Lompat ke isi

Hutan bakau: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Raksasabonga (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
←Mengalihkan ke Hutan mangrove
Tag: Pengalihan baru Suntingan visualeditor-wikitext
 
(8 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
#ALIH [[Hutan mangrove]]
[[Berkas:Dead_mangrv_070826-227_mank.jpg|jmpl|Hutan bakau di [[Muara Angke]], Jakarta (2007)]]
[[Berkas:Hutan_Bakau_Kendari.JPG|jmpl|
Salah Satu Penampakan Hutan Bakau Teluk Kendari Tahun 2013.
]]
[[Berkas:Gambia_048_from_KG.jpg|jmpl|
Hutan bakau di [[Zambia]], [[Afrika]].
]]
[[File:Hutan Bakau Di Sekitar Mandeh 01.jpg|thumb|Hutan Bakau Di Sekitar [[Kawasan Wisata Mandeh]], [[Sumatera Barat]].]]

'''Hutan bakau''' ({{lang-en|'''mangrove'''}}) adalah hutan yang tumbuh di air [[payau]], dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.<ref name="Hutan Bakau Punya Manfaat Banyak Bagi Kehidupan - Suarapalu.com">{{cite web
| url = https://suarapalu.com/hutan-bakau-punya-manfaat-banyak-bagi-kehidupan/
| title = Hutan Bakau Punya Manfaat Banyak Bagi Kehidupan - Suarapalu.com
| languange = Indonesia
| accessdate = 12 Juni 2020
| archive-date = 2020-06-12
| archive-url = https://web.archive.org/web/20200612180229/https://suarapalu.com/hutan-bakau-punya-manfaat-banyak-bagi-kehidupan/
| dead-url = yes
}}</ref> Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi [[lumpur|pelumpuran]] dan akumulasi bahan [[Senyawa organik|organik]]. Baik di [[teluk|teluk-teluk]] yang terlindung dari gempuran [[ombak]], maupun di sekitar [[muara]] [[sungai]] di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari [[hulu]].<ref name="Save Our Sea: Melestarikan Mangrove, Mencegah Abrasi Pantai">{{Cite news| url = https://amp.wartaekonomi.co.id/berita273783/save-our-sea-melestarikan-mangrove-mencegah-abrasi-pantai
| title = Save Our Sea: Melestarikan Mangrove, Mencegah Abrasi Pantai
| languange = Indonesia
| accessdate = 12 Juni 2020
| last2 = ekonomi
| first2 = Pemerhati masalah
| last3 = Sosial
| last4 = Kemanusiaan
| first4 = Dan
| work = [[Warta Ekonomi]]
| last = Wibowo
| first = Dwi Mukti
}}</ref>

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya [[abrasi]] tanah; [[salinitas]] tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses [[adaptasi]] dan [[evolusi]].<ref name="media.neliti.com">{{cite web
| url = https://media.neliti.com/media/publications/273833-peran-ekosistem-hutan-mangrove-sebagai-h-a0aa7758.pdf
| title = media.neliti.com
| languange = Indonesia
| accessdate = 12 Juni 2020
}}</ref>

== Luas dan penyebaran ==
Hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling [[khatulistiwa]] di wilayah [[tropika]] dan sedikit di [[subtropika]].

Luas hutan bakau di [[Indonesia]] antara 2,5 hingga 4,5 juta [[hektar]], merupakan bakau yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 ''dalam'' Noor dkk, 1999).

Luas bakau di Indonesia mencapai 25 persen dari total luas mangrove di dunia. Namun sebagian kondisinya kritis.<ref name="portalkbr.com">[http://www.portalkbr.com/opini/editorial/2696864_4307.html Ronaldo Versus Birokrasi Pengelolaan Hutan Mangrove Yang Lamban]</ref>

Di Indonesia, hutan bakau yang luas terdapat di sekitar [[Dangkalan Sunda]] yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur [[Sumatra]] dan pantai barat serta selatan [[Kalimantan]]. Di pantai utara [[Jawa]], hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.

Di bagian timur Indonesia, di tepi [[Dangkalan Sahul]], hutan bakau yang masih baik terdapat di pantai barat daya [[Papua]], terutama di sekitar [[Teluk Bintuni]]. Bakau di [[Papua]] mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.

== Lingkungan fisik dan zonasi ==
[[Berkas:Mangroves.jpg|jmpl|
Pandangan di atas dan di bawah air, dekat perakaran pohon [[bakau]], ''Rhizophora'' sp.
]]
Jenis tumbuhan hutan bakau ini berbeda-beda, karena bereaksi terhadap variasi (perubahan) lingkungan fisik di atas, sehingga memunculkan zona-zona vegetasi tertentu. Beberapa faktor lingkungan fisik tersebut adalah sebagai berikut :

=== Jenis tanah ===
Sebagai wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa sangat berbeda. Yang paling umum adalah hutan bakau tumbuh di atas lumpur [[tanah liat]] bercampur dengan bahan organik. Akan tetapi di beberapa tempat, bahan organik ini sedemikian banyak proporsinya; bahkan ada pula hutan bakau yang tumbuh di atas tanah gambut.

