Lompat ke isi

Kopi Arabika Flores Bajawa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Meminta penghapusan cepat (KPC U11). (TW)
Rahmaziz (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(17 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{kembangkan}}
{{hapus|iklan|help=off}}
{{Infobox Beverage|name=Kopi Arabika Flores Bajawa|image=[[File:Kopi Arabika Flores Bajawa.jpg|thumb|Kopi Arabika Flores Bajawa]]|image_size=275px|caption=Kopi Organik Premium Speciality|type=Kopi Arabika|color=Coklat tua, coklat muda, [[krem]]|flavour=[[Nutty]], [[Orange]], [[Chocolate]]|website=https://wiki-indonesia.club/wiki/Kopi_Arabika_Flores_Bajawa}}
{{Infobox Beverage|name=Kopi Arabika Flores Bajawa|image=Kopi Arabika Flores Bajawa.jpg|image_size=275px|type=Kopi Arabika|color=Coklat tua, coklat muda, [[krem]]|flavour=[[Nutty]], [[Orange]], [[Chocolate]]}}


[[Kopi arabika|Kopi Arabika]] Bajawa atau dikenal dengan nama Kopi Bajawa (bahasa Inggris: ''Bajawa Coffee'') merupakan varietas kopi arabika. Kopi Arabika merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat yang mendiami wilayah dataran tinggi Ngadha di [[Pulau Flores]] bagian tengah pada koordinat antara 120°05" BT – 121°03" BT dan 08°45" LS – 08°52" LS. Dataran tinggi Ngada merupakan kawasan pertemuan dua lereng gunug api, yaitu [[Gunung Inierie|Gunung Inerie]] dan [[Gunung Ebulobo|Gunung Abulobo]]. Secara administratif kawasan tersebut merupakan wilayah dua kecamatan, yaitu [[Bajawa, Ngada|Kecamatan Bajawa]] dan [[Golewa, Ngada|Kecamatan Golewa]], [[Kabupaten Ngada|Kabupaten Ngadha]], [[Nusa Tenggara Timur|Provinsi Nusa Tenggara Timur]].
[[Kopi arabika|Kopi Arabika]]<ref>{{Cite journal|date=2023-03-02|title=Kopi arabika|url=https://wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Kopi_arabika&oldid=23052017|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref> Bajawa atau dikenal dengan nama Kopi Bajawa (bahasa Inggris: ''Bajawa Coffee'') merupakan varietas kopi arabika yang menjadi salah satu komoditi unggulan yang berasal dari dataran tinggi [[Bajawa, Ngada|Kecamatan Bajawa]]<ref>{{Cite journal|date=2022-11-18|title=Bajawa, Ngada|url=https://wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Bajawa,_Ngada&oldid=22013932|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref> dan [[Golewa, Ngada|Kecamatan Golewa]]<ref>{{Cite journal|date=2021-12-07|title=Golewa, Ngada|url=https://wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Golewa,_Ngada&oldid=19518899|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref>, [[Kabupaten Ngada]] , [[Nusa Tenggara Timur|Propinsi Nusa Tenggara Timur]]<ref>{{Cite journal|date=2023-04-10|title=Nusa Tenggara Timur|url=https://wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Nusa_Tenggara_Timur&oldid=23240629|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref>, [[Indonesia]]<ref>{{Cite journal|date=2023-04-14|title=Indonesia|url=https://wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Indonesia&oldid=23258726|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref>. Merupakan salah satu kopi terbaik Indonesia bersertifikasi Indikasi Geografis nomor IDG000000014 dengan nama Arabika Flores Bajawa (AFB) diserahkan oleh [[Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia|Kemenkumham RI]]<ref>{{Cite journal|date=2023-04-14|title=Indonesia|url=https://wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Indonesia&oldid=23258726|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref>. Keunggulan kopi tersebut kian membawa status kopi Arabika Flores Bajawa ini sebagai salah satu kopi organik terbaik di Indonesia. Dengan kondisi geografis yang baik, menjadikan kopi tersebut sebagai sumber pendapatan utama bagi masyarakat yang mendiami wilayah tersebut pada koordinat antara 120°05" BT – 121°03" BT dan 08°45" LS – 08°52" LS


