Tabrakan kereta api Bintaro 1987: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(283 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{redirect|Tragedi Bintaro|film|Tragedi Bintaro (film)|kecelakaan yang melibatkan KRL lawan truk tangki pada 9 Desember 2013|Kecelakaan kereta api Bintaro 2013}} |
|||
'''TRAGEDI BINTARO''' |
|||
{{Infobox rail accident |
|||
| image = Proses evakuasi Tragedi Bintaro.png |
|||
| caption = Proses evakuasi sesaat setelah kejadian, sebagaimana diliput oleh ''[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]''. Evakuasi Tragedi Bintaro melibatkan bermacam-macam elemen mulai dari ABRI, pemadam kebakaran, relawan, dan masyarakat umum. |
|||
| name = Tabrakan kereta api<br>Bintaro 1987 |
|||
| date = {{Start date and age|1987|10|19}} |
|||
| time = 07.05 WIB |
|||
| location = [[Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan|Bintaro]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] |
|||
| country = [[Indonesia]] |
|||
| image_map = {{Infobox mapframe|type=point|zoom=12}} |
|||
| line = [[Jalur kereta api Merak–Tanahabang|Merak–Tanahabang]] segmen Rangkasbitung–Tanahabang |
|||
| operator = [[Kereta Api Indonesia|Perusahaan Jawatan Kereta Api]] |
|||
| type = [[Adu banteng (tabrakan)|Adu banteng]] |
|||
| cause = Kelalaian PPKA Stasiun Sudimara dalam memberikan tanda aman bagi KA 225 |
|||
| trains = 2 (KA 225 vs. KA 220) |
|||
| pax = |
|||
| deaths = 139 dengan rincian |
|||
* 113 teridentifikasi |
|||
* 26 tak diketahui identitasnya |
|||
| injuries = 254 dengan rincian |
|||
* 170 dirawat di rumah sakit |
|||
* 84 luka ringan |
|||
| crew = '''KA 225:''' |
|||
* [[Slamet Suradio]], masinis |
|||
* Soleh, [[asisten masinis]] |
|||
* Adung Syafei, kondektur |
|||
'''KA 220:''' |
|||
* Amung Sunarya, masinis |
|||
* Mujiono, [[asisten masinis]] |
|||
'''Stasiun Sudimara: ''' |
|||
* Djamhari, PPKA |
|||
'''Stasiun Kebayoran:''' |
|||
* Umriyadi, PPKA |
|||
| damage = Rusak pada: |
|||
* lokomotif [[BB303]] 16 dan [[BB306]] 16 |
|||
* satu kereta penumpang berbagasi kelas 3 (KB3) |
|||
* tiga kereta penumpang kelas 3 (K3) |
|||
}} |
|||
'''Tabrakan kereta api Bintaro 1987''' atau yang dikenal dengan nama "'''Tragedi Bintaro I"''' adalah peristiwa kecelakaan tragis yang [[Tabrakan kereta api|melibatkan dua buah]] [[kereta api]] di daerah Pondok Betung, [[Bintaro Jaya|Bintaro]], [[Kota Administrasi Jakarta Selatan|Jakarta Selatan]], pada tanggal 19 Oktober 1987 yang merupakan musibah terburuk dalam sejarah perkeretaapian di [[Indonesia]]. Peristiwa ini juga menyita perhatian publik dunia.<ref>{{cite news|title=Kecelakaan KA Paling Tragis, Lebih Seratus Orang Tewas|publisher=Harian [[Kompas (surat kabar)|Kompas]]|date=20 Oktober 1987}}</ref><ref name=":0">{{Cite news|url=|title=Tabrakan KA Mengerikan, 72 Orang Tewas Seketika|last=|first=|date=20 Oktober 1987|work=Suara Pembaruan|access-date=}}</ref> |
|||
Dalam kecelakaan ini, rangkaian kereta api Patas Merak jurusan Tanah Abang–Merak yang berangkat dari [[Stasiun Kebayoran]] (KA 220) bertabrakan dengan kereta api Lokal Rangkas jurusan Rangkasbitung–Jakarta Kota (KA 225) yang berangkat dari [[Stasiun Sudimara]]. Peristiwa ini tercatat sebagai salah satu kecelakaan paling buruk dalam sejarah transportasi di [[Indonesia]] dengan mencatatkan 139 tewas dan 254 orang lainnya luka berat. Proses evakuasi penumpang kereta api menjadi tantangan mengingat kerasnya [[Adu banteng (tabrakan)|tabrakan adu banteng]].<ref>{{Cite news|url=https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/19/090415465/senin-kelam-19-oktober-1987-terjadinya-tragedi-bintaro|title=Senin Kelam 19 Oktober 1987, Terjadinya Tragedi Bintaro...|last=Haryanti|first=Rosiana|date=|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2020-07-08|editor-last=Wedhaswary|editor-first=Inggried Dwi|archive-date=2020-06-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20200630222543/https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/19/090415465/senin-kelam-19-oktober-1987-terjadinya-tragedi-bintaro|dead-url=no}}</ref><ref name=":1">{{Cite news|url=https://majalah.tempo.co/read/kartun/144260/lebih-dari-seratus-orang-mati-dosa|title=Lebih dari Seratus Orang Mati, Dosa Siapa?|date=2013-12-16|work=[[Tempo.co]]|language=id|access-date=2020-06-04|archive-date=2020-06-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20200604080823/https://majalah.tempo.co/read/kartun/144260/lebih-dari-seratus-orang-mati-dosa|dead-url=no}}</ref><ref name=":2">{{Cite report|url=|title=Laporan PJKA tentang Musibah Bintaro 19 Oktober 1987|last=PJKA|first=|date=1987/1988|issue=|doi=|volume=|pmid=|access-date=}}</ref> |
|||
Penyelidikan setelah kejadian menunjukkan adanya kelalaian petugas [[Stasiun Sudimara]] yang memberikan [[sinyal kereta api|sinyal]] aman bagi kereta api dari arah Rangkasbitung, padahal tidak ada pernyataan aman dari [[Stasiun Kebayoran]]. Hal ini dilakukan karena tidak ada jalur yang kosong di Stasiun Sudimara. |
|||