Substrat yang lain adalah lumpur dengan kandungan [[pasir]] yang tinggi, atau bahkan dominan pecahan karang, di pantai-pantai yang berdekatan dengan [[terumbu karang]].

=== Terpaan ombak ===
Bagian luar atau bagian depan hutan bakau yang berhadapan dengan laut terbuka sering harus mengalami terpaan ombak yang keras dan aliran air yang kuat. Tidak seperti bagian dalamnya yang lebih tenang.

Yang agak serupa adalah bagian-bagian hutan yang berhadapan langsung dengan aliran air sungai, yakni yang terletak di tepi sungai. Perbedaannya, salinitas di bagian ini tidak begitu tinggi, terutama di bagian-bagian yang agak jauh dari muara. Hutan bakau juga merupakan salah satu perisai alam yang menahan laju ombak besar.

=== Penggenangan oleh air pasang ===
Bagian luar juga mengalami genangan air pasang yang paling lama dibandingkan bagian yang lainnya; bahkan kadang-kadang terus menerus terendam. Pada pihak lain, bagian-bagian di pedalaman hutan mungkin hanya terendam air laut manakala terjadi pasang tertinggi sekali dua kali dalam sebulan.

Menghadapi variasi kondisi lingkungan seperti ini, secara alami terbentuk zonasi vegetasi bakau; yang biasanya berlapis-lapis, mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut, hingga ke pedalaman yang relatif kering.

Jenis [[bakau]] (''Rhizophora'' spp.) biasanya tumbuh di bagian luar (yang kerap digempur ombak.) Bakau ''Rhizophora apiculata'' dan ''R. mucronata'' tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau ''R. stylosa'' dan [[perepat]] (''[[Perepat|Sonneratia alba]]'') tumbuh di atas pasir berlumpur.{{Butuh rujukan}} Pada sepanjang garis pantai yang terlindung, sungai yang terpengaruh pasang susut, atau bagian muka teluk menjadi zona pionir untuk spesies [[api-api hitam]] (''Avicennia alba'').<ref>{{Cite book|last=Suryanti, Supriharyono dan Anggoro, S.|date=2019|url=http://eprints.undip.ac.id/81428/1/BUKU_Pengelolaan_Wilayah_Pesisir_Terpadu_Suryanti__2019.pdf|title=Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu|location=Semarang|publisher=Undip Press|isbn=978-979-097-679-5|pages=70|url-status=live}}</ref>

Di bagian yang lebih dalam, yang masih tergenang pasang tinggi, biasa ditemui campuran bakau ''R. mucronata'' dengan jenis-jenis [[kendeka]] (''Bruguiera'' spp.), [[kaboa]] (''Aegiceras corniculata'') dan lain-lain. Sedangkan di dekat tepi sungai, yang lebih tawar airnya, biasa ditemui [[nipah]] (''Nypa fruticans''), pidada (''Sonneratia caseolaris'') dan [[bintaro]] (''Cerbera'' spp.).

Pada bagian yang lebih kering di pedalaman hutan didapatkan [[nirih]] (''Xylocarpus'' spp.), [[teruntum]] (''Lumnitzera racemosa''), [[dungun kecil]] (''Heritiera littoralis'') dan [[kayu buta-buta]] (''Excoecaria agallocha'').

== Bentuk-bentuk adaptasi ==
Menghadapi lingkungan yang ekstrem di hutan bakau, tetumbuhan beradaptasi dengan berbagai cara. Secara fisik, kebanyakan [[vegetasi]] bakau menumbuhkan organ khas untuk bertahan hidup. Seperti aneka bentuk akar dan kelenjar [[garam]] di daun. Namun ada pula bentuk-bentuk adaptasi [[fisiologi]]s.

