Lompat ke isi

Kurikulum: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
 
(23 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{short description|Rencana pendidikan}}
{{Pendidikan di Indonesia}}
'''Kurikulum''' adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara [[Pendidikan di Indonesia|pendidikan]] yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang [[pendidikan]].<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/1027855577|title=Pengembangan kurikulum : teori dan praktik|last=Syaodih.|first=Sukmadinata, Nana|date=2000|publisher=PT Remaja Rosdakarya|isbn=9795146017|location=Bandung|oclc=1027855577}}</ref><ref>Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2012.Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud</ref><ref>Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang: Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia</ref> Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan [[kemampuan]] setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.


{{Distinguish|Curriculum vitae}}
== Definisi Kurikulum ==
Kurikulum adalah suatu rencana yang sengaja disusun untuk melancarkan proses kegiatan belajar mengajar yang ada di bawah naungan, bimbingan, dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan. Menurut,William B. Ragam dan Robert S. Flaming Kurikulum merupakan keseluruhan pengalaman peserta didik yang menjadi tanggung jawab lembaga sekolah.


[[File:MMC MD Curriculum.png|thumb|Kurikulum 52 minggu untuk sekolah kedokteran, yang menunjukkan mata kuliah untuk berbagai tingkatan]]
Sedangkan menurut Soedijarto, kurikulum merupakan serangkaian pengalaman dan kegiatan [[belajar]] yang direncanakan untuk diatasi oleh [[Peserta didik|siswa]] dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan yang berwenang. Adapun di Indonesia, dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat (19), [[konstitusi]] menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik [[Indonesia]] dengan memperhatikan:
# peningkatan iman dan takwa;
# peningkatan akhlak mulia;
# peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
# keragaman potensi daerah dan lingkungan;
# tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
# tuntutan dunia kerja;
# perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
# agama;
# dinamika perkembangan global; dan
# persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan


Dalam dunia [[pendidikan]], ''curriculum'' ({{IPAc-en|k|ə|ˈ|r|ɪ|k|j|ʊ|l|ə|m}}; {{plural form}}: ''curriculums'' atau ''curricula'' {{IPAc-en|k|ə|ˈ|r|ɪ|k|j|ʊ|l|ə}}) atau {{lang-id|'''kurikulum'''}} adalah totalitas pengalaman siswa yang terjadi dalam suatu proses pendidikan.{{sfn|Adams|Adams|2003|pp=33–34}} Istilah ini sering kali merujuk secara khusus pada rangkaian pengajaran yang direncanakan, atau pada pandangan tentang pengalaman siswa dalam kaitannya dengan tujuan pengajaran pendidik atau sekolah. Kurikulum dapat menggabungkan interaksi yang direncanakan antara murid dengan konten instruksional, materi, sumber daya, dan proses untuk mengevaluasi pencapaian tujuan pendidikan.<ref name="adams">{{Cite book|url=https://archive.org/details/urbaneducationre0000adam|url-access=registration|title=Urban Education: A Reference Handbook|publisher=ABC-CLIO|first1=Kathy L.|last1=Adams|last2=Adams |first2=Dale E.|year=2003|isbn=9781576073629|pages=[https://archive.org/details/urbaneducationre0000adam/page/31 31]–32}}</ref> Kurikulum dibagi menjadi beberapa kategori: eksplisit, implisit (termasuk yang tersembunyi), yang dikecualikan, dan ekstrakurikuler.<ref name="Kelly, A. V. 2009 pp. 1–55">Kelly, A. V. (2009). The curriculum: Theory and practice (pp. 1–55). Newbury Park, CA: Sage.</ref><ref>Dewey, J. (1902). The Child and the Curriculum (pp. 1–31). Chicago: The University of Chicago Press.</ref><ref name="Braslavsky, C. 2003">Braslavsky, C. (2003). The curriculum.</ref>
== Komponen Kurikulum ==
Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.


Kurikulum dapat distandarisasi secara ketat atau dapat mencakup otonomi instruktur atau peserta didik tingkat tinggi.{{sfn|Adams|Adams|2003|pp=33–34}} Banyak negara memiliki kurikulum nasional dalam [[pendidikan dasar|pendidikan dasar]] dan [[pendidikan menengah]], seperti [[Kurikulum Nasional|Kurikulum Nasional]] di Inggris Raya.
Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan komponen-komponen kurikulum. Ada yang mengemukakan 5 komponen kurikulum dan ada yang mengemukakan hanya 4 komponen kurikulum. Untuk mengetahui pendapat para ahli mengenai komponen kurikulum, seperti berikut ini:


[[Biro Pendidikan Internasional]] [[UNESCO]] memiliki misi utama untuk mempelajari kurikulum dan implementasinya di seluruh dunia.
Subandiyah (1993: 4-6) mengemukakan ada 5 komponen kurikulum,<ref>Subandiyah.1993. Pengembangan dan [[Reka baru|Inovasi]] Kurikulum. Jakarta: Grafindo Persada</ref> yaitu:
* komponen tujuan
* komponen isi/materi
* komponen media (sarana dan prasarana)
* komponen strategi
* komponen proses belajar mengajar.


== Etimologi ==
Sementara, Soemanto (1982) mengemukakan ada 4 komponen kurikulum,<ref>Soemanto,Wasty dan Soetopo, Hendyat. 1982. Kepemimpinan dalam Pendidikan.Surabaya : Usaha Nasional.</ref> yaitu:
* Objective (tujuan)
* Knowledges (isi atau materi)
* School learning experiences (interaksi belajar mengajar di sekolah)
* Evaluation (penilaian).


[[File:Petrus Ramus Tabula Artium 1576.jpg|thumb|Penggunaan pertama kata "kurikulum" pada tahun 1576]]
Pendapat tersebut diikuti oleh Nasution (1988),<ref>Nasution.(1998). Asas-asas Kurikulum. Bandung: CV. Jemmass.</ref> Fuaduddin dan Karya (1992),<ref>Fuaduddin, & Karya, H.S. 1992, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam dan Universitas Terbuka</ref> serta Nana Sudjana (1991: 21).<ref>Nana Sudjana. 1991. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta : FEUI</ref> Walaupun istilah komponen yang dikemukakan berbeda, namun pada intinya sama yakni:
* Tujuan
* Isi dan struktur kurikulum
* Strategi pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
* Evaluasi.


Kata "kurikulum" bermula sebagai kata [[Bahasa Latin|latin]] yang berarti "perlombaan" atau "jalur perlombaan" (yang berasal dari kata kerja ''currere'' yang berarti "berlari/melanjutkan").<ref name="oed">''Oxford English Dictionary'', "Kurikulum," 152</ref> Kata ini "berasal dari penggunaan bahasa Latin Modern yang ditransfer dari bahasa Latin klasik kurikulum "lari, jalur, karier" (juga "kereta perang cepat, mobil balap"), dari currere "berlari" (dari akar kata PIE *kers- "berlari")."<ref name="etym">{{cite web |url=https://www.etymonline.com/word/curriculum |title=Curriculum |author=<!--Tidak disebutkan--> |website=www.etymonline.com |publisher=Kamus Etimologi Online |access-date= 29 November 2019}}</ref> Penggunaan pertama yang diketahui dalam konteks pendidikan adalah dalam ''Professio Regia'', sebuah karya oleh profesor [[Petrus Ramus]] dari [[Universitas Paris]] yang diterbitkan secara anumerta pada tahun 1576.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=wZTcAAAAQBAJ&pg=PA55|page=55|title=Towards a Theory of Schooling|first=David|last=Hamilton|isbn=9780415857086|year=2014|publisher=Routledge}}</ref> Istilah ini kemudian muncul dalam catatan [[Universitas Leiden]] di 1582.{{sfn|Hamilton|2014|p=7}} Asal usul kata tersebut tampaknya terkait erat dengan keinginan [[Calvinisme|Calvinis]] untuk membawa tatanan yang lebih baik dalam dunia pendidikan.{{sfn|Hamilton|2014|p=47}}
== Fungsi Kurikulum ==
Kurikulum dalam pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:


Pada abad ke-17, [[Universitas Glasgow]] juga menyebut "kursus" studinya sebagai "kurikulum", yang pertama kali dikenal dalam bahasa Inggris pada tahun 1633.<ref name="oed"/> Pada abad ke-19, universitas-universitas Eropa secara rutin menyebut kurikulum mereka untuk menjelaskan baik keseluruhan program studi (seperti untuk gelar di bidang bedah) maupun program studi tertentu beserta isinya. Pada tahun 1824, kata tersebut didefinisikan sebagai "suatu mata kuliah, khususnya mata kuliah tetap di suatu perguruan tinggi, universitas, atau sekolah."<ref name="etym"/>
=== Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan ===
Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini, alat untuk menempa manusia yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Pendidikan suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena setiap bangsa dan negara mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai segi, baik segi agama, ideologi, kebudayaan, maupun kebutuhan negara itu sendiri. Dengan demikian di negara kita tidak sama dengan negara-negara lain. Untuk itu, maka:
# Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,
# Kurikulum merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-tujuan itu,
# Kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.


==Definisi dan interpretasi==
=== Fungsi kurikulum yang lainnya ===
=== Interpretasi profesional ===
# Fungsi Kesinambungan. Sekolah pada tingkat atasnya harus mengetahui kurikulum yang dipergunakan pada tingkat bawahnya sehingga dapat menyesuaikan kurikulm yang diselenggarakannya.
Tidak ada definisi kurikulum yang disetujui secara umum.{{sfn|Wiles|2008|p=2}} Ada berbagai definisi yang menjelaskan istilah tersebut.
# Fungsi Persiapan Tenaga. Bilamana sekolah tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga guru bagi sekolah yang memerlukan tenaga guru tadi, baik mengenai isi, organisasi, maupun cara mengajar.


Melalui bacaan Smith,<ref name="smithmk">{{cite web|url=http://infed.org/mobi/curriculum-theory-and-practice|title=What is curriculum? Exploring theory and practice|last=Smith|first=Mark|date=2000|website=infed}}</ref> Dewey,<ref name="deweychild">{{Cite book|first=John|last=Dewey|author-link=John Dewey|title=The child and the curriculum|year=1902|url=http://www.gutenberg.org/ebooks/29259}}</ref> dan Kelly,{{sfn|Kelly|2009}} empat jenis kurikulum dapat didefinisikan sebagai:
=== Fungsi kurikulum bagi sekolah ===
Kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan mempunyai fungsi sebagai berikut:
# Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan
# Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut, fungsi ini meliputi:
#* Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan
#* Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan
#* Orang yang bertanggung jawab dan melaksanakan program pendidikan


* Kurikulum eksplisit: mata pelajaran yang akan diajarkan, "misi" sekolah yang telah ditetapkan, dan pengetahuan serta keterampilan yang diharapkan sekolah untuk diperoleh siswa yang berhasil.
=== Fungsi kurikulum bagi guru ===
Guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tetapi juga sebagai pengembangan kurikulum dalam rangka pelaksanaan kurikulum tersebut.


* Kurikulum implisit: pelajaran yang muncul dari budaya sekolah dan perilaku, sikap, serta harapan yang menjadi ciri budaya tersebut, kurikulum yang tidak diharapkan.
=== Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah ===
Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur keberhasilan program pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol, apakah kegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada kurikulum yang berlaku.


* Kurikulum tersembunyi: hal-hal yang dipelajari siswa, karena cara kerja sekolah direncanakan dan diatur tetapi tidak secara terbuka dimasukkan dalam perencanaan atau bahkan dalam kesadaran mereka yang bertanggung jawab atas pengaturan sekolah (Kelly, 2009). Istilah itu sendiri dikaitkan dengan [[Philip W. Jackson]] dan tidak selalu dimaksudkan sebagai hal yang negatif. Kurikulum tersembunyi, jika potensinya terwujud, dapat bermanfaat bagi siswa dan pembelajar di semua sistem pendidikan. Selain itu, kurikulum tidak hanya mencakup lingkungan fisik sekolah, tetapi juga hubungan yang terbentuk atau tidak terbentuk antara siswa dan siswa lain atau bahkan siswa dan guru (Jackson, 1986<ref>{{cite book|last1=Jackson|first1=Philip|title=Life in Classrooms|date=1986|publisher=Holt, Rinehart, and Winston|location=New York|isbn=0-8077-3034-3|pages=33–35}}</ref>).
=== Fungsi kurikulum bagi pengawas (supervisor) ===
* Kurikulum yang dikecualikan: topik atau perspektif yang secara khusus dikecualikan dari kurikulum.
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dan menetapkan bagaimana yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.


Kurikulum juga dapat berupa kegiatan ekstrakurikuler. Kurikulum ini dapat mencakup program yang disponsori sekolah, yang dimaksudkan untuk melengkapi aspek akademis dari pengalaman sekolah atau program dan kegiatan berbasis masyarakat. Contoh program ekstrakurikuler yang disponsori sekolah meliputi [[olahraga]], klub akademis, dan [[seni pertunjukan]]. Program dan kegiatan berbasis masyarakat dapat berlangsung di sekolah setelah jam sekolah, tetapi tidak terkait langsung dengan sekolah. Program berbasis masyarakat sering kali memperluas kurikulum yang diperkenalkan di kelas. Misalnya, siswa dapat diperkenalkan dengan konservasi lingkungan di kelas. Pengetahuan ini dikembangkan lebih lanjut melalui program berbasis masyarakat. Peserta kemudian bertindak berdasarkan apa yang mereka ketahui dengan proyek konservasi. Kegiatan ekstrakurikuler berbasis masyarakat dapat mencakup "klub lingkungan, 4-H, pramuka putra/putri, dan kelompok keagamaan" (Hancock, Dyk, & Jones, 2012).<ref>Hancock, D., Dyk, P. H., & Jones, K. (2012). Adolescent Involvement in Extracurricular Activities. Journal of Leadership Education, 11(1), 84–101</ref>
=== Fungsi kurikulum bagi masyarakat ===
Melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa mengetahui apakah pengetahuan, sikap, dan nilai serta keterampilan yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kurikulum suatu sekolah.


