-koto-panjang-lampasi-bagian-1/|title=Madrasah Tarbiyah Islamiyah Koto Panjang – Lampasi (Bagian 1)|last=Nurulhuda|first=Soerya|date=1 April 2021|website=Tarbiyah Islamiyah|access-date=1 Februari 2023}}</ref>


Pada 3 Maret 1935, Engku Lakung mendirikan MTI Koto Panjang di [[Lamposi Tigo Nagori, Payakumbuh|Lampasi]], Payakumbuh.<ref name="a">{{cite web|url=https://tarbiyahislamiyah.id/madrasah-tarbiyah-islamiyah-koto-panjang-lampasi-bagian-2/|title=Madrasah Tarbiyah Islamiyah Koto Panjang – Lampasi (Bagian 2)|last=Nurulhuda|first=Soerya|date=6 April 2021|website=Tarbiyah Islamiyah|access-date=1 Februari 2023}}</ref> Pondok [[pesantren]] ini pernah menampung sekitar 1000 santri dari berbagai daerah di [[Sumatra]], [[Kalimantan]], dan [[Malaya]].{{sfn|Tjahaja|1974|p=61}}{{sfn|Hariadi|2004|p=35}}
Pada 3 Maret 1935, Engku Lakung mendirikan MTI Koto Panjang di [[Lamposi Tigo Nagori, Payakumbuh|Lampasi]], Payakumbuh.<ref name="a">{{cite web|url=https://tarbiyahislamiyah.id/madrasah-tarbiyah-islamiyah-koto-panjang-lampasi-bagian-2/|title=Madrasah Tarbiyah Islamiyah Koto Panjang – Lampasi (Bagian 2)|last=Nurulhuda|first=Soerya|date=6 April 2021|website=Tarbiyah Islamiyah|access-date=1 Februari 2023}}</ref> Pondok [[pesantren]] ini pernah menampung sekitar seribu santri dari berbagai daerah di [[Sumatra]], [[Kalimantan]], dan [[Malaya]].{{sfn|Tjahaja|1974|p=61}}{{sfn|Hariadi|2004|p=35}}


Pada 4 April 1958, [[Mansur Datuk Nagari Basa|Buya H. Mansur Dt. Nagari Basa]] selaku ketua Mahkamah Syar'iyah [[Sumatra Tengah]] mengusulkan pembentukan mahkamah di Payakumbuh. Mahkamah tersebut terwujud pada 1959 dengan Engku Lakung dilantik sebagai ketuanya pada 1 Maret 1959.{{sfn|Abdul Manan|2019|p=69}} Selain di Mahkamah Syar'iyah, Engku Lakung juga berkiprah di [[IAIN Imam Bonjol]] dan [[MUI]] [[Sumatra Barat]].<ref name="a"/>
Pada 4 April 1958, [[Mansur Datuk Nagari Basa|Buya H. Mansur Dt. Nagari Basa]] selaku ketua Mahkamah Syar'iyah [[Sumatra Tengah]] mengusulkan pembentukan mahkamah di Payakumbuh. Mahkamah tersebut terwujud pada 1959 dengan Engku Lakung dilantik sebagai ketuanya pada 1 Maret 1959.{{sfn|Abdul Manan|2019|p=69}} Selain di Mahkamah Syar'iyah, Engku Lakung juga berkiprah di [[IAIN Imam Bonjol]] dan [[MUI]] [[Sumatera Barat]].<ref name="a"/>


Syekh Mukhtar wafat pada 19 Juni 1978.<ref name="a"/>
Syekh Mukhtar wafat pada 19 Juni 1978.<ref name="a"/>


== Karya tulis ==
== Karya tulis ==
Salah satu kitab yang disusun oleh Syekh Mukhtar adalah ''Durus al-Istidlal''. Kitab ini berisi tentang beberapa muzakarah yang pernah diadakan di MTI Koto Panjang mengenai ikhtilaf di antara para ulama. Kitab ini diajarkan di MTI Koto Panjang.<ref>{{cite web|url=https://lektur.kemenag.go.id/karyaulamanusantara/web/koleksi_detail/durus-al-istidlal.html|title=Durūs al-Istidlāl|website=Karya Ulama Nusantara - Kementerian Agama Republik Indonesia|access-date=1 Februari 2023}}</ref><ref>{{cite web|url=https://tarbiyahislamiyah.id/forum-diskusi-ulama-ulama-minangkabau/|title=Forum Diskusi Ulama-ulama Minangkabau|last=Putra|first=Apria|date=9 Desember 2019|website=Tarbiyah Islamiyah|access-date=1 Februari 2023}}</ref>
Salah satu kitab yang disusun oleh Syekh Mukhtar adalah ''Durus al-Istidlal''. Kitab ini berisi tentang beberapa muzakarah yang pernah diadakan di MTI Koto Panjang mengenai ikhtilaf di antara para ulama. Kitab ini diajarkan di MTI Koto Panjang.<ref>{{cite web|url=https://lektur.kemenag.go.id/karyaulamanusantara/web/koleksi_detail/durus-al-istidlal.html|title=Durūs al-Istidlāl|website=Karya Ulama Nusantara - Kementerian Agama Republik Indonesia|access-date=1 Februari 2023}}</ref><ref>{{cite web|url=https://tarbiyahislamiyah.id/forum-diskusi-ulama-ulama-minangkabau/|title=Forum Diskusi Ulama-ulama Minangkabau|last=Putra|first=Apria|author-link=Apria Putra|date=9 Desember 2019|website=Tarbiyah Islamiyah|access-date=1 Februari 2023}}</ref>


