Sinema digital: Perbedaan antara revisi
k bot Menambah: no:Digital kino; kosmetik perubahan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(17 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Sinema digital''' merujuk pada penggunaan [[teknologi digital]] untuk |
'''Sinema digital''' atau '''bioskop digital''' merujuk pada penggunaan [[teknologi digital]] untuk mengagihkan dan menayangkan gambar bergerak. Sebuah [[film]] dapat diagihkan lewat [[perangkat keras|peranti keras]], [[piringan optik]] atau [[satelit]] serta ditayangkan menggunakan [[proyektor digital]] alih-alih [[proyektor]] [[film]] konvensional. Sinema digital berbeda dari [[HDTV]] atau [[televisi resolusi tinggi]]. Sinema digital tidak bergantung pada penggunaan [[televisi]] atau standar HDTV, aspek rasio atau laju bingkai. [[Proyektor digital]] yang [[resolusi|beresolusi]] 2K mulai disebarkan pada tahun 2005, dan sejak tahun 2006 jangkauannya telah diakselerasi. |
||
[[sinema]] [[digital]] dapat dibuat dengan [[media]] [[video]] yang untuk penayangannya dilakukan transfer dari format 35 milimeter (mm) ke format ''high definition'' (HD). Proses transfer ke format HD melalui proses cetak yang disebut dengan proses ''blow up''. Setelah menjadi format HD, penayangan film dilakukan dari satu tempat saja, dan dioperasikan ke [[bioskop]] lain dengan menggunakan [[satelit]], sehingga tidak perlu dilakukan salinan [[film]]. Contohnya, dari satu [[bioskop]] di [[Jakarta]], [[film]] dapat dioperasikan atau diputar ke bioskop-bioskop di [[daerah]] melalui satelit. |
[[sinema]] [[digital]] dapat dibuat dengan [[media]] [[video]] yang untuk penayangannya dilakukan transfer dari format 35 milimeter (mm) ke format ''high definition'' (HD). Proses transfer ke format HD melalui proses cetak yang disebut dengan proses ''blow up''. Setelah menjadi format HD, penayangan film dilakukan dari satu tempat saja, dan dioperasikan ke [[bioskop]] lain dengan menggunakan [[satelit]], sehingga tidak perlu dilakukan salinan [[film]]. Contohnya, dari satu [[bioskop]] di [[Jakarta]], [[film]] dapat dioperasikan atau diputar ke bioskop-bioskop di [[daerah]] melalui satelit. |
||
== Perbedaan sinema digital == |
== Perbedaan sinema digital == |
||
Sinema digital hanya berbeda dengan sinema konvensional dalam hal visualisasi dan [[suara]]. Visualisasi sinema digital |
Sinema digital hanya berbeda dengan sinema konvensional dalam hal visualisasi dan [[suara]]. Visualisasi sinema digital sudah sangat jernih seperti anda melihat gambar bergerak di televisi, sementara sinema konvensional yang menggunakan media [[pita seluloid]], memiliki struktur visualisasi berupa titik-titik. Untuk kualitas suara, sinema digital menggunakan sistem suara surround (biasanya [[en.wiki-indonesia.club/wiki/Dolby Surround|Dolby Surround]]) dan kualitas suara sudah ditingkatkan. Sementara sinema konvensional, sudah menggunakan sistem suara surround, tetapi kualitas suara yang dihasilkan jauh berbeda dengan sinema digital. |
||
== Kamera untuk sinema digital == |
== Kamera untuk sinema digital == |
||
Baris 10: | Baris 10: | ||
== Proyektor sinema digital == |
== Proyektor sinema digital == |
||
