Lompat ke isi

Emiria Soenassa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mundugumor (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Seniman wanita Indonesia menjadi Perempuan Pekerja Seni
 
(6 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 11: Baris 11:
| birth_name = Emiria Emma Wihelmina Pareira
| birth_name = Emiria Emma Wihelmina Pareira
| birth_date = {{Birth year|1891}}<ref name=":0" />
| birth_date = {{Birth year|1891}}<ref name=":0" />
| birth_place = [[Tanahwangko]], Kampung [[Tidore]], [[Celebes]]
| birth_place = [[Tanawangko]], Kampung [[Tidore]], [[Celebes]]
| disappeared_date = <!-- {{Disappeared date and age|YYYY|MM|DD|YYYY|MM|DD}} (tanggal menghilang diikuti tanggal lahir) -->
| disappeared_date = <!-- {{Disappeared date and age|YYYY|MM|DD|YYYY|MM|DD}} (tanggal menghilang diikuti tanggal lahir) -->
| disappeared_place =
| disappeared_place =
Baris 96: Baris 96:
}}
}}


'''Emiria Soenassa''' (1895-7.April 1964, a.k.a. Emiria Sunassa) adalah pelukis perempuan yang lahir di Tanahwangko, [[Tombariri, Minahasa]], [[Sulawesi Utara]] dan meninggal di [[Lampung]].<ref>{{Cite web|url=http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/post/Emiria-Sunassa?lang=id|title=Emiria Sunassa|website=encyclopedia.jakarta-tourism.go.id|access-date=2020-02-11}}</ref> Ia baru mengawali karier seninya pada usia 46 tahun.<ref>Heidi Arbuckle, "Emiria Soenassa Membayangkan Nusa", ''Kompas'', 12 Desember 2010.</ref> Selama berkarier di bidang seni ia menggunakan nama Emiria Sunassa Wama’na Poetri Al-Alam Mahkota Tidore sebagaimana tercatat dalam buku ''Orang Indonesia Terkemoeka di Djawa'' terbitan Goenseikanbu tahun 1944.<ref>{{Cite web |url=https://lukisanku.id/emiria-sunassa/ |title=Salinan arsip |access-date=2018-03-06 |archive-date=2018-03-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180306142754/https://lukisanku.id/emiria-sunassa/ |dead-url=yes }}</ref>
'''Emiria Soenassa''' (1895-7.April 1964, a.k.a. '''Emiria Sunassa''') adalah pelukis perempuan yang lahir di Tanawangko, [[Tombariri, Minahasa]], [[Sulawesi Utara]] dan meninggal di [[Lampung]].<ref>{{Cite web|url=http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/post/Emiria-Sunassa?lang=id|title=Emiria Sunassa|website=encyclopedia.jakarta-tourism.go.id|access-date=2020-02-11}}</ref> Ia baru mengawali karier seninya pada usia 46 tahun.<ref>Heidi Arbuckle, "Emiria Soenassa Membayangkan Nusa", ''Kompas'', 12 Desember 2010.</ref> Selama berkarier di bidang seni ia menggunakan nama Emiria Sunassa Wama’na Poetri Al-Alam Mahkota Tidore sebagaimana tercatat dalam buku ''Orang Indonesia Terkemoeka di Djawa'' terbitan Goenseikanbu tahun 1944.<ref>{{Cite web |url=https://lukisanku.id/emiria-sunassa/ |title=Salinan arsip |access-date=2018-03-06 |archive-date=2018-03-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180306142754/https://lukisanku.id/emiria-sunassa/ |dead-url=yes }}</ref>


