Suku Tumi: Perbedaan antara revisi
k Sunting ringkasan singkat update rujukan |
k Etnik |
||
(43 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 6: | Baris 6: | ||
|poptime = |
|poptime = |
||
|region = [[Lampung]] (historis) |
|region = [[Lampung]] (historis) |
||
|langs = [[ |
|langs = [[Tumi (bahasa kuno)|Tumi]] {{small|(kemungkinan)}}<br>[[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]] |
||
|rels = [[Animisme]], [[dinamisme]] {{small|(hingga abad ke-3)}}<br>Corak [[Hindu]] {{small|(abad ke-3 sampai abad ke-12)}}<br>[[Islam]] {{small|(setelah abad ke- |
|rels = [[Animisme]], [[dinamisme]] {{small|(hingga abad ke-3)}}<br>Corak [[Hindu]] {{small|(abad ke-3 sampai abad ke-12)}}<br>[[Islam]] {{small|(setelah abad ke-13)}}<ref>https://lampung.viva.co.id/budaya/45-mengenal-asal-usul-ulun-lampung</ref> |
||
|related = [[Suku Tamil|Tamil]] {{small|(diyakini sebagai asal-usul orang Tumi)}}<br>[[Suku Lampung|Lampung]] {{small|(diyakini sebagai keturunan orang Tumi)}} |
|related = [[Suku Tamil|Tamil]] {{small|(diyakini sebagai asal-usul orang Tumi)}}<br>[[Suku Lampung|Lampung]] {{small|(diyakini sebagai keturunan orang Tumi)}}<br>Kenyangan dan Nekhima {{small|(dua suku lain yang mendiami Gunung Pesagi)}} |
||
|population = |
|population = |
||
|region1 = |
|||
|pop1 = |
|||
}} |
}} |
||
'''Suku Tumi''' ([[bahasa Lampung|Lampung]]: ''Jeghema Tumi'') adalah [[Manusia purba|suku purba]] yang diyakini merupakan [[nenek moyang]] dari [[orang Lampung]] saat ini. Orang Tumi kemungkinan berasal dari [[India Selatan]] yang datang ke [[Nusantara]] beberapa milenium |
'''Suku Tumi''' ([[bahasa Lampung|Lampung]]: ''Jeghema Tumi'') adalah [[Manusia purba|suku purba]] yang diyakini merupakan [[nenek moyang]] dari [[orang Lampung]] saat ini. Orang Tumi kemungkinan berasal dari [[India Selatan]] yang datang ke [[Nusantara]] beberapa milenium [[Sebelum Masehi|SM]]. Suku Tumi dahulu bermukim di wilayah sekitar lereng [[Gunung Pesagi]] dan [[Danau Ranau]] di [[Kabupaten Lampung Barat]].<ref>https://identikpos.com/sejarah-tentang-suku-tumi-dan-kerajaan-sekala-brak/</ref> |
||
==Etimologi== |
==Etimologi== |
||
Menurut Ahmad Safei, Saibatin Kepaksian Buay Belunguh, nama |
Menurut Ahmad Safei, Saibatin Kepaksian Buay Belunguh, nama "Tumi" berasal dari kata ''[[Tamil]]'', yakni sebuah [[suku bangsa]] yang mendiami India bagian selatan dan diyakini orang Tumi merupakan bagian dari orang Tamil yang mendiami wilayah [[Lampung]] dahulu.<ref>https://www.medinaslampungnews.co.id/kerajaan-paksi-pak-sekala-brak/</ref> |
||
==Sejarah== |
==Sejarah== |
||
Dari hasil musyawarah yang dilakukan oleh para keturunan dari [[Sekala Brak]] |
Dari hasil musyawarah yang dilakukan oleh para keturunan dari [[Kepaksian Sekala Brak]] pada tahun 2001, mengakui La Laula sebagai [[raja]] pertama kerajaan ini sejak awal abad ke-3 Masehi. La Laula bukanlah penduduk asli, ia bersama pengikutnya tiba di [[Sekala Brak]] dari daratan [[Indochina]] (antara [[Vietnam]] dan [[Kamboja]] saat ini) pada awal abad ke-3 Masehi dengan menggunakan [[kano|kapal kano]]. Meskipun demikian, Kepaksian Sekala Brak membenarkan eksistensi suku Tumi yang telah ada sebelum kedatangan La Laula yang mendirikan Kerajaan Sekala Brak.<ref>https://metropolis.co.id/2018/08/14/4-umpu-sekala-brak-lampung-anak-raja-pagaruyung-minangkabau/</ref> |
||