Kerr mendefinisikan kurikulum sebagai "semua pembelajaran yang direncanakan dan dipandu oleh sekolah, baik yang dilakukan dalam kelompok maupun individu, di dalam maupun di luar sekolah."<ref name="Kelly, A. V. 2009 pp. 1–55" />
=== Fungsi kurikulum bagi instansi atau perusahaan ===
Instansi atau perusahaan yang mempergunakan tenaga kerja bisa meggunakan kurikulum untuk meningkatkan kuantitas suatu produk dan kualitas pekerja. yang nantinya akan melancarkan bisnis suatu instansi atau perusahaan


Braslavsky menyatakan bahwa kurikulum adalah kesepakatan antara masyarakat, profesional pendidikan, dan Negara tentang apa yang harus dilakukan peserta didik selama periode tertentu dalam hidup mereka. Lebih jauh, kurikulum mendefinisikan "mengapa, apa, kapan, di mana, bagaimana, dan dengan siapa belajar."<ref name="Braslavsky, C. 2003" />
== Kurikulum di Indonesia ==
Kurikulum di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1947. Hingga tahun 2013, kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan dan penetapan kurikulum di Indonesia merupakan [[kewenangan]] dari [[Daftar Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia|Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia]]. Kurikulum di Indonesia dikelola melalui [[kebijakan publik]] dalam bidang [[pendidikan]] yang diatur oleh [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia]]. Secara berurut, kurikulum Indonesia ditetapkan atau diubah pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013. Perubahan kurikulum di Indonesia merupakan akibat adanya perubahan kondisi [[politik]], sosial, [[budaya]], [[ekonomi]], dan [[Ilmu|ilmu pengetahuan]] serta [[teknologi]] yang berkembang di dalam [[masyarakat]] Indonesia. Penyusunan kurikulum di Indonesia berlandaskan pada [[ideologi]] [[Pancasila]]. Sedangkan landasan [[hukum]] yang digunakan adalah [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945]]. Perbedaan di antara kurikulum yang telah digunakan berpusat pada tujuan utama dalam pendidikan serta pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut.<ref>{{Cite book|last=Yulianti dan Nuriasih, N.|date=2016|url=https://repository.unikama.ac.id/931/1/isi%20buku%20ajar%20_revisi.pdf|title=Telaah Kurikulum dan Aplikasinya dalam Proses Belajar Mengajar|location=Malang|publisher=CV. Media Sutra Atiga|isbn=978-602-74882-4-3|pages=4|url-status=live}}</ref>


Smith (1996, 2000) mengatakan bahwa, "[s]ilabus umumnya tidak akan menunjukkan kepentingan relatif topik-topiknya atau urutan topik-topik tersebut akan dipelajari. Jika orang masih menyamakan kurikulum dengan silabus, mereka cenderung membatasi perencanaan mereka pada pertimbangan konten atau kumpulan pengetahuan yang ingin mereka sampaikan."
=== Sejarah ===


Menurut Smith, kurikulum dapat diurutkan menjadi prosedur:<ref name="smithmk"/>
==== Masa sebelum kemerdekaan ====
:Langkah 1: Diagnosis kebutuhan.
Kurikulum telah diterapkan di Indonesia oleh pemerintah [[Hindia Belanda]] dan [[Jepang]] sebelum [[kemerdekaan]] Indonesia tercapai. Belanda menerapkan kurikulum pada [[sekolah]]-sekolah yang dikuasainya. Pembuatan kurikulum disesuaikan dengan kepentingan Belanda. Belanda membentuk kurikulum untuk tujuan memperlancar [[perdagangan]] dengan [[pribumi]] serta mempercepat penyebaran [[Kekristenan|agama Kristen]] di Indonesia. Dalam lembaga pendidikan, penduduk pribumi diajari cara [[membaca]] dan [[menulis]] agar dapat bekerja di perdagangan yang dikuasai oleh Belanda. Setelah Belanda menyerah kepada Jepang, kurikulum di Indonesia diubah sesuai dengan kepentingan Jepang. Di Indonesia, Jepang mendirikan sekolah rakyat yang bernama ”Kokumin Gako”. Penduduk pribumi diharuskan mengikuti pembelajaran selama 6 [[tahun]]. Dalam penerapan kurikulum di Indonesia oleh Jepang, [[bahasa Belanda]] digunakan hanya sebagai bahasa pengantar.<ref>{{Cite book|last=Aslan dan Wahyudin|date=978-623-7753-01-8|url=https://idr.uin-antasari.ac.id/14083/1/KURIKULUM%20DALAM%20TANTANGAN%20PERUBAHAN%20%28BUKU%29.pdf|title=Kurikulum dalam Tantangan Perubahan|location=Medan|publisher=Bookies Indonesia|isbn=978-623-7753-01-8|editor-last=Siadari|editor-first=Debora Afriyanti|pages=17-18|url-status=live}}</ref>
:Langkah 2: Perumusan tujuan.
:Langkah 3: Pemilihan konten.
:Langkah 4: Pengorganisasian konten.
:Langkah 5: Pemilihan pengalaman belajar.
:Langkah 6: Pengorganisasian pengalaman belajar.
:Langkah 7: Penentuan apa yang akan dievaluasi dan cara serta sarana untuk melakukannya.


==== Masa setelah kemerdekaan ====
=== Jenis-jenis kurikulum ===
Menurut beberapa definisi, kurikulum bersifat preskriptif, dan didasarkan pada [[silabus]] yang lebih umum yang hanya menetapkan topik apa yang harus dipahami dan pada tingkat apa untuk mencapai nilai atau standar tertentu.
Setelah Indonesia melakukan proklamasi kemerdekaan, kurikulum di Indonesia telah berubah beberapa kali pada masa Orde Lama, Orde Baru maupun masa reformasi. Pada masa Orde Lama, kurikulum di Indonesia mengalami 3 kali perubahan melalui kebijakan negara tentang pendidikan nasional. Periode pertama merupakan periode penetapan kurikulum pertama di Indonesia. Kurikulum ini diterbitkan dan ditetapkan pada tahun 1947. Pembuatannya dimulai sejak tahun 1945 dan berlaku hingga tahun 1949. Periode kedua dimulai dengan penetapan kurikulum baru pada tahun 1952. Perancangannya sejak tahun 1950 dan berlaku hingga tahun 1960. Perubahan kurikulum ketiga sekaligus terakhir pada masa pemerintahan Orde Lama adalah kurikulum 1964. Kurikulum ini telah dipersiapkan pada tahun 1961 dan dilaksanakan hingga tahun 1968. Pada masa Orde Lama, kurikulum di Indonesia bertujuan untuk menetapkan karakter kebangsaan tetapi disertai dengan tujuan politik penguatan ideologi kekuasaan Soekarno. Setelah pemerintahan Orde Lama berakhir dan pemerintahan Orde Baru dimulai, kurikulum di Indonesia bertujuan untuk memperkuat ideologi Pancasila dan pembangunan negara. Pada masa Orde Baru terjadi 4 kali pergantian kebijakan kurikulum. Penetapan kurikulum dilandasi oleh pemanfaatan alumnus pendidikan untuk menghasilkan tenaga kerja terampil dan menciptakan stabilitas politik serta keamanan. Secara berurutan, nama kurikulum pada masa Orde Baru ialah Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984 dan Kurikulum 1994. Setelah masa Orde Baru berakhir dan digantikan dengan masa reformasi, kurikulum di Indonesia telah berganti sebanyak 3 kali. Kurikulum yang pertama pada masa reformasi adalah [[Kurikulum Berbasis Kompetensi]] atau Kurikulum 2004, [[Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan]] atau Kurikulum 2006, dan [[Kurikulum 2013]].<ref>{{Cite book|date=2017|url=http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Dinamika_Perkembangan_Kurikulum_di_Indonesia.pdf|title=Dinamika Perkembangan Kurikulum di Indonesia: Rentjana Pembelajaran 1947 Hingga Kurikulum 2013|location=Jakarta|publisher=Penerbit Labsos|isbn=978-602-74610-7-9|editor-last=Hidayat, R., Siswanto, A., dan Bangun, B.N.|pages=iv|url-status=live}}</ref>


Kurikulum juga dapat merujuk pada program studi yang ditetapkan dan ditentukan, yang harus dipenuhi siswa untuk lulus pada tingkat pendidikan tertentu. Misalnya, sekolah dasar dapat membahas bagaimana kurikulumnya dirancang untuk meningkatkan nilai ujian nasional atau membantu siswa mempelajari [[keterampilan]] dasar. Seorang guru individu juga dapat merujuk pada kurikulumnya, yang berarti semua mata pelajaran yang akan diajarkan selama tahun ajaran. Mata pelajaran tersebut disusun dalam urutan untuk memudahkan pembelajaran mata pelajaran. Di sekolah, kurikulum mencakup beberapa tingkatan.
=== Jenis kurikulum di Indonesia ===
=== Masa Orde Lama ===
==== Rencana Pelajaran 1947 (Kurikulum 1947) ====
{{Main|Rencana Pelajaran 1947}}
Setelah Indonesia mencapai kemerdekaan, Pemerintah Indonesia mulai menyusun kurikulum yang akan diberlakukan di seluruh wilayah indonesia. Kurikulum pertama berhasil disusun dan mulai diberlakukan pada tahun 1947. Pada masa Orde Lama, istilah "kurikulum" belum terlalu dikenal karena merupakan kata serapan dari bahasa Inggris. Nama kurkikulum ini ialah Rencana Pelajaran 1947. Rencana pelajaran 1947 disusun dengan tujuan politik yaitu menghilangkan sistem kurikulum yang diterapkan oleh Belanda selama menjajah Indonesia. Tujuan utama dalam Rencana Pelajatan 1947 adalah pembentukan watak, kesadaran bernegara, dan kesadaran bermasyarakat. Pendidikan yang berkaitan dengan pemikiran-pemikiran umum belum terlalu diperhatikan. Materi pembelajaran disusun sesuai dengan kejadian sehari-hari, kesenian, dan [[pendidikan jasmani]]. Dalam Rencana Pelajaran 1947 dibangun banyak Sekolah Rakyat dengan masa pendidikan yang berlangsung selama 6 tahun. Penduduk yang menderita [[kemiskinan]] dapat langsung bekerja setelah menamatkan pendidikan di Sekolah Rakyat. Di dalam sekolah ini, masyarakat diajarkan keterampilan dalam bidang [[pertanian]], pertukangan, dan [[perikanan]] serta keterampilan lain yang ditujukan untuk bekerja.<ref>{{Cite book|last=Hidayat, R., dan Abdillah|date=2019|url=http://repository.uinsu.ac.id/8064/1/Buku%20Ilmu%20Pendidikan%20Rahmat%20Hidayat%20%26%20Abdillah.pdf|title=Ilmu Pendidikan: Konsep, Teori dan Aplikasinya|location=Medan|publisher=Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia|isbn=978-623-90653-8-6|editor-last=Wijaya, C., dan Amiruddin|pages=248|url-status=live}}</ref>


Di sisi lain, sekolah menengah atas dapat merujuk pada kurikulum mereka sebagai mata pelajaran yang diperlukan untuk menerima [[ijazah sekolah menengah atas|diploma]]. Mereka mungkin juga menyebutnya dengan cara yang sama persis seperti sekolah dasar dan menggunakannya untuk berarti kursus-kursus individual yang dibutuhkan untuk lulus serta keseluruhan penawaran kursus, yang membantu mempersiapkan siswa untuk kehidupan setelah sekolah menengah.
==== Rencana Pelajaran Terurai (Kurikulum 1952) ====
{{Main|Rencana Pelajaran Terurai|Rencana Pelajaran Terurai 1952}}
Rencana Pelajaran Terurai atau Kurikulum 1952 merupakan penyempurnaan dari Rencana Pelajaran 1947 atau Kurikulum 1947. Dalam kurikulum ini, Indonesia sudah mulai membentuk suatu sistem pendidikan nasional. Ciri khas dari kurikulum ini adalah penggunaan kehidupan sehari-hari sebagai bagian dari materi pelajaran yang disusun dalam rencana pelajaran.<ref>{{Cite book|last=Setian, D.S., dan Nuryadi|date=2020|url=http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/9152/1/buku%20kurikulum%20matematika.pdf|title=Kajian Kurikulum Sekolah Dasar dan Menengah|location=Yogyakarta|publisher=Gramasurya|isbn=978-623-7993-01-8|pages=56|url-status=live}}</ref> Selain itu, dalam [[silabus]] kurikulum ini, satu mata pelajaran hanya diajarkan oleh satu orang [[guru]].<ref>{{Cite book|last=Sari|first=Eliiana|date=2019|url=http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Manajemen_Lingkungan_Pendidikan,_Implementasi_Teori_Manajemen_Pendidikan_Pada_Pengelolaan_Lingkungan_Sekolah_Berkelanjutan1.pdf|title=Manajemen Lingkungan Pendidikan: Implementasi Teori Manajemen Pendidikan pada Pengelolaan Lingkungan Sekolah Berkelanjutan|publisher=Uwais Press|isbn=|editor-last=Rochana|editor-first=Siti|pages=8|url-status=live}}</ref>


Kurikulum dapat dilihat dari berbagai perspektif. Apa yang [[Masyarakat|masyarakat]] bayangkan sebagai pengajaran dan pembelajaran yang penting dalam menetapkan kurikulum yang "dimaksud".{{sfn|Kelly|2009}} Karena biasanya disajikan dalam dokumen resmi, kurikulum ini juga dapat disebut kurikulum "tertulis" atau "resmi".{{sfn|Kelly|2009}} Namun, di tingkat kelas, kurikulum yang dimaksudkan ini dapat diubah melalui serangkaian interaksi kelas yang kompleks, dan apa yang benar-benar disampaikan dapat dianggap sebagai kurikulum yang "diterapkan".{{sfn|Kelly|2009}} Apa yang benar-benar dipelajari peserta didik (yaitu apa yang dapat dinilai dan dapat ditunjukkan sebagai hasil pembelajaran atau kompetensi) merupakan kurikulum yang "dicapai" atau "dipelajari".{{sfn|Kelly|2009}} Selain itu, teori kurikulum menunjukkan kurikulum yang "tersembunyi" (yaitu pengembangan nilai dan keyakinan pribadi peserta didik, guru, dan masyarakat yang tidak diinginkan; dampak kurikulum yang tidak terduga; atau aspek pembelajaran yang tidak terduga). proses).{{sfn|Kelly|2009}} Mereka yang mengembangkan kurikulum yang dimaksud harus memiliki semua dimensi kurikulum yang berbeda ini dalam pandangan.{{sfn|Kelly|2009}} Sementara kurikulum "tertulis" tidak menguras habis makna kurikulum, itu penting karena mewakili visi masyarakat.{{sfn|Kelly|2009}} Kurikulum "tertulis" biasanya dinyatakan dalam dokumen yang komprehensif dan mudah digunakan, seperti kerangka kurikulum atau kurikulum/silabus mata pelajaran, dan dalam materi pembelajaran yang relevan dan bermanfaat, seperti [[buku teks]], panduan guru, dan panduan penilaian.{{sfn|Kelly|2009}}
==== Rencana Pendidikan 1964 (Kurikulum 1964) ====
{{Main|Rencana Pendidikan 1964}}
Kurikulum 1964 dirancang dengan tujuan memupuk pengetahuan akademik pada jenjang sekolah dasar. Selain itu, konsep pembelajaran menitikberatkan pada pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani atau disebut Pancawardhana. Dalam penerapan kurikulum itu proses pembelajaran dilakukan secara aktif, kreatif, dan produktif. Berdasarkan hal itu pemerintah menetapkan hari Sabtu adalah hari krida yakni memberi kebebasan bagi siswa berlatih berbagai kegiatan sesuai dengan minat dan bakatnya.