⚫ | Untuk menayangkan sinema digital, diperlukan [[proyektor]] yang berbeda dengan proyektor untuk menayangkan [[sinema konvensional]]. Terdapat dua jenis proyektor yang dapat digunakan untuk menayangkan sinema digital, yaitu proyektor [[DLP]] dan DCI. Proyektor DLP dikembangkan oleh [[perusahaan]] Texas Instruments. Ada tiga [[pabrik]] yang telah memiliki [[lisensi]] untuk memproduksi teknologi sinema DLP yaitu Christie Digital Systems, [[Barco (perusahaan Belgia)|Barco]], dan NEC. Christie, yang telah lama berdiri sebagai pabrik [[teknologi]] proyektor [[sinema konvensional]], adalah pembuat proyektor CP2000—bentuk dasar proyektor yang paling banyak tersebar secara [[global]] (total kira-kira 5,500 unit). Barco meluncurkan seri [[en.wiki-indonesia.club/wiki/Digital Light Processing|DLP]] dengan resolusi 2K yang masih kalah dengan [[proyektor sinema digital]] DCI. Barco juga merancang dan mengembangkan produk proyektor dengan tingkat visualisasi berbeda bagi pembuat film profesional. NEC memproduksi Starus NC2500S, NC1500C dan NC800C proyektor 2K bagi layar kecil, medium dan besar. NEC juga memproduksi sistem penyedia sinema digital Starus dan alat-alat lain untuk menghubungkan dengan [[computer]], tape [[analog]] atau [[digital]], [[penerima satelit]], DVD dan lain-lain. Sementar NEC adalah pendatang baru dalam industri [[proyektor sinema digital]], Christie adalah pemain utama dalam pasar Amerika Serikat. Sedangkan Barco memimpin pasar Eropa dan Asia. Ketika perusahaan Texas Instrument pertama kali memperkenalkan [[teknologi proyektor 2K]], perusahaan proyeksi digital merancang dan menjual banyak unit proyektor sinema digital DLP. Ketika proyektor dengan resolusi melebihi proyektor 2K dikembangkan, pasar mulai menawarkan proyektor berbasis DLP bagi tujuan non-sinema. Pada januari 2009, lebih dari 6000 sistem sinema digital berbasis DLP dipasang di seluruh dunia, di mana sebanyak 80 persen berlokasi di Amerika utara. |
||
Untuk menayangkan sinema digital, diperlukan [[proyektor]] yang berbeda dengan proyektor untuk menayangkan [[sinema konvensional]]. Terdapat dua jenis proyektor yang dapat digunakan untuk menayangkan sinema digital, yaitu proyektor DLP dan DCI. Proyektor DLP memiliki resolusi 1280×1024 atau setara dengan 1.3 [[megapiksel]]. Sedangkan proyektor DCI memiliki dua jenis spesifikasi, yaitu 2K (2048×1080) atau setara 2.2 MP pada 24 atau 48 bingkai dan 4K (4096×2160) atau setara dengan 8.85 MP pada 24 bingkai per detik. |
|||
⚫ | Proyektor DLP dikembangkan oleh [[perusahaan]] Texas |
||
Teknologi penayangan sinema digital lainnya dibuat oleh perusahaan Sony dan diberi label teknologi "SXRD" . Proyektor-proyektor SXRD seperti SRXR210 dan SRXR220, menawarkan resolusi 4096x2160 (4K) dan memiliki [[piksel]] empat kali lebih banyak |
Teknologi penayangan sinema digital lainnya dibuat oleh perusahaan Sony dan diberi label teknologi "[https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Silicon_X-tal_Reflective_Display SXRD]" . Proyektor-proyektor SXRD seperti SRXR210 dan SRXR220, menawarkan resolusi 4096x2160 (4K) dan memiliki [[piksel]] empat kali lebih banyak daripada proyektor 2K. Proyektor sinema digital Sony juga memiliki harga yang kompetitif dengan proyektor DLP 2 K yang memiliki resolusi lebih rendah (2048x1080 atau setara dengan 2.2 megapiksel). Sekarang, hampir semua sinema digital menggunakan proyektor dengan teknologi [[en.wiki-indonesia.club/wiki/Digital Light Processing|DLP]] |
||
== Proses pasca-produksi sinema digital == |
== Proses pasca-produksi sinema digital == |
||
Baris 20: | Baris 19: | ||
== Keuntungan [[ekonomi]] == |
== Keuntungan [[ekonomi]] == |
||
Sebelum teknologi [[digital]] muncul dalam pembuatan sinema, sinema harus dibuat dengan [[pita]] [[seluloid]] yang harganya amat mahal. Pita seluloid 35 |
