Ejaan: Perbedaan antara revisi
k {{KLHK}} |
Reno-Sifana (bicara | kontrib) k Perbaikan Tata Bahasa |
||
(47 revisi perantara oleh 29 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Alphabet enfants sages 5-2.jpg|jmpl|Alphabet enfants sages 5-2]] |
|||
'''Ejaan''' adalah penggambaran [[bunyi bahasa]] ([[kata]], [[kalimat]], dsb) dengan kaidah [[tulisan]] ([[huruf]]) yang distandardisasikan. Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu (1) aspek [[fonologi]]s yang menyangkut penggambaran [[fonem]] dengan huruf dan penyusunan [[abjad]], (2) aspek [[morfologi (linguistik)|morfologis]] yang menyangkut penggambaran satuan-satuan [[morfem]]is, serta (3) aspek [[sintaksis]] yang menyangkut penanda ujaran berupa [[tanda baca]]. |
|||
'''Ejaan''' adalah penggambaran [[bunyi bahasa]] ([[kata]], [[kalimat]], dan lain sebagainya) dalam tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan [[tanda baca]].<ref> {{cite book|title= Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Ejaan|author= Sriyanto|publisher= Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|year= 2014|page= 6|url=http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Buku%20Penyuluhan%20Ejaan.pdf}} </ref> Penggunaan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca tidak boleh diabaikan karena akan mengakibatkan perbedaan makna. Oleh karena itu dalam penulisan kata ataupun kalimat perlu memperhatikan kaidah-kaidah dan aturan baku yang berlaku, seperti PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan). Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu: |
|||
# aspek [[Fonologi|fonologis]] yang menyangkut penggambaran [[fonem]] dengan huruf dan penyusunan [[abjad]] |
|||
# aspek [[morfologi (linguistik)|morfologis]] yang menyangkut penggambaran satuan-satuan [[morfem]]is |
|||
# aspek [[sintaksis]] yang menyangkut penanda ujaran berupa [[tanda baca]]. |
|||
== Abjad Indonesia Menurut EYD == |
|||
⚫ | |||
'''Ejaan yang disempurnakan''' atau [[EYD]] terdiri dari 26 [[grafem]] tunggal dan [[fonem]] sebagai berikut:<ref name="rujukan1"> {{cite book|author=N.F. Alieva, dkk|title=Bahasa Indonesia deskripsi dan teori|year=1991|publisher=Kanisius|place=Yogyakarta|page=27}}</ref> |
|||
* Aa (a) /a/ |
|||
* Bb (be) /b/ |
|||
* Cc (tje) /c/ |
|||
* Dd (de) /d/ |
|||
* Ee (e) /e/, /ə/,/ε/ |
|||
* Ff (ef) /f/ |
|||
* Gg (ge) /g/ |
|||
* Hh (ha) /ha/ |
|||
* Ii (i) /i/ |
|||
* Jj (dje) /j/ |
|||
* Kk (ka)/k/,/?/ |
|||
* Ll (el) /l/ |
|||
* Mm (em) /m/ |
|||
* Nn (en) /n/ |
|||
* Oo (o) /o/, /ɔ/ |
|||
* Pp (pe) /p/ |
|||
* Qq (ki) /k/ |
|||
* Rr (er) /r/ |
|||
* Ss (es) /s/ |
|||
* Tt (te) /t/ |
|||
* Uu (oe) /u/ |
|||
* Vv (fe) /te/ |
|||
* Ww (we) /w/, /W/ |
|||
* Xx (eks) /k/+/s/ |
|||
* Yy (je) /y/ |
|||
* Zz (zet) /z/ |
|||
== Huruf Vokal == |
|||
Huruf yang melambangkan [[vokal]] dalam [[bahasa Indonesia]] terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.<ref name="rujukan2"> {{cite book|author=Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia|title=PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN|year=2000|publisher=Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional|place=Jakarta|page=8}}</ref> |
|||
Contoh pemakaian dalam kata [[vokal]] di awal di tengah di akhir pada huruf a seperti [[api]], [[padi]], [[lusa]].<ref name="rujukan2"/> Dalam [[vokal]] e seperti enak, [[petak]], [[sore]], sedangkan dalam [[vokal]] i contohnya itu, simpan, [[murni]].<ref name="rujukan2"/> Serta dalam [[vokal]] o seperti oleh, [[kota]], [[radio]], dan terakhir pada [[vokal]] u contohnya ulang, [[bumi]], [[ibu]].<ref name="rujukan2"/> Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.<ref name="rujukan3"> {{cite book|author=Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia|title=PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN|year=2000|publisher=Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional|place=Jakarta|page=9}}</ref> |
|||
== Huruf Konsonan == |
|||
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, |
|||