Dalam beberapa kasus, orang melihat kurikulum sepenuhnya dalam hal mata pelajaran yang diajarkan, dan sebagaimana ditetapkan dalam serangkaian buku teks, dan melupakan tujuan yang lebih luas dari kompetensi dan pengembangan pribadi.<ref name="deweychild"/> Inilah sebabnya mengapa kerangka kurikulum penting. Kurikulum menempatkan subjek dalam konteks yang lebih luas, dan menunjukkan bagaimana pengalaman belajar dalam subjek perlu berkontribusi pada pencapaian tujuan yang lebih luas.<ref name="deweychild"/>
=== Masa Orde Baru ===
==== Kurikulum 1968 ====
{{Main|Kurikulum 1968}}
Kurikulum 1968 adalah kurikulum pertama yang dibentuk oleh pemerintah Orde Baru dalam kebjiakan pendidikan di Indonesia. Pembuatan Kurikulum 1968 bertujuan untuk menggandikan Rencana Pendidikan 1964 yang dibentuk oleh Orde Lama. Dalam Kurikulum 1968, pendidikan nasional ditujukan untuk membentuk manusia dengan ideologi pancasila yang sehat secara jasmani maupun rohani serta memiliki kecerdasan dan keterampilan. Selain itu, Kurikulum 1968 juga dimaksudkan untuk meningkatkan moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama para peserta didik. Penetapan Kurikulum 1968 sebagai kurikulum di Indonesia melalui Ketetapan [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara]] Nomor XXVII/MPRS/1966. Jenjang pendidikan yang diutamakan dalam Kurikulum 1968 adalah sekolah dasar. Dalam Kurikulum 1968, mata pelajaran dikelompok menjadi tiga kelompok pembinaan. Pertama, kelompok pembinaan Pancasila yang meliputi pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan [[bahasa Indonesia]], pendidikan bahasa daerah dan pendidikan olahraga. Kedua, kelompok pembinaan pengetahuan dasar berupa berhitung, ilmu pengetahuan alam, pendidikan kesenian, dan pendidikan kesejahteraan keluarga. Sedangkan kelompok ketiga berkaitan dengan pengembangan kecakapan khusus yaitu kejuruan agragia kejuruan teknik dan kejuruan ketatalaksanaan. Kelompok kejuruan [[agraria]] dibagi lagi menjadi kejuruan pertanian, peternakan, dan perikanan. Kejuruan teknik dibagi menjadi kejuruan di bidang pekerjaan tangan dan [[perbengkelan]]. Sedangkan kejuruan ketatalaksanaan dibagi menjadi kejuruan bidang [[koperasi]] dan [[tabungan]]. Kurikulum 1968 memusatkan pembelajaran secara teori dan tidak mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik pada peserta didik. Tujuan pendidikan lebih diarahkan untuk pengembangan pengetahuan.<ref>{{Cite book|last=Syaharuddin dan Susanto, H.|date=2019|url=http://eprints.ulm.ac.id/8316/1/11.%20Sejarah%20Pendidikan%20Indonesia.pdf|title=Sejarah Pendidikan Indonesia: Era Kolonial Nusantara sampai Reformasi|location=Banjarmasin|publisher=Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat|isbn=978-602-74307-7-8|pages=95|url-status=live}}</ref>


Kurikulum hampir selalu didefinisikan dalam kaitannya dengan sekolah.<ref name="smithmk" /> Menurut beberapa orang, kurikulum merupakan pembagian utama antara [[Pendidikan|formal]] dan [[pendidikan informal]].<ref name="smithmk" /> Namun, dalam beberapa keadaan, kurikulum juga dapat diterapkan pada pendidikan informal atau lingkungan belajar pilihan bebas. Misalnya, [[museum sains]] mungkin memiliki "kurikulum" tentang topik atau pameran apa yang ingin dicakupnya. Banyak program setelah sekolah di AS telah mencoba menerapkan konsep tersebut; hal ini biasanya lebih berhasil jika tidak secara kaku berpegang pada definisi kurikulum sebagai produk atau sebagai kumpulan pengetahuan yang akan ditransfer. Sebaliknya, pendidikan informal dan lingkungan belajar pilihan bebas lebih sesuai dengan model kurikulum sebagai praktik atau [[Praxis (proses)|praksis]].
==== Kurikulum 1975 ====
{{Main|Kurikulum 1975}}
Kurikulum ini diterapkan setelah program [[Rencana Pembangunan Lima Tahun|Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)]] tahap pertama berjalan di masa pemerintahan [[Orde Baru (Indonesia)|Orde Baru]]. Kurikulum itu menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien akibat pengaruh konsep MBO (management by objective). Di dalam Kurikulum 1975, metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Hal itu memunculkan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Penerapangan kurikulum itu ramai dikritik oleh para guru karena mereka akhirnya terlalu sibuk menuliskan perincian dari setiap kegiatan pembelajaran. Pada kurikulum itu nama pelajaran ilmu alam dan ilmu hayat diubah menjadi ilmu pengetahuan alam. Sedangkan pelajaran ilmu aljabar dan ilmu ukur menjadi mata pelajaran matematika.<ref name=":0">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-02-13|title=Sejarah Pergantian Kurikulum di Indonesia|url=https://nasional.kompas.com/read/2022/02/13/10180071/sejarah-pergantian-kurikulum-di-indonesia|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-07-23}}</ref>


==== Kurikulum 1984 ====
===Konsepsi sejarah===
{{rquote|right|Tindakan adalah respons; itu adalah adaptasi, penyesuaian. <br/>&mdash; John Dewey<ref name="deweychild"/>}}
{{Main|Kurikulum 1984}}
Apa pun asal usul dan tujuan kurikulum awal, fungsi penanaman budaya telah muncul pada masa Babilonia kuno.<ref>
Di dalam kurikulum 1984 dikenal dengan konsep pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Kurikulum 1984 dibuat karena kurikulum sebelumnya dinilai lambat dalam merespons kemajuan di kalangan masyarakat. Di dalam kurikulum itu juga ditambahkan mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Selain itu, Kurikulum 1984 juga membagi mata pelajaran siswa SMA menjadi program inti dan program pilihan sesuai minat dan bakat.<ref name=":0" />
{{cite book
|last1 = Crisostomo
|first1 = Jay
|date = 14 January 2019
|chapter = Multilingual Writing Practices and Translation in Advanced Lexical Education
|title = Translation as Scholarship: Language, Writing, and Bilingual Education in Ancient Babylonia
|url = https://books.google.com/books?id=KWKEDwAAQBAJ
|series = Studies in Ancient Near Eastern Records (SANER) - volume 22
|location = Boston
|publisher = Walter de Gruyter GmbH & Co KG
|isbn = 9781501509759
|access-date = 27 March 2023
|quote = Scribal identity was explicitly connected to the curriculum and specifically Sumerian in a number of literary works [...]. [...] The [...] scribal curriculum [...] was all about learning Sumerian. Through copying lists of Sumerian lexemes and especially in the reproduction of Sumerian literature, the curriculum inculcated the student scribe in Sumerian culture.
}}
</ref> [[Pendidikan di Roma kuno|Kurikulum Romawi kuno]] menekankan keterampilan Yunani dan Latin, dengan penekanan pada studi puisi klasik. Model ini memengaruhi kurikulum abad pertengahan dan Renaisans<ref>
{{cite book
|last1 = Atwill
|first1 = Janet M.
|orig-date = 1998
|title = Rhetoric Reclaimed: Aristotle and the Liberal Arts Tradition
|url = https://books.google.com/books?id=dYs2_7qIpwQC
|series = Cornell paperbacks
|year = 2009
|location = Ithaca, New York
|publisher = Cornell University Press
|page = 16
|isbn = 9780801476051
|access-date = 27 March 2023
|quote = [...] Renaissance curricula were far more influenced by Quintilian's pedagogical program than by Cicero's goals for the training of an orator.
}}
</ref>


Pada tahun-tahun awal abad ke-20, konsep tradisional yang dianut kurikulum adalah "bahwa kurikulum merupakan sekumpulan mata pelajaran atau materi pelajaran yang disiapkan oleh guru untuk dipelajari siswa". Kurikulum identik dengan "program studi" dan "silabus".
==== Kurikulum 1994 ====
{{Main|Kurikulum 1994}}


Dalam ''The Curriculum'',<ref>Bobbitt, John Franklin. ''The Curriculum''. Boston: Houghton Mifflin, 1918.</ref> buku teks pertama yang diterbitkan tentang subjek tersebut, pada tahun 1918, [[John Franklin Bobbitt]] mengatakan bahwa kurikulum, sebagai sebuah [[ide]], memiliki [[Root (linguistik) |akar]] dalam kata [[Latin]] untuk ''race-course'', menjelaskan kurikulum sebagai rangkaian tindakan dan pengalaman yang melaluinya [[anak-anak]] menjadi [[orang dewasa]] yang seharusnya mereka capai di kemudian hari. Lebih jauh, kurikulum mencakup seluruh lingkup tindakan dan pengalaman formatif yang terjadi di dalam dan di luar sekolah - seperti pengalaman yang tidak direncanakan dan tidak diarahkan atau yang secara sengaja diarahkan untuk pembentukan anggota masyarakat dewasa yang bertujuan - bukan hanya pengalaman yang terjadi di [[sekolah]].
Kurikulum 1994 dibuat dari hasil kombinasi Kurikulum 1975 dan 1984. Akan tetapi, penerapan kurikulum ini dihujani kritik oleh kalangan praktisi pendidikan hingga orangtua pelajar. Sebabnya adalah materi pembelajaran dinilai terlampau berat dan padat. Selain materi pelajaran umum yang dinilai berat, di dalam kurikulum itu juga ditambahkan materi muatan lokal seperti bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
Pada Kurikulum 1994 terjadi perubahan sistem pembagian waktu pelajaran dari [[semester]] ke [[caturwulan]]. Yaitu periode pembelajaran dibagi menjadi tiga kali caturwulan selama setahun. Kemudian, pada penerapan Kurikulum 1994 singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama) diganti menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), kemudian SMA diganti menjadi SMU (Sekolah Menengah Umum). Program penjurusan di SMA pada Kurikulum 1994 dibagi menjadi tiga program yakni IPA, IPS, dan bahasa. Mata pelajaran PSPB dihapus pada kurikulum ini.<ref name=":0" />


Bagi Bobbitt, kurikulum adalah arena [[Rekayasa sosial (ilmu politik)| rekayasa sosial]]. Berdasarkan anggapan budaya dan definisi sosialnya, formulasi kurikulumnya memiliki dua fitur penting:
=== Masa Reformasi ===
==== Suplemen Kurikulum 1999 ====
Permasalahan terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1999. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu:
* Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.
* Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.
* Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
* Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran.
* Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.


