Keratuan Darah Putih: Perbedaan antara revisi
k Mengembalikan suntingan oleh Ngegekhinung (bicara) ke revisi terakhir oleh 103.144.18.242 Tag: Menghapus pengalihan Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan pranala ke halaman disambiguasi |
Daeng Hanif (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(15 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 20: | Baris 20: | ||
| date_event1 = 1850 |
| date_event1 = 1850 |
||
| date_end = |
| date_end = |
||
| conventional_long_name = Keratuan Darah Putih |
| conventional_long_name = Keratuan Darah Putih <br> [[Lampung|Lampung]] : |
||
| p1 = |
| p1 = |
||
| common_name = Keratuan |
| common_name = Keratuan Darah Putih |
||
| continent = Asia |
| continent = Asia |
||
| region = Asia Tenggara |
| region = Asia Tenggara |
||
| country = [[Indonesia]] |
| country = [[Indonesia]] |
||
| image_coat = |
| image_coat = |
||
| symbol_type = |
| symbol_type = |
||
| p2 = |
| p2 = |
||
Baris 39: | Baris 39: | ||
| footnotes = [[Azmatkhan]] [[Walisongo]] [[Suku Melayu Indonesia|Melayu]] |
| footnotes = [[Azmatkhan]] [[Walisongo]] [[Suku Melayu Indonesia|Melayu]] |
||
| year_leader4 = 1991-sekarang |
| year_leader4 = 1991-sekarang |
||
| leader4 = |
| leader4 = Erwin Syahrial ''gelar'' Dalom Kesuma Ratu V |
||
| image_flag = Flag of Keratuan Darah Putih, Lampung.png |
|||
}} |
}} |
||
'''Keratuan Darah Putih''' adalah [[kerajaan|keratuan]] yang berdiri di [[Lampung]], tepatnya [[Lampung Selatan]]. Keratuan ini turut andil pula dalam menyebarkan agama Islam di Lampung.Dalam sejarahnya, sosok Ratu Darah Putih adalah putra dari [[Sunan Gunung Jati |
'''Keratuan Darah Putih''' adalah [[kerajaan|keratuan]] yang berdiri di [[Lampung]], tepatnya [[Lampung Selatan]]. Keratuan ini turut andil pula dalam menyebarkan agama Islam di Lampung.Dalam sejarahnya, sosok Ratu Darah Putih adalah putra dari [[Sunan Gunung Jati]] yang lebih dikenal dengan nama [[Fatahillah|Sunan Gunung Jati]]. Ketika [[Sunan Gunung Jati]] menjadi [[Kesultanan Cirebon|Sultan Cirebon]], Sunan Gunung Jati melihat pancaran cahaya yang tegak menembus langit. Ia lalu mendatangi sumber cahaya itu, dan ternyata cahaya itu keluar dari Keratuan Pugung Lampung Timur. Pada saat mendatangi Keratuan Pugung, Sunan Gunung Jati melihat Putri dari Ratu Pugung, yaitu Putri Sinar Alam. Ketika Sunan Gunung Jati mengutarakan maksud untuk menikahi Putri Sinar Alam, ternyata Ratu Pugung menolak pinangan tersebut. Alasannya, putri pertama tidak boleh menikah dengan selain Keturunan Keratuan Pugung. Untuk mengobati kekecewaan Sunan Gunung Jati, Ratu Pugung menikahkan putri keduanya dengan Sunan Gunung Jati. Dari pernikahan ini, Sunan Gunung Jati dan putri kedua Ratu Pugung mendapatkan keturunan dan diberi nama Minak Gejala Bidin. |
||
Ketika Sunan Gunung |
