Lompat ke isi

Masjid Gholo Bayat Klaten: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Harris Est 13 (bicara | kontrib)
membuat artikel baru
Tag: tidak menyebut judul [ * ] VisualEditor
 
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(7 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox religious building
{{sedang ditulis}}
| image =
'''Masjid''' '''Gholo''', atau '''Gala''', adalah sebuah mesjid tua yang terletak di Desa Paseban, Kecamatan Bayan, [[Kabupaten Klaten]]. Masjid ini dibangun sekitar abad ke 16 di atas bukit Jabalakat, yang juga dinamai dengan bukit Gala, tetapi menurut legenda dipindahkan ke lereng bukit tempatnya sekarang. Masjid ini didirikan oleh [[Sunan Kalijaga]], yang juga dikenal dengan Ki Ageng Panandaran, sedangkan daerah tersebut yang dulu bernama Tembayat menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Jawa Tengah.
| caption =
| building_name = Masjid Gala
| location = Padasanan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten
| religious_affiliation = Islam
| architect =
| coordinates = 7°47'3.5" LS 110°37'55.7" BT
| architecture_style = Jawa
| established = Abad ke-16
| year_completed =
| construction_cost =
| capacity =
| length = 12 m
| width = 12 m
| dome_quantity =
| minaret_quantity =
| minaret_height =
}}


'''Masjid''' '''Gholo''',<ref>{{Cite web|title=Dunia Masjid :: Jakarta Islamic Centre - Masjid Gholo Bayat Klaten|url=https://duniamasjid.islamic-center.or.id/1310/masjid-gholo-bayat-klaten/|access-date=2024-03-17}}</ref> atau '''Gala''',{{sfn|Romli et al|1992|p=2-3}} adalah sebuah mesjid tua yang terletak di Desa Paseban, Kecamatan Bayan, [[Kabupaten Klaten]]. Masjid ini dibangun sekitar abad ke-16 di atas bukit Jabalakat, yang juga dinamai dengan bukit Gala, tetapi menurut legenda dipindahkan ke lereng bukit tempatnya sekarang. Masjid pernah menjadi tempat [[Sunan Bayat]] bermukim, sedangkan daerah tersebut yang dulu bernama Tembayat itu menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Jawa Tengah.

== Sejarah ==
Kisah masjid ini diawali dari [[Wali Sanga]] yang mencari pengganti [[Siti Jenar]], dan berdasarkan musyawarah dipilihlah seorang bupati Semarang masa itu. Sunan Kalijaga menguji bupati yang terkenal kikir itu dengan menyamar sebagai pengemis. Setelah menyadari sifat buruknya itu, ia belajar kepada Sunan Kalijaga hingga menjadi alim dan mampu berdakwah.{{sfn|Zein|1999|p=264-267}} Menurut ''Babad Demak'', sunan baru itu melakukan perjalanan hingga tiba di suatu tempat yang bernama Tembayat yang tandus dan menemukan sebuah masjid di puncak bukit Jabalkat. Orang-orang yang tinggal di sana harus turun gunung demi mendapatkan air. Sang sunan kemudian 'membuat' telaga di sana dan melaksanakan salat Jumat di masjid tersebut.{{sfn|Romli et al|1992|p=2-3}}

== Arsitektur ==
Dari segi struktur fisikya, masjid yang berdiri di perbukitan ini tidak seperti masjid besar tradisional Jawa yang pada umumnya mempunyai serambi dan pawestren (tempat khusus perempuan). Kemungkinan besar hal ini disebabkan masjid ini dibangun di tengah-tengah pemukiman.{{sfn|Romli et al|1992|p=4}} Pintu masuk sebelah timur juga memiliki unsur gapura{{sfn|Romli et al|1992|p=46}}. Masjid juga mempunyai struktur tradisional Jawa dengan tiang saka dan atap
tumpang 2 tingkat, sedangkan mihrab di bagian barat terbuat dari batu yang atapnya terlihat datar dari luar tetapi melengkung di dalam.<ref>{{Cite journal|last=Pratama|first=Rizal Adi|date=2017|title=Islamisasi Sunan Pandanaran Di Bayat, Klaten, Jawa Tengah Abad XV|journal=Risalah|volume=4|issue=1|pages=132-150}}</ref>{{sfn|Romli et al|1992|p=46}}