* bahwa para ahli [[ilmiah]] akan paling memenuhi syarat dan dibenarkan dalam merancang kurikulum berdasarkan [[pengetahuan]] ahli mereka tentang kualitas apa yang diinginkan pada anggota masyarakat dewasa, dan pengalaman mana yang akan menghasilkan kualitas tersebut
==== Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 ====
{{Main|Kurikulum Berbasis Kompetensi}}


* kurikulum didefinisikan sebagai tindakan-pengalaman yang ''seharusnya dimiliki'' siswa untuk menjadi orang dewasa yang ''seharusnya''
==== Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ====
{{Main|Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan}}


Oleh karena itu, ia mendefinisikan kurikulum sebagai sebuah cita-cita, bukan sebagai [[realitas]] konkret dari tindakan dan pengalaman yang membentuk siapa dan apa yang akan menjadi orang.
==== Kurikulum 2013 (K-13) ====
{{Main|Kurikulum 2013}}


Pandangan kontemporer tentang kurikulum menolak fitur-fitur postulat Bobbitt ini, tetapi mempertahankan dasar kurikulum sebagai rangkaian pengalaman yang membentuk manusia menjadi pribadi. Pembentukan pribadi melalui kurikulum dipelajari baik pada tingkat pribadi maupun kelompok, yaitu [[budaya]] dan masyarakat (misalnya pembentukan profesional, [[disiplin akademis]] melalui pengalaman historis). Pembentukan suatu kelompok bersifat timbal balik, dengan pembentukan masing-masing pesertanya.
==== Kurikulum 2013 Revisi (K-13 Revisi) ====
{{Main|Kurikulum 2013 Revisi}}


Meskipun secara formal muncul dalam [[definisi]] ​​Bobbitt, kurikulum sebagai suatu rangkaian pengalaman formatif juga meliputi karya [[John Dewey]] (1859–1952), yang tidak setuju dengan Bobbitt dalam hal-hal penting. Meskipun pemahaman idealis Bobbitt dan Dewey tentang "kurikulum" berbeda dari penggunaan kata yang terbatas saat ini, para penulis kurikulum dan peneliti umumnya memiliki pemahaman yang sama dan substantif tentang kurikulum.<ref>Jackson, Philip W. "Conceptions of Curriculum and Curriculum Specialists." Dalam ''Handbook of Research on Curriculum: A Project of the American Educational Research Association'', diedit oleh Philip W. Jackson, 3–40. New York: Macmillan Pub. Co., 1992.</ref><ref>Pinar, William F., William M. Reynolds, Patrick Slattery, dan Peter M. Taubman. ''Understanding Curriculum: An Introduction to the Study of Historical and Contemporary Curriculum Discourses''. New York: Peter Lang, 1995.</ref> Pengembangan tidak berarti hanya mengeluarkan sesuatu dari pikiran.<ref name="deweychild"/> Ini adalah pengembangan pengalaman dan menjadi pengalaman yang benar-benar diinginkan.<ref name="deweychild"/>
==== Kurikulum Merdeka ====

{{Main|Kurikulum Merdeka]}}<ref>[https://www.mediaeducations.com/2021/12/kurikulum-2022-kurikulum-prototipe.html?m=1 Kurikulum baru]</ref>
[[Robert M. Hutchins]] (1899–1977), presiden [[University of Chicago]], menganggap kurikulum sebagai "studi permanen" yang menekankan aturan tata bahasa, retorika, logika, dan matematika untuk pendidikan dasar. Pendidikan dasar harus menekankan [[tiga R]] dan pendidikan tinggi harus didasarkan pada pendidikan liberal. Di sisi lain, [[Arthur Bestor]] (1908–1994), seorang [[esensialisme | esensialis]], percaya bahwa misi sekolah haruslah pelatihan intelektual. Oleh karena itu, kurikulum harus berfokus pada disiplin intelektual fundamental tata bahasa, sastra, dan menulis. Kurikulum juga harus mencakup matematika, sains, sejarah, dan bahasa asing.

Menurut Joseph Schwab, [[Disiplin akademis | disiplin]] adalah satu-satunya sumber kurikulum.{{cn|date=Maret 2023}} Dalam sistem pendidikan kita, kurikulum dibagi menjadi beberapa bagian pengetahuan yang disebut bidang studi dalam pendidikan dasar termasuk bahasa Inggris, matematika, sains, dan studi sosial. Di [[perguruan tinggi]], disiplin ilmu dapat mencakup humaniora, sains, bahasa, dan banyak lagi. Kurikulum harus sepenuhnya terdiri dari pengetahuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu.{{cn|date=Maret 2023}} Dewey mengusulkan bahwa mempelajari pelajaran harus lebih menarik dan bermanfaat daripada menerima omelan, diejek, atau diminta untuk tinggal sepulang sekolah, di antara hukuman lainnya.<ref>
{{cite book
|last1 = Dewey
|first1 = John
|author-link1 = John Dewey
|year = 1902
|title = The child and the curriculum
|url = https://www.gutenberg.org/cache/epub/29259/pg29259-images.html
|location = Chicago
|publisher = University of Chicago Press
|page = 29
|access-date = 27 March 2023
|quote = To learn the lesson is more interesting than to take a scolding, be held up to general ridicule, stay after school, receive degradingly low marks, or fail to be promoted.
}}
</ref>

Dengan demikian, kurikulum dapat dipandang sebagai bidang studi. Kurikulum terdiri dari fondasinya (fondasi filosofis, historis, psikologis, dan sosial), domain pengetahuan, serta teori dan prinsip penelitiannya. Kurikulum sebagai bidang studi haruslah ilmiah dan teoritis. Bidang ini berkaitan dengan isu-isu sosial dan akademis yang luas, historis, dan filosofis. Mark Smith menyarankan definisi awal "kurikulum" yang ditawarkan oleh John Kerr dan diambil alih oleh Vic Kelly dalam karya standarnya tentang kurikulum: "Semua pembelajaran yang direncanakan dan dipandu oleh sekolah, baik yang dilakukan dalam kelompok maupun individu, di dalam maupun di luar sekolah".<ref name="smithmk"/>

Ada empat cara untuk mendekati teori dan praktik kurikulum:<ref name="smithmk"/>
# kurikulum sebagai kumpulan pengetahuan yang harus ditransmisikan
# kurikulum sebagai upaya untuk membantu siswa mencapai tujuan
# kurikulum sebagai proses
# kurikulum sebagai [[Praxis (proses) | praxis]]
Dalam beberapa tahun terakhir bidang pendidikan dan kurikulum telah berkembang di luar dinding kelas dan ke lingkungan lain, seperti [[museum]]. Dalam lingkungan ini kurikulum merupakan topik yang lebih luas, termasuk berbagai guru, benda mati seperti perangkat tur audio, dan bahkan pelajar itu sendiri. Seperti halnya dengan ide kurikulum tradisional, kurikulum dalam lingkungan belajar pilihan bebas dapat terdiri dari kurikulum yang dinyatakan secara eksplisit dan kurikulum tersembunyi; keduanya berkontribusi pada pengalaman dan pelajaran pelajar dari pengalaman tersebut.<ref>"Museum Education as Curriculum: Four Models, Leading to a Fifth", Elizabeth Vallance, ''Studies in Art Education'' Vol. 45, No. 4 (Summer, 2004), pp. 343–358</ref> Elemen-elemen ini selanjutnya diperparah oleh latar, pengaruh budaya, dan kondisi pikiran pelajar.ref>Falk, J.H. & Dierking, L.D. (2000). Learning from museums: Visitor experiences and the making of meaning. Walnut Creek, CA; AltaMira Press.</ref> Museum dan tempat serupa lainnya paling sering dimanfaatkan dalam lingkungan kelas tradisional sebagai penyempurnaan kurikulum saat pendidik mengembangkan kurikulum yang mencakup kunjungan ke museum, kebun binatang, dan akuarium.<ref>
Kim, M., & Dopico, E. (2014). Science education through informal education. Cultural Studies of Science Education, 1–7.</ref>


===Pandangan progresif===

Di sisi lain, bagi seorang progresif, daftar mata pelajaran sekolah, silabus, program studi, dan daftar mata kuliah disiplin ilmu tertentu tidak membentuk kurikulum. Semua itu hanya dapat disebut kurikulum jika materi tertulis diaktualisasikan oleh pelajar. Secara umum, kurikulum didefinisikan sebagai keseluruhan pengalaman belajar individu. Definisi ini berlandaskan pada definisi [[John Dewey]] tentang pengalaman dan pendidikan. Ia percaya bahwa berpikir reflektif adalah cara yang menyatukan elemen-elemen kurikulum. Pemikiran tidak berasal dari tindakan tetapi diuji melalui penerapan.

Caswell dan Campbell memandang kurikulum sebagai "semua pengalaman yang dialami anak-anak di bawah bimbingan guru." Definisi ini dianut oleh Smith, Stanley, dan Shores ketika mereka mendefinisikan kurikulum sebagai "rangkaian pengalaman potensial yang ditetapkan di sekolah untuk tujuan mendisiplinkan anak-anak dan remaja dalam cara berpikir dan bertindak kelompok." Kurikulum sebagai suatu proses adalah ketika seorang guru memasuki sekolah dan situasi tertentu dengan kemampuan untuk berpikir kritis, pemahaman tentang peran mereka dan harapan orang lain terhadap mereka, dan usulan tindakan yang menetapkan prinsip dan fitur penting dari pertemuan pendidikan.<ref name="smithmk"/> Dengan panduan ini, mereka mendorong percakapan antara, dan dengan, orang-orang dalam situasi yang dapat menghasilkan suatu arah pemikiran dan tindakan.<ref name="smithmk"/> Ditambah lagi, guru terus mengevaluasi proses dan apa yang dapat mereka lihat dari hasilnya.<ref name="smithmk"/>

Marsh dan Willis memandang kurikulum sebagai semua "pengalaman di kelas yang direncanakan dan dilaksanakan oleh guru, dan juga dipelajari oleh siswa."<ref>Bilbao, Purita P., Lucido, Paz I., Iringan, Tomasa C., and Javier, Rodrigo B. (2008). Curriculum Development. Quezon City: Lorimar Publishing, Inc.</ref>

Setiap definisi dari kurikulum apa pun, jika ingin efektif dan produktif secara praktis, harus menawarkan lebih dari sekadar pernyataan tentang konten pengetahuan atau sekadar mata pelajaran yang harus diajarkan, ditularkan, atau diberikan oleh sekolah.{{sfn|Kelly|2009}} Beberapa orang berpendapat bahwa nilai-nilai yang tersirat dalam pengaturan yang dibuat oleh sekolah untuk murid-muridnya cukup jelas dalam kesadaran guru dan perencana, terutama ketika perencana adalah politisi, dan sama-sama diterima dengan jelas oleh mereka sebagai bagian dari apa yang harus dipelajari murid di sekolah, meskipun mereka sendiri tidak mengakuinya secara terbuka.{{sfn|Kelly|2009}} Dengan kata lain, mereka yang merancang kurikulum dengan sengaja merencanakan "budaya ekspresif" sekolah. Jika demikian halnya, maka kurikulum 'tersembunyi' hanya untuk atau dari murid-murid, dan nilai-nilai yang akan dipelajari jelas dari sebagian dari apa yang direncanakan untuk murid-murid. Oleh karena itu, kurikulum harus diterima sepenuhnya sebagai bagian dari kurikulum, dan khususnya sebagai fokus penting karena pertanyaan harus diajukan mengenai keabsahan praktik semacam itu.{{sfn|Kelly|2009}}

Saat ini, [[kurikulum spiral]] dipromosikan sebagai kurikulum yang memungkinkan siswa untuk meninjau kembali konten materi pelajaran pada berbagai tingkat perkembangan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Pendekatan [[metode pengajaran konstruktivis|konstruktivis]] mengusulkan bahwa anak-anak belajar paling baik melalui keterlibatan proaktif dengan lingkungan pendidikan, seperti dalam pembelajaran melalui penemuan.

==Pendidikan dasar dan menengah==

Kurikulum dapat ditentukan sebagian atau seluruhnya oleh badan eksternal yang berwenang (misalnya, [[Kurikulum Nasional untuk Inggris]] di sekolah-sekolah [[Britania Raya|Inggris]], atau [[Kurikulum Dasar Internasional]] untuk [[Sekolah Internasional]]).

Yang krusial bagi kurikulum adalah definisi tujuan kursus yang biasanya dinyatakan sebagai capaian pembelajaran dan biasanya mencakup strategi [[penilaian (pendidikan)|penilaian]] program. Capaian dan penilaian ini dikelompokkan sebagai unit (atau modul), dan, oleh karena itu, kurikulum terdiri dari kumpulan unit tersebut, yang masing-masing, pada gilirannya, terdiri dari bagian kurikulum yang terspesialisasi dan spesifik. Jadi, kurikulum yang umum mencakup unit komunikasi, numerasi, teknologi informasi, dan keterampilan sosial, dengan pengajaran khusus dan terspesialisasi untuk masing-masing unit.

Kurikulum inti sering kali ditetapkan, di tingkat [[pendidikan dasar|pendidikan dasar]] dan [[pendidikan menengah|pendidikan menengah atas]], oleh dewan sekolah, Departemen Pendidikan, atau badan administratif lain yang bertugas mengawasi pendidikan. Kurikulum inti adalah kurikulum, atau program studi, yang dianggap penting dan biasanya dibuat wajib bagi semua siswa di [[sekolah]] atau sistem sekolah. Namun, bahkan ketika persyaratan inti ada, persyaratan tersebut tidak selalu melibatkan persyaratan bagi siswa untuk terlibat dalam satu kelas atau kegiatan tertentu. Misalnya, sebuah sekolah mungkin mewajibkan kelas apresiasi musik, tetapi siswa dapat memilih untuk tidak mengikuti kelas seni pertunjukan.

=== Australia ===
Di [[Australia]], [[Kurikulum Australia]] mulai berlaku secara nasional pada tahun 2014,<ref name="auscur">{{Cite web|url=http://www.australiancurriculum.edu.au/|title=Australian Curriculum|access-date=2015-01-12}}</ref> setelah proses [[pengembangan kurikulum]] yang dimulai pada tahun 2010.<ref>{{Cite web|url=https://www.qcaa.qld.edu.au/13636.html|title=Senior secondary Australian Curriculum|date=16 October 2015 |publisher=Queensland Curriculum & Assessment Authority}}</ref> Sebelumnya, Departemen Pendidikan setiap negara bagian secara tradisional telah menetapkan kurikulum. Kurikulum Australia terdiri dari satu kurikulum yang mencakup delapan bidang mata pelajaran hingga tahun ke-10, dan kurikulum lain yang mencakup lima belas mata pelajaran untuk tahun-tahun [[sekolah menengah atas]].<ref name="auscur" />

=== Kanada ===
Di [[Kanada]], setiap [[Provinsi dan teritori Kanada|provinsi dan teritori]] memiliki kewenangan untuk membuat kurikulumnya sendiri. Namun, [[Wilayah Barat Laut]] dan [[Nunavut]] memilih untuk menggunakan Kurikulum [[Alberta]] untuk bagian-bagian tertentu dari kurikulum mereka. Wilayah-wilayah tersebut juga menggunakan [[Pengujian terstandardisasi di Alberta, Northwest Territories, dan Nunavut (disambiguasi)|tes terstandardisasi Alberta]] dalam beberapa mata <ref>{{Cite web|url=https://edmontonjournal.com/news/local-news/northwest-territories-nunavut-to-have-input-in-albertas-k-12-curriculum-redesign|title=Northwest-Terrirtories and Nunavut to Have Input in Albertas K—12 Curriculum Redesign|last=French|first=Janet|access-date=November 23, 2016}}</ref>

===Iran===
Iran baru-baru ini kembali ke 6 tahun, bukan 5 tahun sekolah Dasar dan dua tahun atau tiga tahun sekolah menengah.<ref>{{cite web | url=https://www.k12academics.com/Education%20Worldwide/Education%20in%20Iran/education-curriculum-iran | title=Education Curriculum in Iran &#124; K12 Academics | date=6 February 2017 }}</ref> Ada juga seminari Islam Hawza dengan program 10-14 tahun.