[[Berkas:Muthupet.jpg|jmpl|
Tegakan [[api-api]] ''Avicennia'' di tepi laut. Perhatikan akar napas yang muncul ke atas lumpur pantai.
]]
Pohon-pohon bakau ([[Bakau|''Rhizophora'' spp]].), yang biasanya tumbuh di zona terluar, mengembangkan [[akar tunjang]] (''stilt root'') untuk bertahan dari ganasnya gelombang. Jenis-jenis [[api-api]] ([[Api-api|''Avicennia'' spp]].) dan [[pidada]] ([[Pidada|''Sonneratia'' spp]].) menumbuhkan [[akar napas]] (''pneumatophore'') yang muncul dari pekatnya lumpur untuk mengambil [[oksigen]] dari udara. Pohon [[kendeka]] ([[Bruguiera|''Bruguiera'' spp]].) mempunyai [[akar lutut]] (''knee root''), sementara pohon-pohon [[nirih]] (''Xylocarpus'' spp.) berakar papan yang memanjang berkelok-kelok; keduanya untuk menunjang tegaknya pohon di atas lumpur, sambil pula mendapatkan udara bagi pernapasannya. Ditambah pula kebanyakan jenis-jenis vegetasi bakau memiliki ''lentisel'', lubang pori pada [[pepagan]] untuk bernapas.

Untuk mengatasi salinitas yang tinggi, api-api mengeluarkan kelebihan garam melalui kelenjar di bawah daunnya. Sementara jenis yang lain, seperti ''Rhizophora mangle'', mengembangkan sistem perakaran yang hampir tak tertembus air garam. Air yang terserap telah hampir-hampir [[tawar]], sekitar 90-97% dari kandungan garam di air laut tak mampu melewati saringan akar ini. Garam yang sempat terkandung di tubuh tumbuhan, diakumulasikan di [[daun]] tua dan akan terbuang bersama gugurnya daun.

Pada pihak yang lain, mengingat sukarnya memperoleh air tawar, vegetasi bakau harus berupaya mempertahankan kandungan air di dalam tubuhnya. Padahal lingkungan lautan tropika yang panas mendorong tingginya penguapan. Beberapa jenis tumbuhan hutan bakau mampu mengatur bukaan mulut daun (''[[stoma]]ta'') dan arah hadap permukaan daun di siang hari terik, sehingga mengurangi [[evaporasi]] dari daun.

== Perkembangbiakan ==
Adaptasi lain yang penting diperlihatkan dalam hal perkembang biakan jenis. Lingkungan yang keras di hutan bakau hampir tidak memungkinkan jenis biji-bijian berkecambah dengan normal di atas lumpurnya. Selain kondisi kimiawinya yang ekstrem, kondisi fisik berupa lumpur dan pasang-surut air laut membuat biji sukar mempertahankan daya hidupnya.

Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenis-jenis bakau yang bersifat [[vivipar]]: yakni biji atau benihnya telah berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon.

Contoh yang paling dikenal barangkali adalah perkecambahan buah-buah bakau (''Rhizophora''), [[tengar]] (''Ceriops'') atau kendeka (''Bruguiera''). Buah pohon-pohon ini telah berkecambah dan mengeluarkan akar panjang serupa tombak manakala masih bergantung pada tangkainya. Ketika rontok dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung menancap di lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air pasang, tersangkut dan tumbuh pada bagian lain dari hutan. Kemungkinan lain, terbawa arus laut dan melancong ke tempat-tempat jauh.

Buah [[nipah]] (''Nypa fruticans'') telah muncul pucuknya sementara masih melekat di tandannya. Sementara buah api-api, [[kaboa]] (''Aegiceras''), [[jeruju]] (''Acanthus'') dan beberapa lainnya telah pula berkecambah di pohon, meski tak tampak dari sebelah luarnya. Keistimewaan-keistimewaan ini tak pelak lagi meningkatkan keberhasilan hidup dari anak-anak semai pohon-pohon itu. Anak semai semacam ini disebut dengan istilah ''propagul''.

Propagul-propagul seperti ini dapat terbawa oleh arus dan ombak laut hingga berkilometer-kilometer jauhnya, bahkan mungkin menyeberangi laut atau [[selat]] bersama kumpulan sampah-sampah laut lainnya. Propagul dapat ‘tidur’ (''dormant'') berhari-hari bahkan berbulan, selama perjalanan sampai tiba di lokasi yang cocok. Jika akan tumbuh menetap, beberapa jenis propagul dapat mengubah perbandingan bobot bagian-bagian tubuhnya, sehingga bagian akar mulai tenggelam dan propagul mengambang [[vertikal]] di air. Ini memudahkannya untuk tersangkut dan menancap di dasar air dangkal yang berlumpur.

