Lompat ke isi

Mas Bantan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Membatalkan 2 suntingan oleh Henrys Wirakusumah (bicara) ke revisi terakhir oleh Alamnirvana(Tw)
Tag: Pembatalan
kTidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 450: Baris 450:
[[Kategori:Sultan Sumbawa]]
[[Kategori:Sultan Sumbawa]]
[[Kategori:Tanggal kematian 31 Mei]]
[[Kategori:Tanggal kematian 31 Mei]]
[[Kategori:Kematian 1713]]
[[Kategori:Kematian 1713]]<!--
[[Kategori:Tanggal kematian 5 Jumadiawal]]
[[Kategori:Tanggal kematian 5 Jumadiawal]]
[[Kategori:Kematian 1125 Hijriyah]]
[[Kategori:Kematian 1125 Hijriyah]]-->

Revisi terkini sejak 19 September 2024 15.35

Raden Bantan atau Maas Bantan (Maes Bantam) atau Amas Bantani atau Dewa Mas Bantan bergelar Dewa Masmawa Sultan Harunnurrasyid I ( سلطان هارون الرشيد ), gelar anumerta Datu Loka (bin Raden Subangsa Pangeran Taliwang) adalah Sultan Sumbawa ke-3 (m.1674-1702/05).[1][2]

Bernama asli Dewa Mas Bantan (Raden Bantan), merupakan putra dari Raden Subangsa (Trah Sultan Hidayatullah I Bin Sultan Rahmatullah, Sultan Banjar ) yang memperistri Dewa Mas Panghulu, kakak dari Mas Cinni dan Mas Gowa. Dewa Mas Bantan pada tahun 1674 diangkat sebagai Sultan Sumbawa atas permufakatan majelis pemerintahan Pangantong Lima Olas (Majelis Lima Belas Orang) disebabkan oleh kultur pemerintahan Dewa Mas Gowa tidak berbeda dengan pemerintahan Dewa Mas Cinni.

Dewa Mas Bantan, disebut juga Dewa Dalam Bawa, sebagaimana nama dinastinya yakni Dinasti Dewa Dalam Bawa. Pada masa pemerintahan Dewa Mas Bantan inilah penerapan syariat Islam dilaksanakan secara total baik dalam pemerintahan maupun dalam adat istiadat dan kemasyarakatan. Sehingga lahirlah Falsafah Budaya Sumbawa Adat Barenti Ko Syara’, Syara Barenti Ko Kitabullah (adat berpegang pada Syara’, Syara berpegang kepada Kitabullah) untuk Kerik Salamat Tau Ke Tana Samawa (Keselamatan dan kesejahteraan bagi penduduk dan bumi Sumbawa).

Dewa Mas Bantan mempersunting Siti Halimah Daeng Tomi Karaeng Tannisanga, putri dari Raja Gowa I Meppaiyo pada tanggal 29 Juni 1684, dan memperoleh beberapa orang putra dan putri antara lain:

  1. Datu Bala Sawo (Datu SeranSeteluk)
  2. Amasa Samawa Dewa Mas Madina (Sultan Sumbawa)
  3. Mas Palembang Dewa Maja Jareweh (Datu Jereweh).
  4. Dewa Iya (Permaisuri Sultan Hasanuddin, Sultan Bima)
  5. Dewa Isa KaraEng Barong Patola (diperistri oleh Ahmad Daeng Mamuntuli Aroe Kajoe)[3][4]

Dimasa pemerintahan Sultan Harunurrasyid I Kesultanan Sumbawa mencapai puncak kemakmuran karena perannya memajukan bidang pertanian, bidang peternakan maupun bidang pertahanan dan keamanan. Tahun 1702 Sultan Harunurrasyid I menyerahkan kekuasaan kepada putra keduanya Amasa Samawa Dewa Mas Madina. Sedangkan beliau yang kemudian digelari Datu Loka meneruskan tugasnya memimpin pasukan perang Kesultanan Sumbawa.[5][6][7][8][9][10][11][12][13][14][15]

Pada tanggal 20 November 1708 (18 Ramadan) Datu Loka menikah dengan Karaeng Bontowa binti Karaeng Ballo.