== Pendidikan dan Karier Kesenian ==
== Pendidikan dan Karier Kesenian ==
Emiria hanya mengenyam pendidikan formal sampai kelas 3 di [[Europeesche Lagere School]]. Pada 1912-1924 ia mengikuti pendidikan perawat di [[Rumah Sakit Primaya Pusat Gereja Indonesia Cikini|Rumah Sakit Cikini]], Jakarta. Dua tahun kemudian, ia menikah dengan seorang diplomat asing yang pernah dirawatnya, lantas pasangan ini pun berangkat ke Eropa. Di Eropa Emiria belajar tari balet di Dalcroze School, Brussel, Belgia.<ref>http://historia.id/persona/emiria-sunassa-perupa-perempuan-genius</ref>
Emiria hanya mengenyam pendidikan formal sampai kelas 3 di [[Europeesche Lagere School]]. Pada 1912-1924 ia mengikuti pendidikan perawat di [[Rumah Sakit Primaya PGI Cikini]], Jakarta. Dua tahun kemudian, ia menikah dengan seorang diplomat asing yang pernah dirawatnya, lantas pasangan ini pun berangkat ke Eropa. Di Eropa Emiria belajar tari balet di Dalcroze School, Brussel, Belgia.<ref>http://historia.id/persona/emiria-sunassa-perupa-perempuan-genius</ref>


Setelah bercerai dengan suaminya, pada 1920-an, Emiria kembali ke Hindia Belanda dan dikabarkan bahwa selama 1920an-1930-an Emiria menjelajahi Nusantara, bekerja di perkebunan dan pertambangan serta hidup dengan suku Dayak di Kalimantan dan suku Kubu di Sumatera Selatan.<ref>“Bertjakap-tjakap dengen Prinses Tidore tentang Daerahnja: Irian,” Starweekly, no. 203, 20 November 1949, hlm. 10.</ref>
Setelah bercerai dengan suaminya, pada 1920-an, Emiria kembali ke Hindia Belanda dan dikabarkan bahwa selama 1920an-1930-an Emiria menjelajahi Nusantara, bekerja di perkebunan dan pertambangan serta hidup dengan suku Dayak di Kalimantan dan suku Kubu di Sumatera Selatan.<ref>“Bertjakap-tjakap dengen Prinses Tidore tentang Daerahnja: Irian,” Starweekly, no. 203, 20 November 1949, hlm. 10.</ref>


Belakangan, ia bertemu dengan Guillaume Frederic Pijper, seorang Kepala Kantor Urusan Bumiputra di bawah pemerintah kolonial yang sangat menyukai seni. Pertemuannya dengan Pijper mulai membuat Emiria terdorong untuk melukis.
Belakangan, ia bertemu dengan Guillaume Frederic Pijper, seorang Kepala Kantor Urusan Bumiputra di bawah pemerintah kolonial yang sangat menyukai seni. Pertemuannya dengan Pijper mulai membuat Emiria terdorong untuk melukis.<ref name=":1">{{Cite web|last=Agnes|first=Tia|title=5 Fakta Pelukis Emiria Sunassa di Hari Perempuan Internasional|url=https://hot.detik.com/art/d-5973454/5-fakta-pelukis-emiria-sunassa-di-hari-perempuan-internasional|website=detikhot|language=id-ID|access-date=2024-06-02}}</ref>


Emiria belajar melukis secara otodidak seperti kebanyakan pelukis pada masanya, dan diketahui pernah belajar di [[Persatuan Ahli Gambar Indonesia|Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi)]].<ref name=":0">https://nasional.kompas.com/read/2010/10/27/14070768/fakta.dan.mitos.emiria.soenassa</ref> Emiria merupakan satu dari tiga artis perempuan di Persagi, selain Saptarita Latif dan Tridjoto Abdullah. Berbeda dengan keduanya, Emiria mulai melukis secara individu.
Emiria belajar melukis secara otodidak seperti kebanyakan pelukis pada masanya, dan diketahui pernah belajar di [[Persatuan Ahli Gambar Indonesia|Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi)]].<ref name=":0">https://nasional.kompas.com/read/2010/10/27/14070768/fakta.dan.mitos.emiria.soenassa</ref> Emiria merupakan satu dari tiga artis perempuan di Persagi, selain Saptarita Latif dan Tridjoto Abdullah. Berbeda dengan keduanya, Emiria mulai melukis secara individu.