== Jenis akar bakau ==
Tipe [[akar]] bakau ada beberapa macam. Sebenarnya, beranekanya jenis akar yang terdapat di bakau adalah sebagai sebuah usahanya untuk menghadapi [[habitat]]nya (daya [[adaptasi]]) berupa [[substrat]] [[lumpur]] dan kondisi lingkungannya yang selalu tergenang (reaksi [[anaerob]]). [[Flora]] bakau, beradaptasi dengan membentuk akar-akar khusus untuk dapat tumbuh dengan kuat dan membantu mendapatkan oksigen dari udara.<ref>https://mangrovemagz.com/2017/03/03/tujuh-tipe-akar-mangrove-yang-wajib-anda-ketahui/</ref>

Selain sebagai daya adaptasi, tipe akar bakau dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengidentifikasi jenis bakau. Sebagai informasi, untuk menentukan jenis bakau, harus diketahui bentuk akar, bentuk [[bunga]], bentuk tulang [[daun]], bentuk [[pohon]] dan beberapa ciri [[morfologi]] lainnya. Bakau mengembangkan struktur perakaran yang khas yang disebut [[akar udara]] (''aerial roots''). Akar udara adalah akar yang terkena udara secara langsung, selama beberapa waktu dalam sehari atau bahkan sepanjang hari. Struktur perakaran tersebut merupakan kunci yang penting untuk membedakan jenis bakau. Banir sebenarnya bukan termasuk akar udara, namun biasa ditemukan bersamaan dengan akar udara lainnya dan merupakan salah satu karakteristik yang penting untuk jenis-jenis bakau. Beberapa jenis bakau dapat memiliki berbagai macam bentuk akar udara secara bersamaan.

Bentuk perakaran bakau, tersebut di bawah ini:
# Akar Pasak/Akar Napas (''Pneumatophores''). Akar pasak berupa akar yang muncul dari sistem akar kabel dan memanjang ke luar ke arah udara seperti pasak. Akar ini merupakan akar udara yang berbentuk seperti pensil atau kerucut yang menonjol ke atas, terbentuk dari perluasan akar yang tumbuh secara horisontal. Akar napas ini terdapat pada ''Avicennia alba'', ''Xylocarpus moluccensis'' dan ''Sonneratia alba''.
# Akar Lutut (''Knee-Roots''). Akar lutut merupakan modifikasi dari akar kabel yang pada awalnya tumbuh ke arah permukaan substrat kemudian melengkung menuju ke substrat lagi. Akar ini merupakan akar horisontal yang berbentuk seperti lutut, terlipat di atas permukaan tanah, meliuk ke atas dan bawah dengan ujung yang membulat di atas permukaan tanah. Akar lutut seperti ini terdapat pada ''Bruguiera cylindrica'', ''Bruguiera gymnorrhiza'' dan ''Bruguiera parfivlora''.
# Akar Tunjang (''Stilt-Roots''). Akar tunjang merupakan akar (cabang-cabang akar) yang keluar dari batang dan tumbuh ke dalam substrat. Akar ini merupakan akar udara yang tumbuh di atas permukaan tanah, mencuat dari batang pohon dan dahan paling bawah serta memanjang ke luar dan menuju ke permukaan tanah. Akar ini terdapat pada ''Rhizophora apiculata'', ''Rhizophora mucronata'' dan ''Rhizophora stylosa''.
# Akar Papan (''Plank-Roots''). Akar papan hampir sama dengan akar tunjang, tetapi akar ini melebar menjadi bentuk lempeng, mirip struktur silet. Akar ini juga tumbuh secara horisontal, berbentuk seperti pita di atas permukaan tanah, bergelombang dan berliku-liku ke arah samping seperti ular. Akar ini terdapat pada ''Xylocarpus granatum''.
# Akar Gantung (''Aerial-Roots''). Akar gantung adalah akar napas yang tidak bercabang yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah, tetapi biasanya tidak mencapai substrat. Akar gantung terdapat pada ''Rhizophora'', ''Avicennia'' dan ''Acanthus''.
# Akar Banir (''Buttress''). Struktur akan seperti papan, memanjang secara radial dari pangkal batang. Akar banir terdapat pada ''Bruguiera gymnorrhiza'', ''Ceriops decandra'' dan ''Heritiera littoralis''.
# Tanpa Akar Udara. Akar biasa, tidak berbentuk seperti akar udara, contohnya pada bakau jenis ''Aegiceras corniculatum'', ''Lumnitzera racemosa'' dan ''Xylocarpus rumphii''.

Sebagai catatan, umumnya beberapa jenis bakau mempunyai satu atau lebih tipe akar, seperti ''Xylocarpus moluccensis''.

== Suksesi hutan bakau ==
Tumbuh dan berkembangnya suatu hutan dikenal dengan istilah suksesi hutan (''forest succession'' atau ''sere''). Hutan bakau merupakan suatu contoh suksesi hutan di [[lahan basah]] (disebut ''hydrosere''). Dengan adanya proses suksesi ini, perlu diketahui bahwa zonasi hutan bakau pada uraian di atas tidaklah kekal, melainkan secara perlahan-lahan bergeser.