Sebelum teknologi [[digital]] muncul dalam pembuatan sinema, sinema harus dibuat dengan [[pita]] [[seluloid]] yang harganya amat mahal. Pita seluloid 35 mm satu rollnya berharga empat juta dan hanya mampu merekam sepanjang empat menit. Berarti untuk membuat sinema berdurasi 100 menit dibutuhkan dana sekitar 25 juta rupiah. Itu hanya untuk merekam gambar dan belum untuk mengedit dan memperbanyak gambar. Pada sinema seluloid, sinema harus melalui proses printing dan blow up yang bisa menghabiskan dana minimal 233 juta rupiah. Sedangkan biaya untuk membuat kopi sinema adalah 10 juta rupiah. Padahal untuk diputar di bioskop di seluruh Indonesia, sebuah sinema minimal harus memiliki 25 kopi. Artinya produser harus menyediakan dana 250 juta rupiah. |
||
Dengan menggunakan [[teknologi]] digital, biaya pembuatan sinema menjadi amat murah. Sinema digital dapat dibuat dengan menggunakan kamera Betacam SP yang kasetnya berharga 110 ribu rupiah dengan kemampuan merekam hingga 30 menit. Sinema digital juga bisa dibuat dengan Digital Video atau Digital Beta yang lebih murah lagi. Dengan biaya 400 ribu rupiah, [[Digital video]] mampu merekam gambar hingga 180 menit. Dibandingkan dengan sinema seluloid, pembuatan sinema dengan teknologi digital bisa menekan biaya hingga 500 juta rupiah. Karena sinema digital tidak perlu melalui proses printing atau blow up. Dengan menggunakan sinema digital, hanya diperlukan biaya untuk proses ''encoding'' sebesar 5 juta rupiah. Oleh karena itu, bagi para [[produser]], sinema digital merupakan teknologi yang sangat murah. Teknologi ini dapat dijadikan alternatif untuk para pembuat film yang ingin berkarya dengan biaya seminim mungkin. |
Dengan menggunakan [[teknologi]] digital, biaya pembuatan sinema menjadi amat murah. Sinema digital dapat dibuat dengan menggunakan kamera Betacam SP yang kasetnya berharga 110 ribu rupiah dengan kemampuan merekam hingga 30 menit. Sinema digital juga bisa dibuat dengan Digital Video atau Digital Beta yang lebih murah lagi. Dengan biaya 400 ribu rupiah, [[Digital video]] mampu merekam gambar hingga 180 menit. Dibandingkan dengan sinema seluloid, pembuatan sinema dengan teknologi digital bisa menekan biaya hingga 500 juta rupiah. Karena sinema digital tidak perlu melalui proses printing atau blow up. Dengan menggunakan sinema digital, hanya diperlukan biaya untuk proses ''encoding'' sebesar 5 juta rupiah. Oleh karena itu, bagi para [[produser]], sinema digital merupakan teknologi yang sangat murah. Teknologi ini dapat dijadikan alternatif untuk para pembuat film yang ingin berkarya dengan biaya seminim mungkin. |
||
== Penayangan sinema digital == |
== Penayangan sinema digital == |
||
Sinema digital memiliki banyak keuntungan dalam tahap [[produksi]] dan pascaproduksi. Memang, dulu sinema-sinema di Indonesia belum banyak yang menggunakan teknologi digital alias masih menggunakan pita seluloid. Namun sekarang, hampir semua sinema di Indonesia sudah memakai teknologi digital. |
|||
Walau sinema digital memiliki keuntungan dalam tahap [[produksi]] dan pascaproduksi namun penayangannya masih menjadi hambatan. Sebagian besar bioskop di Indonesia hanya memiliki alat untuk memutar sinema seluloid. Satunya-satunya cara agar sinema digital bisa diputar di bioskop hanyalah dengan mencetaknya kembali dalam pita seluloid. Sedangkan tidak semua sinema digital yang berformat video bisa ditransfer menjadi seluloid karena standar video adalah 625 garis atau 525 garis. Sedangkan, kualitas imaji seluloid 35 mm setara dengan 2.500 garis. Jadi kalau dari video digital ditransfer ke seluloid, hasilnya akan jauh dari memuaskan. Di Indonesia untuk saat ini hanya [[Blitzmegaplex]] yang mempunyai peralatan yang mampu menayangkan film dengan format digital. |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
Baris 31: | Baris 30: | ||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
* suara pembaruan[http://www.suarapembaruan.com/News/2008/02/22/Hiburan/hib07.htm] |