f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.<ref name="rujukan3"/><ref name="rujukan4"> {{cite book|author=Menteri Pendidikan Nasional|title=PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN|year=2009|publisher=Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional|place=Jakarta|page=3}}</ref> Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah khusus untuk nama dan keperluan ilmu.<ref name="rujukan3"/> |
|||
== Huruf Diftong == |
|||
Di dalam [[bahasa Indonesia]] terdapat [[diftong]] yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.<ref name="rujukan5"> {{cite book|author=Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia|title=PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN|year=2000|publisher=Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional|place=Jakarta|page=10}}</ref> Contoh penggunaan [[diftong]] ai pada awal, tengah dan akhir adalah sebagai berikut ain, [[kaisar]], [[pandai]].<ref name="rujukan6"> {{cite book|author=Menteri Pendidikan Nasional|title=PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN|year=2009|publisher=Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional|place=Jakarta|page=5}}</ref> Sedangkan pada [[diftong]] au seperti [[aula]], [[saudara]], [[harimau]].<ref name="rujukan6"/> Serta pada [[diftong]] oi di awal kata tidak ditemui, sedangkan untuk di tengah dan akhir seperti [[boikot]] dan [[amboi]].<ref name="rujukan6"/> |
|||
== Gabungan Huruf Konsonan == |
|||
Di dalam [[bahasa Indonesi]]a terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan [[konsonan]], yaitu kh, ng, ny, dan sy.<ref name="rujukan5"/> Masing-masing melambangkan satu bunyi [[konsonan]].<ref name="rujukan5"/> Sama seperti kata yang lain, gabungan huruf [[konsonan]] bisa terdapat pada awal, tengah, dan akhir kata.<ref name="rujukan6"/> |
|||
== Prinsip-prinsip Penulisan Ejaan Bahasa Indonesia == |
|||
'''Prinsip [[morfologis]]''' merupakan dua kaidah yang mengkhususkan penulisan sebuah [[fonem]] yang memiliki posisi tertentu dalam [[morfem]] atau kata jadian.<ref name="rujukan7"> {{cite book|author=N.F. Alieva, dkk|title=Bahasa Indonesia deskripsi dan teori|year=1991|publisher=Kanisius|place=Yogyakarta|page=28}}</ref>Dua kaidah tersebut adalah: |
|||
* Fonem /ɲ/ di muka fonem /c/ atau /j/ ditulis n, bukan ny.<ref name="rujukan7"/> |
|||
* Fonem /w/ dan /y/ yang menjadi bagian [[diftong]] ditulis u dan i.<ref name="rujukan7"/> |
|||
'''Prinsip historis/tradisional''' berlaku bagi beberapa kata serapan, antara lain:<ref name="rujukan7"/> |
|||
* [[Grafem]] yang melambangkan konsonan bersuara dipakai untuk konsonan tak bersuara pada akhir suku kata. Penggunaan ini digunakan untuk fonem /p/, dan d untuk /t/ serta penulisan g untuk /k/ dan j untuk /c/.<ref name="rujukan7"/> |
|||
* [[Grafem]] i di muka vokal mencerminkan lafal bervarian /i/ atau /y/.<ref name="rujukan7"/> |
|||
* Penggambaran bunyi /f/ dipakai baik pada huruf v mau pun v.<ref name="rujukan7"/> |
|||
* [[Bunyi Hamzah]] atau bahasa Arab dituliskan menggunakan tanda petik tunggal walaupun tanda petik juga dapat digunakn untuk kata yang lain, misalnya penulisan Jum'at.<ref name="rujukan7"/> |
|||
* Huruf e digunakan untuk menggambarkan /ə/ di antara konsonan serapan lama, misalnya pengucapan Inggeris dan Sastera.<ref name="rujukan7"/> |
|||
* Nama diri orang-orang terdahulu diperbolehkan menggunakan [[Ejaan Soewandi]] bahkan [[Ejaan Van Ophuijsen]], misalnya Soekarno dan Soeharto.<ref name="rujukan7"/> |
|||
* Nama diri orang asing dan nama tempat asing dipertahankan keasliannya, misalnya Michael dan New York.<ref name="rujukan7"/> |
|||
⚫ | |||
{{reflist}} |
|||
* {{KLHK}} |
* {{KLHK}} |
||
Baris 8: | Baris 68: | ||
[[Kategori:Ejaan| ]] |
[[Kategori:Ejaan| ]] |
||
[[en:Spelling]] |
Revisi terkini sejak 28 September 2024 06.14
Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dan lain sebagainya) dalam tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.[1] Penggunaan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca tidak boleh diabaikan karena akan mengakibatkan perbedaan makna. Oleh karena itu dalam penulisan kata ataupun kalimat perlu memperhatikan kaidah-kaidah dan aturan baku yang berlaku, seperti PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan). Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu:
- aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad
- aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis
- aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
Abjad Indonesia Menurut EYD
[sunting | sunting sumber]Ejaan yang disempurnakan atau EYD terdiri dari 26 grafem tunggal dan fonem sebagai berikut:[2]
- Aa (a) /a/
- Bb (be) /b/
- Cc (tje) /c/
- Dd (de) /d/
- Ee (e) /e/, /ə/,/ε/
- Ff (ef) /f/
- Gg (ge) /g/
- Hh (ha) /ha/
- Ii (i) /i/
- Jj (dje) /j/
- Kk (ka)/k/,/?/
- Ll (el) /l/
- Mm (em) /m/
- Nn (en) /n/
- Oo (o) /o/, /ɔ/
- Pp (pe) /p/
- Qq (ki) /k/
- Rr (er) /r/
- Ss (es) /s/
- Tt (te) /t/
- Uu (oe) /u/
- Vv (fe) /te/
- Ww (we) /w/, /W/
- Xx (eks) /k/+/s/
- Yy (je) /y/
- Zz (zet) /z/
Huruf Vokal
[sunting | sunting sumber]Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.[3] Contoh pemakaian dalam kata vokal di awal di tengah di akhir pada huruf a seperti api, padi, lusa.[3] Dalam vokal e seperti enak, petak, sore, sedangkan dalam vokal i contohnya itu, simpan, murni.[3] Serta dalam vokal o seperti oleh, kota, radio, dan terakhir pada vokal u contohnya ulang, bumi, ibu.[3] Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.[4]
Huruf Konsonan
[sunting | sunting sumber]Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.[4][5] Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah khusus untuk nama dan keperluan ilmu.[4]
Huruf Diftong
[sunting | sunting sumber]Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.[6] Contoh penggunaan diftong ai pada awal, tengah dan akhir adalah sebagai berikut ain, kaisar, pandai.[7] Sedangkan pada diftong au seperti aula, saudara, harimau.[7] Serta pada diftong oi di awal kata tidak ditemui, sedangkan untuk di tengah dan akhir seperti boikot dan amboi.[7]
Gabungan Huruf Konsonan
[sunting | sunting sumber]Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.[6] Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.[6] Sama seperti kata yang lain, gabungan huruf konsonan bisa terdapat pada awal, tengah, dan akhir kata.[7]
Prinsip-prinsip Penulisan Ejaan Bahasa Indonesia
[sunting | sunting sumber]Prinsip morfologis merupakan dua kaidah yang mengkhususkan penulisan sebuah fonem yang memiliki posisi tertentu dalam morfem atau kata jadian.[8]Dua kaidah tersebut adalah:
- Fonem /ɲ/ di muka fonem /c/ atau /j/ ditulis n, bukan ny.[8]
- Fonem /w/ dan /y/ yang menjadi bagian diftong ditulis u dan i.[8]
Prinsip historis/tradisional berlaku bagi beberapa kata serapan, antara lain:[8]
- Grafem yang melambangkan konsonan bersuara dipakai untuk konsonan tak bersuara pada akhir suku kata. Penggunaan ini digunakan untuk fonem /p/, dan d untuk /t/ serta penulisan g untuk /k/ dan j untuk /c/.[8]
- Grafem i di muka vokal mencerminkan lafal bervarian /i/ atau /y/.[8]
- Penggambaran bunyi /f/ dipakai baik pada huruf v mau pun v.[8]
- Bunyi Hamzah atau bahasa Arab dituliskan menggunakan tanda petik tunggal walaupun tanda petik juga dapat digunakn untuk kata yang lain, misalnya penulisan Jum'at.[8]
- Huruf e digunakan untuk menggambarkan /ə/ di antara konsonan serapan lama, misalnya pengucapan Inggeris dan Sastera.[8]
- Nama diri orang-orang terdahulu diperbolehkan menggunakan Ejaan Soewandi bahkan Ejaan Van Ophuijsen, misalnya Soekarno dan Soeharto.[8]
- Nama diri orang asing dan nama tempat asing dipertahankan keasliannya, misalnya Michael dan New York.[8]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Sriyanto (2014). Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Ejaan (PDF). Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 6.
- ^ N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 27.
- ^ a b c d Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 8.
- ^ a b c Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 9.
- ^ Menteri Pendidikan Nasional (2009). PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 3.
- ^ a b c Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 10.
- ^ a b c d Menteri Pendidikan Nasional (2009). PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 5.
- ^ a b c d e f g h i j k N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 28.
- Harimurti Kridalaksana (2008). Kamus Linguistik (edisi ke-4). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-3570-8.