== Karakteristik ==
.<ref>{{Cite web|title=Kopi Arabika|url=https://wiki-indonesia.club/wiki/Kopi_arabika|website=Wikipedia}}</ref>
Kopi Arabika dari kawasan ini jika disangrai pada tingkat sedang (medium roasting) secara umum memiliki komponen-komponen citarasa utama sebagai berikut: aroma kopi bubuk kering (''fragrance'') dan aroma kopi seduhan (aroma) kuat bernuansa bau bunga (''floral''), perisa (''flavor'') enak dan kuat, kekentalan (''body'') sedang sampai kental, keasaman (''acidity'') sedang, serta kesan rasa manis (''sweetness'') kuat. Selain menggunakan tingkat sangrai sedang komponen rasa yang dihasilkan dari kopi tersebut terdapat juga rasa karamel, cokelat, citrus, helzanut, kacang macadamia bahkan terdapat juga cita rasa herbal yang terkandung dalam kopi jenis ini.<ref>{{Cite web|title=Karakter Kopi Arabika Flores Bajawa, Kopi dari Timur Indonesia|url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/05/31/uniknya-karakter-kopi-arabika-flores-bajawa|website=Good News From Indonesia}}</ref>


== Latar Belakang ==
== Geografis ==
Wilayah geografis (1 200-1.800 m dpl) memiliki tanah yang gelap, subur berpori yang berasal dari material vulkanik, yang dengan kondisi iklimnya (suhu rata-rata 15-25 °C, dan pada waktu-waktu tertentu suhu sangat dingin (<10 °C) karena pengaruh angin muson, dengan angin tenggara dari benua Australia) menciptakan suatu wilayah tertentu. Ekosistem pertanian di wilayah tersebut sangat cocok untuk kopi arabika, yang dikombinasikan dengan kondisi iklim dataran tinggi Ngada dan pengetahuan produsen menghasilkan kopi berkualitas tinggi.
Kopi merupakan komoditas ekspor penting bagi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), baik kopi Robusta maupun kopi Arabika. Sampai saat ini sebagian besar ekspor kopi dari Provinsi NTT masih dilakukan melalui pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya (Jawa Timur) dan sebagian lagi melalui pelabuhan Makassar (Sulawesi Selatan) setelah terjadi proses perdagangan antar pulau. Kabupaten Ngada merupakan salah satu daerah penghasil utama kopi di Provinsi NTT dengan luas 6.147 ha. Dari luasan tersebut 5.351 ha di antaranya merupakan areal pertanaman kopi Arabika dan sisanya 796 ha adalah kopi Robusta dengan tingkat produktivitas 500 - 750 kg/ha.Pengembangan agribisnis komoditas kopi Arabika di Kabupaten Ngada masih cukup terbuka, baik melalui program perluasan, intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas, maupun perbaikan mutu dan pengembangan industri hilir.Kopi Arabika yang berasal dari daerah ini mempunyai potensi menjadi produk spesialti (specialty coffee) karena memiliki karakter cita rasa khas, adapun kawasan penanamannya secara administratif tersebar di Kecamatan Golewa dan Kecamatan Bajawa.


Pada tahun 1958, berdasarkan UU 69/1958 tentang pembentukan daerah tingkat dua (II) pada daerah tingkat satu (I) untuk wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur menjadi dasar terbentuknya Dinas Pertanian dan Perkebunan. Proyek PRPTE yang dimulai tahun anggaran 1978/1979 melalui Dinas Perkebunan Propinsi Nusa Tenggara Timur mulai berusaha untuk membangkitkan kembali budidaya kopi arabika di Flores melalui Proyek Rehabilitasi dan Pengembangan Tanaman Ekspor (PRPTE). Pertimbangan pengembangan kopi arabika di Flores bukan hanya didasarkan pada kepentingan ekspor, akan tetapi perkebunan kopi di dataran tinggi Bajawa juga dipandang mempunyai peran strategis dalam melestarikan fungsi hidrologis. PRPTE di Flores telah mampu mengembalikan dan menambah luas areal perkebunan di Flores sehingga produksi kopi dari Flores mulai meningkat. Pada akhir tahun 1980-an, luas lahan kopi di Flores mencapai sekitar 8.000 ha. Program Pengembangan Wilayah Khusus (P2WK) yang digulirkan pada tahun 1993/1994 menjadi awal pengembangan kopi secara lebih luas di daerah Ngada.
== Karakteristik ==

