Lompat ke isi

Songkok: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Faleztino (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Inufact (bicara | kontrib)
merapikan typo
 
(20 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Soekarno.jpg|ka|jmpl|260x260px|[[Sukarno]] memakai songkok]]
{{about|penutup kepala asal dinasti Song|penutup kepala asal Fez|Peci|penutup kepala asal Kufah|Kopiah}}
[[Berkas:Malay Regiment at bayonet practice.jpg|ka|jmpl|180px|Gambar resimen Melayu memakai songkok ketika latihan]]
{{Infobox clothing type
'''Songkok''' atau '''kopiah''' adalah topi umat Islam Nusantara yang berasal dari Jawa dipakai di [[Indonesia]], [[Brunei Darussalam|Brunai]], [[Malaysia]], [[Singapura]], [[Filipina]] selatan, dan [[Thailand]] selatan, paling umum di kalangan pria Muslim. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, songkok adalah penutup kepala kaum lelaki yang terbuat dari bahan kain beludru.<ref>{{Cite web|title=Arti kata songkok - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online|url=https://kbbi.web.id/songkok|website=kbbi.web.id|access-date=2022-04-26}}</ref> Di Indonesia, peci Songkok juga diasosiasikan dengan gerakan nasionalis.<ref name="yahoo">{{cite web|author=Hendri F. Isnaeni|date=10 September 2010|title=Nasionalisme Peci|url=https://id.berita.yahoo.com/nasionalisme-peci-070822568.html|publisher=Yahoo Indonesia News|language=id|access-date=10 September 2010}}</ref>
| name = Songkok
| image_file = [[File:Gu Hongzhong's Night Revels, Detail 6.jpg|thumb|350px]]
| image_size =
| caption = Lukisan karya Gu Hongzhong menggambarkan para pria bersongkok dengan berbagai macam jenis pada era dinasti Song (宋國, ''sòng-kok'').
| type = Topi tradisional
| material =
| location = [[Dinasti Song|Songkok]] (Tiongkok)
| manufacturer = [[Orang Tionghoa]]
| url = }}
[[File:Gu Hongzhong's Night Revels 1 edit (cropped2).jpg|thumb|350px|left|Gambaran berbagai macam jenis dan bentuk songkok pada era dinasti Song (960–1279).]]
'''Songkok'''<ref name="KBBI">{{cite web |title=Cari "''Songkok''" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) |language=id |url= https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/songkok |work=Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia}}</ref> ([[Kata serapan dalam bahasa Indonesia|serapan]] dari {{lang-nan-hok|宋國}}, ''{{lang|nan-hok|[[Pe̍h-ōe-jī|sòng-kok]]}}'', {{lit|[[dinasti Song]]}}) adalah [[tudung]] atau penutup kepala khas [[Tiongkok]] berasal dari era [[dinasti Song]], yang umumnya dikenakan oleh kaum pria Tionghoa.