Pada masa penjajahan Jepang, Emiria merupakan anggota bagian seni pusat kebudayaan Jepang, Keimin Bunko Shidoso.
Pada [[Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda|masa penjajahan Jepang]], Emiria merupakan anggota bagian seni pusat kebudayaan Jepang, Keimin Bunko Shidoso.<ref>{{Cite web|date=2010-03-16|title=Emiria Sunassa, Perupa Perempuan Genius|url=https://historia.id/kultur/articles/emiria-sunassa-perupa-perempuan-genius-DWYeP|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2024-06-02}}</ref>


Emiria sudah berusia 46 tahun saat menampilkan lukisan pertamanya hasil kolaborasi dengan Pijper berjudul Telaga Warna. Pada 1940, ia mengadakan pameran pertamanya bersama Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) di toko buku [[G. Kolff & Co.]] yang sukses pada 1940.
Emiria sudah berusia 46 tahun saat menampilkan lukisan pertamanya hasil kolaborasi dengan Pijper berjudul Telaga Warna. Pada 1940, ia mengadakan pameran pertamanya bersama Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) di toko buku [[G. Kolff & Co.]] yang sukses pada 1940.<ref name=":1" />


Ciri khas lukisan Emiria adalah perombakannya terhadap seni primitif menjadi karya seni yang lebih modern. Oleh karena itu, karyanya sering digambarkan sebagai gabungan seni modern pribumi dan neo-primitif.<ref name="historia"></ref>
Ciri khas lukisan Emiria adalah perombakannya terhadap seni primitif menjadi karya seni yang lebih modern. Oleh karena itu, karyanya sering digambarkan sebagai gabungan seni modern pribumi dan neo-primitif.<ref name="historia"></ref>
Baris 139: Baris 139:
{{colend}}
{{colend}}


Dengan karyanya, Emiria menjadi pionir bagi banyak seniman perempuan Indonesia yang mengikutinya dari tahun 1960 hingga abad ke-21. Diantaranya adalah [Erna Garnasih Pirous|Erna Pirous]], istri A.D. Pirous, Farida Srihadi, istri Srihadi, Heyi Ma'mun, Isyanaini, [[Kartika Affandi]], putri artis utama Indonesia [[Affandi]], [[Rita Widagdo]] dan Christine Ay Tjoe, dan masih banyak lagi.
Dengan karyanya, Emiria menjadi pionir bagi banyak seniman perempuan Indonesia yang mengikutinya dari tahun 1960 hingga abad ke-21. Diantaranya adalah [[Christine Ay Tjoe]], [[Erna Garnasih Pirous|Erna Pirous]], istri A.D. Pirous, Farida Srihadi, istri Srihadi, [[Heyi Ma'mun]], Isyanaini, [[Kartika Affandi]], putri artis utama Indonesia [[Affandi]], [[Rita Widagdo]] dan [[Umi Dachlan]].


=== Pameran Tunggal ===
=== Pameran Tunggal ===
Baris 166: Baris 166:
{{Authority control}}
{{Authority control}}


[[Kategori:Seniman wanita Indonesia]]
[[Kategori:Perempuan Indonesia]]
[[Kategori:Wanita Indonesia]]
[[Kategori:Pelukis Indonesia]]
[[Kategori:Pelukis Indonesia]]
[[Kategori:Seniman Indonesia]]
[[Kategori:Seniman Indonesia]]

Revisi terkini sejak 19 Agustus 2024 13.44

Emiria Soenassa
Wama’na Putri Al Alam Mahkota Tidore
Nama asalEmiria Sunassa
LahirEmiria Emma Wihelmina Pareira
1891 (1891)[1]
Tanawangko, Kampung Tidore, Celebes
Meninggal7 April 1964
Lampung
Pendidikan
  • Europeesche Lagere School,
  • Pendidikan perawat di Rumah Sakit Cikini Jakarta,
  • Belajar Tari ballet di Dalcroze School, Brussel, Belgia,
Karya terkenal
  • Telaga Warna (1940),
  • Pasar,
  • Angklung,
  • Orang Irian dengan Boeroeng Tjenderawasih (1948),
  • Mutiara Bermain,
  • Kembang Kemboja di Bali (1958),
  • Wanita Sulawesi (1958),
  • Market (1952),
  • Panen Padi (1942),
  • Pengantin Dayak,
  • Mario Penari Bali,
  • Dua Wajah Papua,
  • Pemanah Dayak