Menurut Arsip Nasional Republik Indonesia, korespondensi antara Sultan Sumbawa Dewa Mas Bantan Datu Loka Dewa Dalam Bawa kepada VOC-Belanda terjadi sejak tanggal 6 November 1687 sampai 5 Agustus 1698.[16]

Penerbit Martinus Nijhoff (1971:58) dalam "Rijks geschiedkundige publicatiën: Grote serie", Volume 134, menyebutkan:[17]

" Mas Bantam en Mas Mataram, zoons van twee zusters van den Koning van Sumbawa en van den Bandjarmasinsen Raden Subangsa. Mas Bantam volgde na de afzetting van Mas Gowa in Sumbawa op; hij was gehuwd met een dochter van den Vorst van Tello en werd in 1705 opgevolgd door zijn zoon Mas Madura; hij stierf in mei 1713.

— Rijks geschiedkundige publicatiën: Grote serie", volume 134.[17]

Mas Bantam dan Mas Mataram, putra dari dua saudara perempuan Raja Sumbawa dan Raden Subangsa dari Bandjarmasin. Mas Bantam berhasil [menjadi raja] setelah deposisi (menggeser) Mas Goa di Sumbawa; dia menikah dengan seorang putri Pangeran Tallo dan digantikan pada tahun 1705 oleh putranya Mas Madura (Amas Madina); dia meninggal pada Mei 1713.

[17][18]

Datu Loka mangkat pada tahun 1713.[19]

Datu Loka mangkat pada tanggal 31 Mei 1713 / 5 Jumadilawal 1125 Hijriyah (Hidjará sanná 1125, 31 Maï, 5 Djoemâdelé-adewalá, allo arabâ. Nanikana mâteï Datoe-Loká.)

Catatan Kerajaan Bima Bo' Sangaji Kai Naskah No. 34

[sunting | sunting sumber]

Sitti Maryam Rachmat Salahuddin (1999:56) dalam Catatan Kerajaan Bima Bo' Sangaji Kai pada Naskah No. 34 yang ditulis sejaman Lalu Muhammad (Sultan Muhammad Kaharuddin II) menyebutkan bahwa Raja Sumbawa Dewa Mas Bantan Datu Loka merupakan cucu (keturunan) Raja Paruwa:[20]

Turunan Raja-Raja di Sumbawa

Bahwa ini peringatan turun-temurun bangsa raja yang empunya kerajaan Sumbawa, itulah raja yang bernama Raja Paruwa yang memperanakkan dua orang perempuan, yaitu seorang yang diperistrikan oleh Raja Banjar, maka beranak seorang laki-laki, itulah menjadi Raja Taliwang yang hilang di Tallo'. Kemudian berapa lama antaranya maka matilah istrinya Raja Banjar itu anak Raja Maja Paruwa, maka takdir Allah taala maka diperistrikan pula adik istrinya anak Raja Maja Paruwa, maka diperanakkan lagi seorang laki-laki, itulah yang dinamai Datu Loka menjadi Raja Sumbawa, itulah yang pergi di Mengkasar memperistrikan anak Raja Tallo' Taminar Lampana, yaitu cucunya oleh Yang Dipertuan Kita Mantau Uma Jati ialah Sirajudin, memperanakkan empat orang, seorang bernama Balasawo, dan seorang lagi Raja Sumbawa yang hilang di Bali, dan seorang perempuan bernama [Datu] Tengah, dan seorang lagi bernama Datu Jereweh.

Adapun yang bernama Balasawo itu tiada beranak, dan Raja Sumbawa yang hilang di Bali beranak seorang perempuan bernama Datu Bini. Maka Datu Bini diperistrikan oleh Raja Mengkasar bernama Karaeng Bonto Langkasa, maka beranak seorang perempuan bernama Siti Hadijah, itulah diperistrikan oleh Datu Pengantin anak Raja Taliwang dengan Raja Banjar. Maka ialah beranak seorang laki-laki, itulah Raja Sumbawa yang besar badannya. Maka Raja Sumbawa yang besar badannya itu diperanakkan lagi seorang laki-laki bernama Lalu Muhammad, menjadi Raja Sumbawa sekarang ini adanya.