* suara pembaruan [http://www.suarapembaruan.com/News/2008/02/22/Hiburan/hib07.htm] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080510150724/http://www.suarapembaruan.com/News/2008/02/22/Hiburan/hib07.htm |date=2008-05-10 }} |
||
* filmalternatif[http://www.filmalternatif.org/?m=article.detail&id=27] |
* filmalternatif [http://www.filmalternatif.org/?m=article.detail&id=27] |
||
* [http://archives.cnn.com/2002/SHOWBIZ/Movies/04/19/ew.hot.star.wars/ CNN story on ''Star Wars Episode II''] |
* [http://archives.cnn.com/2002/SHOWBIZ/Movies/04/19/ew.hot.star.wars/ CNN story on ''Star Wars Episode II''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100226153120/http://archives.cnn.com/2002/SHOWBIZ/Movies/04/19/ew.hot.star.wars/ |date=2010-02-26 }} |
||
* [http://www.mkpe.com/digital_cinema/faqs.php Digital Cinema FAQs] — information targeted for exhibitors |
* [http://www.mkpe.com/digital_cinema/faqs.php Digital Cinema FAQs] — information targeted for exhibitors |
||
* [http://digitalmedia.oreilly.com/2005/02/09/hd.html HD at Sundance] |
* [http://digitalmedia.oreilly.com/2005/02/09/hd.html HD at Sundance] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080430234910/http://digitalmedia.oreilly.com/2005/02/09/hd.html |date=2008-04-30 }} |
||
* [http://media.panavision.com/ScreeningRoom/Screening_Room/Demystifying_Part1.html Panavision / Canon presentation on digital camera specs] |
* [http://media.panavision.com/ScreeningRoom/Screening_Room/Demystifying_Part1.html Panavision / Canon presentation on digital camera specs] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080510124155/http://media.panavision.com/ScreeningRoom/Screening_Room/Demystifying_Part1.html |date=2008-05-10 }} |
||
* [http://www.digitalcinemainfo.com Digital Cinema Industry News and Equipment Buyers Guide] |
* [http://www.digitalcinemainfo.com Digital Cinema Industry News and Equipment Buyers Guide] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20091002070737/http://www.digitalcinemainfo.com/ |date=2009-10-02 }} |
||
[[Kategori:Media digital]] |
[[Kategori:Media digital]] |
||
[[Kategori:Teknologi film dan video]] |
[[Kategori:Teknologi film dan video]] |
||
[[cs:Digital Cinema]] |
|||
[[de:Digitales Kino]] |
|||
[[en:Digital cinema]] |
|||
[[fr:Cinéma numérique]] |
|||
[[ja:デジタルシネマ]] |
|||
[[ko:디지털 시네마]] |
|||
[[no:Digital kino]] |
|||
[[pl:Kino cyfrowe]] |
|||
[[ru:Digital cinema]] |
|||
[[sv:Digital film]] |
Revisi terkini sejak 21 November 2023 18.55
Sinema digital atau bioskop digital merujuk pada penggunaan teknologi digital untuk mengagihkan dan menayangkan gambar bergerak. Sebuah film dapat diagihkan lewat peranti keras, piringan optik atau satelit serta ditayangkan menggunakan proyektor digital alih-alih proyektor film konvensional. Sinema digital berbeda dari HDTV atau televisi resolusi tinggi. Sinema digital tidak bergantung pada penggunaan televisi atau standar HDTV, aspek rasio atau laju bingkai. Proyektor digital yang beresolusi 2K mulai disebarkan pada tahun 2005, dan sejak tahun 2006 jangkauannya telah diakselerasi.
sinema digital dapat dibuat dengan media video yang untuk penayangannya dilakukan transfer dari format 35 milimeter (mm) ke format high definition (HD). Proses transfer ke format HD melalui proses cetak yang disebut dengan proses blow up. Setelah menjadi format HD, penayangan film dilakukan dari satu tempat saja, dan dioperasikan ke bioskop lain dengan menggunakan satelit, sehingga tidak perlu dilakukan salinan film. Contohnya, dari satu bioskop di Jakarta, film dapat dioperasikan atau diputar ke bioskop-bioskop di daerah melalui satelit.
