Lompat ke isi

Fahombo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Theviyar (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Theviyar (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(15 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Italic title}}[[Berkas:Lompat Batu Nias.jpg|jmpl|ka|Ritual ''fahombo'' [[Suku Nias|Nias]].]]
{{Italic title}}[[Berkas:Lompat Batu Nias.jpg|jmpl|ka|Tradisi ''fahombo'' [[Suku Nias|Nias]].]]
'''Lompat batu''' ({{Lang-nia|'''fahombo''' ''atau'' '''hombo batu'''}}) adalah [[tradisi]] masyarakat [[Suku Nias|Nias]]. Tradisi yang sebelumnya merupakan ritual pendewasaan masyarakat Nias ini banyak dilakukan di [[Pulau Nias]] dan menjadi pertunjukan khas dari daerah tersebut. Mereka harus melompati susunan bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm atau lebih.
'''Lompat batu''' ({{Lang-nia|'''fahombo''' ''atau'' '''hombo batu'''}}) adalah [[tradisi]] masyarakat [[Suku Nias|Nias]]. Tradisi sebelumnya merupakan ritual pendewasaan masyarakat Nias ini banyak dilakukan di [[Pulau Nias]] dan menjadi pertunjukan khas dari daerah tersebut. Lompat batu diperuntukan untuk para pemuda Nias. Mereka harus melompati susunan bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm atau lebih.


== Latar belakang ==
== Latar belakang ==

{{utama|Olahraga di Indonesia}}
Dalam [[budaya Indonesia|budaya Nusantara]] zaman dahulu, belum ada keterlibatan latihan fisik layaknya olahraga modern. [[Daftar suku bangsa di Indonesia|Suku asli Nusantara]] umumnya menghubungkan aktivitas fisik dengan praktik kesukuan; umumnya [[ritual]], [[seni]], [[Kebugaran|kebugaran fisik]] dan [[Seni bela diri|bela diri]]. [[Tari Perang|Tari perang]] dan pertempuran ritual pada suku Nusantara menjadi contoh awal dari "ritualisasi" latihan fisik di Indonesia modern. Beberapa ritual suku asli Indonesia sangat mirip dengan olahraga, seperti tradisi ''fahombo'' [[Nias]] untuk ritual pendewasaan yang mirip dengan [[lari gawang]] dan [[lompat jauh]] di atletik.
[[Daftar suku bangsa di Indonesia|Suku asli Nusantara]] umumnya menghubungkan aktivitas fisik dengan praktik kesukuan; umumnya ritual, [[seni]], [[Kebugaran|kebugaran fisik]] dan [[Seni bela diri|bela diri]]. [[Tari Perang|Tari perang]] dan pertempuran ritual pada suku Nusantara menjadi contoh awal dari "ritualisasi" latihan fisik di Indonesia modern. Beberapa ritual suku asli Indonesia sangat mirip dengan olahraga, seperti tradisi ''Fahombo'' [[Nias]] untuk ritual pendewasaan yang mirip dengan [[lari gawang]] dan [[lompat jauh]] di atletik.


== Tata cara ==
== Tata cara ==
[[Berkas:Indonesia 1992 1000r r.jpg|jmpl|ka|250px|[[Uang kertas]] edisi tahun 1992 [[Rupiah|Rp]] 1000 edaran [[Bank Indonesia]] yang menggambarkan ritual "''fahombo''" [[Suku Nias|Nias]].]]
[[Berkas:Indonesia 1992 1000r r.jpg|jmpl|ka|250px|[[Uang kertas]] edisi tahun 1992 [[Rupiah|Rp]] 1000 edaran [[Bank Indonesia]] yang menggambarkan ritual "''fahombo''" [[Suku Nias|Nias]].]]
Pada masa lampau, pemuda Nias akan mencoba untuk melompati batu setinggi lebih dari 2 meter, dan jika mereka berhasil mereka akan menjadi lelaki dewasa dan dapat bergabung sebagai prajurit untuk berperang dan menikah. Sejak usia 10 tahun, anak lelaki di Pulau Nias akan bersiap untuk melakukan giliran "''fahombo''" mereka. Sebagai ritual, ''fahombo'' dianggap sangat serius dalam adat Nias. Anak lelaki akan melompati batu tersebut untuk mendapat status kedewasaan mereka, dengan mengenakan busana pejuang Nias, menandakan bahwa mereka telah siap bertempur dan memikul tanggung jawab laki-laki dewasa.{{Sfn|Haryani NasuXon|2019|p=39}}
Pada masa lampau, pemuda Nias akan mencoba untuk melompati batu setinggi lebih dari 2 meter, dan jika mereka berhasil mereka akan menjadi laki-laki dewasa dan dapat bergabung sebagai prajurit untuk berperang dan menikah. Sejak usia 10 tahun, anak laki-laki di Pulau Nias akan bersiap untuk melakukan giliran "''fahombo''" mereka. Sebagai ritual, ''fahombo'' dianggap sangat serius dalam adat Nias. Anak lelaki akan melompati batu tersebut untuk mendapat status kedewasaan mereka, dengan mengenakan busana pejuang Nias, menandakan bahwa mereka telah siap bertempur dan memikul tanggung jawab laki-laki dewasa.{{Sfn|Haryani NasuXon|2019|p=39}}