Seperkara lagi Datu Jereweh saudaranya oleh yang hilang di Bali, maka beranak seorang laki-laki bernama Datu Susun, itulah menjadi raja yang memperistrikan anak raja yang hilang di Bali bernama Datu Bini itu akan tetapi tiada beranak. Dan lagi seperti saudaranya bernama Datu Tengah, itulah yang beranak empat orang, pertama-tama Tuan Kita Manuru Daha, dan kedua Tuan Kita bernama Abdullah yang hilang di Bali, ketiga perempuan Paduka Tallo', dan keempat laki-laki Raja Sumbawa yang empunya kubur di Tanah Taraha, itulah pangkatnya yang tiada berhingga menjadi Raja Sumbawa sampai sekarang ini. Intaha demikianlah adanya. Datu Tengah diperistrikan oleh Tuan Kita Sultan Hasanuddin ma Bata Bou.

Silsilah kekerabatan dengan Kesultanan Banjar

[sunting | sunting sumber]

Raja-raja di Sumbawa menurut naskah Hikayat Raja-raja Banjar dan Kotawaringin dan Majelis Adat - Lembaga Adat Tanah Samawa (LATS) serta Bidang Kebudayaan - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa, memiliki leluhur seorang bangsawan dari Kesultanan Banjar yang bernama Raden Subangsa bergelar Pangeran Taliwang yang menikah dengan Mas Surabaya, lalu dari pernikahan ini lahirlah seorang putra yang lahir di Taliwang bernama Raden Mataram alias Amas Mattaram (Raja Taliwang). Kemudian Mas Surabaya meninggal dunia sehingga Raden Subangsa menikah lagi dengan Mas Panghulu, dari pernikahan ini lahirlah seorang putera lainnya yang lahir di Sumbawa bernama Raden Bantan (Dewa Mas Bantan) yang kelak menjadi Sultan Sumbawa ke-3.[5][6][21][22][23][24][25][26][27][28][29][30]

RAJA NEGARA DIPA 04
♂ Maharaja Suria-Nata
Raden Putra
Raden Suria-Cipta
Raden Aria Gegombak Janggala Rajasa
(ayahanda Maharaja Suria-Ganggawangsa RAJA NEGARA DIPA 05)


↓(beristeri)


♀ Putri Junjung Buih RAJA NEGARA DIPA 03
Raden Galuh Cipta-Sari
Putri Ratna Janggala Kadiri
♂ Pangeran Suria-Wangsa
bin
Maharaja Suria-Nata


↓(beristeri)


♀ Putri Kalarang
binti
♂ Maharaja Suria-Ganggawangsa = ♀ Putri Huripan binti Lambung Mangkurat RAJA NEGARA DIPA 02 bin Empu Jat-Maka Maharaja di Candi RAJA NEGARA DIPA 01
RAJA NEGARA DIPA 06
♂ Maharaja Carang Laleyan


↓(beristeri)


♀ Putri Kalungsu RAJA NEGARA DIPA 7
binti
♂ Maharaja Suria-Ganggawangsa = ♀ Putri Huripan
RAJA NEGARA DAHA 01
♂ Maharaja Sari Kaburungan
Raden Sekar Sungsang
Panji Agung Rama Nata
♂ Raden Bangawan
(adik Maharaja Sukarama RAJA NEGARA DAHA 2)
♂ Raden Mantri Alu


↓(beristeri)


♀ Putri Galuh Baranakan
binti
Maharaja Sukarama
SULTAN BANJAR 1
m. 1500-1540[31][32]
♂ Raden Jaya Sutera
Raden Raga Samudera
Pangeran Jaya Samudera
Sultan Suryanullah
Sultan Suriansyah
anumerta: Susunan Panembahan Batu Habang
Pangeran Anom
Pangeran di Hangsana
SULTAN BANJAR 2
Sultan Rahmatullah
anumerta: Susunan Panembahan Batu Hirang
Putri Norhayati
Pangeran Demang
Dipati Demang
SULTAN BANJAR 3
Sultan Hidayatullah 1
anumerta: Susunan Panembahan Batu Putih
Raden Zakaria
SULTAN BANJAR 4
Sultan Mustain Billah
Marhum Panembahan
Raden Senapati
Gusti Kecil
Raden Kushil
(cucu dari Tuan Khatib Banun)
♂ Raden Subamanggala
Pangeran Mangkunagara
(anak dari Putri Nur Alam binti Pangeran di Laut)
Ratu Bagus
Raden Bagus
(cucu dari Kiyai Di Podok)
♂ Raden Timbako
Pangeran Singasari
♂ Raden Timbakal
Pangeran Dipati Martasari