== Nomenklatur ==
== Nama lain ==
Songkok atau Sungkuk mengadopsi sebutan dari topi mahkota bangsawan Jawa yaitu Teng Kuluk atau Teng Kulok. Sedangkan di Jawa pedesaan disebut "kopiah" atau "kopeah".<ref>{{cite web|author=Abdullah Mubarok|date=21 February 2016|title=PDIP: Kopiah Bagian Dari identitas Nasional|url=http://m.inilah.com/news/detail/2275754/pdip-kopiah-bagian-dari-identitas-nasional|publisher=Inilah.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20160413074741/http://m.inilah.com/news/detail/2275754/pdip-kopiah-bagian-dari-identitas-nasional|archive-date=13 April 2016|access-date=13 April 2016|url-status=dead}}</ref> Ini juga dikenal luas di Indonesia sebagai "peci", meskipun peci memiliki bentuk yang lebih elips dan kadang-kadang dihiasi.<ref name="songkok origin2">{{cite web|author=Rozan Yunos|date=23 September 2007|title=The origin of the songkok or 'kopiah'|url=http://www.bt.com.bn/features/2007/09/23/the_origin_of_the_songkok_or_kopiah|publisher=The Brunei Times|archive-url=https://web.archive.org/web/20081205140605/http://www.bt.com.bn/en/features/2007/09/23/the_origin_of_the_songkok_or_kopiah|archive-date=5 December 2008|access-date=13 April 2016|url-status=dead}}</ref>
Sama seperti halnya istilah "''tiongkok''" dalam bahasa Indonesia yang mulanya dieja sebagai "''tjongkok''", berasal dari istilah bahasa Min Hokien 中国 ([[Pe̍h-ōe-jī|PŌJ]]: ''chòng-kok''), yang berarti "dinasti [[Qin]]" atau "negara Cina". Istilah "''songkok''" pun [[etimologi|beretimologi]] dari bahasa Min Hokien 宋國 (''sòng-kok''), yang berarti "dinasti Song" atau "negara Songhoa". Hal ini merujuk kepada tempat asal-usul topi songkok itu sendiri, yakni negara/dinasti Song pada masa 960–1279 yang kini merupakan bagian dari wilayah [[Republik Rakyat Tiongkok]].


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Awalnya disebut ketopong songkok sebuah topi mahkota [[beludru]] dihiasi orenamen emas yang merupakan mahkota Raja [[Majapahit]]. Kemudian turut digunakan oleh raja-raja Jawa yang disebut ''teng'' ''kuluk Jawa'' dengan bentuk lebih minimalis'','' Selanjutnya topi mahkota tetap digunakan pada [[kesultanan Demak]], Kesultanan Mataram Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Kadipaten Pakualam, Kadipaten Mangkunegaran hingga digunakan oleh bupati-bupati serta bangsawan Jawa Madura Sunda pada era Kolonial Belanda.
Berdasarkan sejarahnya, songkok berasal dari era 960–1279 dan sejatinya merupakan tudung atau penutup kepala kebesaran khas kaisar atau kaum bangsawan negara/dinasti Song. Penyebutan istilah "songkok" secara spesifik dapat ditemui dalam manuskrip-manuskrip kuno berbahasa Min Hokien dari abad ke-11 Masehi. Bagi masyarakat Tiongkok utara, istilah 頭兜 (''tóudōu'', {{lit|penutup kepala}}) kerap digunakan secara general untuk merujuk tudung kepala.


Hingga pada ada seorang bangsawan dari [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]] yang melepas gelar bangsawannya, ialah [[Oemar Said Tjokroaminoto|Hos Tjokroaminoto]] yang kemudian menjadi Ketua [[Sarekat Islam]]. Menurutnya bangsa Indonesia sudah waktunya merdeka dan tidak tunduk kepada Kolonial maupun budaya Feodalisme, sehingga memodifikasi topi bangsawan ''Teng'' ''Kuluk Jawa'' menjadi lebih pendek tanpa ada hiasan warna emas sehingga dapat digunakan oleh masyarakat biasa, terutama anggota Sarekat Islam yang tersebar diseluruh Nusantara, topi hasil modifikasi Hos Tjokroaminoto disebut dengan ''Kupluk'', maka dari itu mendapat julukan dari kolonial Belana sebagai ''De Ongekroonde Van Java'' yang berarti Raja Jawa Tanpa Mahkota.[https://regional.kompas.com/read/2022/08/17/060700378/peci-hitam-soekarno?page=all] [https://regional.kompas.com/read/2022/08/17/060700378/peci-hitam-soekarno?page=all]
Songkok di Asia Tenggara pertama kali dipopulerkan di kotanya para cukong, sebuah kota di tenggara pulau [[Sumatra]] yang kini dikenali sebagai [[Palembang]]. Kata "''cukong''" itu sendiri berasal dari bahasa Min Hokien, 巨港 (''cù-kong'', atau dalam pinyin Mandarin dieja sebagai ''jù-gǎng''). Popularitas songkok diduga melejit lantaran hubungan baik antara dinasti Song dengan kekaisaran [[Sriwijaya]] yang pada masa yang sama (671–1025) juga merupakan suatu monarki besar di Asia Tenggara. Perdagangan antar kedua kekaisaran besar ini juga memberikan benefit dan pertukaran budaya bagi kedua belah pihak.