== Referensi ==
{{reflist}}

== Daftar Pustaka ==
*{{cite book
|title=Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia
|last=Zein
|first=Abdul Baqir
|year=1999
|publisher=Gema Insani
|place=Jakarta
|id=ISBN 979-561-567-X
|ref={{sfnRef|Zein|1999}}
|url=http://books.google.co.id/books?id=-NnF9Ryal0IC
}}
*{{cite book
|title=Masjid Gala, Bayat dan pemugarannya
|last=Romli et al.
|first=Inayati Adrisiyanti R
|year=1992
|publisher=Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah
|place=Semarang
|id=
|ref={{sfnRef|Romli et al|1992}}
|url=http://books.google.co.id/books?id=-NnF9Ryal0IC
}}
[[Kategori:Masjid di Indonesia]]
[[Kategori:Masjid di Indonesia]]

Revisi terkini sejak 19 Maret 2024 04.37

Masjid Gala
Agama
AfiliasiIslam
Lokasi
LokasiPadasanan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten
Koordinat7°47'3.5" LS 110°37'55.7" BT
Arsitektur
Gaya arsitekturJawa
DidirikanAbad ke-16
Spesifikasi
Panjang12 m
Lebar12 m

Masjid Gholo,[1] atau Gala,[2] adalah sebuah mesjid tua yang terletak di Desa Paseban, Kecamatan Bayan, Kabupaten Klaten. Masjid ini dibangun sekitar abad ke-16 di atas bukit Jabalakat, yang juga dinamai dengan bukit Gala, tetapi menurut legenda dipindahkan ke lereng bukit tempatnya sekarang. Masjid pernah menjadi tempat Sunan Bayat bermukim, sedangkan daerah tersebut yang dulu bernama Tembayat itu menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Jawa Tengah.

Kisah masjid ini diawali dari Wali Sanga yang mencari pengganti Siti Jenar, dan berdasarkan musyawarah dipilihlah seorang bupati Semarang masa itu. Sunan Kalijaga menguji bupati yang terkenal kikir itu dengan menyamar sebagai pengemis. Setelah menyadari sifat buruknya itu, ia belajar kepada Sunan Kalijaga hingga menjadi alim dan mampu berdakwah.[3] Menurut Babad Demak, sunan baru itu melakukan perjalanan hingga tiba di suatu tempat yang bernama Tembayat yang tandus dan menemukan sebuah masjid di puncak bukit Jabalkat. Orang-orang yang tinggal di sana harus turun gunung demi mendapatkan air. Sang sunan kemudian 'membuat' telaga di sana dan melaksanakan salat Jumat di masjid tersebut.[2]

Arsitektur

[sunting | sunting sumber]

Dari segi struktur fisikya, masjid yang berdiri di perbukitan ini tidak seperti masjid besar tradisional Jawa yang pada umumnya mempunyai serambi dan pawestren (tempat khusus perempuan). Kemungkinan besar hal ini disebabkan masjid ini dibangun di tengah-tengah pemukiman.[4] Pintu masuk sebelah timur juga memiliki unsur gapura[5]. Masjid juga mempunyai struktur tradisional Jawa dengan tiang saka dan atap tumpang 2 tingkat, sedangkan mihrab di bagian barat terbuat dari batu yang atapnya terlihat datar dari luar tetapi melengkung di dalam.[6][5]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Dunia Masjid :: Jakarta Islamic Centre - Masjid Gholo Bayat Klaten". Diakses tanggal 2024-03-17. 
  2. ^ a b Romli et al 1992, hlm. 2-3.
  3. ^ Zein 1999, hlm. 264-267.
  4. ^ Romli et al 1992, hlm. 4.
  5. ^ a b Romli et al 1992, hlm. 46.
  6. ^ Pratama, Rizal Adi (2017). "Islamisasi Sunan Pandanaran Di Bayat, Klaten, Jawa Tengah Abad XV". Risalah. 4 (1): 132–150. 

Daftar Pustaka

[sunting | sunting sumber]