'''[https://ig.dgip.go.id/detail-ig/14 Kopi Arabika Flores Bajawa]'''<ref>{{Cite web|title=Indikasi Geografis|url=http://domain.tld/|website=domain.tld|access-date=2023-04-14}}</ref> sudah terkenal di pasar domestik dan internasional. Ini adalah kopi spesial dengan rasa dan aroma yang khas. Sebagian besar kopi Arabika dari wilayah Flores Bajawa disangrai sedang dan memiliki komponen rasa utama sebagai berikut: aroma kopi kering, aroma kopi dan bunga. Rasanya enak dan kuat, dan tubuhnya sedang hingga kental; keasaman sedang, dan itu memberi kesan manis yang kuat.
== Kendali Mutu ==
Sejak dilakukan pemberdayaan petani kopi Arabika di kawasan dataran tinggi Bajawa oleh Dinas Perkebuan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Pemerintah Kabupaten Ngada, dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia mulai tahun 2004 telah terjadi perbaikan mutu kopi petani yang signifikan serta telah berhasil dipromosikan ke segmen pasar spesiality dengan nama Kopi Arabika Flores Bajawa. Kegiatan pemberdayaan tersebut telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, baik berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani kopi maupun peningkatan pendapatan petani yang telah mengalami perbaikan secara signifikan. Dengan adanya upaya perbaikan dan menjaga mutu secara konsisten oleh masyarakat Bajawa serta melalui pengawasan dan edukasi oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG), maka Kopi Arabika Flores Bajawa berhasil memiliki reputasi yang baik di segmen pasar domestik maupun internasional karena mutu citarasanya. Dan pada tanggal 28 Maret 2012 kopi arabika Bajawa menerima sertifikat Indikasi Geografis (IG) oleh [[Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia|Kemenkumham RI]] sebagai salah satu kopi arabika Indonesia.<ref>{{Cite web|title=Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG)|url=https://ntt.kemenkumham.go.id/berita-kanwil/berita-utama/10459-kemenkumham-ntt-dorong-mpig-pertahankan-sertifikat-ig-terdaftar-kopi-arabika-flores-bajawa|website=Kementrian Hukum dan HAM}}</ref>


== Proses Produksi ==
== Proses Produksi ==
Kopi yang ditanam di daerah dataran tinggi Ngada hanya berasal dari varietas Arabika. Produsen harus menggunakan cara khusus untuk membudidayakan tanaman kopi (penggunaan pupuk alami dan tanaman pelindung, kerapatan tanaman, tanpa pestisida, dll). Ceri merah dipilih dengan cermat dan dipetik untuk memastikan kualitas terbaik, dengan minimal 95% ceri merah. Untuk mendapatkan biji kopi hijau, buah ceri dicuci (pengolahan metode basah), disortir, dihaluskan, difermentasi, direndam, dijemur, , dinilai dan disimpan. Biji kopi pada awalnya disortir dan dinilai dan kemudian disortir dengan tangan untuk memastikan kualitas biji terbaik. Produk kopi dari dataran tinggi Ngada sebagian besar berupa biji kopi hijau (sebagai bahan baku) dan hanya sebagian kecil yang berupa kopi bubuk (sebagai produk akhir). Proses roasting tidak serta merta berlangsung di area produksi.
Masyarakat Ngadha, sering disebut orang Bajawa, telah membudidayakan kopi Arabika secara turun temurun. Petani bertanam kopi Arabika di bawah pohon penaung, menggunakan pupuk organik, dan tanpa menggunakan pestisida sintetik, serta petik selektif (hanya buah masak). Kopi Arabika hasil olahan kelompok tani ternyata tergolong dalam mutu spesialiti (specialty coffee) karena citarasanya yang enak, khas, dan unik. Ceri merah dipilih dengan cermat dan dipetik untuk memastikan kualitas terbaik, dengan minimal 95% ceri merah. Untuk mendapatkan biji kopi hijau, buah ceri dicuci (pengolahan metode basah), disortir, dihaluskan, difermentasi, direndam, dijemur, diseleksi dan disimpan. Biji kopi pada awalnya disortir dan diseleksi dan kemudian disortir dengan tangan untuk memastikan kualitas biji terbaik. Produk kopi dari dataran tinggi Ngada sebagian besar berupa biji kopi hijau (sebagai bahan baku) dan hanya sebagian kecil yang berupa kopi bubuk (sebagai produk akhir). Proses roasting tidak serta merta berlangsung di area produksi.