Emiria Soenassa (1895-7.April 1964, a.k.a. Emiria Sunassa) adalah pelukis perempuan yang lahir di Tanawangko, Tombariri, Minahasa, Sulawesi Utara dan meninggal di Lampung.[2] Ia baru mengawali karier seninya pada usia 46 tahun.[3] Selama berkarier di bidang seni ia menggunakan nama Emiria Sunassa Wama’na Poetri Al-Alam Mahkota Tidore sebagaimana tercatat dalam buku Orang Indonesia Terkemoeka di Djawa terbitan Goenseikanbu tahun 1944.[4]

Pendidikan dan Karier Kesenian

[sunting | sunting sumber]

Emiria hanya mengenyam pendidikan formal sampai kelas 3 di Europeesche Lagere School. Pada 1912-1924 ia mengikuti pendidikan perawat di Rumah Sakit Primaya PGI Cikini, Jakarta. Dua tahun kemudian, ia menikah dengan seorang diplomat asing yang pernah dirawatnya, lantas pasangan ini pun berangkat ke Eropa. Di Eropa Emiria belajar tari balet di Dalcroze School, Brussel, Belgia.[5]

Setelah bercerai dengan suaminya, pada 1920-an, Emiria kembali ke Hindia Belanda dan dikabarkan bahwa selama 1920an-1930-an Emiria menjelajahi Nusantara, bekerja di perkebunan dan pertambangan serta hidup dengan suku Dayak di Kalimantan dan suku Kubu di Sumatera Selatan.[6]

Belakangan, ia bertemu dengan Guillaume Frederic Pijper, seorang Kepala Kantor Urusan Bumiputra di bawah pemerintah kolonial yang sangat menyukai seni. Pertemuannya dengan Pijper mulai membuat Emiria terdorong untuk melukis.[7]

Emiria belajar melukis secara otodidak seperti kebanyakan pelukis pada masanya, dan diketahui pernah belajar di Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi).[1] Emiria merupakan satu dari tiga artis perempuan di Persagi, selain Saptarita Latif dan Tridjoto Abdullah. Berbeda dengan keduanya, Emiria mulai melukis secara individu.

Pada masa penjajahan Jepang, Emiria merupakan anggota bagian seni pusat kebudayaan Jepang, Keimin Bunko Shidoso.[8]

Emiria sudah berusia 46 tahun saat menampilkan lukisan pertamanya hasil kolaborasi dengan Pijper berjudul Telaga Warna. Pada 1940, ia mengadakan pameran pertamanya bersama Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) di toko buku G. Kolff & Co. yang sukses pada 1940.[7]

Ciri khas lukisan Emiria adalah perombakannya terhadap seni primitif menjadi karya seni yang lebih modern. Oleh karena itu, karyanya sering digambarkan sebagai gabungan seni modern pribumi dan neo-primitif.[9]

Karya Kenal

[sunting | sunting sumber]

Dokumentasi ini diperoleh dari @rsipIVAA[10]

  • Pasar
  • Angklung
  • Mutiara Bermain
  • Portret Wanita Tua, koleksi Nasirun, ca. 1930-1960
  • Untitled (wanita depan bunga, koleksi Nasirun, 1933
  • Telaga Warna, 1940[9]
  • Pekuburan Dayak Penihing, sebelum 1941[11]
  • Kampung di Teluk Rumbolt, sebelum 1941
  • Bahaya Belakang Kambang Terate (Danger Lurking Behind the Lotus), earlier named Orang-Orang Papua, ca. 1941-48. National Gallery Singapore[12]
  • Panen Padi, 1942[9]
  • Pengantin Dayak, 1942-1948
  • Orang Irian dengan Boeroeng Tjenderawasih, 1948
  • Untitled (orang Papua depan pohon daun), koleksi Nasirun, 1951
  • Market, 1952
  • Zonnebad (Sun Bath, 1956)[13]
  • Wanita Berpayung, koleksi Nasirun, 1957
  • Kembang Kemboja di Bali, 1958
  • Wanita Sulawesi, 1958
  • Mario Penari Bali
  • Dua Wajah Papua
  • Pemanah Dayak

Dengan karyanya, Emiria menjadi pionir bagi banyak seniman perempuan Indonesia yang mengikutinya dari tahun 1960 hingga abad ke-21. Diantaranya adalah Christine Ay Tjoe, Erna Pirous, istri A.D. Pirous, Farida Srihadi, istri Srihadi, Heyi Ma'mun, Isyanaini, Kartika Affandi, putri artis utama Indonesia Affandi, Rita Widagdo dan Umi Dachlan.

Pameran Tunggal

[sunting | sunting sumber]
  • Pameran masa lalu selalu aktual. Pameran lukisan Emiria Soenassa (1891-1964). Bentara Budaya Yogya dan Jakarta, 2010[14]

Pameran Bersama

[sunting | sunting sumber]
  • Pameran dengan 3 lukisan: “Pekuburan Dayak Penihing”, “Bahaya Belakang Kambang Terate”, dan “Kampung di Teluk Rumbolt” juga pernah tampil dalam pameran perintis pelukis pribumi. Batavia Kunstkring, Bandung, 1941 [11]
  • Pameran Bersama in Djawa Baru, 1943[12]
  • Pameran Lukisan dan Pahatan (Painting and Sculpture Exhibition, 18-27 Aug. 1951[12]
  • Familiar Others: Emiria Sunassa, Eduardo Masferré and Yeh Chi Wei — 1940s-1970s. Pameran Bersama, National Gallery Singapore, 25 Jul 2022 - 14 May 2023[15]

Misteri Kematian dan Peninggalan

[sunting | sunting sumber]

Pada 1950-an Emiria yang aktif di lingkaran seni Jakarta tiba-tiba menghilang dari peredaran. Ia kemudian diketahui meninggal di Lampung pada 1964. Lukisan-lukisan peninggalan Emiria disimpan oleh teman dan tetangganya, Jane Waworuntu. Pada Oktober 2010, sebuah pameran di Bentara Budaya Yogyakarta bertajuk "Masa Lalu Selalu Aktual" menampilkan 28 lukisan Emiria dari koleksi keluarga Waworuntu.[1][14]

Bibliografi

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c https://nasional.kompas.com/read/2010/10/27/14070768/fakta.dan.mitos.emiria.soenassa
  2. ^ "Emiria Sunassa". encyclopedia.jakarta-tourism.go.id. Diakses tanggal 2020-02-11. 
  3. ^ Heidi Arbuckle, "Emiria Soenassa Membayangkan Nusa", Kompas, 12 Desember 2010.
  4. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-06. Diakses tanggal 2018-03-06. 
  5. ^ http://historia.id/persona/emiria-sunassa-perupa-perempuan-genius
  6. ^ “Bertjakap-tjakap dengen Prinses Tidore tentang Daerahnja: Irian,” Starweekly, no. 203, 20 November 1949, hlm. 10.
  7. ^ a b Agnes, Tia. "5 Fakta Pelukis Emiria Sunassa di Hari Perempuan Internasional". detikhot. Diakses tanggal 2024-06-02. 
  8. ^ "Emiria Sunassa, Perupa Perempuan Genius". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. 2010-03-16. Diakses tanggal 2024-06-02. 
  9. ^ a b c Emiria Sunassa, Perupa Perempuan Genius. Budi Setiyono, 16 Mar 2010, historia.[1]
  10. ^ Emiria Soenassa, Indonesian Visual Art Archive
  11. ^ a b Emiria Sunassa, Perempuan yang Melukis Feminisme. Inibaru.id, 26 Des 2020.[2]
  12. ^ a b c Emiria Sunassa - Painting “the Other” in a Decolonising Indonesia. National Gallery Singapore[3]
  13. ^ Christies, 24.Nov.2013 in Hong Kong
  14. ^ a b Katalog Pameran masa lalu selalu aktual. Pameran lukisan Emiria Soenassa, 2010, 48 hlm
  15. ^ FAMILIAR OTHERS: EMIRIA SUNASSA, EDUARDO MASFERRÉ AND YEH CHI WEI, 1940S-1970S.

Internet dan Video

[sunting | sunting sumber]