Perbedaan sinema digital
[sunting | sunting sumber]Sinema digital hanya berbeda dengan sinema konvensional dalam hal visualisasi dan suara. Visualisasi sinema digital sudah sangat jernih seperti anda melihat gambar bergerak di televisi, sementara sinema konvensional yang menggunakan media pita seluloid, memiliki struktur visualisasi berupa titik-titik. Untuk kualitas suara, sinema digital menggunakan sistem suara surround (biasanya Dolby Surround) dan kualitas suara sudah ditingkatkan. Sementara sinema konvensional, sudah menggunakan sistem suara surround, tetapi kualitas suara yang dihasilkan jauh berbeda dengan sinema digital.
Kamera untuk sinema digital
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 2007, medium pengalihan paling umum bagi fitur yang ditayangkan secara digital adalah pita film 35 mm yang dipindai dan diproses pada resolusi 2K (2048×1080) atau 4K (4096×2160) lewat penengah digital. Kebanyakan fitur digital saat ini sudah bisa merekam pada resolusi 1920x1080 menggunakan kamera seperti Sony CineAlta, Panavision Genesis atau Thomson Viper. Kamera-kamera baru seperti Arriflex D-20 dapat menangkap gambar dengan resolusi 2K, dan kamera bernama Red One keluaran perusahaan Red Digital Cinema Camera Company dapat merekam dengan resolusi 4K. Penggunaan proyeksi 2K pada sinema digital telah mencapai lebih dari 98 persen. Baru-baru ini perusahaan Dalsa Corporations Origin mengembangkan kamera yang dapat merekam dengan resolusi 4K RAW. Selain itu, ada jenis kamera lain yang dapat merekam dengan resolusi 5K RAW seperti RED EPIC. Ada juga kamera yang dapat merekam dengan resolusi 3K RAW (untuk menyesuaikan dengan anggaran pembuat film ) seperti RED SCARLET
Proyektor sinema digital
[sunting | sunting sumber]Untuk menayangkan sinema digital, diperlukan proyektor yang berbeda dengan proyektor untuk menayangkan sinema konvensional. Terdapat dua jenis proyektor yang dapat digunakan untuk menayangkan sinema digital, yaitu proyektor DLP dan DCI. Proyektor DLP dikembangkan oleh perusahaan Texas Instruments. Ada tiga pabrik yang telah memiliki lisensi untuk memproduksi teknologi sinema DLP yaitu Christie Digital Systems, Barco, dan NEC. Christie, yang telah lama berdiri sebagai pabrik teknologi proyektor sinema konvensional, adalah pembuat proyektor CP2000—bentuk dasar proyektor yang paling banyak tersebar secara global (total kira-kira 5,500 unit). Barco meluncurkan seri DLP dengan resolusi 2K yang masih kalah dengan proyektor sinema digital DCI. Barco juga merancang dan mengembangkan produk proyektor dengan tingkat visualisasi berbeda bagi pembuat film profesional. NEC memproduksi Starus NC2500S, NC1500C dan NC800C proyektor 2K bagi layar kecil, medium dan besar. NEC juga memproduksi sistem penyedia sinema digital Starus dan alat-alat lain untuk menghubungkan dengan computer, tape analog atau digital, penerima satelit, DVD dan lain-lain. Sementar NEC adalah pendatang baru dalam industri proyektor sinema digital, Christie adalah pemain utama dalam pasar Amerika Serikat. Sedangkan Barco memimpin pasar Eropa dan Asia. Ketika perusahaan Texas Instrument pertama kali memperkenalkan teknologi proyektor 2K, perusahaan proyeksi digital merancang dan menjual banyak unit proyektor sinema digital DLP. Ketika proyektor dengan resolusi melebihi proyektor 2K dikembangkan, pasar mulai menawarkan proyektor berbasis DLP bagi tujuan non-sinema. Pada januari 2009, lebih dari 6000 sistem sinema digital berbasis DLP dipasang di seluruh dunia, di mana sebanyak 80 persen berlokasi di Amerika utara.