⚫ | La Laula tiba di sebuah negeri yang dipenuhi [[Sekala Brak|pohon sekala]] di mana, di sana telah berdiam suatu [[etnis|entitas masyarakat]] yang dikenal sebagai orang Tumi. Suku Tumi merasa terdesak dengan kehadiran La Laula yang lambat laun berhasil menarik pengikut dari kalangan masyarakat lokal. Setelah melalui pertempuran yang cukup lama, La Laula dan pengikutnya berhasil menaklukkan suku Tumi serta menyatakan dirinya sebagai Raja pertama [[Kepaksian Sekala Brak|Kerajaan Sekala Brak]]. Menurut [[Profesor|Prof.]] [[Doktor|Dr.]] Sujarwo, dijelaskan bahwa terdapat dua suku yang bermukim di puncak gunung Pesagi yang memiliki sikap berbeda dengan suku Tumi, kedua suku ini merupakan kelompok yang membuka diri terhadap masuknya ajaran Islam, yakni suku Kenyangan dan Nekhima.<ref name='Tim Advis'/> |
||
==Budaya== |
|||
⚫ | La Laula tiba di sebuah negeri yang dipenuhi [[pohon sekala]] di mana, di sana telah berdiam suatu [[etnis |
||
[[Budaya Lampung|Kebudayaan Lampung]] tidak bisa dipisahkan dari dua hal, yakni keberadaan suku Tumi di Gunung Pesagi dan kedatangan penyebar Islam di bawah perintah Ratu Ngegalang Paksi beserta keempat putranya, yaitu Umpu Belunguh, Umpu Bejalan Diwai, Umpu Pernong, dan Umpu Nyerupa.<ref>https://pringsewu.site/nenek-moyang-orang-margakaya/</ref> Suku Tumi yang beragama [[Bhairawa|Hindu Bhairawa]] datang membawa seperangkat adat dan budaya. Suku Tumi kemudian dikalahkan oleh para ''umpu'' yang juga membawa adat serta budaya yang bersumber dari [[Islam|ajaran Islam]].<ref>https://tirto.id/mengenal-kerajaan-sekala-brak-sebagai-leluhur-lampung-czon</ref> Keempat ''umpu'' yang mengalahkan [[Ratu Sekekhumong]], pemimpin terakhir suku Tumi, seperti para [[Walisongo]] di [[Pulau Jawa]], penyebaran agama Islam di Lampung dilakukan dengan melakukan akulturasi kebudayaan yang telah ada sebelumnya.<ref>https://www.medianasional.id/sekura-topeng-1000-wajah/</ref> Penduduk suku Tumi yang saat itu belum memeluk agama Islam memilih untuk mengungsi ke pesisir atau menyebrang ke Pulau Jawa dan sebagian lainnya mengungsi ke [[Kepulauan Sunda Kecil]].<ref>https://arrahim.id/alvina/jejak-islam-di-tanah-sang-bumi-ruwai-jurai-lampung/</ref> |
|||
==Kebudayaan== |
|||
[[Budaya Lampung|Kebudayaan Lampung]] tidak bisa dipisahkan dari dua hal, yakni keberadaan suku Tumi di gunung Pesagi, dan kedatangan penyebar Islam di bawah perintah seorang laki-laki yaitu Ratu Ngegalang Paksi beserta keempat putranya, yaitu Umpu Belunguh, Umpu Bejalan Diwai, Umpu Pernong, dan Umpu Nyerupa.<ref>https://pringsewu.site/nenek-moyang-orang-margakaya/</ref><ref name='skbk/> |
|||
Suku Tumi yang beragama [[Hindu Bhirawa]] telah lama datang dan bermukim kedatangan suku ini membawa seperangkat adat dan budaya. Suku Tumi kemudian dikalahkan oleh para Umpu orang saleh yang juga membawa adat serta budaya yang bersumber dari [[Islam]].<ref>https://tirto.id/mengenal-kerajaan-sekala-brak-sebagai-leluhur-lampung-czon</ref> Keempat umpu yang datang dari pesisir pantai [[Sumatra]] menuju disebut [[Kerajaan Pagaruyung]] melalui [[Bengkulu]] terus menuju sekala brak kuno mengalahkan [[Ratu Sekekhumong]] pemimpin terakhir suku Tumi, penyebaran Islam secara damai bermula dari melalui suatu kelompok komunitas yang bukan suku tumi fase ini menjadi bagian terpenting dari eksistensi masyarakat Lampung<ref name='skbk/>. |
|||
Seperti para [[walisongo]] di [[Pulau Jawa]], penyebaran agama Islam di Lampung dilakukan dengan melakukan akulturasi kebudayaan yang telah ada sebelumnya.<ref>https://www.medianasional.id/sekura-topeng-1000-wajah/</ref> |
|||
==Kepercayaan== |
==Kepercayaan== |
||
''Sejarah Daerah Lampung |