Batu yang harus dilompati dalam ''fahombo'' berbentuk seperti sebuah monumen [[piramida]] dengan permukaan atas datar. Tingginya tidak kurang dari 2 meter, dengan lebar sekitar 1 meter, dan panjang 60 cm. Pelompat tidak hanya harus melompati tumpukan batu tersebut, tetapi ia juga harus memiliki teknik untuk mendarat, karena jika dia mendarat dengan posisi yang salah, dapat menyebabkan [[cedera otot]] atau [[patah tulang]]. Pada masa lampau, di atas papan batu bahkan ditutupi dengan [[paku]] dan [[bambu runcing]], yang menunjukkan betapa seriusnya ritual ini di mata Suku Nias. Secara taktis dalam peperangan, tradisi ''fahombo'' ini juga berarti melatih prajurit muda untuk tangkas dan gesit dalam melompati dinding pertahanan musuh mereka, dengan [[obor]] di satu tangan dan [[pedang]] di malam hari.
Batu yang harus dilompati dalam ''fahombo'' berbentuk seperti sebuah monumen [[piramida]] dengan permukaan atas datar. Tingginya tidak kurang dari 2 meter, dengan lebar sekitar 1 meter, dan panjang 60 cm. Pelompat tidak hanya harus melompati tumpukan batu tersebut, tetapi ia juga harus memiliki teknik untuk mendarat. Jika dia mendarat dengan posisi yang salah, dapat menyebabkan [[cedera otot]] atau [[patah tulang]]. Pada masa lampau, di atas papan batu bahkan ditutupi dengan [[paku]] dan [[bambu runcing]], yang menunjukkan betapa seriusnya ritual ini di mata Suku Nias. Secara taktis dalam peperangan, tradisi ''fahombo'' ini juga berarti melatih prajurit muda untuk tangkas dan gesit dalam melompati dinding pertahanan musuh mereka, dengan [[obor]] di satu tangan dan [[pedang]] di malam hari.


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi terkini sejak 20 Juni 2024 05.48

Tradisi fahombo Nias.

Lompat batu (Nias: fahombo atau hombo batu) adalah tradisi masyarakat Nias. Tradisi sebelumnya merupakan ritual pendewasaan masyarakat Nias ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi pertunjukan khas dari daerah tersebut. Lompat batu diperuntukan untuk para pemuda Nias. Mereka harus melompati susunan bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm atau lebih.

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Suku asli Nusantara umumnya menghubungkan aktivitas fisik dengan praktik kesukuan; umumnya ritual, seni, kebugaran fisik dan bela diri. Tari perang dan pertempuran ritual pada suku Nusantara menjadi contoh awal dari "ritualisasi" latihan fisik di Indonesia modern. Beberapa ritual suku asli Indonesia sangat mirip dengan olahraga, seperti tradisi Fahombo Nias untuk ritual pendewasaan yang mirip dengan lari gawang dan lompat jauh di atletik.

Tata cara

[sunting | sunting sumber]
Uang kertas edisi tahun 1992 Rp 1000 edaran Bank Indonesia yang menggambarkan ritual "fahombo" Nias.

Pada masa lampau, pemuda Nias akan mencoba untuk melompati batu setinggi lebih dari 2 meter, dan jika mereka berhasil mereka akan menjadi laki-laki dewasa dan dapat bergabung sebagai prajurit untuk berperang dan menikah. Sejak usia 10 tahun, anak laki-laki di Pulau Nias akan bersiap untuk melakukan giliran "fahombo" mereka. Sebagai ritual, fahombo dianggap sangat serius dalam adat Nias. Anak lelaki akan melompati batu tersebut untuk mendapat status kedewasaan mereka, dengan mengenakan busana pejuang Nias, menandakan bahwa mereka telah siap bertempur dan memikul tanggung jawab laki-laki dewasa.[1]

Batu yang harus dilompati dalam fahombo berbentuk seperti sebuah monumen piramida dengan permukaan atas datar. Tingginya tidak kurang dari 2 meter, dengan lebar sekitar 1 meter, dan panjang 60 cm. Pelompat tidak hanya harus melompati tumpukan batu tersebut, tetapi ia juga harus memiliki teknik untuk mendarat. Jika dia mendarat dengan posisi yang salah, dapat menyebabkan cedera otot atau patah tulang. Pada masa lampau, di atas papan batu bahkan ditutupi dengan paku dan bambu runcing, yang menunjukkan betapa seriusnya ritual ini di mata Suku Nias. Secara taktis dalam peperangan, tradisi fahombo ini juga berarti melatih prajurit muda untuk tangkas dan gesit dalam melompati dinding pertahanan musuh mereka, dengan obor di satu tangan dan pedang di malam hari.

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Haryani NasuXon 2019, hlm. 39.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]