Ketika Sunan Gunung Jati kembali ke [[Kota Cirebon|Cirebon]], beliau kembali melihat pancaran sinar yang terlihat seperti awal mengunjungi Keratuan Pugung. Dan akhirnya setelah setahun berlalu,Sunan Gunung Jati kembali mengunjugi Keratuan Pugung dan beliaupun akan menikahi Putri Sinar Alam, dan akhirnya disetujui oleh Ratu Pugung dan dinikahkan dengan putri pertamanya. Ketika Putri Sinar Alam melahirkan putranya, [[Sunan Gunung Jati]] tidak sedang ada di Keratuan Pugung dan diberikan nama Minak Gejala Ratu. Ketika mereka besar dan ayah mereka belum pernah mengunjungi mereka, merekapun bertanya "Dimana ayah kami" dan ibunda merekapun menjawab "Ayah kalian adalah seorang Sultan di [[Kota Cirebon|Cirebon]]." Akhirnya mereka berduapun berangkat dengan menaiki perahu untuk menemui ayahnya. Sesampainya di pertengahan jalan, sang kakak yaitu Minak Gejala Bidin merasa cincinnya tertinggal. Dan ia pun memerintahkan adiknya untuk kembali dan mengambil cincinnya itu. Ketika Minak Gejala Ratu kembali untuk mengambil cincin, ibunya pun berkata cincin kakakmu aku selipkan di perbekalan. Sementara karena merasa menunggu lama, Minak Gejala Ratu akhirnya meninggalkan adiknya dan menuju [[Kota Cirebon|Cirebon]] sendirian dan disambut oleh sang ayah dan diberikan harta yang banyak. |
||
Ia kemudian kembali ke Lampung. Malangnya, sang adik melihat sang kakak sudah berangkat terlebih dahulu akhirnya Minak Gejala Ratu berangkat juga seorang diri. Ketika menghadap di [[Kesultanan Cirebon]], Minak Gejala Ratu tidak diakui karena baru saja kakaknya yang juga mengaku sebagai putranya dari ibu yang berasal dari keturunan Keratuan Pugung. Dengan tidak menyerah, Minak Gejala Ratu terus berusaha meyakinkan sang ayah. Akhirnya sang ayahpun berkata, "Jika kamu anakku, maka darahmu berwarna putih." Akhirnya Minak Gejala Ratu mengambil padi dan ditorehkan dikeningnya, yang kamudian mengeluarkan dan meneteskan darah berwarna putih. Setelah itu, kemudian |
Ia kemudian kembali ke Lampung. Malangnya, sang adik melihat sang kakak sudah berangkat terlebih dahulu akhirnya Minak Gejala Ratu berangkat juga seorang diri. Ketika menghadap di [[Kesultanan Cirebon]], Minak Gejala Ratu tidak diakui karena baru saja kakaknya yang juga mengaku sebagai putranya dari ibu yang berasal dari keturunan Keratuan Pugung. Dengan tidak menyerah, Minak Gejala Ratu terus berusaha meyakinkan sang ayah. Akhirnya sang ayahpun berkata, "Jika kamu anakku, maka darahmu berwarna putih." Akhirnya Minak Gejala Ratu mengambil padi dan ditorehkan dikeningnya, yang kamudian mengeluarkan dan meneteskan darah berwarna putih. Setelah itu, kemudian Sunan Gunung Jati mengganti namanya menjadi Muhammad Aji Saka dan memberikan warisan hanya berupa peti kecil. Ayahnya berpesan "Buka peti itu dimana hatimu merasa pas akan tempat itu." Akhirnya Muhammad Aji Saka berlayar ke [[Lampung]]. Karena dirasa hatinya pas untuk membuka peti akhirnya Muhammad Aji Saka melabuh dan membukanya. ketika dibuka sungguh tak disangka isi peti tersebut berterbangan dan menjadi pasukan yang taat mengabdi kepada Muhammad Aji Saka dan mendirikan Keratuan. Karena darahnya putih maka keratuan tersebut diberi nama Keratuan Darah Putih pada abad ke-15. Kemudian Ratu Darah Putih menikah dengan Putri [[Kesultanan Aceh|Sultan Aceh]] yang bernama Putri Tun Penatih. Adapun makam Ratu Darah Putih berasama sang istri terletak di Keramat Saksi, [[Penengahan, Lampung Selatan|Kuripan, Penengahan]], [[Kabupaten Lampung Selatan]]. Dari Ratu Darah Putih inilah nantinya akan menurunkan pahlawan nasional Lampung, yaitu [[Radin Intan II|Radin Inten II]].