Istana Kampa: Perbedaan antara revisi
←Membuat halaman berisi ''''Istana Kampa''' atau '''Istana Sultan Mahmud Syah Akhir Zaman''' adalah sebuah bangunan bersejarah dan situs budaya penting di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Indonesia. Istana ini pernah menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Kampar, kerajaan yang berdiri sebab adanya pengaruh kerajaan Islam di Malaka. Bangunan asli istana roboh pada tahun 1950. Rekonstruksi dilakukan pada tahun 2020 berdasarkan hasil musyawarah ninik mamak atau pemangku adat di Kampa.<ref na...' |
k Menambah Kategori:Istana di Indonesia menggunakan HotCat |
||
| (8 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
| Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Istana_Kampa_(2).jpg|jmpl|300x300px|Istana Kampa pada tahun 2023]] |
|||
'''Istana Kampa''' atau '''Istana Sultan Mahmud Syah Akhir Zaman''' adalah sebuah bangunan bersejarah |
'''Istana Kampa''' atau '''Istana Sultan Mahmud Syah Akhir Zaman''' adalah sebuah bangunan bersejarah peninggalan Kerajaan Kampa di [[Koto Perambahan, Kampa, Kampar|Desa Koto Perambahan]], [[Kampa, Kampar|Kecamatan Kampa]], [[Kabupaten Kampar]], [[Riau]], Indonesia. Istana ini pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Kampa, yang masih memiliki hubungan dengan [[Kerajaan Pagaruyung]]. Bangunan asli istana roboh pada tahun 1950. Rekonstruksi dilakukan pada tahun 2019 dibiayai ABPD Kabupaten Kampar.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Husaini|first=Muhd Arief Al|last2=Hidayat|first2=Wahyu|last3=Bagindo|first3=Abdul Latif Hasyim Datuok|date=2021-07-24|title=RESTORASI KOMPLEKS KERAJAAN KAMPA BERDASARKAN KAJIAN SEJARAH DI KABUPATEN KAMPAR|url=https://ejournal.undip.ac.id/index.php/modul/article/view/37150|journal=MODUL|language=id|volume=21|issue=2|pages=74–80|doi=10.14710/mdl.21.2.2021.74-80|issn=2598-327X}}</ref><ref name=":2">{{Citeweb|last=Hendrawan|date=3 November 2020|title=Habiskan Dana Miliaran, Istana Kampa Disebut Pelepas Tanya|url=https://riaupos.jawapos.com/kampar/2253519816/habiskan-dana-miliaran-istana-kampa-disebut-pelepas-tanya|website=Riau Pos|access-date=11 Januari 2024}}</ref> |
||
== Lokasi == |
== Lokasi == |
||
Lokasi kompleks Kerajaan Kampa berada di tepi |
Lokasi kompleks Kerajaan Kampa berada di tepi [[Sungai Kampar]]. Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan sungai merupakan transportasi utama yang digunakan dan tanah subur untuk pertanian masyarakat. |
||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
| Baris 8: | Baris 9: | ||
Pada 1526 M. Sultan Mahmud Syah Akhirul Zaman disetujui oleh ninik mamak Kampa untuk diangkat menjadi Raja Kampa yang bergelar Khafilatullah Akhirulzaman dan dinobatkan oleh Datuk Somad Dirajo Pucuk Suku Melayu Bendang. Ia Zaman memerintahselama dua setengah tahun mulai dari tahun 1526 sampai 1528. Kedatangan Sultan Mahmud Syah ke Kampar didampingi oleh permaisurinya yang bernama Tun Sri Fatimah putri dari bendahara Kerajaan Malaka. Selain istri dan kerabat lainnya, ikut serta putra mahkota Mahmud Syah yang berumur sembilan tahun bernama Alaudin Riayat Syah. <ref name=":1" /> |
Pada 1526 M. Sultan Mahmud Syah Akhirul Zaman disetujui oleh ninik mamak Kampa untuk diangkat menjadi Raja Kampa yang bergelar Khafilatullah Akhirulzaman dan dinobatkan oleh Datuk Somad Dirajo Pucuk Suku Melayu Bendang. Ia Zaman memerintahselama dua setengah tahun mulai dari tahun 1526 sampai 1528. Kedatangan Sultan Mahmud Syah ke Kampar didampingi oleh permaisurinya yang bernama Tun Sri Fatimah putri dari bendahara Kerajaan Malaka. Selain istri dan kerabat lainnya, ikut serta putra mahkota Mahmud Syah yang berumur sembilan tahun bernama Alaudin Riayat Syah. <ref name=":1" /> |
||
[[Berkas:Makam_Sultan_Adli_Syah_(4).jpg|jmpl|300x300px|Makam Sultan Adli Syah, Raja Kampa terakhir]] |
|||
Setelah melalui masa pasang surut, maka sampailah Kerajaan Kampa pada masa pemerintahan raja terakhir, yaitu Sultan Adli Syah yang mangkat tahun 1939. Ia dimakamkan tidak jauh dari bekas Istana Kampa, yakni dekat Masjid Kubro yang masih berdiri kokoh sampai sekarang. Sultan Adli Syah merupakan |