== Catatan kaki ==
== Catatan kaki ==
Baris 38: Baris 26:


[[Kategori:Tokoh dari Payakumbuh]]
[[Kategori:Tokoh dari Payakumbuh]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Ulama Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]

Revisi terkini sejak 14 Juli 2024 04.48

Infobox orangMukhtar Angku Lakuang

Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran18 Oktober 1913 Edit nilai pada Wikidata
Payakumbuh Edit nilai pada Wikidata
Kematian19 Juni 1978 Edit nilai pada Wikidata (64 tahun)
Payakumbuh Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
PendidikanMadrasah Tarbiyah Islamiyah Tabek Gadang Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanulama Edit nilai pada Wikidata

Syekh Mukhtar gelar Angku Lakung (18 Oktober 1913 – 19 Juni 1978) adalah ulama dari Payakumbuh. Ia dikenal sebagai pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah Koto Panjang dan ketua Mahkamah Syar'iyah (kini Pengadilan Agama) Payakumbuh pertama.

Riwayat hidup

[sunting | sunting sumber]

Mukhtar lahir di Payakumbuh pada 18 Oktober 1913 dari pasangan Engku Zaini dan Darin. Ketika ia memasuki umur 12 tahun, Mukhtar belajar di sekolah agama setempat pimpinan Haji Abdul Latif. Pada 1927, ia belajar kepada Haji Thalut di Batu Payung, tetapi hanya sebentar. Ia kemudian belajar kepada Syekh Abdul Wahid Shalihi, salah satu pendiri Perti, dan memperoleh ijazah MTI Tabek Gadang pada 1934.[1] Selama berada di Tabek Gadang, Mukhtar juga mendapat ijazah mursyid Naqsyabandiyah.[2]

Pada 3 Maret 1935, Engku Lakung mendirikan MTI Koto Panjang di Lampasi, Payakumbuh.[3] Pondok pesantren ini pernah menampung sekitar seribu santri dari berbagai daerah di Sumatra, Kalimantan, dan Malaya.[4][5]

Pada 4 April 1958, Buya H. Mansur Dt. Nagari Basa selaku ketua Mahkamah Syar'iyah Sumatra Tengah mengusulkan pembentukan mahkamah di Payakumbuh. Mahkamah tersebut terwujud pada 1959 dengan Engku Lakung dilantik sebagai ketuanya pada 1 Maret 1959.[6] Selain di Mahkamah Syar'iyah, Engku Lakung juga berkiprah di IAIN Imam Bonjol dan MUI Sumatera Barat.[3]

Syekh Mukhtar wafat pada 19 Juni 1978.[3]

Karya tulis

[sunting | sunting sumber]

Salah satu kitab yang disusun oleh Syekh Mukhtar adalah Durus al-Istidlal. Kitab ini berisi tentang beberapa muzakarah yang pernah diadakan di MTI Koto Panjang mengenai ikhtilaf di antara para ulama. Kitab ini diajarkan di MTI Koto Panjang.[7][8]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]

Rujukan

  1. ^ Hariadi 2004, hlm. 39.
  2. ^ Nurulhuda, Soerya (1 April 2021). "Madrasah Tarbiyah Islamiyah Koto Panjang – Lampasi (Bagian 1)". Tarbiyah Islamiyah. Diakses tanggal 1 Februari 2023. 
  3. ^ a b c Nurulhuda, Soerya (6 April 2021). "Madrasah Tarbiyah Islamiyah Koto Panjang – Lampasi (Bagian 2)". Tarbiyah Islamiyah. Diakses tanggal 1 Februari 2023. 
  4. ^ Tjahaja 1974, hlm. 61.
  5. ^ Hariadi 2004, hlm. 35.
  6. ^ Abdul Manan 2019, hlm. 69.
  7. ^ "Durūs al-Istidlāl". Karya Ulama Nusantara - Kementerian Agama Republik Indonesia. Diakses tanggal 1 Februari 2023. 
  8. ^ Putra, Apria (9 Desember 2019). "Forum Diskusi Ulama-ulama Minangkabau". Tarbiyah Islamiyah. Diakses tanggal 1 Februari 2023. 

Daftar pustaka

  • Abdul Manan (2019). Pengadilan Agama: Cagar Budaya Nusantara Memperkuat NKRI. Jakarta: Prenadamedia Group. ISBN 978-623-218-237-0. 
  • Hariadi (2014). "Dinamika Perkembangan MTI Tabek Gadang Padang Japang". Suluah. 15 (19): 26–41. 
  • Tjahaja, L. (1974). Minangkabau Tanah Adat. Bandung: Ganaco N.V.