== Pasar Global ==
Dalam era pasar global dan persaingan yang semakin ketat, seperti yang terjadi saat ini dan pada tahun-tahun yang akan datang, diferensiasi produk merupakan sarana penting untuk menarik perhatian konsumen. Indikasi Geografis (IG) memegang peranan penting untuk menarik minat konsumen dengan cara memberikan nilai tambah pada produk ini, yaitu adanya kepastian kepada para konsumen untuk mengkonsumsi produk lokal, yang berasal dari kawasan khusus, dengan metode produksi yang tersendiri. Karakteristik-karakteristik mutu produk (khususnya citarasa, untuk produk pangan) yang khas, uniq dan tampil beda yang terindikasi karena pengaruh faktor geografis dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing produk produk tersebut. Oleh sebab itu, banyak pemerintah di berbagai negara di dunia mendorong adanya perlindungan hukum suatu produk yang memiliki mutu baik dari kawasan tertentu dan telah memiliki reputasi baik dengan menggunakan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) berupa Indikasi Geografis.


== Referensi ==
== Referensi ==
<references />
<references />

== Pranala luar ==
* {{id}} [https://food.detik.com/info-kuliner/d-6708012/5-fakta-kopi-flores-bajawa-ditanam-belanda-hingga-disajikan-di-ktt-g20 5 Fakta Kopi Flores Bajawa, Ditanam Belanda hingga Disajikan di KTT G20]
* {{id}} [https://www.liputan6.com/citizen6/read/2332408/mengenal-jenis-jenis-kopi-nusantara-terfavorit Mengenal Jenis-jenis Kopi Nusantara Terfavorit]
* {{id}} [https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20220722165148-33-357841/kopi-khas-flores-jadi-jamuan-di-pertemuan-ketiga-dewg-g20 Kopi Khas Flores Jadi Jamuan di Pertemuan Ketiga DEWG G20]
* {{id}} [https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/7147/kopi-flores-bawa-indonesia-ke-pentas-dunia?lang=1 Kopi Flores Bawa Indonesia ke Pentas Dunia]

Revisi terkini sejak 31 Maret 2024 15.59

Kopi Arabika Flores Bajawa
JenisKopi Arabika
WarnaCoklat tua, coklat muda, krem
RasaNutty, Orange, Chocolate

Kopi Arabika Bajawa atau dikenal dengan nama Kopi Bajawa (bahasa Inggris: Bajawa Coffee) merupakan varietas kopi arabika. Kopi Arabika merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat yang mendiami wilayah dataran tinggi Ngadha di Pulau Flores bagian tengah pada koordinat antara 120°05" BT – 121°03" BT dan 08°45" LS – 08°52" LS. Dataran tinggi Ngada merupakan kawasan pertemuan dua lereng gunug api, yaitu Gunung Inerie dan Gunung Abulobo. Secara administratif kawasan tersebut merupakan wilayah dua kecamatan, yaitu Kecamatan Bajawa dan Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngadha, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Karakteristik

[sunting | sunting sumber]

Kopi Arabika dari kawasan ini jika disangrai pada tingkat sedang (medium roasting) secara umum memiliki komponen-komponen citarasa utama sebagai berikut: aroma kopi bubuk kering (fragrance) dan aroma kopi seduhan (aroma) kuat bernuansa bau bunga (floral), perisa (flavor) enak dan kuat, kekentalan (body) sedang sampai kental, keasaman (acidity) sedang, serta kesan rasa manis (sweetness) kuat. Selain menggunakan tingkat sangrai sedang komponen rasa yang dihasilkan dari kopi tersebut terdapat juga rasa karamel, cokelat, citrus, helzanut, kacang macadamia bahkan terdapat juga cita rasa herbal yang terkandung dalam kopi jenis ini.[1]

Geografis

[sunting | sunting sumber]

Wilayah geografis (1 200-1.800 m dpl) memiliki tanah yang gelap, subur berpori yang berasal dari material vulkanik, yang dengan kondisi iklimnya (suhu rata-rata 15-25 °C, dan pada waktu-waktu tertentu suhu sangat dingin (<10 °C) karena pengaruh angin muson, dengan angin tenggara dari benua Australia) menciptakan suatu wilayah tertentu. Ekosistem pertanian di wilayah tersebut sangat cocok untuk kopi arabika, yang dikombinasikan dengan kondisi iklim dataran tinggi Ngada dan pengetahuan produsen menghasilkan kopi berkualitas tinggi.