=== Korea Selatan ===
Kurikulum Nasional Korea mencakup [[Taman Kanak-kanak]], sekolah dasar, sekolah menengah, dan [[pendidikan khusus]].<ref name="korcur">{{Cite web|url=http://ncic.kice.re.kr/english.kri.org.inventoryList.do|title=National Curriculum of Korea Source Inventory|publisher=National Curriculum Information Center|access-date=2015-01-12}}</ref> Versi yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Nasional ke-7, yang telah direvisi pada tahun 2007 dan 2009.<ref name="korcur" /> Kurikulum ini menyediakan kerangka kerja untuk serangkaian mata pelajaran umum hingga kelas 9, dan mata pelajaran pilihan di kelas 10 hingga 12.<ref>{{Kutip web|url=http://ncic.kice.re.kr/english.dwn.ogf.originalFileTypeDownload.do?fileNo=10000018&fileExp=PDF&refPath=%EF%BF%BD%EF%BF%BD%EF%BF%BD%EF%BF%BD+PDF+%EF%BF%BD%EF%BF%BD%EF%BF%BD%EF%BF%BD+%EF%BF%BD%D9%BF%EF%BF%BD%CE%B5%EF%BF%BD|title=KURIKULUM SEKOLAH REPUBLIK KOREA: Proklamasi Kementerian Pendidikan, Sains, dan Teknologi: #2009-41|type=PDF|access-date=2015-01-12}}</ref>

===Jepang===
Kurikulum di Jepang ditentukan berdasarkan pedoman pendidikan dan pedoman pembelajaran yang disajikan oleh [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi]] (MEXT). Saat menentukan kurikulum untuk setiap sekolah, penyelenggara sekolah akan menentukan garis besarnya dengan merujuk pada manual dan penjelasan yang disiapkan oleh Kementerian Pendidikan, Sains, dan Teknologi serta kantor publik lainnya, dan sekolah akan memutuskan rencana tahunan tambahan. Mata Kuliah Pendidikan dan Mata Kuliah Studi direvisi sepenuhnya setiap 10 tahun. Sebelum Perang Dunia II, kurikulum didasarkan pada peraturan sekolah yang sesuai dengan masing-masing jenis sekolah.<ref>{{cite web|url=http://www.ncee.org/programs-affiliates/center-on-international-education-benchmarking/top-performing-countries/japan-overview/|title=NCEE - Japan Overview|website=www.ncee.org|access-date=15 April 2018}}</ref>

=== Belanda ===
Sistem Belanda didasarkan pada arahan yang berasal dari [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan (Belanda)|Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan]] (OCW). Pendidikan dasar dan menengah menggunakan tujuan utama untuk membuat kurikulum. Untuk pendidikan dasar, jumlah total sasaran telah dikurangi dari 122 pada tahun 1993 menjadi 58 pada tahun 2006. Mulai tahun 2009 dan 2010, semua sasaran utama wajib dipenuhi untuk pendidikan dasar. Sasaran utama berorientasi pada bidang mata pelajaran seperti bahasa, matematika, orientasi terhadap diri sendiri dan dunia, seni, dan pendidikan jasmani. Semua sasaran disertai dengan kegiatan konkret. Ujian akhir juga ditentukan oleh OCW dan diwajibkan. Bagian dari ujian tersebut diambil dalam lingkungan nasional, yang dibentuk oleh Centrale Examencommissie Vaststelling Opgaven (CEVO). Lebih jauh, OCW akan menentukan jumlah jam yang harus dihabiskan untuk setiap mata pelajaran. Selain arahan ini, setiap sekolah dapat menentukan kurikulumnya sendiri.

===Nigeria===
Pada tahun 2005, pemerintah Nigeria mengadopsi Kurikulum Pendidikan Dasar nasional untuk kelas 1 hingga 9. Kebijakan tersebut merupakan hasil dari program Pendidikan Dasar Universal yang diumumkan pada tahun 1999, untuk menyediakan pendidikan publik berkelanjutan yang gratis dan [[wajib belajar|wajib]] selama tahun-tahun tersebut. Pada tahun 2014, pemerintah menerapkan versi revisi kurikulum nasional, dengan mengurangi jumlah mata pelajaran yang dicakup dari 20 menjadi 10..<ref>{{Cite news|url=http://www.premiumtimesng.com/news/166030-nigeria-revises-basic-education-curriculum.html|first=Amina|last=Mohammed|date=2014-08-14|access-date=2015-01-12|title=Nigeria revises basic education curriculum|work=Premium Times}}</ref>

===Rusia===
Kurikulum inti biasanya sangat ditekankan di universitas dan lembaga teknik Soviet dan Rusia.{{diperlukan kutipan|date=Januari 2015}}

===Britania Raya===
====Inggris dan Wales====
[[Kurikulum Nasional untuk Inggris|Kurikulum Nasional]] diperkenalkan ke dalam [[Kurikulum Nasional untuk Inggris|Inggris]], [[Kurikulum Nasional untuk Wales (2008 hingga 22026)|Wales]] dan [[Kurikulum Irlandia Utara|Irlandia Utara]] sebagai kurikulum nasional untuk sekolah [[pendidikan umum|negeri]] dasar dan menengah mengikuti [[Undang-Undang Reformasi Pendidikan 1988]].<ref>{{Cite web|url=https://www.gov.uk/government/collections/national-curriculum|title=National curr4iculum|website=GOV.UK|date=2 December 2014 }}</ref> Ini tidak berlaku untuk [[Sekolah swasta di Britania Raya|sekolah swasta]], yang dapat menetapkan kurikulum mereka sendiri, tetapi memastikan bahwa sekolah negeri dari semua [[otoritas pendidikan lokal|otoritas pendidikan lokal]] memiliki kurikulum umum. [[Akademi (99 Inggris)|Sekolah akademi]] memiliki tingkat otonomi yang signifikan dalam menyimpang dari Kurikulum Nasional. Setiap sekolah negeri harus menawarkan kurikulum yang seimbang dan berbasis luas serta mempromosikan spiritualitas.

Setiap sekolah negeri harus menawarkan kurikulum yang seimbang dan berbasis luas dan yang mempromosikan perkembangan spiritual, moral, budaya, mental dan fisik para siswa di sekolah dan masyarakat, dan mempersiapkan para siswa di sekolah untuk peluang, tanggung jawab dan pengalaman kehidupan di masa depan. Bahasa Indonesia: Untuk setiap mata pelajaran kurikulum wajib, [[Sekretaris Negara untuk Pendidikan]] diharuskan untuk menetapkan Program Studi yang menguraikan konten dan hal-hal yang harus diajarkan dalam mata pelajaran tersebut pada Tahapan Utama yang relevan.<ref name="EAct2002">{{cite web |last=National Archives |date=1 April 2018 |title=Education Act 2002 Part 6 |url=http://www.legislation.gov.uk/ukpga/2002/32/part/6 |access-date=14 October 2020 |publisher=H M Government}}

[[File:UKOpenGovernmentLicence.svg|30x30px]] Teks disalin dari sumber ini, yang tersedia di bawah [http://www.nationalarchives.gov.uk/doc/open-government-licence/version/3/ Lisensi Pemerintah Terbuka v3.0]. © Hak cipta Crown.</ref> Guru harus menetapkan harapan yang tinggi untuk setiap murid. Mereka harus merencanakan tugas tambahan untuk murid yang prestasinya jauh di atas standar yang diharapkan. Guru harus menggunakan penilaian yang tepat untuk menetapkan target yang sengaja dibuat ambisius.


====Skotlandia====
Di [[Skotlandia]], Kurikulum untuk Keunggulan (CfE) diperkenalkan pada bulan Agustus 2010 di semua sekolah.<ref>Kurikulum untuk Keunggulan</ref> Kualifikasi nasional diperkenalkan pada tahun 2013 oleh Otoritas Kualifikasi Skotlandia (SQA). Kualifikasi nasional meliputi Life Skills Coursework (SFL), [[Kurikulum untuk Keunggulan|Nasional 3]] (NAT3), [[Nasional 4]] (NAT4), [[Nasional 5]] (NAT5), [[Higher (Skotlandia)|Higher]], dan [[Advanced Higher]].

===Amerika Serikat===
Di [[Amerika Serikat|AS]], setiap [[Negara bagian Amerika Serikat|negara bagian]], dengan [[distrik sekolah]] masing-masing, menetapkan kurikulum yang diajarkan.<ref>[http://hnn.us/articles/22591.html National Education Standards...They're Back!] (article)</ref> Namun, setiap negara bagian menyusun kurikulumnya dengan partisipasi besar dari kelompok subjek akademik nasional yang dipilih oleh [[Departemen Pendidikan Amerika Serikat]] seperti [[Dewan Nasional Guru Matematika]] (NCTM) untuk pengajaran matematika.

[[Inisiatif Standar Negara Inti Umum]] (CCSSI) mengumumkan serangkaian standar inti yang merupakan informasi dan keterampilan khusus yang perlu diketahui siswa di setiap tingkat kelas agar dapat lulus. Negara bagian dapat mengadopsi standar ini sebagian atau seluruhnya dan mengembangkannya. Sekolah dan negara bagian (tergantung pada seberapa besar kendali yang diberikan negara bagian kepada sekolah lokalnya) kemudian mengembangkan kurikulum mereka untuk memenuhi setiap standar ini. Koordinasi ini dimaksudkan untuk memungkinkan penggunaan lebih banyak buku teks yang sama di seluruh negara bagian, dan untuk bergerak menuju tingkat pencapaian pendidikan minimum yang lebih seragam. Menurut CCSSI, "

====Pendidikan tinggi====
[[Image:E7331-MFTI-Glavny-Korpus-schedule.jpg|thumb|[[Institut Fisika dan Teknologi Moskow]] mahasiswa memeriksa papan jadwal kelas utama universitas pada hari pertama kelas untuk mengetahui kelas apa yang akan ia – dan semua mahasiswa dalam spesialisasinya (sub-jurusan) – hadiri semester ini.]]

Banyak lembaga pendidikan saat ini mencoba menyeimbangkan dua kekuatan yang berlawanan. Di satu sisi, sebagian orang meyakini siswa harus memiliki landasan pengetahuan umum, sering kali dalam bentuk kurikulum inti, sedangkan yang lain ingin siswa mampu mengejar minat pendidikan mereka sendiri, sering kali melalui spesialisasi awal dalam jurusan atau melalui pilihan mata kuliah bebas. Ketegangan ini telah menerima banyak liputan karena reorganisasi persyaratan inti [[Universitas Harvard]].<ref>{{cite web|title=Harvard Gazette: Membahas Kurikulum Inti|url=http://www.news.harvard.edu/gazette/2002/11.14/11-core.html|publisher=Universitas Harvard|access-date=9 Februari 2013|archive-url=https://web.archive.org/web/20130703105329/http://www.news.harvard.edu/gazette/2002/11.14/11-core.html|archive-date=3 Juli 2013|url-status=dead|df=dmy-all}}</ref><ref>{{cite news|title=Harvard approves new general education curriculum|url=http://www.boston.com/news/local/massachusetts/articles/2007/05/15/harvard_approves_new_general_education_curriculum/|access-date=9 February 2013|archive-date=3 July 2013|url-status=dead|df=dmy-all}}</ref><ref>{{cite news|title=Harvard approves new general education curriculum|url=http://www.boston.com/news/local/massachusetts/articles/2007/05/15/harvard_approves_new_general_education_curriculum/|access-date=9 February 2013 | work=The Boston Globe|date=15 May 2007}}</ref>

Ciri penting dari desain kurikulum, yang terlihat di setiap katalog perguruan tinggi dan di setiap jenjang sekolah lainnya, adalah identifikasi prasyarat untuk setiap mata kuliah.{{clarify|date=Januari 2021}} Prasyarat ini dapat dipenuhi dengan mengambil mata kuliah tertentu, dan dalam beberapa kasus dengan ujian, atau dengan cara lain, seperti pengalaman kerja. Secara umum, mata kuliah yang lebih maju dalam mata kuliah apa pun memerlukan beberapa dasar dalam mata kuliah dasar, tetapi beberapa mata kuliah memerlukan studi di departemen lain, seperti dalam rangkaian kelas matematika yang diperlukan untuk jurusan fisika, atau persyaratan bahasa bagi mahasiswa yang mempersiapkan diri dalam bidang sastra, musik, atau penelitian ilmiah. Desain kurikulum yang lebih rinci harus membahas prasyarat dalam mata kuliah untuk setiap topik yang diambil. Hal ini pada gilirannya mengarah pada masalah organisasi dan penjadwalan kursus setelah ketergantungan antara topik diketahui.