<ref>{{cite web|url=https://www.lampungselatankab.go.id/web/2019/04/21/pentas-seni-dan-budaya-keratuan-darah-putih-semarakkan-panggung-utama-lampung-fair-2019/|title=Pentas Seni dan Budaya Keratuan Darah Putih Semarakkan Panggung Utama Lampung Fair 2019|website=www.lampungselatankab.go.id|language=id|access-date=21 Maret 2023}}</ref> |
||
== Daftar Penguasa == |
== Daftar Penguasa == |
||
Baris 60: | Baris 61: | ||
* Dalom kesuma Ratu III |
* Dalom kesuma Ratu III |
||
* Radin Imba Kesuma Ratu IV |
* Radin Imba Kesuma Ratu IV |
||
* |
* Erwin Syahrial ''gelar'' Dalom Kesuma Ratu V (1991-sekarang) |
||
==Referensi== |
==Referensi== |
||
Baris 66: | Baris 67: | ||
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]] |
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]] |
||
[[Kategori:Lampung]] |
[[Kategori:Lampung]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Sayyid]] |
Revisi terkini sejak 9 Desember 2024 16.34
Keratuan Darah Putih Lampung : Jawi : كيراتوان دارا فو تيه | |
---|---|
1401–sekarang | |
Bendera | |
Tari Kiamat berasal Lampung Selatan adalah peninggalan Keratuan Darah Putih | |
Ibu kota | Kuripan |
Bahasa yang umum digunakan | Lampung Kuripan (resmi) |
Agama | Islam |
Pemerintahan | Monarki |
Sultan | |
• 1401–1425 | Muhammad Aji Saka |
• 1828-1834 | Radin Imba Kusuma |
• 1850-1856 | Radin Inten II |
• 1991-sekarang | Erwin Syahrial gelar Dalom Kesuma Ratu V |
Sejarah | |
• Berkembangnya Islam | 1401 |
1850 | |
• Pembubaran Daerah Istimewa Sumatra Selatan | sekarang |
Keratuan Darah Putih adalah keratuan yang berdiri di Lampung, tepatnya Lampung Selatan. Keratuan ini turut andil pula dalam menyebarkan agama Islam di Lampung.Dalam sejarahnya, sosok Ratu Darah Putih adalah putra dari Sunan Gunung Jati yang lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati menjadi Sultan Cirebon, Sunan Gunung Jati melihat pancaran cahaya yang tegak menembus langit. Ia lalu mendatangi sumber cahaya itu, dan ternyata cahaya itu keluar dari Keratuan Pugung Lampung Timur. Pada saat mendatangi Keratuan Pugung, Sunan Gunung Jati melihat Putri dari Ratu Pugung, yaitu Putri Sinar Alam. Ketika Sunan Gunung Jati mengutarakan maksud untuk menikahi Putri Sinar Alam, ternyata Ratu Pugung menolak pinangan tersebut. Alasannya, putri pertama tidak boleh menikah dengan selain Keturunan Keratuan Pugung. Untuk mengobati kekecewaan Sunan Gunung Jati, Ratu Pugung menikahkan putri keduanya dengan Sunan Gunung Jati. Dari pernikahan ini, Sunan Gunung Jati dan putri kedua Ratu Pugung mendapatkan keturunan dan diberi nama Minak Gejala Bidin.