Setelah melalui masa pasang surut, maka sampailah Kerajaan Kampa pada masa pemerintahan raja terakhir, yaitu Sultan Adli Syah yang mangkat tahun 1939. Ia dimakamkan tidak jauh dari bekas Istana Kampa, yakni dekat Masjid Kubro yang masih berdiri kokoh sampai sekarang. Sultan Adli Syah merupakan Raja Kampa terakhir. Ia mangkat tanpa meninggalkan keturunan atau pewaris tahta kerajaan. Adapun keluarga terdekatnya banyak yang hijrah ke Malaysia.<ref name=":1" /> |
||
Kerajaan Kampa berakhir setelah mangkatnya Sultan Adli Syah. Ia turut berjasa terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pangkat kebesarannya pernah disumbangkan bagi perjuangan untuk merebut kemerdekaan Indonesia, yaitu berupa tanda pangkat kerajaan terbuat dari emas yang disebut Pisang Sasikek. Setelah wafatnya Sultan Adli Syah, Kerajaan Kampa tidak lagi memiliki raja sampai sekarang.<ref name=":1" /> |
Kerajaan Kampa berakhir setelah mangkatnya Sultan Adli Syah. Ia turut berjasa terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pangkat kebesarannya pernah disumbangkan bagi perjuangan untuk merebut kemerdekaan Indonesia, yaitu berupa tanda pangkat kerajaan terbuat dari emas yang disebut Pisang Sasikek. Setelah wafatnya Sultan Adli Syah, Kerajaan Kampa tidak lagi memiliki raja sampai sekarang.<ref name=":1" /> |
||
== |
== Rekonstruksi == |
||
[[Berkas:Istana_Kampa_(4).jpg|kiri|jmpl|302x302px|Istana Kampa (4)]] |
|||
Setelah bangunan istana hancur pada tahun 1950, lokasi istana mengalami |
Setelah bangunan istana hancur pada tahun 1950, lokasi istana mengalami peralihan fungsi. Perubahan fungsi yakni digunakan sebagai lahan untuk sekolah, rumah dan kebun masyarakat, lapangan sepakbola, pemakaman masyarakat, dan lahan kosong.<ref name=":0" /> |
||
Pembangunan Istana Kampa menggunakan ABPD Kabupaten Kampar sebesar Rp1,7 miliar pada tahun 2019 dan sebesar Rp700 juta pada tahun 2020.<ref name=":2" /> Demi pembangunan ini, Pemerintah Kabupaten Kampar membongkar bangunan SD 003 Koto Perambahan sebanyak tujuh lokal dan satu gedung pustaka.<ref>{{Cite web|last=Suhaimi|date=2019-10-31|title=Soal Salah Perencanaan Pembangunan Istana Raja Kampa, Repol Minta Dinas Pariwisata Bertanggung Jawab|url=https://www.tribunriau.com/soal-salah-perencanaan-pembangunan-istana-raja-kampa-repol-minta-dinas-pariwisata-bertanggung-jawab/|website=Tribunriau|language=id-ID|access-date=2024-01-11}}</ref> |
|||
Rekonstruksi istana merupakan bagian dari proyek restorasi kompleks Kesultanan Kampa yang dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Kampar. Kompleks tersebut mencakup pasar tradisional, makam-makam sultan, dan masjid tua. <ref name=":0" /> |
|||
Pada 22 Februari 2020, Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto Dt. Rajo Batuah melantik anggota Badan Pengelola Kawasan Restorasi Kesultanan Kampa.<ref>{{Cite web|last=|date=2014-11-01|title=Bupati Kampar Saksikan Pelantikan Pengelola Kawasan Restorasi Kesultanan Kampa Sekaligus Peresmian Pasar Pekan Tua|url=https://mediacenter.riau.go.id/read/51211/bupati-kampar-hadiri-pelantikan-pengelola-kaw.html|website=|access-date=2024-01-11}}</ref> |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
<references /> |
<references /> |
||
[[Kategori:Kabupaten Kampar]] |
|||
[[Kategori:Istana di Indonesia]] |
|||
Revisi terkini sejak 10 September 2024 16.03
.jpg)
Istana Kampa atau Istana Sultan Mahmud Syah Akhir Zaman adalah sebuah bangunan bersejarah peninggalan Kerajaan Kampa di Desa Koto Perambahan, Kecamatan Kampa, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia. Istana ini pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Kampa, yang masih memiliki hubungan dengan Kerajaan Pagaruyung. Bangunan asli istana roboh pada tahun 1950. Rekonstruksi dilakukan pada tahun 2019 dibiayai ABPD Kabupaten Kampar.[1][2]
Lokasi