== Lihat pula ==
* [[Konseling akademis]]
* [[Ilmu pengetahuan]]
* [[CSCOPE (pendidikan)]]
* [[Studi kurikulum]]
* [[Program pendidikan]]
* [[Ekstrakurikuler]]
* [[Kurikulum tersembunyi]]
* [[Pelajaran]]
* [[Rencana pelajaran]]
* [[Pembelajaran seumur hidup]]
* [[Pedagogi]]
* [[Silabus]]

== Daftar pustaka ==
* Bilbao, Purita P., Lucido, Paz I., Iringan, Tomasa C., dan Javier, Rodrigo B. (2008). ''Pengembangan Kurikulum''. Kota Quezon: Lorimar Publishing, Inc.
* * {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=qILGb7xcXFIC&pg=PA13 |last=Kelly |isbn=9781847872746 |first=A.V. |year=2009 |title=The Curriculum: theory and practice |edition=6th }}


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{Wiktionary}}
{{Library resources box
|by=no
|onlinebooks=no
|others=no
|about=yes
|label=Curriculum}}
* [http://www.wcci-international.org/ World Council for Curriculum and Instruction] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101228173624/http://www.wcci-international.org/ |date=2010-12-28 }}
* [http://www.oncoursesystems.com/products/detail/curriculumbuilder OnCourse Systems for Education - Curriculum Builder]
* {{Cite Americana|wstitle=Education, Courses of Study in|author=George M. Wiley |short=x}}
* [http://www.ibe.unesco.org/ UNESCO International Bureau of Education]
* [http://www.nctm.org/ National Council of Teachers of Mathematics]

{{Authority control}}

{{Pendidikan}}


[[Kategori:Pendidikan]]
[[Kategori:Didaktik]]
[[Kategori:Kurikulum]]
[[Kategori:Kurikulum]]

Revisi terkini sejak 14 September 2024 02.49


Kurikulum 52 minggu untuk sekolah kedokteran, yang menunjukkan mata kuliah untuk berbagai tingkatan

Dalam dunia pendidikan, curriculum (/kəˈrɪkjʊləm/; jamak:: curriculums atau curricula /kəˈrɪkjʊlə/) atau bahasa Indonesia: kurikulum adalah totalitas pengalaman siswa yang terjadi dalam suatu proses pendidikan.[1] Istilah ini sering kali merujuk secara khusus pada rangkaian pengajaran yang direncanakan, atau pada pandangan tentang pengalaman siswa dalam kaitannya dengan tujuan pengajaran pendidik atau sekolah. Kurikulum dapat menggabungkan interaksi yang direncanakan antara murid dengan konten instruksional, materi, sumber daya, dan proses untuk mengevaluasi pencapaian tujuan pendidikan.[2] Kurikulum dibagi menjadi beberapa kategori: eksplisit, implisit (termasuk yang tersembunyi), yang dikecualikan, dan ekstrakurikuler.[3][4][5]

Kurikulum dapat distandarisasi secara ketat atau dapat mencakup otonomi instruktur atau peserta didik tingkat tinggi.[1] Banyak negara memiliki kurikulum nasional dalam pendidikan dasar dan pendidikan menengah, seperti Kurikulum Nasional di Inggris Raya.

Biro Pendidikan Internasional UNESCO memiliki misi utama untuk mempelajari kurikulum dan implementasinya di seluruh dunia.

Etimologi

[sunting | sunting sumber]
Penggunaan pertama kata "kurikulum" pada tahun 1576

Kata "kurikulum" bermula sebagai kata latin yang berarti "perlombaan" atau "jalur perlombaan" (yang berasal dari kata kerja currere yang berarti "berlari/melanjutkan").[6] Kata ini "berasal dari penggunaan bahasa Latin Modern yang ditransfer dari bahasa Latin klasik kurikulum "lari, jalur, karier" (juga "kereta perang cepat, mobil balap"), dari currere "berlari" (dari akar kata PIE *kers- "berlari")."[7] Penggunaan pertama yang diketahui dalam konteks pendidikan adalah dalam Professio Regia, sebuah karya oleh profesor Petrus Ramus dari Universitas Paris yang diterbitkan secara anumerta pada tahun 1576.[8] Istilah ini kemudian muncul dalam catatan Universitas Leiden di 1582.[9] Asal usul kata tersebut tampaknya terkait erat dengan keinginan Calvinis untuk membawa tatanan yang lebih baik dalam dunia pendidikan.[10]

Pada abad ke-17, Universitas Glasgow juga menyebut "kursus" studinya sebagai "kurikulum", yang pertama kali dikenal dalam bahasa Inggris pada tahun 1633.[6] Pada abad ke-19, universitas-universitas Eropa secara rutin menyebut kurikulum mereka untuk menjelaskan baik keseluruhan program studi (seperti untuk gelar di bidang bedah) maupun program studi tertentu beserta isinya. Pada tahun 1824, kata tersebut didefinisikan sebagai "suatu mata kuliah, khususnya mata kuliah tetap di suatu perguruan tinggi, universitas, atau sekolah."[7]

Definisi dan interpretasi

[sunting | sunting sumber]

Interpretasi profesional

[sunting | sunting sumber]

Tidak ada definisi kurikulum yang disetujui secara umum.[11] Ada berbagai definisi yang menjelaskan istilah tersebut.

Melalui bacaan Smith,[12] Dewey,[13] dan Kelly,[14] empat jenis kurikulum dapat didefinisikan sebagai:

  • Kurikulum eksplisit: mata pelajaran yang akan diajarkan, "misi" sekolah yang telah ditetapkan, dan pengetahuan serta keterampilan yang diharapkan sekolah untuk diperoleh siswa yang berhasil.
  • Kurikulum implisit: pelajaran yang muncul dari budaya sekolah dan perilaku, sikap, serta harapan yang menjadi ciri budaya tersebut, kurikulum yang tidak diharapkan.
  • Kurikulum tersembunyi: hal-hal yang dipelajari siswa, karena cara kerja sekolah direncanakan dan diatur tetapi tidak secara terbuka dimasukkan dalam perencanaan atau bahkan dalam kesadaran mereka yang bertanggung jawab atas pengaturan sekolah (Kelly, 2009). Istilah itu sendiri dikaitkan dengan Philip W. Jackson dan tidak selalu dimaksudkan sebagai hal yang negatif. Kurikulum tersembunyi, jika potensinya terwujud, dapat bermanfaat bagi siswa dan pembelajar di semua sistem pendidikan. Selain itu, kurikulum tidak hanya mencakup lingkungan fisik sekolah, tetapi juga hubungan yang terbentuk atau tidak terbentuk antara siswa dan siswa lain atau bahkan siswa dan guru (Jackson, 1986[15]).
  • Kurikulum yang dikecualikan: topik atau perspektif yang secara khusus dikecualikan dari kurikulum.

Kurikulum juga dapat berupa kegiatan ekstrakurikuler. Kurikulum ini dapat mencakup program yang disponsori sekolah, yang dimaksudkan untuk melengkapi aspek akademis dari pengalaman sekolah atau program dan kegiatan berbasis masyarakat. Contoh program ekstrakurikuler yang disponsori sekolah meliputi olahraga, klub akademis, dan seni pertunjukan. Program dan kegiatan berbasis masyarakat dapat berlangsung di sekolah setelah jam sekolah, tetapi tidak terkait langsung dengan sekolah. Program berbasis masyarakat sering kali memperluas kurikulum yang diperkenalkan di kelas. Misalnya, siswa dapat diperkenalkan dengan konservasi lingkungan di kelas. Pengetahuan ini dikembangkan lebih lanjut melalui program berbasis masyarakat. Peserta kemudian bertindak berdasarkan apa yang mereka ketahui dengan proyek konservasi. Kegiatan ekstrakurikuler berbasis masyarakat dapat mencakup "klub lingkungan, 4-H, pramuka putra/putri, dan kelompok keagamaan" (Hancock, Dyk, & Jones, 2012).[16]

Kerr mendefinisikan kurikulum sebagai "semua pembelajaran yang direncanakan dan dipandu oleh sekolah, baik yang dilakukan dalam kelompok maupun individu, di dalam maupun di luar sekolah."[3]

Braslavsky menyatakan bahwa kurikulum adalah kesepakatan antara masyarakat, profesional pendidikan, dan Negara tentang apa yang harus dilakukan peserta didik selama periode tertentu dalam hidup mereka. Lebih jauh, kurikulum mendefinisikan "mengapa, apa, kapan, di mana, bagaimana, dan dengan siapa belajar."[5]

Smith (1996, 2000) mengatakan bahwa, "[s]ilabus umumnya tidak akan menunjukkan kepentingan relatif topik-topiknya atau urutan topik-topik tersebut akan dipelajari. Jika orang masih menyamakan kurikulum dengan silabus, mereka cenderung membatasi perencanaan mereka pada pertimbangan konten atau kumpulan pengetahuan yang ingin mereka sampaikan."

Menurut Smith, kurikulum dapat diurutkan menjadi prosedur:[12]

Langkah 1: Diagnosis kebutuhan.
Langkah 2: Perumusan tujuan.
Langkah 3: Pemilihan konten.
Langkah 4: Pengorganisasian konten.
Langkah 5: Pemilihan pengalaman belajar.
Langkah 6: Pengorganisasian pengalaman belajar.
Langkah 7: Penentuan apa yang akan dievaluasi dan cara serta sarana untuk melakukannya.

Jenis-jenis kurikulum

[sunting | sunting sumber]

Menurut beberapa definisi, kurikulum bersifat preskriptif, dan didasarkan pada silabus yang lebih umum yang hanya menetapkan topik apa yang harus dipahami dan pada tingkat apa untuk mencapai nilai atau standar tertentu.

Kurikulum juga dapat merujuk pada program studi yang ditetapkan dan ditentukan, yang harus dipenuhi siswa untuk lulus pada tingkat pendidikan tertentu. Misalnya, sekolah dasar dapat membahas bagaimana kurikulumnya dirancang untuk meningkatkan nilai ujian nasional atau membantu siswa mempelajari keterampilan dasar. Seorang guru individu juga dapat merujuk pada kurikulumnya, yang berarti semua mata pelajaran yang akan diajarkan selama tahun ajaran. Mata pelajaran tersebut disusun dalam urutan untuk memudahkan pembelajaran mata pelajaran. Di sekolah, kurikulum mencakup beberapa tingkatan.

Di sisi lain, sekolah menengah atas dapat merujuk pada kurikulum mereka sebagai mata pelajaran yang diperlukan untuk menerima diploma. Mereka mungkin juga menyebutnya dengan cara yang sama persis seperti sekolah dasar dan menggunakannya untuk berarti kursus-kursus individual yang dibutuhkan untuk lulus serta keseluruhan penawaran kursus, yang membantu mempersiapkan siswa untuk kehidupan setelah sekolah menengah.

Kurikulum dapat dilihat dari berbagai perspektif. Apa yang masyarakat bayangkan sebagai pengajaran dan pembelajaran yang penting dalam menetapkan kurikulum yang "dimaksud".[14] Karena biasanya disajikan dalam dokumen resmi, kurikulum ini juga dapat disebut kurikulum "tertulis" atau "resmi".[14] Namun, di tingkat kelas, kurikulum yang dimaksudkan ini dapat diubah melalui serangkaian interaksi kelas yang kompleks, dan apa yang benar-benar disampaikan dapat dianggap sebagai kurikulum yang "diterapkan".[14] Apa yang benar-benar dipelajari peserta didik (yaitu apa yang dapat dinilai dan dapat ditunjukkan sebagai hasil pembelajaran atau kompetensi) merupakan kurikulum yang "dicapai" atau "dipelajari".[14] Selain itu, teori kurikulum menunjukkan kurikulum yang "tersembunyi" (yaitu pengembangan nilai dan keyakinan pribadi peserta didik, guru, dan masyarakat yang tidak diinginkan; dampak kurikulum yang tidak terduga; atau aspek pembelajaran yang tidak terduga). proses).[14] Mereka yang mengembangkan kurikulum yang dimaksud harus memiliki semua dimensi kurikulum yang berbeda ini dalam pandangan.[14] Sementara kurikulum "tertulis" tidak menguras habis makna kurikulum, itu penting karena mewakili visi masyarakat.[14] Kurikulum "tertulis" biasanya dinyatakan dalam dokumen yang komprehensif dan mudah digunakan, seperti kerangka kurikulum atau kurikulum/silabus mata pelajaran, dan dalam materi pembelajaran yang relevan dan bermanfaat, seperti buku teks, panduan guru, dan panduan penilaian.[14]

Dalam beberapa kasus, orang melihat kurikulum sepenuhnya dalam hal mata pelajaran yang diajarkan, dan sebagaimana ditetapkan dalam serangkaian buku teks, dan melupakan tujuan yang lebih luas dari kompetensi dan pengembangan pribadi.[13] Inilah sebabnya mengapa kerangka kurikulum penting. Kurikulum menempatkan subjek dalam konteks yang lebih luas, dan menunjukkan bagaimana pengalaman belajar dalam subjek perlu berkontribusi pada pencapaian tujuan yang lebih luas.[13]

Kurikulum hampir selalu didefinisikan dalam kaitannya dengan sekolah.[12] Menurut beberapa orang, kurikulum merupakan pembagian utama antara formal dan pendidikan informal.[12] Namun, dalam beberapa keadaan, kurikulum juga dapat diterapkan pada pendidikan informal atau lingkungan belajar pilihan bebas. Misalnya, museum sains mungkin memiliki "kurikulum" tentang topik atau pameran apa yang ingin dicakupnya. Banyak program setelah sekolah di AS telah mencoba menerapkan konsep tersebut; hal ini biasanya lebih berhasil jika tidak secara kaku berpegang pada definisi kurikulum sebagai produk atau sebagai kumpulan pengetahuan yang akan ditransfer. Sebaliknya, pendidikan informal dan lingkungan belajar pilihan bebas lebih sesuai dengan model kurikulum sebagai praktik atau praksis.

Konsepsi sejarah

[sunting | sunting sumber]

Tindakan adalah respons; itu adalah adaptasi, penyesuaian.
— John Dewey[13]

Apa pun asal usul dan tujuan kurikulum awal, fungsi penanaman budaya telah muncul pada masa Babilonia kuno.[17] Kurikulum Romawi kuno menekankan keterampilan Yunani dan Latin, dengan penekanan pada studi puisi klasik. Model ini memengaruhi kurikulum abad pertengahan dan Renaisans[18]

Pada tahun-tahun awal abad ke-20, konsep tradisional yang dianut kurikulum adalah "bahwa kurikulum merupakan sekumpulan mata pelajaran atau materi pelajaran yang disiapkan oleh guru untuk dipelajari siswa". Kurikulum identik dengan "program studi" dan "silabus".