Pada tahun 1958, berdasarkan UU 69/1958 tentang pembentukan daerah tingkat dua (II) pada daerah tingkat satu (I) untuk wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur menjadi dasar terbentuknya Dinas Pertanian dan Perkebunan. Proyek PRPTE yang dimulai tahun anggaran 1978/1979 melalui Dinas Perkebunan Propinsi Nusa Tenggara Timur mulai berusaha untuk membangkitkan kembali budidaya kopi arabika di Flores melalui Proyek Rehabilitasi dan Pengembangan Tanaman Ekspor (PRPTE). Pertimbangan pengembangan kopi arabika di Flores bukan hanya didasarkan pada kepentingan ekspor, akan tetapi perkebunan kopi di dataran tinggi Bajawa juga dipandang mempunyai peran strategis dalam melestarikan fungsi hidrologis. PRPTE di Flores telah mampu mengembalikan dan menambah luas areal perkebunan di Flores sehingga produksi kopi dari Flores mulai meningkat. Pada akhir tahun 1980-an, luas lahan kopi di Flores mencapai sekitar 8.000 ha. Program Pengembangan Wilayah Khusus (P2WK) yang digulirkan pada tahun 1993/1994 menjadi awal pengembangan kopi secara lebih luas di daerah Ngada.

Kendali Mutu

[sunting | sunting sumber]

Sejak dilakukan pemberdayaan petani kopi Arabika di kawasan dataran tinggi Bajawa oleh Dinas Perkebuan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Pemerintah Kabupaten Ngada, dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia mulai tahun 2004 telah terjadi perbaikan mutu kopi petani yang signifikan serta telah berhasil dipromosikan ke segmen pasar spesiality dengan nama Kopi Arabika Flores Bajawa. Kegiatan pemberdayaan tersebut telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, baik berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani kopi maupun peningkatan pendapatan petani yang telah mengalami perbaikan secara signifikan. Dengan adanya upaya perbaikan dan menjaga mutu secara konsisten oleh masyarakat Bajawa serta melalui pengawasan dan edukasi oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG), maka Kopi Arabika Flores Bajawa berhasil memiliki reputasi yang baik di segmen pasar domestik maupun internasional karena mutu citarasanya. Dan pada tanggal 28 Maret 2012 kopi arabika Bajawa menerima sertifikat Indikasi Geografis (IG) oleh Kemenkumham RI sebagai salah satu kopi arabika Indonesia.[2]

Proses Produksi

[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Ngadha, sering disebut orang Bajawa, telah membudidayakan kopi Arabika secara turun temurun. Petani bertanam kopi Arabika di bawah pohon penaung, menggunakan pupuk organik, dan tanpa menggunakan pestisida sintetik, serta petik selektif (hanya buah masak). Kopi Arabika hasil olahan kelompok tani ternyata tergolong dalam mutu spesialiti (specialty coffee) karena citarasanya yang enak, khas, dan unik. Ceri merah dipilih dengan cermat dan dipetik untuk memastikan kualitas terbaik, dengan minimal 95% ceri merah. Untuk mendapatkan biji kopi hijau, buah ceri dicuci (pengolahan metode basah), disortir, dihaluskan, difermentasi, direndam, dijemur, diseleksi dan disimpan. Biji kopi pada awalnya disortir dan diseleksi dan kemudian disortir dengan tangan untuk memastikan kualitas biji terbaik. Produk kopi dari dataran tinggi Ngada sebagian besar berupa biji kopi hijau (sebagai bahan baku) dan hanya sebagian kecil yang berupa kopi bubuk (sebagai produk akhir). Proses roasting tidak serta merta berlangsung di area produksi.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Karakter Kopi Arabika Flores Bajawa, Kopi dari Timur Indonesia". Good News From Indonesia. 
  2. ^ "Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG)". Kementrian Hukum dan HAM. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]