Suksesi dimulai dengan terbentuknya suatu paparan lumpur (''mudflat'') yang dapat berfungsi sebagai substrat hutan bakau. Hingga pada suatu saat substrat baru ini diinvasi oleh propagul-propagul vegetasi bakau, dan mulai lah terbentuk vegetasi [[pionir]] hutan bakau.

Tumbuhnya hutan bakau di suatu tempat bersifat menangkap lumpur. Tanah halus yang dihanyutkan aliran sungai, pasir yang terbawa arus laut, segala macam sampah dan hancuran vegetasi, akan diendapkan di antara perakaran vegetasi bakau. Dengan demikian lumpur lambat laun akan terakumulasi semakin banyak dan semakin cepat. Hutan bakau pun semakin meluas.

Pada saatnya bagian dalam hutan bakau akan mulai mengering dan menjadi tidak cocok lagi bagi pertumbuhan jenis-jenis pionir seperti ''Avicennia alba'' dan ''Rhizophora mucronata''. Ke bagian ini masuk jenis-jenis baru seperti ''Bruguiera'' spp. Maka terbentuklah zona yang baru di bagian belakang.

Demikian perubahan terus terjadi, yang memakan waktu berpuluh hingga beratus tahun. Sementara zona pionir terus maju dan meluaskan hutan bakau, zona-zona berikutnya pun bermunculan di bagian pedalaman yang mengering.

Uraian di atas adalah penyederhanaan, dari keadaan alam yang sesungguhnya jauh lebih rumit. Karena tidak selalu hutan bakau terus bertambah luas, bahkan mungkin dapat habis karena faktor-faktor alam seperti [[abrasi]]. Demikian pula munculnya zona-zona tak selalu dapat diperkirakan.

Di wilayah-wilayah yang sesuai, hutan bakau ini dapat tumbuh meluas mencapai ketebalan 4 [[kilometer|km]] atau lebih; meskipun pada umumnya kurang dari itu.

== Kekayaan flora ==
Beraneka jenis tumbuhan dijumpai di hutan bakau. Akan tetapi hanya sekitar 54 [[spesies]] dari 20 [[genus|genera]], anggota dari sekitar 16 suku, yang dianggap sebagai jenis-jenis bakau sejati. Yakni jenis-jenis yang ditemukan hidup terbatas di lingkungan hutan bakau dan jarang tumbuh di luarnya.

Dari jenis-jenis itu, sekitar 39 jenisnya ditemukan tumbuh di Indonesia; menjadikan hutan bakau Indonesia sebagai yang paling kaya jenis di lingkungan [[Samudra Hindia]] dan [[Pasifik]]. Total jenis keseluruhan yang telah diketahui, termasuk jenis-jenis bakau ikutan, adalah 202 spesies

(Noor dkk, 1999).

Berikut ini adalah daftar suku dan [[genus]] bakau sejati, beserta jumlah jenisnya (dimodifikasi dari Tomlinson, 1986).

=== Penyusun utama ===
{| class=wikitable
! Suku !! Genus, jumlah spesies
|-
| '''[[Acanthaceae]]''' (''syn.'': [[Avicenniaceae]] atau [[Verbenaceae]])
| ''[[Avicennia]]'' ([[api-api]]), 9
|-
| '''[[Combretaceae]]'''
| ''[[Laguncularia]]'', 11; ''[[Lumnitzera]]'' ([[teruntum]]), 2
|-
| '''[[Arecaceae]]'''
| ''[[Nypa]]'' ([[nipah]]), 1
|-
| '''[[Rhizophoraceae]]'''&nbsp;&nbsp;
| ''[[Bruguiera]]'' ([[kendeka]]), 6; ''[[Ceriops]]'' ([[tengar]]), 2; ''[[Kandelia]]'' ([[berus-berus]]), 1; ''[[Rhizophora]]'' ([[bakau]]), 8
|-
| '''[[Sonneratiaceae]]'''
| ''[[Sonneratia]]'' ([[pidada]]), 5
|}