Teknologi penayangan sinema digital lainnya dibuat oleh perusahaan Sony dan diberi label teknologi "SXRD" . Proyektor-proyektor SXRD seperti SRXR210 dan SRXR220, menawarkan resolusi 4096x2160 (4K) dan memiliki piksel empat kali lebih banyak daripada proyektor 2K. Proyektor sinema digital Sony juga memiliki harga yang kompetitif dengan proyektor DLP 2 K yang memiliki resolusi lebih rendah (2048x1080 atau setara dengan 2.2 megapiksel). Sekarang, hampir semua sinema digital menggunakan proyektor dengan teknologi DLP
Proses pasca-produksi sinema digital
[sunting | sunting sumber]Pada proses pasca produksi, negatif film pada kamera asli dipindai menjadi format digital pada pemindai resolusi tinggi. Dengan teknologi digital, data dari kamera gambar bergerak bisa diubah menjadi format berkas gambar yang enak untuk ditonton. Semua berkas gambar dapat dikoreksi agar cocok dengan daftar edit yang dibuat oleh editor film. Hasil akhir proses pasca produksi adalah penengah digital yang digunakan untuk memindahkan rekaman gambar bergerak pada film ke sinema digital. Semua suara, gambar, dan elemen data produksi yang telah dilengkapi dapat dipasang pada pusat distribusi sinema digital yang berisi semua material digital yang harus ditayangkan. Gambar dan suara kemudian dimampatkan dan dikemas dalam bentuk kemasan sinema digital (dalam bahasa inggris: Digital Cinema Package atau DCP.
Keuntungan ekonomi
[sunting | sunting sumber]Sebelum teknologi digital muncul dalam pembuatan sinema, sinema harus dibuat dengan pita seluloid yang harganya amat mahal. Pita seluloid 35 mm satu rollnya berharga empat juta dan hanya mampu merekam sepanjang empat menit. Berarti untuk membuat sinema berdurasi 100 menit dibutuhkan dana sekitar 25 juta rupiah. Itu hanya untuk merekam gambar dan belum untuk mengedit dan memperbanyak gambar. Pada sinema seluloid, sinema harus melalui proses printing dan blow up yang bisa menghabiskan dana minimal 233 juta rupiah. Sedangkan biaya untuk membuat kopi sinema adalah 10 juta rupiah. Padahal untuk diputar di bioskop di seluruh Indonesia, sebuah sinema minimal harus memiliki 25 kopi. Artinya produser harus menyediakan dana 250 juta rupiah.
Dengan menggunakan teknologi digital, biaya pembuatan sinema menjadi amat murah. Sinema digital dapat dibuat dengan menggunakan kamera Betacam SP yang kasetnya berharga 110 ribu rupiah dengan kemampuan merekam hingga 30 menit. Sinema digital juga bisa dibuat dengan Digital Video atau Digital Beta yang lebih murah lagi. Dengan biaya 400 ribu rupiah, Digital video mampu merekam gambar hingga 180 menit. Dibandingkan dengan sinema seluloid, pembuatan sinema dengan teknologi digital bisa menekan biaya hingga 500 juta rupiah. Karena sinema digital tidak perlu melalui proses printing atau blow up. Dengan menggunakan sinema digital, hanya diperlukan biaya untuk proses encoding sebesar 5 juta rupiah. Oleh karena itu, bagi para produser, sinema digital merupakan teknologi yang sangat murah. Teknologi ini dapat dijadikan alternatif untuk para pembuat film yang ingin berkarya dengan biaya seminim mungkin.
Penayangan sinema digital
[sunting | sunting sumber]Sinema digital memiliki banyak keuntungan dalam tahap produksi dan pascaproduksi. Memang, dulu sinema-sinema di Indonesia belum banyak yang menggunakan teknologi digital alias masih menggunakan pita seluloid. Namun sekarang, hampir semua sinema di Indonesia sudah memakai teknologi digital.
Referensi
[sunting | sunting sumber]Dharmawan, NA. 2007. Serba-serbi Digital.Bandung: Grafika
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- suara pembaruan [1] Diarsipkan 2008-05-10 di Wayback Machine.
- filmalternatif [2]
- CNN story on Star Wars Episode II Diarsipkan 2010-02-26 di Wayback Machine.
- Digital Cinema FAQs — information targeted for exhibitors
- HD at Sundance Diarsipkan 2008-04-30 di Wayback Machine.
- Panavision / Canon presentation on digital camera specs Diarsipkan 2008-05-10 di Wayback Machine.
- Digital Cinema Industry News and Equipment Buyers Guide Diarsipkan 2009-10-02 di Wayback Machine.