Tanggal 19 Oktober 1987, terjadi tabrakan hebat dua buah kereta api di daerah Pondok Betung Bintaro, Tangerang. Sebuah kereta api yang berangkat dari Rangkas Bitung, bertabrakan dengan kereta api yang berangkat dari stasiun Tanah Abang. Musibah di pagi hari itu menewaskan 139 orang, dan lebih dari 300 orang luka-luka. Tercatat sebagai salah 1 musibah paling buruk dalam sejarah transportasi nasional. |
|||
== Lokasi kejadian == |
|||
Berdasarkan keterangan resmi dari [[Perusahaan Jawatan Kereta Api]] (PJKA), lokasi kecelakaan berada pada km 17+252 lintas Angke–Tanahabang–Rangkasbitung–Merak.<ref name=":2" /> Lokasi tersebut berada pada tikungan S yang pada masa itu masih didominasi perkebunan dan semak belukar yang luas, sebelum adanya [[Jalan Tol Ulujami–Serpong|Jalan Tol Jakarta–Serpong]] di barat yang dibangun antara tahun 1999–2005. Lokasi ini juga terletak sekitar 1,5 km di sebelah barat daya [[Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir|TPU Tanah Kusir]]. |
|||
== Kronologi == |
|||
=== Versi PJKA === |
|||
KA 225 ditarik lokomotif [[BB306]] 16 dengan [[Slamet Suradio]] sebagai masinis, Soleh sebagai [[asisten masinis]], dan Adung Syafei sebagai kondektur. Sementara itu, KA 220 ditarik lokomotif [[BB303]] 16 dan dimasinisi oleh Amung Sunarya, dengan asistennya, Mujiono.<ref>{{Cite news|author=SindoNews|date=11 Desember 2013|title=Tragedi Bintaro|url=http://metro.sindonews.com/read/815581/31/tragedi-bintaro-1386700615|language=Indonesia|accessdate=[[9 Februari]] [[2015]]|work=[[Sindonews.com]]|last=Saputra|first=Rendra|archive-date=2020-01-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20200113035926/https://metro.sindonews.com/read/815581/31/tragedi-bintaro-1386700615|dead-url=no}}</ref> |
|||
Adapun stamformasi rangkaian kereta api ini menurut laporan akhir PJKA terdiri atas:<ref name=":2" /> |
|||
* KA 225: BB306 16 + K3-65626 + K3-65654 + K3-65639 + K3-65604 + K3-65656 + K3-65648 + K3-64611 |
|||
* KA 220: BB303 16 + KB3-65601 + [[Kereta api ekonomi|K3]]-66505 + K3-66501 + K3-64528 + K3-64541 + K3-64519 + K3-64506 |
|||
Pada pukul 06.25 WIB, KA 220 berhenti di jalur 1 [[Stasiun Kebayoran]] untuk bersilang dengan KA 251. Berikutnya, pada pukul 06.35, KA 251 diberangkatkan dari [[Stasiun Sudimara]]. Di belakangnya terdapat KA barang 1035, yang kemudian berhenti di jalur 2 Sudimara. Di belakang KA 1035, ada KA 225 yang kemudian dimasukkan ke jalur 3 Sudimara, pada pukul 06.45. Berdasarkan gapeka yang berlaku, KA 225 dijadwalkan tiba di Sudimara pada pukul 06.40 untuk [[Persilangan dan persusulan kereta api|bersilang]] dengan KA 220 pada pukul 06.49. Dengan demikian, KA 225 terlambat 5 menit. Pada saat itu emplasemen Stasiun Sudimara yang memiliki tiga jalur telah ditafsirkan "penuh" dan "tidak dapat menerima persilangan KA" karena: |
|||
* jalur 1 dalam kondisi buruk dan hanya dipakai untuk langsiran dan sepur simpan (terdapat 7 gerbong terparkir); |
|||
* jalur 2 berisi KA barang 1035; |
|||
* jalur 3 berisi KA 225 yang berhenti.<ref name=":2" /> |
|||
Karena Stasiun Sudimara sudah tidak dapat menerima persilangan antarkereta api, maka KA 225 harus meninggalkan Stasiun Sudimara untuk berhenti lagi di stasiun berikutnya, Kebayoran, dalam kondisi jalur masih [[Jalur tunggal|tunggal]] dan tidak memiliki perhentian di antara keduanya. Sesuai dengan peraturan dinas, petugas [[Pengatur Perjalanan Kereta Api]] (PPKA) Sudimara wajib: |
|||
* menelepon PPKA Kebayoran untuk meminta izin memindahkan tempat persilangan; dan |
|||
* mengirimkan Surat Pemindahan Tempat Persilangan (PTP) yang harus diserahkan langsung ke masinis dan kondektur KA 225.<ref name=":2" /> |
|||
Namun sayangnya, Surat PTP itu diserahkan tanpa memberikan izin terlebih dahulu kepada PPKA Kebayoran. Bahkan PTP itu dikirimkan tidak sesuai prosedur karena diserahkan melalui seorang petugas pelayanan kereta api (PLKA) baru kemudian diserahkan kepada masinis dan kondektur KA 225. Barulah setelah itu, PPKA Sudimara menelepon ke PPKA Kebayoran (Mad Ali) untuk meminta izin pindah tempat persilangan. Mad Ali menjawab, "''Gampang'', nanti diatur." Pagi itu, terjadi [[Kerja bergilir|pergiliran]] PPKA dari ''shift'' malam ke ''shift'' pagi. Saat serah terima ''shift'' tersebut, Mad Ali yang merupakan PPKA ''shift'' malam memberi tahu PPKA ''shift'' pagi (Umriyadi) bahwa KA 251, 225, dan 1035 belum tiba di Stasiun Kebayoran. KA 251 sedang melaju ke arah Kebayoran untuk bersilang dengan KA 220.<ref name=":2" /> |
|||
Begitu KA 251 berhenti di Kebayoran (dijadwalkan pukul 06.45), Umriyadi meminta izin memberangkatkan KA 220. Namun, Djamhari menjawab, "Tunggu aman saya, saya lagi sibuk!" Seharusnya sesuai prosedur yang ada, Djamhari harus menyatakan ''menolak'' memberikan izin keberangkatan bagi KA 220 (dengan mengucapkan, "Tidak, tunggu!") dan mengabarkan bahwa ada kereta api yang harus berangkat dari Sudimara ke Kebayoran sesuai jadwal.<ref name=":2" /> |
|||
Begitu komunikasi antar-PPKA ditutup, Umriyadi justru memberangkatkan KA 220 pada pukul 06.50 dengan asumsi bahwa persilangan KA 225 tetap dilakukan di Sudimara. Agar meyakinkan, Umriyadi menelepon ke Djamhari bahwa KA 220 sudah berangkat dari Stasiun Kebayoran. Padahal PTP sudah telanjur diberikan kepada masinis dan kondektur KA 225.<ref name=":2" /> Djamhari menjadi bingung; KA 225 mulai dipadati penumpang, dan banyak yang naik di lokomotif.<ref>{{Cite news|last=Prodjo|first=Wahyu Adityo|date=2020-10-19|editor-last=Asril|editor-first=Sabrina|title=Tragedi Bintaro 19 Oktober, 33 Tahun Lalu Tanah Jakarta Berwarna Merah|url=https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/19/17170081/tragedi-bintaro-19-oktober-33-tahun-lalu-tanah-jakarta-berwarna-merah|dead-url=no|work=[[Kompas.com]]|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20220519214140/https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/19/17170081/tragedi-bintaro-19-oktober-33-tahun-lalu-tanah-jakarta-berwarna-merah|archive-date=2022-05-19|access-date=2022-06-13}}</ref> Akhirnya, Djamhari mengakali masalah ini dengan melangsir KA 225 dari jalur 3 ke jalur 1 Stasiun Sudimara. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Djamhari memerintahkan seorang petugas harian stasiun untuk melangsir. Berdasarkan prosedur yang ada, perihal langsiran tersebut harus ditulis oleh PPKA dalam laporan harian masinis serta menjelaskannya secara lisan.<ref name=":2" /> |
|||
Petugas yang disuruh Djamhari itu pun dengan tangkas mengambil bendera merah dan selompret. Saat akan dilangsir, masinis tidak dapat melihat semboyan yang diberikan, karena pandangan terhalang penumpang. Sebelum petugas itu mencapai kereta api kira-kira 7 m, tiba-tiba tepat pada pukul 06.52, KA 225 mulai bergerak tanpa perintah selompret, dan petugas stasiun berusaha menghentikan KA 225 dengan selompret dan aba-aba tangan tetapi usahanya sia-sia. Kondektur Adung Syafei yang sedang berada di luar KA 225 pun terkejut dan mengejar kereta api yang mulai berjalan hingga akhirnya dapat masuk tetapi tidak memerintahkan untuk menghentikannya.<ref name=":2" /> |
|||
Petugas stasiun itu pun melapor ke Djamhari bahwa KA 225 sudah berangkat tanpa izin. Dengan cepat Djamhari menggerakkan tuas sinyal masuk pihak Kebayoran tetapi tidak berhasil menghentikan kereta api. Djamhari pun berlari di tengah rel sembari mengibar-ngibarkan bendera merah ke arah KA 225 tetapi gagal menghentikan kereta. Djamhari pun akhirnya kembali ke Stasiun Sudimara dalam keadaan pingsan.<ref name=":2" /> |
|||
Tiba-tiba, masinis 225 terkejut melihat KA 220 telah berada di depan mata. Meski sudah menarik tuas rem bahaya, tabrakan tak terhindarkan.<ref name=":3">{{Cite web|url=https://intisari.grid.id/read/031888164/rentetan-nasib-malang-masinis-kereta-dalam-tragedi-bintaro-dipenjara-gara-gara-fitnah-tak-dapat-pensiun-hingga-ditinggal-istri-yang-direbut-masinis-lain|title=Rentetan Nasib Malang Masinis Kereta dalam Tragedi Bintaro, Dipenjara Gara-gara 'Fitnah', Tak Dapat Pensiun, Hingga Ditinggal Istri yang 'Direbut' Masinis Lain - Semua Halaman - Intisari|website=intisari.grid.id|language=id|access-date=2020-06-04|archive-date=2020-06-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20200604085900/https://intisari.grid.id/read/031888164/rentetan-nasib-malang-masinis-kereta-dalam-tragedi-bintaro-dipenjara-gara-gara-fitnah-tak-dapat-pensiun-hingga-ditinggal-istri-yang-direbut-masinis-lain|dead-url=no}}</ref> Tabrakan ini terjadi pada tikungan S, km 17+252, pukul 07.05.<ref>{{Citation|title=Kisah Tragedi Bintaro (1)|url=https://www.metrotvnews.com/play/bzGCgnaX-kisah-tragedi-bintaro-1|accessdate=2024-10-11|language=id|work=Metro TV News|last=Nuzulal|first=A.S.}}</ref> Total kerugian material yang diketahui berdasarkan laporan akhir PJKA tersebut adalah Rp1,9 miliar. Korban tewas 139 orang<ref name=":1" /> dengan 72 tewas di tempat<ref name=":0" /> dan sisanya meninggal sekarat. Dari 139 korban tewas, 113 di antaranya sudah teridentifikasi. Total 254 luka-luka dengan rincian 170 orang dirawat di rumah sakit dan 84 orang luka ringan.<ref name=":2" /> |
|||
=== Versi Slamet Suradio (Masinis KA 225) === |
|||
{{Quote box|"Yang seharusnya saya di Sudimara bersilangan dengan KA 220 dibatalkan oleh PPKA yang sedang dinas. Jadi kalau ada orang mengatakan 'berangkat sendiri', itu bohong. (...) Ada katanya saya loncat, itu bohong sekali, itu orang fitnah, jelas fitnah!"|[[Slamet Suradio]]|source=Wawancara dengan ''[[Kisah Tanah Jawa (akun)|Kisah Tanah Jawa]]'' di YouTube|width=30%|salign=right}} |
|||
Berbeda dengan tudingan di pengadilan dan laporan akhir PJKA bahwa Masinis KA 225, [[Slamet Suradio]], memberangkatkan sendiri kereta apinya tanpa izin, Slamet Suradio mengatakan dengan tegas bahwa dirinya sama sekali hanya mengikuti instruksi dari PPKA Sudimara menggunakan PTP tersebut. Bahkan Slamet Suradio berkali-kali menegaskan bahwa tudingan tersebut adalah sebuah kebohongan. Ia juga menegaskan bahwa tak ada hal apa pun yang dikhawatirkan karena ia merasa tak melihat semboyan apa pun yang diterimanya.<ref name=":3" /> |
|||
Saat terjadi tabrakan, Slamet Suradio juga meluruskan apa yang diberitakan di media, termasuk dalam koran ''Pembaruan'' yang pertama kali membahas mengenai Tragedi Bintaro 1987 yang menulis "masinis lompat" pada koran tersebut. Ia menanggapi: "Kaki saya ''ngesot-ngesot'' tidak bisa jalan, akhirnya saya merambat melalui jendela." Saat terjadi tabrakan, Slamet Suradio tergencet oleh badan lokomotif dalam keadaan bersimbah darah dan dijemput oleh seorang wanita dengan mobilnya ke rumah sakit. Dalam keadaan PTP masih memiliki bekas bercak darah, Slamet Suradio berhasil membuktikan kepada hakim bahwa dirinya tergencet dan tidak melompat, dan menuding bahwa orang yang menuliskan berita tersebut adalah "orang fitnah."<ref name=":3" /> |
|||
== Akhir kejadian == |
|||
Dua buah lokomotif, [[Lokomotif BB303|BB303 16]] (KA 220) dan [[Lokomotif BB306|BB306 16]] (KA 225) mengalami kerusakan parah. Kerusakan yang cukup hebat terjadi; BB303 16 ditelan kereta penumpang berbagasi KB3-65601.<ref>{{Cite news|url=https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/19/090415465/senin-kelam-19-oktober-1987-terjadinya-tragedi-bintaro|title=Senin Kelam 19 Oktober 1987, Terjadinya Tragedi Bintaro...|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2020-06-04|editor-last=Wedhaswary|editor-first=Inggried Dwi|first=Rosiana|last=Haryanti|archive-date=2020-06-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20200630222543/https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/19/090415465/senin-kelam-19-oktober-1987-terjadinya-tragedi-bintaro|dead-url=no}}</ref> K3-65626 (KA 225) juga mengalami kerusakan parah. Dua kereta di belakang kereta pertama, K3-66505 (KA 220), dan K3-65654 (KA 225) mengalami rusak ringan.<ref name=":2" /> |
|||
== Sanksi == |
|||
[[Slamet Suradio]] divonis hukuman 5 tahun [[penjara]] dan harus kehilangan pekerjaannya sebagai masinis.<ref name=":4" /> Ia ditahan di [[Lembaga Pemasyarakatan Cipinang|Lapas Cipinang]] dan bebas setelah hukumannya [[Remisi|diremisi]] menjadi 3,5 tahun.<ref>{{Cite web|title=Suradio dan Kisah Setelah Tragedi Bintaro 1987|url=https://jogja.tribunnews.com/2012/07/19/suradio-dan-kisah-setelah-tragedi-bintaro-1987|website=Tribunjogja.com|language=id-ID|access-date=2023-12-24|archive-date=2023-12-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20231224150635/https://jogja.tribunnews.com/2012/07/19/suradio-dan-kisah-setelah-tragedi-bintaro-1987|dead-url=no}}</ref> Setelah bebas dari penjara, Slamet Suradio sempat hanya apel di kantornya karena sudah dibebastugaskan dari pekerjaannya sebagai masinis. Pada tahun 1996, ia [[Pemutusan hubungan kerja|dipecat]] secara tidak hormat oleh [[Kementerian Perhubungan Indonesia|Departemen Perhubungan Indonesia]] dengan terbitnya Surat Keputusan No. 4/KP.602/Pnb-96. Ia pun tidak mendapatkan uang [[pensiun]]. Akhirnya ia pun menyambung hidup sebagai pedagang [[rokok]].<ref>{{Cite news|date=2017-10-19|title=Bekas darah di Surat Perintah|url=https://www.merdeka.com/khas/bekas-darah-di-surat-perintah.html|work=[[Merdeka.com]]|language=id|access-date=2022-10-19|last=Edi|first=Purnomo|editor-last=Pratomo|editor-first=Angga Yudha|archive-date=2022-10-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20221019063210/https://www.merdeka.com/khas/bekas-darah-di-surat-perintah.html|dead-url=no}}</ref> |
|||
Nasib yang serupa juga menimpa Adung Syafei, kondektur KA 225. Syafei harus mendekam di penjara selama 2,5 tahun.<ref name=":2" /> Sedangkan PPKA Djamhari dan Umriyadi dihukum 10 bulan penjara.<ref name=":4">{{Cite news|url=|title=Kasus Bintaro, Masinis Slamet Dihukum Lima Tahun|last=|first=|date=22 Agustus 1988|work=Kompas|access-date=}}</ref> |
|||
== Pada budaya populer == |
|||
* [[Iwan Fals]] menciptakan lagu "1910" (diucapkan sembilan belas-sepuluh) untuk mengenang tragedi ini. Lagu ini muncul pertama kali dalam album [[1910 (album)|dengan judul yang sama]].<ref>{{Cite web|url=https://www.teras.id/bintang/pat-2/107090?posturl=mengenang-tragedi-bintaro-ini-lirik-lagu-1910-iwan-fals|title=Mengenang Tragedi Bintaro, Ini Lirik Lagu 1910 Iwan Fals - Teras.ID|website=www.teras.id|language=id|access-date=2020-06-04|archive-date=2020-07-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20200701071844/https://www.teras.id/bintang/pat-2/107090?posturl=mengenang-tragedi-bintaro-ini-lirik-lagu-1910-iwan-fals|dead-url=no}}</ref> |
|||
* [[Ebiet G. Ade]] menciptakan lagu "Masih Ada Waktu" yang kemudian dirilis pertama kali dalam album ''[[Sketsa Rembulan Emas]]''.<ref>{{Cite news|url=https://hot.detik.com/music/d-3548090/bencana-galunggung-tampomas-dan-bintaro-dalam-lagu-ebiet-g-ade|title=Bencana Galunggung, Tampomas dan Bintaro dalam Lagu Ebiet G Ade|last=Sudrajat|work=[[Detik.com|detikcom]]|language=id-ID|access-date=2020-06-04|archive-date=2020-06-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20200604085902/https://hot.detik.com/music/d-3548090/bencana-galunggung-tampomas-dan-bintaro-dalam-lagu-ebiet-g-ade|dead-url=no}}</ref> Lagu ini juga direkam ulang dalam album dengan [[Masih Ada Waktu (album Ebiet G. Ade)|judul yang sama]].<ref>{{Cite news|url=https://www.liputan6.com/showbiz/read/4251837/dirilis-ulang-ebiet-g-ade-ajak-dua-putranya-populerkan-kembali-lagu-masih-ada-waktu|title=Dirilis Ulang, Ebiet G Ade Ajak Dua Putranya Populerkan Kembali Lagu Masih Ada Waktu|last=Herfianto|date=2020-05-12|work=[[Liputan6.com]]|language=id|access-date=2020-06-04|editor-last=Saputra|editor-first=Aditia|archive-date=2020-06-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20200604115045/https://www.liputan6.com/showbiz/read/4251837/dirilis-ulang-ebiet-g-ade-ajak-dua-putranya-populerkan-kembali-lagu-masih-ada-waktu|dead-url=no}}</ref> |
|||
* Peristiwa ini diangkat ke layar lebar dengan judul ''[[Tragedi Bintaro (film)|Tragedi Bintaro]]'' tahun 1989. Film ini disutradarai oleh [[Buce Malawau]] dan diperankan oleh Ferry Octora<ref>{{Cite web|url=https://today.line.me/id/article/29+Tahun+Berlalu+ini+10+Foto+Terkini+Ferry+Octora+Tragedi+Bintaro-gJEgBp|title=29 Tahun Berlalu, ini 10 Foto Terkini Ferry Octora 'Tragedi Bintaro'|last=Times|first=I. D. N.|website=LINE TODAY|access-date=2020-06-04}}</ref> sebagai Juned, tokoh utama dalam film ini. |
|||
* Peristiwa ini juga menjadi sumber inspirasi dari film berjudul ''[[Dendam Arwah Rel Bintaro]]'' tahun 2013. Film ini disutradarai oleh Wishnu Kuncoro dan diperankan oleh [[Adjie Pangestu]] sebagai Daniel serta [[Bella Shofie]] sebagai Ria. [[Yeyen Lidya]], [[Pak Tarno]], dan [[Ade Juwita]] juga ikut berperan di film tersebut.<ref>{{Cite news|last=Liputan6.com|date=2013-08-27|title=Adjie Pangestu-Bella Shofie Bintangi Dendam Arwah Rel Bintaro|url=https://www.liputan6.com/showbiz/read/676394/adjie-pangestu-bella-shofie-bintangi-dendam-arwah-rel-bintaro|work=[[Liputan6.com]]|language=id|access-date=2022-10-19|editor-last=Saputra|editor-first=Aditia|archive-date=2022-10-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20221019052800/https://www.liputan6.com/showbiz/read/676394/adjie-pangestu-bella-shofie-bintangi-dendam-arwah-rel-bintaro|dead-url=no}}</ref> |
|||
== Lihat pula == |
|||
* [[Tabrakan kereta api Cicalengka 2024]] - Kecelakaan kereta api di Indonesia tahun 2024 |
|||
* [[Kecelakaan kereta api Bintaro 2013]] |
|||
* [[Bencana kereta api tsunami Sri Lanka 2004]] - Kecelakaan kereta api terburuk sepanjang sejarah tahun 2004 |
|||
* [[Tabrakan kereta api Balasore 2023]] - Kecelakaan kereta api di India tahun 2023 |
|||
== Referensi == |
|||
{{reflist}} |
|||
== Daftar pustaka == |
|||
* {{Cite book|url=|title=Tragedi Kereta Api Bintaro|last=Tim Redaksi Koran ''Tempo''|first=|date=2019|publisher=Tempo Publishing|isbn=9786232629042|location=Jakarta|pages=|url-status=live}} |
|||
{{Coord|-6.258623|106.761809|display=title}} |
|||
{{Bencana di Indonesia tahun 1980an}} |
|||
[[Kategori:Kecelakaan dan insiden kereta api di Indonesia|Bintaro 1987]] |
|||
[[Kategori:Kecelakaan kereta api tahun 1987|Bintaro 1987]] |
|||
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1987]] |
|||
[[Kategori:Pondok Aren, Tangerang Selatan]] |
Revisi terkini sejak 19 Oktober 2024 16.56
Tabrakan kereta api Bintaro 1987 | |
---|---|
Rincian | |
Tanggal | 19 Oktober 1987 |
Waktu | 07.05 WIB |
Letak | Bintaro, Jakarta |
Negara | Indonesia |
Jalur | Merak–Tanahabang segmen Rangkasbitung–Tanahabang |
Operator | Perusahaan Jawatan Kereta Api |
Jenis kecelakaan | Adu banteng |
Penyebab | Kelalaian PPKA Stasiun Sudimara dalam memberikan tanda aman bagi KA 225 |
Statistik | |
Kereta api | 2 (KA 225 vs. KA 220) |
Kru | KA 225:
KA 220:
Stasiun Sudimara:
Stasiun Kebayoran:
|
Meninggal dunia | 139 dengan rincian
|
Luka-luka | 254 dengan rincian
|
Kerusakan | Rusak pada: |
Tabrakan kereta api Bintaro 1987 atau yang dikenal dengan nama "Tragedi Bintaro I" adalah peristiwa kecelakaan tragis yang melibatkan dua buah kereta api di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan, pada tanggal 19 Oktober 1987 yang merupakan musibah terburuk dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia. Peristiwa ini juga menyita perhatian publik dunia.[1][2]
Dalam kecelakaan ini, rangkaian kereta api Patas Merak jurusan Tanah Abang–Merak yang berangkat dari Stasiun Kebayoran (KA 220) bertabrakan dengan kereta api Lokal Rangkas jurusan Rangkasbitung–Jakarta Kota (KA 225) yang berangkat dari Stasiun Sudimara. Peristiwa ini tercatat sebagai salah satu kecelakaan paling buruk dalam sejarah transportasi di Indonesia dengan mencatatkan 139 tewas dan 254 orang lainnya luka berat. Proses evakuasi penumpang kereta api menjadi tantangan mengingat kerasnya tabrakan adu banteng.[3][4][5]
Penyelidikan setelah kejadian menunjukkan adanya kelalaian petugas Stasiun Sudimara yang memberikan sinyal aman bagi kereta api dari arah Rangkasbitung, padahal tidak ada pernyataan aman dari Stasiun Kebayoran. Hal ini dilakukan karena tidak ada jalur yang kosong di Stasiun Sudimara.
Lokasi kejadian
[sunting | sunting sumber]Berdasarkan keterangan resmi dari Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), lokasi kecelakaan berada pada km 17+252 lintas Angke–Tanahabang–Rangkasbitung–Merak.[5] Lokasi tersebut berada pada tikungan S yang pada masa itu masih didominasi perkebunan dan semak belukar yang luas, sebelum adanya Jalan Tol Jakarta–Serpong di barat yang dibangun antara tahun 1999–2005. Lokasi ini juga terletak sekitar 1,5 km di sebelah barat daya TPU Tanah Kusir.
Kronologi
[sunting | sunting sumber]Versi PJKA
[sunting | sunting sumber]KA 225 ditarik lokomotif BB306 16 dengan Slamet Suradio sebagai masinis, Soleh sebagai asisten masinis, dan Adung Syafei sebagai kondektur. Sementara itu, KA 220 ditarik lokomotif BB303 16 dan dimasinisi oleh Amung Sunarya, dengan asistennya, Mujiono.[6]
Adapun stamformasi rangkaian kereta api ini menurut laporan akhir PJKA terdiri atas:[5]
- KA 225: BB306 16 + K3-65626 + K3-65654 + K3-65639 + K3-65604 + K3-65656 + K3-65648 + K3-64611
- KA 220: BB303 16 + KB3-65601 + K3-66505 + K3-66501 + K3-64528 + K3-64541 + K3-64519 + K3-64506
Pada pukul 06.25 WIB, KA 220 berhenti di jalur 1 Stasiun Kebayoran untuk bersilang dengan KA 251. Berikutnya, pada pukul 06.35, KA 251 diberangkatkan dari Stasiun Sudimara. Di belakangnya terdapat KA barang 1035, yang kemudian berhenti di jalur 2 Sudimara. Di belakang KA 1035, ada KA 225 yang kemudian dimasukkan ke jalur 3 Sudimara, pada pukul 06.45. Berdasarkan gapeka yang berlaku, KA 225 dijadwalkan tiba di Sudimara pada pukul 06.40 untuk bersilang dengan KA 220 pada pukul 06.49. Dengan demikian, KA 225 terlambat 5 menit. Pada saat itu emplasemen Stasiun Sudimara yang memiliki tiga jalur telah ditafsirkan "penuh" dan "tidak dapat menerima persilangan KA" karena:
- jalur 1 dalam kondisi buruk dan hanya dipakai untuk langsiran dan sepur simpan (terdapat 7 gerbong terparkir);
- jalur 2 berisi KA barang 1035;
- jalur 3 berisi KA 225 yang berhenti.[5]
Karena Stasiun Sudimara sudah tidak dapat menerima persilangan antarkereta api, maka KA 225 harus meninggalkan Stasiun Sudimara untuk berhenti lagi di stasiun berikutnya, Kebayoran, dalam kondisi jalur masih tunggal dan tidak memiliki perhentian di antara keduanya. Sesuai dengan peraturan dinas, petugas Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) Sudimara wajib:
- menelepon PPKA Kebayoran untuk meminta izin memindahkan tempat persilangan; dan
- mengirimkan Surat Pemindahan Tempat Persilangan (PTP) yang harus diserahkan langsung ke masinis dan kondektur KA 225.[5]
Namun sayangnya, Surat PTP itu diserahkan tanpa memberikan izin terlebih dahulu kepada PPKA Kebayoran. Bahkan PTP itu dikirimkan tidak sesuai prosedur karena diserahkan melalui seorang petugas pelayanan kereta api (PLKA) baru kemudian diserahkan kepada masinis dan kondektur KA 225. Barulah setelah itu, PPKA Sudimara menelepon ke PPKA Kebayoran (Mad Ali) untuk meminta izin pindah tempat persilangan. Mad Ali menjawab, "Gampang, nanti diatur." Pagi itu, terjadi pergiliran PPKA dari shift malam ke shift pagi. Saat serah terima shift tersebut, Mad Ali yang merupakan PPKA shift malam memberi tahu PPKA shift pagi (Umriyadi) bahwa KA 251, 225, dan 1035 belum tiba di Stasiun Kebayoran. KA 251 sedang melaju ke arah Kebayoran untuk bersilang dengan KA 220.[5]
Begitu KA 251 berhenti di Kebayoran (dijadwalkan pukul 06.45), Umriyadi meminta izin memberangkatkan KA 220. Namun, Djamhari menjawab, "Tunggu aman saya, saya lagi sibuk!" Seharusnya sesuai prosedur yang ada, Djamhari harus menyatakan menolak memberikan izin keberangkatan bagi KA 220 (dengan mengucapkan, "Tidak, tunggu!") dan mengabarkan bahwa ada kereta api yang harus berangkat dari Sudimara ke Kebayoran sesuai jadwal.[5]
Begitu komunikasi antar-PPKA ditutup, Umriyadi justru memberangkatkan KA 220 pada pukul 06.50 dengan asumsi bahwa persilangan KA 225 tetap dilakukan di Sudimara. Agar meyakinkan, Umriyadi menelepon ke Djamhari bahwa KA 220 sudah berangkat dari Stasiun Kebayoran. Padahal PTP sudah telanjur diberikan kepada masinis dan kondektur KA 225.[5] Djamhari menjadi bingung; KA 225 mulai dipadati penumpang, dan banyak yang naik di lokomotif.[7] Akhirnya, Djamhari mengakali masalah ini dengan melangsir KA 225 dari jalur 3 ke jalur 1 Stasiun Sudimara. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Djamhari memerintahkan seorang petugas harian stasiun untuk melangsir. Berdasarkan prosedur yang ada, perihal langsiran tersebut harus ditulis oleh PPKA dalam laporan harian masinis serta menjelaskannya secara lisan.[5]
Petugas yang disuruh Djamhari itu pun dengan tangkas mengambil bendera merah dan selompret. Saat akan dilangsir, masinis tidak dapat melihat semboyan yang diberikan, karena pandangan terhalang penumpang. Sebelum petugas itu mencapai kereta api kira-kira 7 m, tiba-tiba tepat pada pukul 06.52, KA 225 mulai bergerak tanpa perintah selompret, dan petugas stasiun berusaha menghentikan KA 225 dengan selompret dan aba-aba tangan tetapi usahanya sia-sia. Kondektur Adung Syafei yang sedang berada di luar KA 225 pun terkejut dan mengejar kereta api yang mulai berjalan hingga akhirnya dapat masuk tetapi tidak memerintahkan untuk menghentikannya.[5]
Petugas stasiun itu pun melapor ke Djamhari bahwa KA 225 sudah berangkat tanpa izin. Dengan cepat Djamhari menggerakkan tuas sinyal masuk pihak Kebayoran tetapi tidak berhasil menghentikan kereta api. Djamhari pun berlari di tengah rel sembari mengibar-ngibarkan bendera merah ke arah KA 225 tetapi gagal menghentikan kereta. Djamhari pun akhirnya kembali ke Stasiun Sudimara dalam keadaan pingsan.[5]
Tiba-tiba, masinis 225 terkejut melihat KA 220 telah berada di depan mata. Meski sudah menarik tuas rem bahaya, tabrakan tak terhindarkan.[8] Tabrakan ini terjadi pada tikungan S, km 17+252, pukul 07.05.[9] Total kerugian material yang diketahui berdasarkan laporan akhir PJKA tersebut adalah Rp1,9 miliar. Korban tewas 139 orang[4] dengan 72 tewas di tempat[2] dan sisanya meninggal sekarat. Dari 139 korban tewas, 113 di antaranya sudah teridentifikasi. Total 254 luka-luka dengan rincian 170 orang dirawat di rumah sakit dan 84 orang luka ringan.[5]
Versi Slamet Suradio (Masinis KA 225)
[sunting | sunting sumber]"Yang seharusnya saya di Sudimara bersilangan dengan KA 220 dibatalkan oleh PPKA yang sedang dinas. Jadi kalau ada orang mengatakan 'berangkat sendiri', itu bohong. (...) Ada katanya saya loncat, itu bohong sekali, itu orang fitnah, jelas fitnah!"
Slamet Suradio, Wawancara dengan Kisah Tanah Jawa di YouTube
Berbeda dengan tudingan di pengadilan dan laporan akhir PJKA bahwa Masinis KA 225, Slamet Suradio, memberangkatkan sendiri kereta apinya tanpa izin, Slamet Suradio mengatakan dengan tegas bahwa dirinya sama sekali hanya mengikuti instruksi dari PPKA Sudimara menggunakan PTP tersebut. Bahkan Slamet Suradio berkali-kali menegaskan bahwa tudingan tersebut adalah sebuah kebohongan. Ia juga menegaskan bahwa tak ada hal apa pun yang dikhawatirkan karena ia merasa tak melihat semboyan apa pun yang diterimanya.[8]
Saat terjadi tabrakan, Slamet Suradio juga meluruskan apa yang diberitakan di media, termasuk dalam koran Pembaruan yang pertama kali membahas mengenai Tragedi Bintaro 1987 yang menulis "masinis lompat" pada koran tersebut. Ia menanggapi: "Kaki saya ngesot-ngesot tidak bisa jalan, akhirnya saya merambat melalui jendela." Saat terjadi tabrakan, Slamet Suradio tergencet oleh badan lokomotif dalam keadaan bersimbah darah dan dijemput oleh seorang wanita dengan mobilnya ke rumah sakit. Dalam keadaan PTP masih memiliki bekas bercak darah, Slamet Suradio berhasil membuktikan kepada hakim bahwa dirinya tergencet dan tidak melompat, dan menuding bahwa orang yang menuliskan berita tersebut adalah "orang fitnah."[8]
Akhir kejadian
[sunting | sunting sumber]Dua buah lokomotif, BB303 16 (KA 220) dan BB306 16 (KA 225) mengalami kerusakan parah. Kerusakan yang cukup hebat terjadi; BB303 16 ditelan kereta penumpang berbagasi KB3-65601.[10] K3-65626 (KA 225) juga mengalami kerusakan parah. Dua kereta di belakang kereta pertama, K3-66505 (KA 220), dan K3-65654 (KA 225) mengalami rusak ringan.[5]
Sanksi
[sunting | sunting sumber]Slamet Suradio divonis hukuman 5 tahun penjara dan harus kehilangan pekerjaannya sebagai masinis.[11] Ia ditahan di Lapas Cipinang dan bebas setelah hukumannya diremisi menjadi 3,5 tahun.[12] Setelah bebas dari penjara, Slamet Suradio sempat hanya apel di kantornya karena sudah dibebastugaskan dari pekerjaannya sebagai masinis. Pada tahun 1996, ia dipecat secara tidak hormat oleh Departemen Perhubungan Indonesia dengan terbitnya Surat Keputusan No. 4/KP.602/Pnb-96. Ia pun tidak mendapatkan uang pensiun. Akhirnya ia pun menyambung hidup sebagai pedagang rokok.[13]
Nasib yang serupa juga menimpa Adung Syafei, kondektur KA 225. Syafei harus mendekam di penjara selama 2,5 tahun.[5] Sedangkan PPKA Djamhari dan Umriyadi dihukum 10 bulan penjara.[11]
Pada budaya populer
[sunting | sunting sumber]- Iwan Fals menciptakan lagu "1910" (diucapkan sembilan belas-sepuluh) untuk mengenang tragedi ini. Lagu ini muncul pertama kali dalam album dengan judul yang sama.[14]
- Ebiet G. Ade menciptakan lagu "Masih Ada Waktu" yang kemudian dirilis pertama kali dalam album Sketsa Rembulan Emas.[15] Lagu ini juga direkam ulang dalam album dengan judul yang sama.[16]
- Peristiwa ini diangkat ke layar lebar dengan judul Tragedi Bintaro tahun 1989. Film ini disutradarai oleh Buce Malawau dan diperankan oleh Ferry Octora[17] sebagai Juned, tokoh utama dalam film ini.
- Peristiwa ini juga menjadi sumber inspirasi dari film berjudul Dendam Arwah Rel Bintaro tahun 2013. Film ini disutradarai oleh Wishnu Kuncoro dan diperankan oleh Adjie Pangestu sebagai Daniel serta Bella Shofie sebagai Ria. Yeyen Lidya, Pak Tarno, dan Ade Juwita juga ikut berperan di film tersebut.[18]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Tabrakan kereta api Cicalengka 2024 - Kecelakaan kereta api di Indonesia tahun 2024
- Kecelakaan kereta api Bintaro 2013
- Bencana kereta api tsunami Sri Lanka 2004 - Kecelakaan kereta api terburuk sepanjang sejarah tahun 2004
- Tabrakan kereta api Balasore 2023 - Kecelakaan kereta api di India tahun 2023
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Kecelakaan KA Paling Tragis, Lebih Seratus Orang Tewas". Harian Kompas. 20 Oktober 1987.
- ^ a b "Tabrakan KA Mengerikan, 72 Orang Tewas Seketika". Suara Pembaruan. 20 Oktober 1987.
- ^ Haryanti, Rosiana. Wedhaswary, Inggried Dwi, ed. "Senin Kelam 19 Oktober 1987, Terjadinya Tragedi Bintaro..." Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-30. Diakses tanggal 2020-07-08.
- ^ a b "Lebih dari Seratus Orang Mati, Dosa Siapa?". Tempo.co. 2013-12-16. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-04. Diakses tanggal 2020-06-04.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n PJKA (1987/1988). Laporan PJKA tentang Musibah Bintaro 19 Oktober 1987 (Laporan).
- ^ Saputra, Rendra (11 Desember 2013). "Tragedi Bintaro". Sindonews.com (dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-13. Diakses tanggal 9 Februari 2015.
- ^ Prodjo, Wahyu Adityo (2020-10-19). Asril, Sabrina, ed. "Tragedi Bintaro 19 Oktober, 33 Tahun Lalu Tanah Jakarta Berwarna Merah". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-19. Diakses tanggal 2022-06-13.
- ^ a b c "Rentetan Nasib Malang Masinis Kereta dalam Tragedi Bintaro, Dipenjara Gara-gara 'Fitnah', Tak Dapat Pensiun, Hingga Ditinggal Istri yang 'Direbut' Masinis Lain - Semua Halaman - Intisari". intisari.grid.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-04. Diakses tanggal 2020-06-04.
- ^ Nuzulal, A.S., "Kisah Tragedi Bintaro (1)", Metro TV News, diakses tanggal 2024-10-11
- ^ Haryanti, Rosiana. Wedhaswary, Inggried Dwi, ed. "Senin Kelam 19 Oktober 1987, Terjadinya Tragedi Bintaro..." Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-30. Diakses tanggal 2020-06-04.
- ^ a b "Kasus Bintaro, Masinis Slamet Dihukum Lima Tahun". Kompas. 22 Agustus 1988.
- ^ "Suradio dan Kisah Setelah Tragedi Bintaro 1987". Tribunjogja.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-12-24. Diakses tanggal 2023-12-24.
- ^ Edi, Purnomo (2017-10-19). Pratomo, Angga Yudha, ed. "Bekas darah di Surat Perintah". Merdeka.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-19. Diakses tanggal 2022-10-19.
- ^ "Mengenang Tragedi Bintaro, Ini Lirik Lagu 1910 Iwan Fals - Teras.ID". www.teras.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-01. Diakses tanggal 2020-06-04.
- ^ Sudrajat. "Bencana Galunggung, Tampomas dan Bintaro dalam Lagu Ebiet G Ade". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-04. Diakses tanggal 2020-06-04.
- ^ Herfianto (2020-05-12). Saputra, Aditia, ed. "Dirilis Ulang, Ebiet G Ade Ajak Dua Putranya Populerkan Kembali Lagu Masih Ada Waktu". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-04. Diakses tanggal 2020-06-04.
- ^ Times, I. D. N. "29 Tahun Berlalu, ini 10 Foto Terkini Ferry Octora 'Tragedi Bintaro'". LINE TODAY. Diakses tanggal 2020-06-04.
- ^ Liputan6.com (2013-08-27). Saputra, Aditia, ed. "Adjie Pangestu-Bella Shofie Bintangi Dendam Arwah Rel Bintaro". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-19. Diakses tanggal 2022-10-19.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Tim Redaksi Koran Tempo (2019). Tragedi Kereta Api Bintaro. Jakarta: Tempo Publishing. ISBN 9786232629042.