=== Penyusun minor ===
[[Berkas:Acrostichum aureum.jpg|jmpl|Paku laut, ''Acrostichum aureum''.]]
{| class=wikitable
! Suku !! Genus, jumlah spesies
|-
| '''[[Acanthaceae]]'''
| ''Acanthus'' ([[jeruju]]), 1; ''Bravaisia'', 2
|-
| '''[[Bombacaceae]]'''
| ''[[Camptostemon]]'', 2
|-
| '''[[Cyperaceae]]'''
| ''Fimbristylis'' ([[mendong]]), 1
|-
| '''[[Euphorbiaceae]]'''
| ''Excoecaria'' ([[kayu buta-buta]]), 2
|-
| '''[[Lythraceae]]'''
| ''Pemphis'' ([[cantigi laut]]), 1
|-
| '''[[Meliaceae]]'''
| ''Xylocarpus'' ([[nirih]]), 2
|-
| '''[[Myrsinaceae]]'''
| ''Aegiceras'' ([[kaboa]]), 2
|-
| '''[[Myrtaceae]]'''
| ''[[Osbornia]]'', 1
|-
| '''[[Pellicieraceae]]'''
| ''[[Pelliciera]]'', 1
|-
| '''[[Plumbaginaceae]]'''&nbsp;&nbsp;
| ''[[Aegialitis]]'', 2
|-
| '''[[Pteridaceae]]'''
| ''Acrostichum'' ([[paku laut]]), 3
|-
| '''[[Rubiaceae]]'''
| ''[[Scyphiphora]]'', 1
|-
| '''[[Sterculiaceae]]'''
| ''[[Heritiera]]'' (dungun)2, 3
|}

== Fungsi dan manfaat ==
Dari segi ekonomi, hutan bakau menghasilkan beberapa jenis [[kayu]] yang berkualitas baik, dan juga hasil-hasil non-kayu atau yang biasa disebut dengan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), berupa [[arang]] kayu; [[tanin]], bahan pewarna dan kosmetik; serta bahan pangan dan minuman. Termasuk pula di antaranya adalah hewan-hewan yang biasa ditangkapi seperti [[biawak air]] (''Varanus salvator''), [[kepiting bakau]] (''Scylla serrata''), [[udang lumpur]] (''Thalassina anomala''), [[siput bakau]] (''Telescopium telescopium''), serta berbagai jenis ikan [[belodok]].

Manfaat yang lebih penting dari hutan bakau adalah fungsi ekologisnya sebagai pelindung pantai, habitat berbagai jenis satwa, dan tempat pembesaran (''nursery ground'') banyak jenis ikan laut.

Salah satu fungsi utama hutan bakau adalah untuk melindungi garis pantai dari [[abrasi]] atau pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk [[tsunami|semong]] (tsunami). Di [[Jepang]], salah satu upaya mengurangi dampak ancaman semong adalah dengan membangun ''green belt'' atau sabuk hijau berupa hutan bakau. Sedangkan di [[Indonesia]], sekitar 28 wilayah dikategorikan rawan terkena tsunami karena hutan bakaunya sudah banyak beralih fungsi menjadi [[tambak]], kebun [[kelapa sawit]] dan alih fungsi lain.<ref name="portalkbr.com"/>
<!--
[[Balai Pengelolaan Hutan Mangrove]] (BPHM) Wilayah I dan II
Hingga saat ini, BPHM Wilayah I telah mengembangkan beberapa jenis tumbuhan pada hutan bakau untuk dapat dimanfaatkan sebagai;

1. Bahan pangan pengganti beras maupun untuk tepung kue dari buah '''Lindur ''(Bruguiera gymnorrhiza'')'''.

2. Bahan minuman sirop, dodol, selain dan puding dari buah '''Pidada ''(Sonneratia caseolaris)'''''.

3. Bahan pembuat sabun dari buah '''Pidada ''(Sonneratia caseolaris)'''''.

4. Bahan tepung kue dari buah '''Api-api ''(Avicennia sp)'''''.

5. Bahan kosmetik (lulur dingin) dari buah '''Nyirih ''(Xylocarpus granatum)'''''.

6. Bahan baku alkohol, cuka dan gula merah dari buah '''Nipah ''(Nypa fruticans)'''''.

7. Bahan pewarna pakaian dari kulit kayu '''bakau ''(Rhizophora mucronata)''''', '''Lindur ''(Bruguiera gymnorrhiza'')''' dan '''Mentigi ''(Ceriops tagal)'''''.
-->

== Lihat pula ==
* [[Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung]]
* [[Margasatwa hutan bakau]].

== Rujukan ==
* Anwar, J., S.J. Damanik, N. Hisyam, dan A. Whitten. 1984. ''Ekologi Ekosistem Sumatra''. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta.
* Noor, Y.R., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. ''Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia''. PKA/WI-IP. Bogor.
* Tomlinson, P. B., 1986: ''The Botany of Mangroves'', Cambridge University Press.