↓(beristeri)


♀ nyai Si Jawa
♂ Raden Subantaka
♂ Raden ModinKEDATUAN TALIWANG
Pangeran Taliwang 1
♂ Raden Marabut
Raden Subangsa
(saudara sepersusuan dengan Sultan Dipati Anom SULTAN BANJAR
m. 1663-1679)
♂ Raden Khatib
♀ Gusti YadaGusti PikaSULTAN SUMBAWA 3
(m. 1675-1705, + 1713)
Monarch ♂ Raden Bantan
Dewa Mas Bantan
Datoe-loká
Dewa Dalam Bawa
Sultan Hasanurrasyid I
(anak dari ♀ Dewa Mas Panghulu, keturunan Dewa Maja Paruwa RAJA SUMBAWA m. 1618–1632)


↓(beristeri)


♀ St. Halimah Tomi Karaeng Tannisanga
binti
I Mappaijo Daeng Mannjauru
Sultan Harun Al Rasyid
anumerta Tumenanga ri Lampana
(Raja Tallo ke-10 )
RAJA TALIWANG
♂ Raden Mataram
Amas Mattaram
(anak dari ♀ Mas Surabaya kakak dari Dewa Mas Panghulu)
(disebutkan dalam surat tahun 1689)[8]
♀ Gusti Tika
RIWABATANG (PEMANGKU) SULTAN SUMBAWA
(m. 1722 – 1725)
DATU SERAN
Monarch ♂ Raja Tua Datu Bala Sawo
Dewa Loka Ling Sampar
(+ 25 Agustus 1725)
SULTAN SUMBAWA 4
(m. 1702 – 1725)
DATU TALIWANG
MonarchAmasa Samawa Dewa Mas Madina
(+ 12 Februari 1725)
DATU JEREWEH
♂ Dewa Maja Jerewe
Mas Palembang
(suami Karaë-Bonto-djéné)
♀ Dewa Iya
(Permaisuri Sultan Hasanuddin, Sultan Bima)
♀ Dewa Isa
Karaëng-Barong-patola

wafat 8-6-1718
(diperistri oleh Daëng Mamoentoeli Aroe Kadjoe II Ahmad, putra Aroe-Teko dari Saëná Daëng-Toondji)