[sunting | sunting sumber]Lokasi kompleks Kerajaan Kampa berada di tepi Sungai Kampar. Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan sungai merupakan transportasi utama yang digunakan dan tanah subur untuk pertanian masyarakat.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Kerajaan Kampa diperkirakan lahir pada abad ke-15 .Secara de facto, kerajaan ini tergabung dalam Kerajaan Pagaruyung. Saat kerajaan ini berdiri, Kesultanan Melaka sedang berada di puncak kekuasaannya. Namun, menurut A. Latif Hasyim Dt. Bagindo dalam buku Sejarah Singkat Negeri Kampar yang disampaikan pada acara penobatan Bupati Kampar Aziz Zainal sebagai Sultan Kampa ke-14, Kesultanan Melaka tidak pernah menguasai Kerajaan Kampa.[3]
Pada 1526 M. Sultan Mahmud Syah Akhirul Zaman disetujui oleh ninik mamak Kampa untuk diangkat menjadi Raja Kampa yang bergelar Khafilatullah Akhirulzaman dan dinobatkan oleh Datuk Somad Dirajo Pucuk Suku Melayu Bendang. Ia Zaman memerintahselama dua setengah tahun mulai dari tahun 1526 sampai 1528. Kedatangan Sultan Mahmud Syah ke Kampar didampingi oleh permaisurinya yang bernama Tun Sri Fatimah putri dari bendahara Kerajaan Malaka. Selain istri dan kerabat lainnya, ikut serta putra mahkota Mahmud Syah yang berumur sembilan tahun bernama Alaudin Riayat Syah. [3]
.jpg)
Setelah melalui masa pasang surut, maka sampailah Kerajaan Kampa pada masa pemerintahan raja terakhir, yaitu Sultan Adli Syah yang mangkat tahun 1939. Ia dimakamkan tidak jauh dari bekas Istana Kampa, yakni dekat Masjid Kubro yang masih berdiri kokoh sampai sekarang. Sultan Adli Syah merupakan Raja Kampa terakhir. Ia mangkat tanpa meninggalkan keturunan atau pewaris tahta kerajaan. Adapun keluarga terdekatnya banyak yang hijrah ke Malaysia.[3]
Kerajaan Kampa berakhir setelah mangkatnya Sultan Adli Syah. Ia turut berjasa terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pangkat kebesarannya pernah disumbangkan bagi perjuangan untuk merebut kemerdekaan Indonesia, yaitu berupa tanda pangkat kerajaan terbuat dari emas yang disebut Pisang Sasikek. Setelah wafatnya Sultan Adli Syah, Kerajaan Kampa tidak lagi memiliki raja sampai sekarang.[3]
Rekonstruksi
[sunting | sunting sumber].jpg)
Setelah bangunan istana hancur pada tahun 1950, lokasi istana mengalami peralihan fungsi. Perubahan fungsi yakni digunakan sebagai lahan untuk sekolah, rumah dan kebun masyarakat, lapangan sepakbola, pemakaman masyarakat, dan lahan kosong.[1]
Pembangunan Istana Kampa menggunakan ABPD Kabupaten Kampar sebesar Rp1,7 miliar pada tahun 2019 dan sebesar Rp700 juta pada tahun 2020.[2] Demi pembangunan ini, Pemerintah Kabupaten Kampar membongkar bangunan SD 003 Koto Perambahan sebanyak tujuh lokal dan satu gedung pustaka.[4]
Rekonstruksi istana merupakan bagian dari proyek restorasi kompleks Kesultanan Kampa yang dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Kampar. Kompleks tersebut mencakup pasar tradisional, makam-makam sultan, dan masjid tua. [1]
Pada 22 Februari 2020, Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto Dt. Rajo Batuah melantik anggota Badan Pengelola Kawasan Restorasi Kesultanan Kampa.[5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c Husaini, Muhd Arief Al; Hidayat, Wahyu; Bagindo, Abdul Latif Hasyim Datuok (2021-07-24). "RESTORASI KOMPLEKS KERAJAAN KAMPA BERDASARKAN KAJIAN SEJARAH DI KABUPATEN KAMPAR". MODUL. 21 (2): 74–80. doi:10.14710/mdl.21.2.2021.74-80. ISSN 2598-327X.
- ^ a b Hendrawan (3 November 2020). "Habiskan Dana Miliaran, Istana Kampa Disebut Pelepas Tanya". Riau Pos. Diakses tanggal 11 Januari 2024.
- ^ a b c d A. Latif Hasyim Dt. Bagindo (26 Maret 2018). Sejarah Singkat Negeri Kampar dan Berdirinya Kerajaan Kampa, Riau.
- ^ Suhaimi (2019-10-31). "Soal Salah Perencanaan Pembangunan Istana Raja Kampa, Repol Minta Dinas Pariwisata Bertanggung Jawab". Tribunriau. Diakses tanggal 2024-01-11.
- ^ "Bupati Kampar Saksikan Pelantikan Pengelola Kawasan Restorasi Kesultanan Kampa Sekaligus Peresmian Pasar Pekan Tua". 2014-11-01. Diakses tanggal 2024-01-11.