== Catatan kaki ==
{{reflist}}

== Referensi ==
{{refbegin|2}}
* Saenger, Peter (2002). ''Mangrove Ecology, Silviculture, and Conservation''. Kluwer Academic Publishers, Dordrecht. ISBN 1-4020-0686-1.
* Hogarth, Peter J. (1999). ''The Biology of Mangroves''. Oxford University Press, Oxford. ISBN 0-19-850222-2.
* [[Ganapathi Thanikaimoni|Thanikaimoni, Ganapathi]] (1986). ''Mangrove Palynology'' [[UNDP]]/[[UNESCO]] and the [[French Institute of Pondicherry]], ISSN 0073-8336 (E).
* Tomlinson, Philip B. (1986). ''The Botany of Mangroves''. Cambridge University Press, Cambridge, ISBN 0-521-25567-8.
* Teas, H. J. (1983). ''Biology and Ecology of Mangroves''. W. Junk Publishers, The Hague. ISBN 90-6193-948-8.
* Plaziat, J.C., et al. (2001). "History and biogeography of the mangrove ecosystem, based on a critical reassessment of the paleontological record". ''Wetlands Ecology and Management'' 9 (3): pp.&nbsp;161–179.
* Sato, Gordon; Riley, Robert; et al. [http://www.bioone.org/perlserv/?request=get-pdf&doi=10.1672%2F0277-5212%282005%29025%5B0776%3AANATGM%5D2.0.CO%3B2 Growing Mangroves With The Potential For Relieving Regional Poverty And Hunger] WETLANDS, Vol. 25, No. 3 – September 2005
* Jayatissa, L. P., Dahdouh-Guebas, F. & Koedam, N. (2002). "A review of the floral composition and distribution of mangroves in Sri Lanka". ''Botanical Journal of the Linnean Society'' 138: 29–43.
* Warne, K. (February 2007). "Forests of the Tide". ''National Geographic'' pp.&nbsp;132–151
* Aaron M. Ellison (2000) "Mangrove Restoration: Do We Know Enough?" Restoration Ecology 8 (3), 219–229 {{doi|10.1046/j.1526-100x.2000.80033.x}}
* Agrawala, Shardul; Hagestad; Marca; Koshy, Kayathu; Ota, Tomoko; Prasad, Biman; Risbey, James; Smith, Joel; Van Aalst, Maarten. 2003. Development and Climate Change in Fiji: Focus on Coastal Mangroves. Organisation of Economic Co-operation and Development, Paris, Cedex 16, France.
* Barbier, E.B., Sathirathai, S., 2001. Valuing Mangrove Conservation in Southern Thailand. Contemporary Economic Policy. 19 (2) 109–122.
* Bosire, J.O., Dahdouh-Guebas, F., Jayatissa, L.P., Koedam, N., Lo Seen, D., Nitto, Di D. 2005. How Effective were Mangroves as a Defense Against the Recent Tsunami? Current Biology Vol. 15 R443-R447.
* Bowen, Jennifer L., Valiela, Ivan, York, Joanna K. 2001. Mangrove Forests: One of the World's Threatened Major Tropical Environments. Bio Science 51:10, 807–815.
* Jin-Eong, Ong. 2004. The Ecology of Mangrove Conservation and Management. Hydrobiologia. 295:1-3, 343–351.
* Glenn, C. R. 2006. "Earth's Endangered Creatures" (Online). Accessed 4/28/2008 at http://earthsendangered.com.
* Lewis, Roy R. III. 2004. Ecological Engineering for Successful Management and Restoration of Mangrove Forest. Ecological Engineering. 24:4, 403–418.
* Kuenzer, C., Bluemel A., Gebhardt, S., Vo Quoc, T., and S. Dech. 2011. "[http://www.mdpi.com/2072-4292/3/5/878 Remote Sensing of Mangrove Ecosystems: A Review]". ''Remote Sensing'' 3: 878-928; doi:10.3390/rs3050878
* Lucien-Brun H. 1997. Evolution of world shrimp production: Fisheries and aquaculture. World Aquaculture. 28:21–33.
* Twilley, R. R., V.H. Rivera-Monroy, E. Medina, A. Nyman, J. Foret, T. Mallach, and L. Botero. 2000. Patterns of forest development in mangroves along the San Juan River estuary, Venezuela. Forest Ecology and Management.
* Murray, M.R., Zisman, S.A., Furley, P.A., Munro, D.M., Gibson, J., Ratter, J., Bridgewater, S., Mity, C.D., and C.J. Place. 2003. "The Mangroves of Belize: Part 1. Distribution, Composition and Classification." ''Forest Ecology and Management'' 174: 265–279
* Cherrington, E.A., Hernandez, B.E., Trejos, N.A., Smith, O.A., Anderson, E.R., Flores, A.I., and B.C. Garcia. 2010. "Identification of Threatened and Resilient Mangroves in the Belize Barrier Reef System." Technical report to the World Wildlife Fund. Water Center for the Humid Tropics of Latin America and the Caribbean (CATHALAC) / Regional Visualization & Monitoring System (SERVIR). 28 pp. http://maps.cathalac.org/Downloads/data/bz/bz_mangroves_1980-2010_highres.pdf {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110725142755/http://maps.cathalac.org/Downloads/data/bz/bz_mangroves_1980-2010_highres.pdf |date=2011-07-25 }}
* Vo Quoc, T., Kuenzer, C., Vo Quang, M., Moder, F., and N. Oppelt, 2012. "Review of Valuation Methods for Mangrove Ecosystem Services". ''Journal of Ecological Indicators'', 23: 431-446
* Vreugdenhil, D., Meerman, J., Meyrat, A., Gómez, L.D., and D.J. Graham. 2002. "Map of the Ecosystems of Central America: Final Report." World Bank, Washington, DC. 56 pp.
{{refend}}