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Stokvis, Anthony Marinus Hendrik Johan (1888). Manuel d'histoire, de généalogie et de chronologie de tous les états du globe, depuis les temps les plus reculés jusqu'à nos jours (dalam bahasa Prancis). Brill. hlm. 389. 
  2. ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Sultan-sultan Sumbawa". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019. 
  3. ^ wafat 8-6-1718
  4. ^ Mukhlis Paeni, Edward Lamberthus Poelinggomang, Ina Mirawati · (2002). Batara Gowa: messianisme dalam gerakan sosial di Makassar. Indonesia. hlm. 108. ISBN 9794205141.  ISBN
  5. ^ a b "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 1". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019. 
  6. ^ a b "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 2". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019. 
  7. ^ Ben Cahoon. "Indonesian Traditional States II". WORLD STATESMEN.org. Diakses tanggal 3 Juni 2019. 
  8. ^ a b Maarten Manse and Simon Kemper (2015). "Rulers in Asia (1683 – 1811): attachment to the Database of Diplomatic letters" (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia (dalam bahasa Inggris). University of Leiden. hlm. 57. Diakses tanggal 2019-01-05. 
  9. ^ "Sejarah Kesultanan Sumbawa". Website Resmi Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Diakses tanggal 2019-08-06. 
  10. ^ "Sambangi Taliwang, Raja Gowa Tallo Sebut Silsilah Taliwang-Gowa Tallo Punya Hubungan Erat". kabarntb.com. Diakses tanggal 2019-19-06. 
  11. ^ "Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah". Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1978. hlm. 54. 
  12. ^ Mantja, Lalu (1984). Sumbawa pada masa dulu: suatu tinjauan sejarah. Indonesia: Rinta. 
  13. ^ Annabel Teh Gallop (2002). "Malay Seal Inscriptions: A Study in Islamic Epigraphy from Southeast Asia" (dalam bahasa Inggris). 3. University of London: 542. 
  14. ^ Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Nusa Tenggara Barat. Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan Nusa Tenggara Barat. Indonesia: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 126. 
  15. ^ "Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional (Indonesia), Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Indonesia), Proyek Peningkatan Penelitian Arkeologi Jakarta (Indonesia)". Berita penelitian arkeologi, Masalah 11-14. Indonesia: Proyek Pelita Pengembangan Media Kebudayaan, Departemen Pendidikan & Kebudayaan. 1977. hlm. 10. 
  16. ^ "Mencari Surat-Surat :: Sejarah Nusantara". Arsip Nasional Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-25. Diakses tanggal 2019-11-12. 
  17. ^ a b c "Netherlands. Ministerie van Binnenlandse Zaken, Netherlands. Ministerie van Onderwijs, Kunsten en Wetenschappen, Netherlands. Ministerie van Onderwijs en Wetenschappen, Netherlands. Commissie voor's Rijks Geschiedkundige Publicatiën, Netherlands. Rijkscommissie voor Vaderlandse Geschiedenis". Rijks geschiedkundige publicatiën: Grote serie (dalam bahasa Belanda). 134. Martinus Nijhoff. 1971. hlm. 58. 
  18. ^ Nederlandsche Oost-Indische Compagnie, Willem Philippus Coolhaas (1971). Generale missiven van gouverneurs-generaal en raden aan Heren XVII der Verenigde Oostindische Compagnie: deel. 1610-1638 (dalam bahasa Belanda). Martinus Nijhoff. hlm. 58. 
  19. ^ "Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Nusa Tenggara Barat". Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan Nusa Tenggara Barat. Indonesia: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat, Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Nusa Tenggara Barat. 1997. hlm. 128. 
  20. ^ Rachmat Salahuddin, Sitti Maryam (1999). Henri Chambert-Loir, ed. Bo' Sangaji Kai: catatan kerajaan Bima. Indonesia: Ecole française d'Extrême-Orient : Yayasan Obor Indonesia, 1999. hlm. 56. ISBN 9794613398.  ISBN 978-979-461-339-9
  21. ^ https://www.scribd.com/doc/190123982/Hikayat-Banjar
  22. ^ Ras, Johannes Jacobus (1968). Hikajat Bandjar: A study in Malay historiography (dalam bahasa Inggris). Bibliotheca Indonesica, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands), Martinus Nijhoff. 
  23. ^ Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar (dalam bahasa Melayu). Diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405.  ISBN 983-62-1240-X
  24. ^ Rosyadi, Sri Mintosih, Soeloso, Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Indonesia) (1993). Hikayat Banjar dan Kotaringin. Indonesia: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara. hlm. 139. 
  25. ^ Cense, Anton Abraham (1928). De kroniek van Bandjarmasin (dalam bahasa Belanda). C.A. Mees. hlm. 54. 
  26. ^ Ras, Johannes Jacobus (1968). Johannes Jacobus Ras, ed. Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography (dalam bahasa Inggris). Martinus Nijhoff. 
  27. ^ Ras, Johannes Jacobus (1968). Bibliotheca Indonesica (dalam bahasa Inggris). 1. Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde. 
  28. ^ Rogayah A. Hamid, Etty Zalita Zakaria. Inti sari karya klasik (dalam bahasa Melayu). 1. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia. ISBN 9836295062.  ISBN 978-983-62-9506-4
  29. ^ Hikayat Banjar, Siri karya sastera klasik untuk remaja (dalam bahasa Melayu). Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia. 2004. ISBN 9836280146.  ISBN 978-983-62-8014-5
  30. ^ "Museum Negeri Lambung Mangkurat". Hikayat Banjar Volume 1 dari Seri penerbitan Museum Negeri Lambung Mangkurat. Indonesia: Museum Negeri Lambung Mangkurat. 1981. 
  31. ^ Hoëvel, Wolter Robert (1861). Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (dalam bahasa Belanda). 52. Ter Lands-drukkerij. hlm. 199. 
  32. ^ Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (Geschiedkundige aanteekcningen omtrent zuidelijk Borneo)". 23. Ter Lands-drukkerij: 199. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]