Ketika Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon, beliau kembali melihat pancaran sinar yang terlihat seperti awal mengunjungi Keratuan Pugung. Dan akhirnya setelah setahun berlalu,Sunan Gunung Jati kembali mengunjugi Keratuan Pugung dan beliaupun akan menikahi Putri Sinar Alam, dan akhirnya disetujui oleh Ratu Pugung dan dinikahkan dengan putri pertamanya. Ketika Putri Sinar Alam melahirkan putranya, Sunan Gunung Jati tidak sedang ada di Keratuan Pugung dan diberikan nama Minak Gejala Ratu. Ketika mereka besar dan ayah mereka belum pernah mengunjungi mereka, merekapun bertanya "Dimana ayah kami" dan ibunda merekapun menjawab "Ayah kalian adalah seorang Sultan di Cirebon." Akhirnya mereka berduapun berangkat dengan menaiki perahu untuk menemui ayahnya. Sesampainya di pertengahan jalan, sang kakak yaitu Minak Gejala Bidin merasa cincinnya tertinggal. Dan ia pun memerintahkan adiknya untuk kembali dan mengambil cincinnya itu. Ketika Minak Gejala Ratu kembali untuk mengambil cincin, ibunya pun berkata cincin kakakmu aku selipkan di perbekalan. Sementara karena merasa menunggu lama, Minak Gejala Ratu akhirnya meninggalkan adiknya dan menuju Cirebon sendirian dan disambut oleh sang ayah dan diberikan harta yang banyak.
Ia kemudian kembali ke Lampung. Malangnya, sang adik melihat sang kakak sudah berangkat terlebih dahulu akhirnya Minak Gejala Ratu berangkat juga seorang diri. Ketika menghadap di Kesultanan Cirebon, Minak Gejala Ratu tidak diakui karena baru saja kakaknya yang juga mengaku sebagai putranya dari ibu yang berasal dari keturunan Keratuan Pugung. Dengan tidak menyerah, Minak Gejala Ratu terus berusaha meyakinkan sang ayah. Akhirnya sang ayahpun berkata, "Jika kamu anakku, maka darahmu berwarna putih." Akhirnya Minak Gejala Ratu mengambil padi dan ditorehkan dikeningnya, yang kamudian mengeluarkan dan meneteskan darah berwarna putih. Setelah itu, kemudian Sunan Gunung Jati mengganti namanya menjadi Muhammad Aji Saka dan memberikan warisan hanya berupa peti kecil. Ayahnya berpesan "Buka peti itu dimana hatimu merasa pas akan tempat itu." Akhirnya Muhammad Aji Saka berlayar ke Lampung. Karena dirasa hatinya pas untuk membuka peti akhirnya Muhammad Aji Saka melabuh dan membukanya. ketika dibuka sungguh tak disangka isi peti tersebut berterbangan dan menjadi pasukan yang taat mengabdi kepada Muhammad Aji Saka dan mendirikan Keratuan. Karena darahnya putih maka keratuan tersebut diberi nama Keratuan Darah Putih pada abad ke-15. Kemudian Ratu Darah Putih menikah dengan Putri Sultan Aceh yang bernama Putri Tun Penatih. Adapun makam Ratu Darah Putih berasama sang istri terletak di Keramat Saksi, Kuripan, Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan. Dari Ratu Darah Putih inilah nantinya akan menurunkan pahlawan nasional Lampung, yaitu Radin Inten II.[1]
Daftar Penguasa
[sunting | sunting sumber]- Muhammad Aji Saka (Minak kejalo Ratu) (1041-1425)
- Radin Imba Kesuma Ratu I
- Dalom Kesuma Ratu I
- Dalom Ratu Kesuma
- Radin Bangsa Kesuma Ratu
- Radin Imba Kesuma Ratu II (1828-1834)
- Radin Inten II (1850-1856)
- Dalo Kesuma Ratu II
- Radin Imba Kesuma Ratu III
- Dalom kesuma Ratu III
- Radin Imba Kesuma Ratu IV
- Erwin Syahrial gelar Dalom Kesuma Ratu V (1991-sekarang)
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Pentas Seni dan Budaya Keratuan Darah Putih Semarakkan Panggung Utama Lampung Fair 2019". www.lampungselatankab.go.id. Diakses tanggal 21 Maret 2023.