Dalam The Curriculum,[19] buku teks pertama yang diterbitkan tentang subjek tersebut, pada tahun 1918, John Franklin Bobbitt mengatakan bahwa kurikulum, sebagai sebuah ide, memiliki akar dalam kata Latin untuk race-course, menjelaskan kurikulum sebagai rangkaian tindakan dan pengalaman yang melaluinya anak-anak menjadi orang dewasa yang seharusnya mereka capai di kemudian hari. Lebih jauh, kurikulum mencakup seluruh lingkup tindakan dan pengalaman formatif yang terjadi di dalam dan di luar sekolah - seperti pengalaman yang tidak direncanakan dan tidak diarahkan atau yang secara sengaja diarahkan untuk pembentukan anggota masyarakat dewasa yang bertujuan - bukan hanya pengalaman yang terjadi di sekolah.

Bagi Bobbitt, kurikulum adalah arena rekayasa sosial. Berdasarkan anggapan budaya dan definisi sosialnya, formulasi kurikulumnya memiliki dua fitur penting:

  • bahwa para ahli ilmiah akan paling memenuhi syarat dan dibenarkan dalam merancang kurikulum berdasarkan pengetahuan ahli mereka tentang kualitas apa yang diinginkan pada anggota masyarakat dewasa, dan pengalaman mana yang akan menghasilkan kualitas tersebut
  • kurikulum didefinisikan sebagai tindakan-pengalaman yang seharusnya dimiliki siswa untuk menjadi orang dewasa yang seharusnya

Oleh karena itu, ia mendefinisikan kurikulum sebagai sebuah cita-cita, bukan sebagai realitas konkret dari tindakan dan pengalaman yang membentuk siapa dan apa yang akan menjadi orang.

Pandangan kontemporer tentang kurikulum menolak fitur-fitur postulat Bobbitt ini, tetapi mempertahankan dasar kurikulum sebagai rangkaian pengalaman yang membentuk manusia menjadi pribadi. Pembentukan pribadi melalui kurikulum dipelajari baik pada tingkat pribadi maupun kelompok, yaitu budaya dan masyarakat (misalnya pembentukan profesional, disiplin akademis melalui pengalaman historis). Pembentukan suatu kelompok bersifat timbal balik, dengan pembentukan masing-masing pesertanya.

Meskipun secara formal muncul dalam definisi ​​Bobbitt, kurikulum sebagai suatu rangkaian pengalaman formatif juga meliputi karya John Dewey (1859–1952), yang tidak setuju dengan Bobbitt dalam hal-hal penting. Meskipun pemahaman idealis Bobbitt dan Dewey tentang "kurikulum" berbeda dari penggunaan kata yang terbatas saat ini, para penulis kurikulum dan peneliti umumnya memiliki pemahaman yang sama dan substantif tentang kurikulum.[20][21] Pengembangan tidak berarti hanya mengeluarkan sesuatu dari pikiran.[13] Ini adalah pengembangan pengalaman dan menjadi pengalaman yang benar-benar diinginkan.[13]

Robert M. Hutchins (1899–1977), presiden University of Chicago, menganggap kurikulum sebagai "studi permanen" yang menekankan aturan tata bahasa, retorika, logika, dan matematika untuk pendidikan dasar. Pendidikan dasar harus menekankan tiga R dan pendidikan tinggi harus didasarkan pada pendidikan liberal. Di sisi lain, Arthur Bestor (1908–1994), seorang esensialis, percaya bahwa misi sekolah haruslah pelatihan intelektual. Oleh karena itu, kurikulum harus berfokus pada disiplin intelektual fundamental tata bahasa, sastra, dan menulis. Kurikulum juga harus mencakup matematika, sains, sejarah, dan bahasa asing.

Menurut Joseph Schwab, disiplin adalah satu-satunya sumber kurikulum.[butuh rujukan] Dalam sistem pendidikan kita, kurikulum dibagi menjadi beberapa bagian pengetahuan yang disebut bidang studi dalam pendidikan dasar termasuk bahasa Inggris, matematika, sains, dan studi sosial. Di perguruan tinggi, disiplin ilmu dapat mencakup humaniora, sains, bahasa, dan banyak lagi. Kurikulum harus sepenuhnya terdiri dari pengetahuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu.[butuh rujukan] Dewey mengusulkan bahwa mempelajari pelajaran harus lebih menarik dan bermanfaat daripada menerima omelan, diejek, atau diminta untuk tinggal sepulang sekolah, di antara hukuman lainnya.[22]

Dengan demikian, kurikulum dapat dipandang sebagai bidang studi. Kurikulum terdiri dari fondasinya (fondasi filosofis, historis, psikologis, dan sosial), domain pengetahuan, serta teori dan prinsip penelitiannya. Kurikulum sebagai bidang studi haruslah ilmiah dan teoritis. Bidang ini berkaitan dengan isu-isu sosial dan akademis yang luas, historis, dan filosofis. Mark Smith menyarankan definisi awal "kurikulum" yang ditawarkan oleh John Kerr dan diambil alih oleh Vic Kelly dalam karya standarnya tentang kurikulum: "Semua pembelajaran yang direncanakan dan dipandu oleh sekolah, baik yang dilakukan dalam kelompok maupun individu, di dalam maupun di luar sekolah".[12]

Ada empat cara untuk mendekati teori dan praktik kurikulum:[12]

  1. kurikulum sebagai kumpulan pengetahuan yang harus ditransmisikan
  2. kurikulum sebagai upaya untuk membantu siswa mencapai tujuan
  3. kurikulum sebagai proses
  4. kurikulum sebagai praxis

Dalam beberapa tahun terakhir bidang pendidikan dan kurikulum telah berkembang di luar dinding kelas dan ke lingkungan lain, seperti museum. Dalam lingkungan ini kurikulum merupakan topik yang lebih luas, termasuk berbagai guru, benda mati seperti perangkat tur audio, dan bahkan pelajar itu sendiri. Seperti halnya dengan ide kurikulum tradisional, kurikulum dalam lingkungan belajar pilihan bebas dapat terdiri dari kurikulum yang dinyatakan secara eksplisit dan kurikulum tersembunyi; keduanya berkontribusi pada pengalaman dan pelajaran pelajar dari pengalaman tersebut.[23] Elemen-elemen ini selanjutnya diperparah oleh latar, pengaruh budaya, dan kondisi pikiran pelajar.ref>Falk, J.H. & Dierking, L.D. (2000). Learning from museums: Visitor experiences and the making of meaning. Walnut Creek, CA; AltaMira Press.</ref> Museum dan tempat serupa lainnya paling sering dimanfaatkan dalam lingkungan kelas tradisional sebagai penyempurnaan kurikulum saat pendidik mengembangkan kurikulum yang mencakup kunjungan ke museum, kebun binatang, dan akuarium.[24]


Pandangan progresif

[sunting | sunting sumber]

Di sisi lain, bagi seorang progresif, daftar mata pelajaran sekolah, silabus, program studi, dan daftar mata kuliah disiplin ilmu tertentu tidak membentuk kurikulum. Semua itu hanya dapat disebut kurikulum jika materi tertulis diaktualisasikan oleh pelajar. Secara umum, kurikulum didefinisikan sebagai keseluruhan pengalaman belajar individu. Definisi ini berlandaskan pada definisi John Dewey tentang pengalaman dan pendidikan. Ia percaya bahwa berpikir reflektif adalah cara yang menyatukan elemen-elemen kurikulum. Pemikiran tidak berasal dari tindakan tetapi diuji melalui penerapan.

Caswell dan Campbell memandang kurikulum sebagai "semua pengalaman yang dialami anak-anak di bawah bimbingan guru." Definisi ini dianut oleh Smith, Stanley, dan Shores ketika mereka mendefinisikan kurikulum sebagai "rangkaian pengalaman potensial yang ditetapkan di sekolah untuk tujuan mendisiplinkan anak-anak dan remaja dalam cara berpikir dan bertindak kelompok." Kurikulum sebagai suatu proses adalah ketika seorang guru memasuki sekolah dan situasi tertentu dengan kemampuan untuk berpikir kritis, pemahaman tentang peran mereka dan harapan orang lain terhadap mereka, dan usulan tindakan yang menetapkan prinsip dan fitur penting dari pertemuan pendidikan.[12] Dengan panduan ini, mereka mendorong percakapan antara, dan dengan, orang-orang dalam situasi yang dapat menghasilkan suatu arah pemikiran dan tindakan.[12] Ditambah lagi, guru terus mengevaluasi proses dan apa yang dapat mereka lihat dari hasilnya.[12]

Marsh dan Willis memandang kurikulum sebagai semua "pengalaman di kelas yang direncanakan dan dilaksanakan oleh guru, dan juga dipelajari oleh siswa."[25]

Setiap definisi dari kurikulum apa pun, jika ingin efektif dan produktif secara praktis, harus menawarkan lebih dari sekadar pernyataan tentang konten pengetahuan atau sekadar mata pelajaran yang harus diajarkan, ditularkan, atau diberikan oleh sekolah.[14] Beberapa orang berpendapat bahwa nilai-nilai yang tersirat dalam pengaturan yang dibuat oleh sekolah untuk murid-muridnya cukup jelas dalam kesadaran guru dan perencana, terutama ketika perencana adalah politisi, dan sama-sama diterima dengan jelas oleh mereka sebagai bagian dari apa yang harus dipelajari murid di sekolah, meskipun mereka sendiri tidak mengakuinya secara terbuka.[14] Dengan kata lain, mereka yang merancang kurikulum dengan sengaja merencanakan "budaya ekspresif" sekolah. Jika demikian halnya, maka kurikulum 'tersembunyi' hanya untuk atau dari murid-murid, dan nilai-nilai yang akan dipelajari jelas dari sebagian dari apa yang direncanakan untuk murid-murid. Oleh karena itu, kurikulum harus diterima sepenuhnya sebagai bagian dari kurikulum, dan khususnya sebagai fokus penting karena pertanyaan harus diajukan mengenai keabsahan praktik semacam itu.[14]

Saat ini, kurikulum spiral dipromosikan sebagai kurikulum yang memungkinkan siswa untuk meninjau kembali konten materi pelajaran pada berbagai tingkat perkembangan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Pendekatan konstruktivis mengusulkan bahwa anak-anak belajar paling baik melalui keterlibatan proaktif dengan lingkungan pendidikan, seperti dalam pembelajaran melalui penemuan.

Pendidikan dasar dan menengah

[sunting | sunting sumber]

Kurikulum dapat ditentukan sebagian atau seluruhnya oleh badan eksternal yang berwenang (misalnya, Kurikulum Nasional untuk Inggris di sekolah-sekolah Inggris, atau Kurikulum Dasar Internasional untuk Sekolah Internasional).

Yang krusial bagi kurikulum adalah definisi tujuan kursus yang biasanya dinyatakan sebagai capaian pembelajaran dan biasanya mencakup strategi penilaian program. Capaian dan penilaian ini dikelompokkan sebagai unit (atau modul), dan, oleh karena itu, kurikulum terdiri dari kumpulan unit tersebut, yang masing-masing, pada gilirannya, terdiri dari bagian kurikulum yang terspesialisasi dan spesifik. Jadi, kurikulum yang umum mencakup unit komunikasi, numerasi, teknologi informasi, dan keterampilan sosial, dengan pengajaran khusus dan terspesialisasi untuk masing-masing unit.

Kurikulum inti sering kali ditetapkan, di tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah atas, oleh dewan sekolah, Departemen Pendidikan, atau badan administratif lain yang bertugas mengawasi pendidikan. Kurikulum inti adalah kurikulum, atau program studi, yang dianggap penting dan biasanya dibuat wajib bagi semua siswa di sekolah atau sistem sekolah. Namun, bahkan ketika persyaratan inti ada, persyaratan tersebut tidak selalu melibatkan persyaratan bagi siswa untuk terlibat dalam satu kelas atau kegiatan tertentu. Misalnya, sebuah sekolah mungkin mewajibkan kelas apresiasi musik, tetapi siswa dapat memilih untuk tidak mengikuti kelas seni pertunjukan.

Australia

[sunting | sunting sumber]

Di Australia, Kurikulum Australia mulai berlaku secara nasional pada tahun 2014,[26] setelah proses pengembangan kurikulum yang dimulai pada tahun 2010.[27] Sebelumnya, Departemen Pendidikan setiap negara bagian secara tradisional telah menetapkan kurikulum. Kurikulum Australia terdiri dari satu kurikulum yang mencakup delapan bidang mata pelajaran hingga tahun ke-10, dan kurikulum lain yang mencakup lima belas mata pelajaran untuk tahun-tahun sekolah menengah atas.[26]

Di Kanada, setiap provinsi dan teritori memiliki kewenangan untuk membuat kurikulumnya sendiri. Namun, Wilayah Barat Laut dan Nunavut memilih untuk menggunakan Kurikulum Alberta untuk bagian-bagian tertentu dari kurikulum mereka. Wilayah-wilayah tersebut juga menggunakan tes terstandardisasi Alberta dalam beberapa mata [28]

Iran baru-baru ini kembali ke 6 tahun, bukan 5 tahun sekolah Dasar dan dua tahun atau tiga tahun sekolah menengah.[29] Ada juga seminari Islam Hawza dengan program 10-14 tahun.