== Bacaan lanjutan ==
* Hamilton, S. (2013) ''[http://www.ingentaconnect.com/content/umrsmas/bullmar/2013/00000089/00000002/art00013?token=005218167846296b7e41225f40384d2c4b414c487046737b49576b34272c5f7b3d6d3f4e4b34ff36e6 Assessing the Role of Commercial Aquaculture in Displacing Mangrove Forest.]'' Bulletin of Marine Science 89(2): 585-601.
* Spalding, Mark; Kainuma, Mami and Collins, Lorna (2010) ''World Atlas of Mangroves'' Earthscan, London, ISBN 978-1-84407-657-4; 60 maps showing world-wide mangrove distribution
* Massó i Alemán, S., C. Bourgeois, W. Appeltans, B. Vanhoorne, N. De Hauwere, P. Stoffelen, A. Heaghebaert & F. Dahdouh-Guebas, 2010. ''The ‘Mangrove Reference Database and Herbarium’.'' Plant Ecology and Evolution 143(2): 225-232.
* Vo Quoc, T., Oppelt, N., Leinenkugel, P. & Kuenzer, C., 2013. ''Remote Sensing in Mapping Mangrove Ecosystems - An Object-based Approach.'' Remote Sensing 5(1): 183-201.
* Vo Quoc, T., Kuenzer, C., Vo Quang, M., Moder, F. & Oppelt, N., 2012. ''Review of Valuation Methods for Mangrove Ecosystem Services.'' Journal of Ecological Indicators 23: 431-446.
* Kuenzer, C., Bluemel, A., Gebhardt, S., Vo Quoc, T. & Dech, S., 2011. ''Remote Sensing of Mangrove Ecosystems: A Review.'' Remote Sensing 3(5): 787-928.

== Pranala luar ==
{{commons|Mangrove}}
* [http://ocean.si.edu/ocean-life-ecosystems/mangroves/ Mangroves]- At the Smithsonian Ocean Portal
* [http://www.fish.wa.gov.au/Documents/recreational_fishing/fact_sheets/fact_sheet_mangroves.pdf Fisheries Western Australia - Mangroves Fact Sheet]
* {{dmoz|Science/Biology/Flora_and_Fauna/Plantae/Magnoliophyta/Magnoliopsida/Rhizophoraceae|Rhizophoraceae}}
* {{dmoz|Science/Biology/Ecology/Aquatic_Ecology/Marine/Mangrove_Forests|Mangrove forests}}
* In May 2011, the VOA [[Special English]] service of the [[Voice of America|Voibce Bolfi Mancra]]<nowiki/>v bari o aadac aesgtl laa 1u5a- maignouetWel yphrIo.gram on mangrove forests. A transcript and MP3 of the program, intended for English learners, can be found at [http://www.voanews.com/learningenglish/home/science-technology/Mangrove-forests-Everest-NSF-121499174.html Mangrove Forests Could Be a Big Player in Carbon Trading]
* {{en}} [http://www.unesco.org/csi/intro/mangrove.htm The story of the UNESCO Mangrove Programme]
* {{en}} [http://www.panda.org/about_wwf/where_we_work/ecoregions/about/habitat_types/selecting_terrestrial_ecoregions/habitat14.cfm WWF article about the mangrove biome]
* {{en}} [http://www.kenyanmangroves.com East African Mangroves]
* {{en}} [http://www.mangrove.at Large mangrove website]
* {{en}} [http://www.mangroveboard.com www.mangroveboard.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20191015225733/http://www.mangroveboard.com/ |date=2019-10-15 }} Mangrove Board
* [[Balai Mangrove Bali http://www.balaimangrovebali.org|Balai Mangrove Bali]] - Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I, informasi aktivitas pelatihan dan pengelolaan hutan mangrove di wilayah kerja BPHM Wilayah I.
* {{en}} [http://www.glomis.com Global Mangrove database and Information System (GLOMIS)]

{{Bioma}}

{{Authority control}}

[[Kategori:Hutan]]
[[Kategori:Ekosistem bahari]]
[[Kategori:Hutan bakau| ]]

Revisi terkini sejak 30 Juli 2024 16.51

Mengalihkan ke: