Komunikasi antarbudaya: Perbedaan antara revisi
12Marzalia (bicara | kontrib) |
Agnesiafeby (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(94 revisi perantara oleh 53 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Ambassador-Bernard Leclerc-Qatar.PNG|jmpl|250px|ka]] |
|||
{{inuse|8 April}} |
|||
'''Komunikasi Antarbudaya''' adalah [[komunikasi]] yang terjadi diantara orang-orang yang memiliki [[kebudayaan]] yang berbeda (bisa beda [[ras]], [[etnik]], atau [[sosial ekonomi]], atau gabungan dari semua perbedaan ini.<ref name="Human">Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss. ''Human Communication'':Konteks-konteks Komunikasi. 1996. Bandung. Remaja Rosdakarya. Hal. 236-238</ref> kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh masyarakat serta berlangsung dari generasi ke-generasi.<ref name="Human" /> |
|||
[[Berkas:Ambassador-Bernard Leclerc-Qatar.PNG|thumb|250px|right]] |
|||
'''Komunikasi antar budaya''' adalah [[komunikasi]] yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki [[kebudayaan]] yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. <ref name="Human"> Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss. ''Human Communication'' :Konteks-konteks Komunikasi. 1996. Bandung. Remaja Rosdakarya. Hal. 236-238</ref> Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah [[komunikasi]] antara orang-orang yang berbeda [[budaya]] (baik dalam arti [[ras]], [[etnik]], atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi. |
|||
Saat melakukan komunikasi dengan orang lain yang berbeda budaya, kita sering dihadapkan pada perbedaan bahasa, aturan, hingga norma yang membedakan kita dengan orang lain tersebut. Kita harus menghadapi perbedaan budaya tersebut agar komunikasi dapat berjalan secara efektif. Komunikasi antara manusia yang berbeda budaya mungkin saja membutuhkan kemampuan untuk mengakomodasikan komunikasi yang terjadi, tetapi kita harus juga tetap ingat bahwa hal ini tidak akan terjadi secara otomatis. Kita perlu ingat bahwa komunikasi yang terjadi antarbudaya yang berbeda dapat menjadi suatu komunikasi yang penuh dengan hambatan, tetapi dapat pula dikatakan bahwa komunikasi yang terjadi akan efektif sama dengan saat kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki kesamaan budaya dengan kita. Semua itu tergantung pada kemampuan kita untuk memahami budaya orang yang berkomunikasi dengan kita.<ref>{{Cite book|last=Desideria|date=28 Oct 2016|url=http://repository.ut.ac.id/4472/1/SKOM4318-M1.pdf|title=Komunikasi Antarbudaya (SKOM4318)|location=Tangerang Selatan|publisher=Universitas Terbuka|isbn=979011138X|pages=1.3|url-status=live}}</ref> |
|||
Gudykunst dan Kim (1992)memberi contoh komunikasi antar budaya sebagai berikut: |
|||
Perhatikan kunjungan seorang asing yang menganut budaya bahwa kontak mata selama berkomunikasi adalah tabu di Amerika Utara. Bila si orang asing berbicara kepada penduduk Amerika Utara dengan menghindari kontak mata, maka ia dianggap menyembunyikan sesuatu atau tidak berkata benar. |
|||
[[Hamid Mowlana]] menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai ''human flow across national boundaries''. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konferensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.<ref name="Komunikasi">Andrik Purwasito. ''Komunikasi Multikultural''. 2003. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal. 123</ref> |
|||
=='''Definisi Budaya'''== |
|||
sedangkan [[Fred E.Jandt]] mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi [[tatap muka]] diantara orang-orang yang berbeda budayanya.<ref name="Intercultural">Fred E. Jandt. ''Intercultural Communication'', An Introduction. 1998. London. Sage Publication. Hal. 36</ref> Komunikasi lintas budaya memungkinkan kita untuk berkomunikasi secara lebih efektif dengan orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dari kita, sehingga masing-masing pihak dapat lebih memahami perbedaan budaya yang ada. Setelah masing-masing pihak memahami adanya perbedaan dalam perilaku komunikasi mereka, akan lebih mudah untuk mencapai kesamaan maksud dan tujuan dari masing-masing individu.<ref>{{Cite book|last=Desideria|last2=Sediyaningsih|first2=Sri|last3=Mani|first3=Festati Broto|last4=Rachman|first4=Ace Sriati|last5=Karim|first5=Lalalo Loina|date=2014|url=http://repository.ut.ac.id/4472/|title=Komunikasi Antarbudaya|location=Tangerang Selatan|publisher=Universitas Terbuka|isbn=978-979-011-138-7|volume=2|pages=1–27|language=Indonesian|url-status=live}}</ref> |
|||
:''Intercultural communication generally refers to face-to-face interaction among people of diverse culture.''<ref name="Intercultural"/> |
|||
[[Guo-Ming Chen]] dan [[William J. Sartosa]] mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.<ref name="Dasar-Dasar">Alo Liliweri. ''Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya''. 2003. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hal. 11-12,36-42</ref> Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan: |
|||
'''Budaya''' adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.<ref name="Human">Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi </ref> |
|||
[[Budaya]] terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk [[sistem]] [[agama]] dan [[politik]], adat istiadat, [[bahasa]], perkakas, [[pakaian]], [[bangunan]], dan karya [[seni]].<ref name="Human"/> |
|||
[[Bahasa]], sebagaimana juga [[budaya]], merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha ber[[komunikasi]] dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.<ref name="Human"/> |
|||
# Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan;<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.<ref>Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. ''Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya''. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25</ref> |
|||
# Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama;<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
# Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
# Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
== Hakikat Komunikasi Antarbudaya == |
|||
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: |
|||
=== ''Enkulturasi'' === |
|||
''Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di [[Amerika]], "keselarasan individu dengan [[alam]]" d [[Jepang]] dan "kepatuhan kolektif" di [[Cina]]. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan [[dunia]] [[makna]] dan nilai [[logis]] yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. |
|||
[[Berkas:Bali-Danse 0710a.jpg|jmpl|kiri|Tarian adalah salah satu bentuk enkulturasi budaya yang ditransmisikan sejak kecil]] |
|||
[[Enkulturasi]] mengacu pada proses dengan mana [[kultur]] ([[budaya]]) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui [[gen]]. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga ke[[agama]]an, dan lembaga [[pemerintahan]] merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.<ref name="Antarmanusia">Joseph A. Devito. ''Komunikasi Antarmanusia''. Kuliah Dasar. Jakarta. Professional Books. Hal. 479-488</ref> |
|||
=== ''Akulturasi'' === |
|||
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. |
|||
[[Berkas:LondonChinatownSigns.jpg|jmpl|China dan Inggris yang berakulturasi]] |
|||
[[Akulturasi]] mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui [[Kontak]] atau pemaparan langsung dengan kultur lain.<ref name="Antarmanusia"/> Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam diamerika Se |
|||
rikat (kultur tuan rumah), kultur [[Mereka]] sendiri akan dipengaruhi oleh kultur [[Tuan Rumah]] ini.berangsur-angsur, nilai-nilai cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur [[Tuan Rumah]] akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. pada waktu yang sama kultur [[Tuan Rumah]] pun ikut berubah.<ref name="Antarmanusia"/> |
|||
== Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya == |
|||
=== Fungsi Pribadi === |
|||
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi [[komunikasi]] yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
[[Berkas:Japanese buddhist monk by Arashiyama cut.jpg|jmpl|[[Pendeta]] [[Budha]] [[Jepang]] menyatakan identitas melalui baju yang dikenakan ]] |
|||
* Menyatakan Identitas Sosial<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas [[sosial]]. [[Perilaku]] itu dinyatakan melalui tindakan ber[[bahasa]] baik secara [[verbal]] dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal usul [[suku]] [[bangsa]], [[agama]], maupun tingkat [[pendidikan]] seseorang. |
|||
* Menyatakan Integrasi Sosial<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
==Refenrensi== |
|||
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antar[[pribadi]], antar[[kelompok]] namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan [[makna]] yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka. |
|||
* Menambah Pengetahuan<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing. |
|||
* Melepaskan Diri atau Jalan Keluar<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang [[simetris]]. |
|||
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perlaku yang berbeda.<ref name="Dasar-Dasar"/> Perilaku seseorang berfungsi sebagai [[stimulus]] perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan.<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling becermin pada perilaku lainnya.<ref name="Dasar-Dasar"/> Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
=== Fungsi Sosial === |
|||
* Pengawasan<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktik komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk meng[[informasi]]kan "perkembangan" tentang [[lingkungan]]. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh [[media massa]] yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda. |
|||
* Menjembatani<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan [[jembatan]] atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk [[komunikasi massa]]. |
|||
* Sosialisasi Nilai<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
Fungsi [[sosialisasi]] merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain. |
|||
* Menghibur<ref name="Dasar-Dasar"/> |
|||
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton [[tari]]an hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di depan [[Honolulu]] Zaw, [[Honolulu]], [[Hawai]]. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya. |
|||
== Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya == |
|||
<!-- * (( terdapatnya golongan ningrat sebagai budaya yang tertinggi)) |
|||
hal ini terlihat dari adanya ketimpangan pemlihan calon gubernur yang mengharuskan dari keturunan darah biru. --> |
|||
* [[Relativitas]] Bahasa<ref name="Antarmanusia"/> |
|||
Gagasan umum bahwa [[bahasa]] memengaruhi pemikiran dan [[perilaku]] paling banyak disuarakan oleh para antropologis [[linguistik]]. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses [[kognitif]] kita. Dan karena bahasa-bahasa di [[dunia]] sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik [[semantik]] dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia. |
|||
* Bahasa Sebagai Cermin Budaya<ref name="Antarmanusia"/> |
|||
Bahasa men[[cermin]]kan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam [[isyarat]]-[[isyarat]] nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan.Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (''bypassing''). |
|||
* Mengurangi Ketidak-pastian<ref name="Antarmanusia"/> |
|||
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dan ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna. |
|||
* Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya<ref name="Antarmanusia"/> |
|||
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (''mindfulness'') para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri. |
|||
* Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya<ref name="Antarmanusia"/> |
|||
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam [[interaksi]] awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah [[persepsi]] dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya. |
|||
* Memaksimalkan Hasil Interaksi<ref name="Antarmanusia"/> |
|||
Dalam komunikasi antarbudaya - seperti dalam semua komunikasi - kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda. |
|||
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita.<ref name="Antarmanusia"/> Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi.<ref name="Antarmanusia"/> |
|||
Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif.<ref name="Antarmanusia"/> dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya.<ref name="Antarmanusia"/> Anda kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurut anda akan memberikan hasil negatif.<ref name="Antarmanusia"/> |
|||
== Hambatan == |
|||
Terdapat tujuh hambatan dalam komunikasi antarbudaya: |
|||
# [[Fisik]] |
|||
# [[Budaya]] |
|||
# [[Persepsi]] |
|||
# [[Motivasi]] |
|||
# [[Pengalaman]] |
|||
# [[Emosi]] |
|||
# [[Bahasa]] |
|||
# [[Kompetisi]] |
|||
== Referensi == |
|||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
* [http://www.intercultural.org Intercultural Communication Institute] |
* [http://www.intercultural.org Intercultural Communication Institute] |
||
* [http://www.intercultural.org.uk/ Centre for Intercultural Training and Research] |
* [http://www.intercultural.org.uk/ Centre for Intercultural Training and Research] |
||
* [http://www.sietar.org.uk/ Society for Intercultural Education, Training and Research] |
* [http://www.sietar.org.uk/ Society for Intercultural Education, Training and Research] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050827002603/http://www.sietar.org.uk/ |date=2005-08-27 }} |
||
* [http://www.xculture.org Cross Cultural Health Care Program] |
* [http://www.xculture.org Cross Cultural Health Care Program] |
||
{{komunikasi-stub}} |
|||
[[Kategori:Komunikasi]] |
[[Kategori:Komunikasi]] |
||
[[Kategori:Antropologi budaya]] |
[[Kategori:Antropologi budaya]] |
||
[[Kategori:Studi komunikasi]] |
|||
[[de:Interkulturelle Kommunikation]] |
|||
[[en:Cross-cultural communication]] |
|||
[[eo:Interkultura komunikado]] |
|||
[[es:Comunicación intercultural]] |
|||
[[hu:Kultúraközi kommunikáció]] |
|||
[[lb:Interkulturell Kommunikatioun]] |
|||
[[pl:Komunikacja międzykulturowa]] |
|||
[[ru:Межкультурная коммуникация]] |
Revisi terkini sejak 11 Oktober 2024 07.32
Komunikasi Antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi diantara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosial ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini.[1] kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh masyarakat serta berlangsung dari generasi ke-generasi.[1]
Saat melakukan komunikasi dengan orang lain yang berbeda budaya, kita sering dihadapkan pada perbedaan bahasa, aturan, hingga norma yang membedakan kita dengan orang lain tersebut. Kita harus menghadapi perbedaan budaya tersebut agar komunikasi dapat berjalan secara efektif. Komunikasi antara manusia yang berbeda budaya mungkin saja membutuhkan kemampuan untuk mengakomodasikan komunikasi yang terjadi, tetapi kita harus juga tetap ingat bahwa hal ini tidak akan terjadi secara otomatis. Kita perlu ingat bahwa komunikasi yang terjadi antarbudaya yang berbeda dapat menjadi suatu komunikasi yang penuh dengan hambatan, tetapi dapat pula dikatakan bahwa komunikasi yang terjadi akan efektif sama dengan saat kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki kesamaan budaya dengan kita. Semua itu tergantung pada kemampuan kita untuk memahami budaya orang yang berkomunikasi dengan kita.[2]
Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konferensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.[3] sedangkan Fred E.Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka diantara orang-orang yang berbeda budayanya.[4] Komunikasi lintas budaya memungkinkan kita untuk berkomunikasi secara lebih efektif dengan orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dari kita, sehingga masing-masing pihak dapat lebih memahami perbedaan budaya yang ada. Setelah masing-masing pihak memahami adanya perbedaan dalam perilaku komunikasi mereka, akan lebih mudah untuk mencapai kesamaan maksud dan tujuan dari masing-masing individu.[5]
- Intercultural communication generally refers to face-to-face interaction among people of diverse culture.[4]
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.[6] Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan:
- Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan;[6]
- Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama;[6]
- Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;[6]
- Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.[6]
Hakikat Komunikasi Antarbudaya
[sunting | sunting sumber]Enkulturasi
[sunting | sunting sumber]Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.[7]
Akulturasi
[sunting | sunting sumber]Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui Kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain.[7] Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam diamerika Se rikat (kultur tuan rumah), kultur Mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur Tuan Rumah ini.berangsur-angsur, nilai-nilai cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur Tuan Rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. pada waktu yang sama kultur Tuan Rumah pun ikut berubah.[7]
Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya
[sunting | sunting sumber]Fungsi Pribadi
[sunting | sunting sumber]Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.[6]
- Menyatakan Identitas Sosial[6]
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.
- Menyatakan Integrasi Sosial[6]
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.
- Menambah Pengetahuan[6]
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
- Melepaskan Diri atau Jalan Keluar[6]
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perlaku yang berbeda.[6] Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan.[6] Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling becermin pada perilaku lainnya.[6] Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.[6]
Fungsi Sosial
[sunting | sunting sumber]- Pengawasan[6]
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktik komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
- Menjembatani[6]
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
- Sosialisasi Nilai[6]
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
- Menghibur[6]
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.
Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya
[sunting | sunting sumber]- Relativitas Bahasa[7]
Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
- Bahasa Sebagai Cermin Budaya[7]
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan.Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
- Mengurangi Ketidak-pastian[7]
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dan ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
- Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya[7]
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
- Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya[7]
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
- Memaksimalkan Hasil Interaksi[7]
Dalam komunikasi antarbudaya - seperti dalam semua komunikasi - kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita.[7] Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi.[7]
Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif.[7] dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya.[7] Anda kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurut anda akan memberikan hasil negatif.[7]
Hambatan
[sunting | sunting sumber]Terdapat tujuh hambatan dalam komunikasi antarbudaya:
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss. Human Communication:Konteks-konteks Komunikasi. 1996. Bandung. Remaja Rosdakarya. Hal. 236-238
- ^ Desideria (28 Oct 2016). Komunikasi Antarbudaya (SKOM4318) (PDF). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. hlm. 1.3. ISBN 979011138X.
- ^ Andrik Purwasito. Komunikasi Multikultural. 2003. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal. 123
- ^ a b Fred E. Jandt. Intercultural Communication, An Introduction. 1998. London. Sage Publication. Hal. 36
- ^ Desideria; Sediyaningsih, Sri; Mani, Festati Broto; Rachman, Ace Sriati; Karim, Lalalo Loina (2014). Komunikasi Antarbudaya (dalam bahasa Indonesian). 2. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. hlm. 1–27. ISBN 978-979-011-138-7.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Alo Liliweri. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. 2003. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hal. 11-12,36-42
- ^ a b c d e f g h i j k l m n Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia. Kuliah Dasar. Jakarta. Professional Books. Hal. 479-488