Dalam buku ''Sejarah Daerah Lampung'' (1997), disebutkan bahwa dahulu masyarakat suku Tumi masih menganut kepercayaan [[animisme]] atau [[dinamisme]] sebelum kedatangan agama [[Hindu]] dari daratan [[India]] sejak abad ke-3 Masehi. Beberapa kelompok masyarakat dari suku ini tidak mau menerima Islam sebagai agama mereka karena sebagian dari mereka tidak menerima ajaran tentang asal-usul manusia dan mengaku bukan keturunan [[Adam]], namun ada tiga anak perempuan dari suku tersebut yang kemudian menikah dengan para ''umpu'' penyebar Islam.<ref name='Tim Advis'/> Menurut mereka tuhan menurunkan mereka melalui seorang bernama Ratu Pesagi yang saat itu sudah berada di Gunung Pesagi.<ref name='Tim Advis'>{{cite book |last1=Sudjarwo |first1=Prof. Dr. |title=KPL Menjawab Sejarah |date=5 |publisher=Masa Kini Mandiri |location=Lampung |isbn=9786025270529 |pages=13 |edition=1 |ref=SKB |language=id |date= |url=}}</ref> |
||
==Peninggalan== |
==Peninggalan== |
||
[[Berkas:Batu kepampang purba.jpg|ka|jmpl|285px|Batu kepampang, tempat eksekusi mati peninggalan suku Tumi.]] |
[[Berkas:Batu kepampang purba.jpg|ka|jmpl|285px|Batu kepampang, tempat eksekusi mati peninggalan suku Tumi.]] |
||
Keberadaan |
Keberadaan Kepaksian Sekala Brak yang dihuni oleh suku Tumi dibuktikan dengan ditemukannya sejumlah peninggalan, seperti [[prasasti]], [[punden berundak|batu-batu]], [[jejak|tapak kaki]], [[altar|altar upacara]], hingga tempat untuk eksekusi mati yang disebut ''batu kepampang''.<ref>https://penaberlian.com/selayang-pandang-tentang-kerajaan-sekala-brak-ranji-pasai/</ref> [[Louis-Charles Damais]] (1995) dalam ''Epigrafi dan Sejarah Nusantara'' menyimpulkan, prasasti tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Sekala Brak pada era suku Tumi.<ref>https://www.sekitarlampung.com/kerajaan-sekala-brak-lampung-barat/</ref> |
||
==Referensi== |
==Referensi== |
||
{{Reflist}} |
{{Reflist}} |
||
⚫ | |||
[[Kategori:Lampung]] |
[[Kategori:Lampung]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia]] |
||
[[Kategori:Sekala Brak]] |
[[Kategori:Sekala Brak]] |
||
⚫ |
Revisi terkini sejak 12 Juli 2024 11.12
Jeghema Tumi | |
---|---|
Bahasa | |
Tumi (kemungkinan) Sanskerta | |
Agama | |
Animisme, dinamisme (hingga abad ke-3) Corak Hindu (abad ke-3 sampai abad ke-12) Islam (setelah abad ke-13)[1] | |
Kelompok etnik terkait | |
Tamil (diyakini sebagai asal-usul orang Tumi) Lampung (diyakini sebagai keturunan orang Tumi) Kenyangan dan Nekhima (dua suku lain yang mendiami Gunung Pesagi) |
Suku Tumi (Lampung: Jeghema Tumi) adalah suku purba yang diyakini merupakan nenek moyang dari orang Lampung saat ini. Orang Tumi kemungkinan berasal dari India Selatan yang datang ke Nusantara beberapa milenium SM. Suku Tumi dahulu bermukim di wilayah sekitar lereng Gunung Pesagi dan Danau Ranau di Kabupaten Lampung Barat.[2]
Etimologi
Menurut Ahmad Safei, Saibatin Kepaksian Buay Belunguh, nama "Tumi" berasal dari kata Tamil, yakni sebuah suku bangsa yang mendiami India bagian selatan dan diyakini orang Tumi merupakan bagian dari orang Tamil yang mendiami wilayah Lampung dahulu.[3]
Sejarah
Dari hasil musyawarah yang dilakukan oleh para keturunan dari Kepaksian Sekala Brak pada tahun 2001, mengakui La Laula sebagai raja pertama kerajaan ini sejak awal abad ke-3 Masehi. La Laula bukanlah penduduk asli, ia bersama pengikutnya tiba di Sekala Brak dari daratan Indochina (antara Vietnam dan Kamboja saat ini) pada awal abad ke-3 Masehi dengan menggunakan kapal kano. Meskipun demikian, Kepaksian Sekala Brak membenarkan eksistensi suku Tumi yang telah ada sebelum kedatangan La Laula yang mendirikan Kerajaan Sekala Brak.[4]
La Laula tiba di sebuah negeri yang dipenuhi pohon sekala di mana, di sana telah berdiam suatu entitas masyarakat yang dikenal sebagai orang Tumi. Suku Tumi merasa terdesak dengan kehadiran La Laula yang lambat laun berhasil menarik pengikut dari kalangan masyarakat lokal. Setelah melalui pertempuran yang cukup lama, La Laula dan pengikutnya berhasil menaklukkan suku Tumi serta menyatakan dirinya sebagai Raja pertama Kerajaan Sekala Brak. Menurut Prof. Dr. Sujarwo, dijelaskan bahwa terdapat dua suku yang bermukim di puncak gunung Pesagi yang memiliki sikap berbeda dengan suku Tumi, kedua suku ini merupakan kelompok yang membuka diri terhadap masuknya ajaran Islam, yakni suku Kenyangan dan Nekhima.[5]
Budaya
Kebudayaan Lampung tidak bisa dipisahkan dari dua hal, yakni keberadaan suku Tumi di Gunung Pesagi dan kedatangan penyebar Islam di bawah perintah Ratu Ngegalang Paksi beserta keempat putranya, yaitu Umpu Belunguh, Umpu Bejalan Diwai, Umpu Pernong, dan Umpu Nyerupa.[6] Suku Tumi yang beragama Hindu Bhairawa datang membawa seperangkat adat dan budaya. Suku Tumi kemudian dikalahkan oleh para umpu yang juga membawa adat serta budaya yang bersumber dari ajaran Islam.[7] Keempat umpu yang mengalahkan Ratu Sekekhumong, pemimpin terakhir suku Tumi, seperti para Walisongo di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam di Lampung dilakukan dengan melakukan akulturasi kebudayaan yang telah ada sebelumnya.[8] Penduduk suku Tumi yang saat itu belum memeluk agama Islam memilih untuk mengungsi ke pesisir atau menyebrang ke Pulau Jawa dan sebagian lainnya mengungsi ke Kepulauan Sunda Kecil.[9]
Kepercayaan
Dalam buku Sejarah Daerah Lampung (1997), disebutkan bahwa dahulu masyarakat suku Tumi masih menganut kepercayaan animisme atau dinamisme sebelum kedatangan agama Hindu dari daratan India sejak abad ke-3 Masehi. Beberapa kelompok masyarakat dari suku ini tidak mau menerima Islam sebagai agama mereka karena sebagian dari mereka tidak menerima ajaran tentang asal-usul manusia dan mengaku bukan keturunan Adam, namun ada tiga anak perempuan dari suku tersebut yang kemudian menikah dengan para umpu penyebar Islam.[5] Menurut mereka tuhan menurunkan mereka melalui seorang bernama Ratu Pesagi yang saat itu sudah berada di Gunung Pesagi.[5]
Peninggalan
Keberadaan Kepaksian Sekala Brak yang dihuni oleh suku Tumi dibuktikan dengan ditemukannya sejumlah peninggalan, seperti prasasti, batu-batu, tapak kaki, altar upacara, hingga tempat untuk eksekusi mati yang disebut batu kepampang.[10] Louis-Charles Damais (1995) dalam Epigrafi dan Sejarah Nusantara menyimpulkan, prasasti tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Sekala Brak pada era suku Tumi.[11]
Referensi
- ^ https://lampung.viva.co.id/budaya/45-mengenal-asal-usul-ulun-lampung
- ^ https://identikpos.com/sejarah-tentang-suku-tumi-dan-kerajaan-sekala-brak/
- ^ https://www.medinaslampungnews.co.id/kerajaan-paksi-pak-sekala-brak/
- ^ https://metropolis.co.id/2018/08/14/4-umpu-sekala-brak-lampung-anak-raja-pagaruyung-minangkabau/
- ^ a b c Sudjarwo, Prof. Dr. KPL Menjawab Sejarah (edisi ke-1). Lampung: Masa Kini Mandiri. hlm. 13. ISBN 9786025270529.
- ^ https://pringsewu.site/nenek-moyang-orang-margakaya/
- ^ https://tirto.id/mengenal-kerajaan-sekala-brak-sebagai-leluhur-lampung-czon
- ^ https://www.medianasional.id/sekura-topeng-1000-wajah/
- ^ https://arrahim.id/alvina/jejak-islam-di-tanah-sang-bumi-ruwai-jurai-lampung/
- ^ https://penaberlian.com/selayang-pandang-tentang-kerajaan-sekala-brak-ranji-pasai/
- ^ https://www.sekitarlampung.com/kerajaan-sekala-brak-lampung-barat/