Korea Selatan

[sunting | sunting sumber]

Kurikulum Nasional Korea mencakup Taman Kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, dan pendidikan khusus.[30] Versi yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Nasional ke-7, yang telah direvisi pada tahun 2007 dan 2009.[30] Kurikulum ini menyediakan kerangka kerja untuk serangkaian mata pelajaran umum hingga kelas 9, dan mata pelajaran pilihan di kelas 10 hingga 12.[31]

Kurikulum di Jepang ditentukan berdasarkan pedoman pendidikan dan pedoman pembelajaran yang disajikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi (MEXT). Saat menentukan kurikulum untuk setiap sekolah, penyelenggara sekolah akan menentukan garis besarnya dengan merujuk pada manual dan penjelasan yang disiapkan oleh Kementerian Pendidikan, Sains, dan Teknologi serta kantor publik lainnya, dan sekolah akan memutuskan rencana tahunan tambahan. Mata Kuliah Pendidikan dan Mata Kuliah Studi direvisi sepenuhnya setiap 10 tahun. Sebelum Perang Dunia II, kurikulum didasarkan pada peraturan sekolah yang sesuai dengan masing-masing jenis sekolah.[32]

Sistem Belanda didasarkan pada arahan yang berasal dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan (OCW). Pendidikan dasar dan menengah menggunakan tujuan utama untuk membuat kurikulum. Untuk pendidikan dasar, jumlah total sasaran telah dikurangi dari 122 pada tahun 1993 menjadi 58 pada tahun 2006. Mulai tahun 2009 dan 2010, semua sasaran utama wajib dipenuhi untuk pendidikan dasar. Sasaran utama berorientasi pada bidang mata pelajaran seperti bahasa, matematika, orientasi terhadap diri sendiri dan dunia, seni, dan pendidikan jasmani. Semua sasaran disertai dengan kegiatan konkret. Ujian akhir juga ditentukan oleh OCW dan diwajibkan. Bagian dari ujian tersebut diambil dalam lingkungan nasional, yang dibentuk oleh Centrale Examencommissie Vaststelling Opgaven (CEVO). Lebih jauh, OCW akan menentukan jumlah jam yang harus dihabiskan untuk setiap mata pelajaran. Selain arahan ini, setiap sekolah dapat menentukan kurikulumnya sendiri.

Pada tahun 2005, pemerintah Nigeria mengadopsi Kurikulum Pendidikan Dasar nasional untuk kelas 1 hingga 9. Kebijakan tersebut merupakan hasil dari program Pendidikan Dasar Universal yang diumumkan pada tahun 1999, untuk menyediakan pendidikan publik berkelanjutan yang gratis dan wajib selama tahun-tahun tersebut. Pada tahun 2014, pemerintah menerapkan versi revisi kurikulum nasional, dengan mengurangi jumlah mata pelajaran yang dicakup dari 20 menjadi 10..[33]

Kurikulum inti biasanya sangat ditekankan di universitas dan lembaga teknik Soviet dan Rusia.Templat:Diperlukan kutipan

Britania Raya

[sunting | sunting sumber]

Inggris dan Wales

[sunting | sunting sumber]

Kurikulum Nasional diperkenalkan ke dalam Inggris, Wales dan Irlandia Utara sebagai kurikulum nasional untuk sekolah negeri dasar dan menengah mengikuti Undang-Undang Reformasi Pendidikan 1988.[34] Ini tidak berlaku untuk sekolah swasta, yang dapat menetapkan kurikulum mereka sendiri, tetapi memastikan bahwa sekolah negeri dari semua otoritas pendidikan lokal memiliki kurikulum umum. Sekolah akademi memiliki tingkat otonomi yang signifikan dalam menyimpang dari Kurikulum Nasional. Setiap sekolah negeri harus menawarkan kurikulum yang seimbang dan berbasis luas serta mempromosikan spiritualitas.

Setiap sekolah negeri harus menawarkan kurikulum yang seimbang dan berbasis luas dan yang mempromosikan perkembangan spiritual, moral, budaya, mental dan fisik para siswa di sekolah dan masyarakat, dan mempersiapkan para siswa di sekolah untuk peluang, tanggung jawab dan pengalaman kehidupan di masa depan. Bahasa Indonesia: Untuk setiap mata pelajaran kurikulum wajib, Sekretaris Negara untuk Pendidikan diharuskan untuk menetapkan Program Studi yang menguraikan konten dan hal-hal yang harus diajarkan dalam mata pelajaran tersebut pada Tahapan Utama yang relevan.[35] Guru harus menetapkan harapan yang tinggi untuk setiap murid. Mereka harus merencanakan tugas tambahan untuk murid yang prestasinya jauh di atas standar yang diharapkan. Guru harus menggunakan penilaian yang tepat untuk menetapkan target yang sengaja dibuat ambisius.


Skotlandia

[sunting | sunting sumber]

Di Skotlandia, Kurikulum untuk Keunggulan (CfE) diperkenalkan pada bulan Agustus 2010 di semua sekolah.[36] Kualifikasi nasional diperkenalkan pada tahun 2013 oleh Otoritas Kualifikasi Skotlandia (SQA). Kualifikasi nasional meliputi Life Skills Coursework (SFL), Nasional 3 (NAT3), Nasional 4 (NAT4), Nasional 5 (NAT5), Higher, dan Advanced Higher.

Amerika Serikat

[sunting | sunting sumber]

Di AS, setiap negara bagian, dengan distrik sekolah masing-masing, menetapkan kurikulum yang diajarkan.[37] Namun, setiap negara bagian menyusun kurikulumnya dengan partisipasi besar dari kelompok subjek akademik nasional yang dipilih oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat seperti Dewan Nasional Guru Matematika (NCTM) untuk pengajaran matematika.

Inisiatif Standar Negara Inti Umum (CCSSI) mengumumkan serangkaian standar inti yang merupakan informasi dan keterampilan khusus yang perlu diketahui siswa di setiap tingkat kelas agar dapat lulus. Negara bagian dapat mengadopsi standar ini sebagian atau seluruhnya dan mengembangkannya. Sekolah dan negara bagian (tergantung pada seberapa besar kendali yang diberikan negara bagian kepada sekolah lokalnya) kemudian mengembangkan kurikulum mereka untuk memenuhi setiap standar ini. Koordinasi ini dimaksudkan untuk memungkinkan penggunaan lebih banyak buku teks yang sama di seluruh negara bagian, dan untuk bergerak menuju tingkat pencapaian pendidikan minimum yang lebih seragam. Menurut CCSSI, "

Pendidikan tinggi

[sunting | sunting sumber]
Institut Fisika dan Teknologi Moskow mahasiswa memeriksa papan jadwal kelas utama universitas pada hari pertama kelas untuk mengetahui kelas apa yang akan ia – dan semua mahasiswa dalam spesialisasinya (sub-jurusan) – hadiri semester ini.

Banyak lembaga pendidikan saat ini mencoba menyeimbangkan dua kekuatan yang berlawanan. Di satu sisi, sebagian orang meyakini siswa harus memiliki landasan pengetahuan umum, sering kali dalam bentuk kurikulum inti, sedangkan yang lain ingin siswa mampu mengejar minat pendidikan mereka sendiri, sering kali melalui spesialisasi awal dalam jurusan atau melalui pilihan mata kuliah bebas. Ketegangan ini telah menerima banyak liputan karena reorganisasi persyaratan inti Universitas Harvard.[38][39][40]

Ciri penting dari desain kurikulum, yang terlihat di setiap katalog perguruan tinggi dan di setiap jenjang sekolah lainnya, adalah identifikasi prasyarat untuk setiap mata kuliah.[butuh klarifikasi] Prasyarat ini dapat dipenuhi dengan mengambil mata kuliah tertentu, dan dalam beberapa kasus dengan ujian, atau dengan cara lain, seperti pengalaman kerja. Secara umum, mata kuliah yang lebih maju dalam mata kuliah apa pun memerlukan beberapa dasar dalam mata kuliah dasar, tetapi beberapa mata kuliah memerlukan studi di departemen lain, seperti dalam rangkaian kelas matematika yang diperlukan untuk jurusan fisika, atau persyaratan bahasa bagi mahasiswa yang mempersiapkan diri dalam bidang sastra, musik, atau penelitian ilmiah. Desain kurikulum yang lebih rinci harus membahas prasyarat dalam mata kuliah untuk setiap topik yang diambil. Hal ini pada gilirannya mengarah pada masalah organisasi dan penjadwalan kursus setelah ketergantungan antara topik diketahui.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Adams & Adams 2003, hlm. 33–34.
  2. ^ Adams, Kathy L.; Adams, Dale E. (2003). Urban Education: A Reference HandbookPerlu mendaftar (gratis). ABC-CLIO. hlm. 31–32. ISBN 9781576073629. 
  3. ^ a b Kelly, A. V. (2009). The curriculum: Theory and practice (pp. 1–55). Newbury Park, CA: Sage.
  4. ^ Dewey, J. (1902). The Child and the Curriculum (pp. 1–31). Chicago: The University of Chicago Press.
  5. ^ a b Braslavsky, C. (2003). The curriculum.
  6. ^ a b Oxford English Dictionary, "Kurikulum," 152
  7. ^ a b "Curriculum". www.etymonline.com. Kamus Etimologi Online. Diakses tanggal 29 November 2019. 
  8. ^ Hamilton, David (2014). Towards a Theory of Schooling. Routledge. hlm. 55. ISBN 9780415857086. 
  9. ^ Hamilton 2014, hlm. 7.
  10. ^ Hamilton 2014, hlm. 47.
  11. ^ Wiles 2008, hlm. 2.
  12. ^ a b c d e f g h i Smith, Mark (2000). "What is curriculum? Exploring theory and practice". infed. 
  13. ^ a b c d e f Dewey, John (1902). The child and the curriculum. 
  14. ^ a b c d e f g h i j k l Kelly 2009.
  15. ^ Jackson, Philip (1986). Life in Classrooms. New York: Holt, Rinehart, and Winston. hlm. 33–35. ISBN 0-8077-3034-3. 
  16. ^ Hancock, D., Dyk, P. H., & Jones, K. (2012). Adolescent Involvement in Extracurricular Activities. Journal of Leadership Education, 11(1), 84–101
  17. ^ Crisostomo, Jay (14 January 2019). "Multilingual Writing Practices and Translation in Advanced Lexical Education". Translation as Scholarship: Language, Writing, and Bilingual Education in Ancient Babylonia. Studies in Ancient Near Eastern Records (SANER) - volume 22. Boston: Walter de Gruyter GmbH & Co KG. ISBN 9781501509759. Diakses tanggal 27 March 2023. Scribal identity was explicitly connected to the curriculum and specifically Sumerian in a number of literary works [...]. [...] The [...] scribal curriculum [...] was all about learning Sumerian. Through copying lists of Sumerian lexemes and especially in the reproduction of Sumerian literature, the curriculum inculcated the student scribe in Sumerian culture. 
  18. ^ Atwill, Janet M. (2009). Rhetoric Reclaimed: Aristotle and the Liberal Arts Tradition. Cornell paperbacks. Ithaca, New York: Cornell University Press. hlm. 16. ISBN 9780801476051. Diakses tanggal 27 March 2023. [...] Renaissance curricula were far more influenced by Quintilian's pedagogical program than by Cicero's goals for the training of an orator. 
  19. ^ Bobbitt, John Franklin. The Curriculum. Boston: Houghton Mifflin, 1918.
  20. ^ Jackson, Philip W. "Conceptions of Curriculum and Curriculum Specialists." Dalam Handbook of Research on Curriculum: A Project of the American Educational Research Association, diedit oleh Philip W. Jackson, 3–40. New York: Macmillan Pub. Co., 1992.
  21. ^ Pinar, William F., William M. Reynolds, Patrick Slattery, dan Peter M. Taubman. Understanding Curriculum: An Introduction to the Study of Historical and Contemporary Curriculum Discourses. New York: Peter Lang, 1995.
  22. ^ Dewey, John (1902). The child and the curriculum. Chicago: University of Chicago Press. hlm. 29. Diakses tanggal 27 March 2023. To learn the lesson is more interesting than to take a scolding, be held up to general ridicule, stay after school, receive degradingly low marks, or fail to be promoted. 
  23. ^ "Museum Education as Curriculum: Four Models, Leading to a Fifth", Elizabeth Vallance, Studies in Art Education Vol. 45, No. 4 (Summer, 2004), pp. 343–358
  24. ^ Kim, M., & Dopico, E. (2014). Science education through informal education. Cultural Studies of Science Education, 1–7.
  25. ^ Bilbao, Purita P., Lucido, Paz I., Iringan, Tomasa C., and Javier, Rodrigo B. (2008). Curriculum Development. Quezon City: Lorimar Publishing, Inc.
  26. ^ a b "Australian Curriculum". Diakses tanggal 2015-01-12. 
  27. ^ "Senior secondary Australian Curriculum". Queensland Curriculum & Assessment Authority. 16 October 2015. 
  28. ^ French, Janet. "Northwest-Terrirtories and Nunavut to Have Input in Albertas K—12 Curriculum Redesign". Diakses tanggal November 23, 2016. 
  29. ^ "Education Curriculum in Iran | K12 Academics". 6 February 2017. 
  30. ^ a b "National Curriculum of Korea Source Inventory". National Curriculum Information Center. Diakses tanggal 2015-01-12. 
  31. ^ "KURIKULUM SEKOLAH REPUBLIK KOREA: Proklamasi Kementerian Pendidikan, Sains, dan Teknologi: #2009-41" (PDF). Diakses tanggal 2015-01-12. 
  32. ^ "NCEE - Japan Overview". www.ncee.org. Diakses tanggal 15 April 2018. 
  33. ^ Mohammed, Amina (2014-08-14). "Nigeria revises basic education curriculum". Premium Times. Diakses tanggal 2015-01-12. 
  34. ^ "National curr4iculum". GOV.UK. 2 December 2014. 
  35. ^ National Archives (1 April 2018). "Education Act 2002 Part 6". H M Government. Diakses tanggal 14 October 2020.  Berkas:UKOpenGovernmentLicence.svg Teks disalin dari sumber ini, yang tersedia di bawah Lisensi Pemerintah Terbuka v3.0. © Hak cipta Crown.
  36. ^ Kurikulum untuk Keunggulan
  37. ^ National Education Standards...They're Back! (article)
  38. ^ "Harvard Gazette: Membahas Kurikulum Inti". Universitas Harvard. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 July 2013. Diakses tanggal 9 February 2013. 
  39. ^ "Harvard approves new general education curriculum". Diakses tanggal 9 February 2013. 
  40. ^ "Harvard approves new general education curriculum". The Boston Globe. 15 May 2007. Diakses tanggal 9 February 2013. 


Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Templat:Pendidikan