Untuk memenuhi kebutuhan permintaan topi Songkok untuk anggota Sarekat Islam, Maka Hos Tjokroaminoto mengerahkan Sarekat Islam Afdeling Gresik untuk memproduksi Topi Songkok, hingga saat ini [[Kabupaten Gresik|Gresik]] dikenal sebagai industri Songkok terbesar di dunia.[https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/08/19/gresik-kabupaten-andalan-produsen-kopiah]
== Variasi ==
<gallery widths="200" heights="150">
File:Gu Hongzhong 13.jpg|Lukisan karya Gu Hongzhong menggambarkan pria bersongkok tinggi serupa tarbus khas Turki sedang dikelilingi oleh wanita.
File:Emperor Taizu play Cuju.jpg|Gambaran aktivitas [[Kaisar Taicung dari Song|Taicung]], kaisar Songkok era 976-997.
File:Zhou Wenju's A Literary Garden.jpg|Lukisan karya Zhou Wenju yang menggambarkan para pria bersongkok, abad ke-12.
</gallery>


Maka dari itu Soekarno yang menjadi murid dari HOS Tjokroaminoto meneruskan perjuangan dengan mengenakan Songkok sebagai simbol gerakan Nasionalis bangsa Indonesia, sehingga peci songkok mendapat sebutan Songkok Nasional.
== Lihat juga ==
* [[Kopiah]] – penutup kepala khas Arab asal Kufah
** [[Kopiah Palestina]] – jenis kopiah khas Palestina
** [[Kipah]] – jenis kopiah khas Yahudi
* [[Peci]] – penutup kepala khas Moroko asal kota Fez


== Referensi ==
== Jenis Peci Songkok ==
Dikatakan sebuah peci songkok apabila berwarna hitam terbuat dari kain beludru, tetapi memiliki berbagai bentuk model seperti:
{{reflist}}


# Songkok Nasional atau Songkok polos, bentuknya lurus persegi panjang
== Tautan eksternal ==
# Songkok Susun, pada bagian tengah terdapat punuk seperti setengah lingkaran
{{wiktionary|lang=id}}
# Songkok Perahu, pada bagian ujung peci lebih tinggi
# Songkok Tinggi, memiliki tinggi diatas 15 cm. Biasanya digunakan oleh Masyarakat Madura di Jawa terutama yang berada di Gresik, kemudian tren mengenkan Songkok tinggi diikuti [[Suku Madura|Masyarakat Madura]] di Pulau Madura sebagai ciri khas.
# Songkok Kecil, memiliki tinggi songkok dibawah 7cm. Biasanya digunakan [[Suku Panaragan|Masyarakat Panaragan]].
# Songkok Mandarin atau Ceng Ho, merupakan kreasi baru dengan bentuk mirip songkok susun tetapi mengkerucut lancip segitiga
# Songkok Hias, memiliki orenamen dan motif yang menghiasi pada sisi peci Songkok, biasanya bordir benang untuk motif.
# Songkok Warna, menggunakan warna selain hitam. seperti warna merah yang lebih dikenal dengan songkok khas [[Suku Betawi|Betawi]].

== Catatan Lain ==
Kopiah (kupiah) dicatat digunakan pasukan khusus [[Majapahit]] (''Bhayangkara''), dicatat dalam ''[[Hikayat Banjar]]'' yang ditulis pada (atau tidak lama setelah) tahun 1663.<ref>{{Cite book|title=Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography|last=Ras|first=Johannes Jacobus|location=The Hague|publisher=Martinus Nijhoff|year=1968|url=https://books.google.com/books?id=jsJkAAAAMAAJ|ref=harv}})</ref>{{Rp|181}}<ref name=":12">{{Cite book|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|year=2011|title=Majapahit Peradaban Maritim|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|isbn=978-602-9346-00-8|pages=}}</ref>{{Rp|204}}<ref>Hikayat Banjar, 6.3: ''Maka kaluar dangan parhiasannya orang barbaju-rantai ampat puluh sarta padangnya bar'''kupiah''' taranggos sakhlat merah, orang mambawa astenggar ampat puluh, orang mambawa parisai sarta padangnya ampat puluh, orang mambawa dadap sarta sodoknya sapuluh, orang mambawa panah sarta anaknya sapuluh, yang mambawa tumbak parampukan barsulam amas ampat puluh, yang mambawa tameng Bali bartulis air mas ampat puluh''. (Lihat {{harvnb|Ras|1968|p=302}})</ref> Kopiah direkam dalam catatan kosakata Italia-Melayu buatan [[Antonio Pigafetta]] tahun 1521 (terbit tahun 1524) sebagai ''cophia''.<ref>{{Cite book|last=Pigafetta|first=Antonio|year=1956|url=https://archive.org/details/1956relazionedelprimoviaggiointornoalmondo/page/n125/mode/2up|title=Relazione del primo viaggio intorno al mondo, Antonio Pigafetta, 1524|publisher=Istituto Editoriale Italiano|editor-last=Manfroni|editor-first=Camillo|chapter=Vocaboli de Questi Popoli Mori}}</ref>{{Rp|132}}<ref>{{Cite journal|last=Bausani|first=Alessandro|date=December 1960|title=The First Italian-Malay Vocabulary by Antonio Pigafetta|url=https://www.jstor.org/stable/29754279|journal=East and West|volume=11|pages=229–248|via=JSTOR}}</ref>{{Rp|235}} Kupiah tercatat dalam ''[[Hikayat Iskandar Zulkarnain]]'', naskah aslinya ditulis sebelum tahun 1600 M:<ref>{{Cite book|year=1986|title=Hikayat Iskandar Zulkarnain|location=Kuala Lumpur|publisher=Dewan Bahasa|editor-last=Hussain|editor-first=Khalid Muhammad|edition=2|url-status=live}}</ref>{{Rp|39}}<blockquote>''Maka tatkala memeliharakan disuruhnya anaknya memakai perhiasan seperti pakaian laki-laki dan dikenakan kepada kepalanya kupiah ros yang keemasan''.</blockquote>Salah satu akun surat kabar Brunei secara keliru menyatakan bahwa songkok menjadi umum di Kepulauan Melayu pada abad ke-13 dengan masuknya Islam di wilayah tersebut.<ref name="songkok origin2"/> Dalam kesusteraan Melayu, kata "songkok" telah disebut dalam [[Syair Siti Zubaidah]] (1840) "...berbaju putih bersongkok merah...."<ref>[http://mcp.anu.edu.au/N/Zub_bib.html Syair Siti Zubaidah MCP text]</ref>

Songkok juga dipakai oleh tentara dan polisi di Indonesia, Malaysia dan Brunei pada upacara-upacara tertentu.<ref>{{cite book|year=1996|url=https://books.google.com/books?id=u3JnAAAAMAAJ|title=Journal of the Society for Army Historical Research|publisher=Society for Army Historical Research.}}</ref>

== Referensi ==
<references />
{{Commons category|Songkok}}
{{Commons category|Songkok}}
{{Portal bar|Tiongkok}}


[[Kategori:Topi]]
[[Kategori:Topi]]

Revisi terkini sejak 3 Juli 2024 09.41

Sukarno memakai songkok
Gambar resimen Melayu memakai songkok ketika latihan

Songkok atau kopiah adalah topi umat Islam Nusantara yang berasal dari Jawa dipakai di Indonesia, Brunai, Malaysia, Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan, paling umum di kalangan pria Muslim. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, songkok adalah penutup kepala kaum lelaki yang terbuat dari bahan kain beludru.[1] Di Indonesia, peci Songkok juga diasosiasikan dengan gerakan nasionalis.[2]

Nama lain[sunting | sunting sumber]

Songkok atau Sungkuk mengadopsi sebutan dari topi mahkota bangsawan Jawa yaitu Teng Kuluk atau Teng Kulok. Sedangkan di Jawa pedesaan disebut "kopiah" atau "kopeah".[3] Ini juga dikenal luas di Indonesia sebagai "peci", meskipun peci memiliki bentuk yang lebih elips dan kadang-kadang dihiasi.[4]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Awalnya disebut ketopong songkok sebuah topi mahkota beludru dihiasi orenamen emas yang merupakan mahkota Raja Majapahit. Kemudian turut digunakan oleh raja-raja Jawa yang disebut teng kuluk Jawa dengan bentuk lebih minimalis, Selanjutnya topi mahkota tetap digunakan pada kesultanan Demak, Kesultanan Mataram Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Kadipaten Pakualam, Kadipaten Mangkunegaran hingga digunakan oleh bupati-bupati serta bangsawan Jawa Madura Sunda pada era Kolonial Belanda.

Hingga pada ada seorang bangsawan dari Ponorogo yang melepas gelar bangsawannya, ialah Hos Tjokroaminoto yang kemudian menjadi Ketua Sarekat Islam. Menurutnya bangsa Indonesia sudah waktunya merdeka dan tidak tunduk kepada Kolonial maupun budaya Feodalisme, sehingga memodifikasi topi bangsawan Teng Kuluk Jawa menjadi lebih pendek tanpa ada hiasan warna emas sehingga dapat digunakan oleh masyarakat biasa, terutama anggota Sarekat Islam yang tersebar diseluruh Nusantara, topi hasil modifikasi Hos Tjokroaminoto disebut dengan Kupluk, maka dari itu mendapat julukan dari kolonial Belana sebagai De Ongekroonde Van Java yang berarti Raja Jawa Tanpa Mahkota.[1] [2]

Untuk memenuhi kebutuhan permintaan topi Songkok untuk anggota Sarekat Islam, Maka Hos Tjokroaminoto mengerahkan Sarekat Islam Afdeling Gresik untuk memproduksi Topi Songkok, hingga saat ini Gresik dikenal sebagai industri Songkok terbesar di dunia.[3]

Maka dari itu Soekarno yang menjadi murid dari HOS Tjokroaminoto meneruskan perjuangan dengan mengenakan Songkok sebagai simbol gerakan Nasionalis bangsa Indonesia, sehingga peci songkok mendapat sebutan Songkok Nasional.

Jenis Peci Songkok[sunting | sunting sumber]

Dikatakan sebuah peci songkok apabila berwarna hitam terbuat dari kain beludru, tetapi memiliki berbagai bentuk model seperti:

  1. Songkok Nasional atau Songkok polos, bentuknya lurus persegi panjang
  2. Songkok Susun, pada bagian tengah terdapat punuk seperti setengah lingkaran
  3. Songkok Perahu, pada bagian ujung peci lebih tinggi
  4. Songkok Tinggi, memiliki tinggi diatas 15 cm. Biasanya digunakan oleh Masyarakat Madura di Jawa terutama yang berada di Gresik, kemudian tren mengenkan Songkok tinggi diikuti Masyarakat Madura di Pulau Madura sebagai ciri khas.
  5. Songkok Kecil, memiliki tinggi songkok dibawah 7cm. Biasanya digunakan Masyarakat Panaragan.
  6. Songkok Mandarin atau Ceng Ho, merupakan kreasi baru dengan bentuk mirip songkok susun tetapi mengkerucut lancip segitiga
  7. Songkok Hias, memiliki orenamen dan motif yang menghiasi pada sisi peci Songkok, biasanya bordir benang untuk motif.
  8. Songkok Warna, menggunakan warna selain hitam. seperti warna merah yang lebih dikenal dengan songkok khas Betawi.

Catatan Lain[sunting | sunting sumber]

Kopiah (kupiah) dicatat digunakan pasukan khusus Majapahit (Bhayangkara), dicatat dalam Hikayat Banjar yang ditulis pada (atau tidak lama setelah) tahun 1663.[5]:181[6]:204[7] Kopiah direkam dalam catatan kosakata Italia-Melayu buatan Antonio Pigafetta tahun 1521 (terbit tahun 1524) sebagai cophia.[8]:132[9]:235 Kupiah tercatat dalam Hikayat Iskandar Zulkarnain, naskah aslinya ditulis sebelum tahun 1600 M:[10]:39

Maka tatkala memeliharakan disuruhnya anaknya memakai perhiasan seperti pakaian laki-laki dan dikenakan kepada kepalanya kupiah ros yang keemasan.

Salah satu akun surat kabar Brunei secara keliru menyatakan bahwa songkok menjadi umum di Kepulauan Melayu pada abad ke-13 dengan masuknya Islam di wilayah tersebut.[4] Dalam kesusteraan Melayu, kata "songkok" telah disebut dalam Syair Siti Zubaidah (1840) "...berbaju putih bersongkok merah...."[11]

Songkok juga dipakai oleh tentara dan polisi di Indonesia, Malaysia dan Brunei pada upacara-upacara tertentu.[12]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Arti kata songkok - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online". kbbi.web.id. Diakses tanggal 2022-04-26. 
  2. ^ Hendri F. Isnaeni (10 September 2010). "Nasionalisme Peci". Yahoo Indonesia News. Diakses tanggal 10 September 2010. 
  3. ^ Abdullah Mubarok (21 February 2016). "PDIP: Kopiah Bagian Dari identitas Nasional". Inilah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 April 2016. Diakses tanggal 13 April 2016. 
  4. ^ a b Rozan Yunos (23 September 2007). "The origin of the songkok or 'kopiah'". The Brunei Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 December 2008. Diakses tanggal 13 April 2016. 
  5. ^ Ras, Johannes Jacobus (1968). Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography. The Hague: Martinus Nijhoff. )
  6. ^ Nugroho, Irawan Djoko (2011). Majapahit Peradaban Maritim. Suluh Nuswantara Bakti. ISBN 978-602-9346-00-8. 
  7. ^ Hikayat Banjar, 6.3: Maka kaluar dangan parhiasannya orang barbaju-rantai ampat puluh sarta padangnya barkupiah taranggos sakhlat merah, orang mambawa astenggar ampat puluh, orang mambawa parisai sarta padangnya ampat puluh, orang mambawa dadap sarta sodoknya sapuluh, orang mambawa panah sarta anaknya sapuluh, yang mambawa tumbak parampukan barsulam amas ampat puluh, yang mambawa tameng Bali bartulis air mas ampat puluh. (Lihat Ras 1968, hlm. 302)
  8. ^ Pigafetta, Antonio (1956). "Vocaboli de Questi Popoli Mori". Dalam Manfroni, Camillo. Relazione del primo viaggio intorno al mondo, Antonio Pigafetta, 1524. Istituto Editoriale Italiano. 
  9. ^ Bausani, Alessandro (December 1960). "The First Italian-Malay Vocabulary by Antonio Pigafetta". East and West. 11: 229–248 – via JSTOR. 
  10. ^ Hussain, Khalid Muhammad, ed. (1986). Hikayat Iskandar Zulkarnain (edisi ke-2). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa. 
  11. ^ Syair Siti Zubaidah MCP text
  12. ^ Journal of the Society for Army Historical Research. Society for Army Historical Research. 1996.