Dasar Pendidikan: Perbedaan antara revisi
←Membuat halaman berisi 'DASAR PENDIDIKAN Pengertian Pendidikan Dalam arti sederhana, pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membinha kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di...' |
kepada -> ke (tata bahasa, "kepada" untuk orang), +iw (mengurangi risiko kebingungan) | t=1'132 su=108 in=111 at=108 -- only 105 edits left of totally 214 possible edits | edr=000-0000 ovr=010-1111 aft=000-0000 |
||
(61 revisi perantara oleh 33 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Orphan|date=Oktober 2016}} |
|||
DASAR PENDIDIKAN |
|||
# |
|||
Pengertian Pendidikan |
|||
{{gabung ke|Pendidikan}} |
|||
Dalam arti sederhana, pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membinha kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Kenyataannya, pengertian pendidikan mengalami perkembangan seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan: |
|||
== DEFINISI PENDIDIKAN == |
|||
1. Langeveld |
|||
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa. |
|||
2. John Dewey |
|||
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kea rah alam dan sesame manusia. |
|||
3. J.J. Rousseau |
|||
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. |
|||
4. Carter V.Good |
|||
a. Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching. |
|||
b. The systematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching and of student control and guidance; largely replaced by the term education. |
|||
=== Langeveld === |
|||
Pendidikan ialah: |
|||
a. Seni, praktek, atau profesi pengajar. |
|||
b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan. |
|||
[[Pendidikan]] adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
5. Ki Hajar Dewantara |
|||
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. |
|||
=== John Dewey === |
|||
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
6. Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 |
|||
Pendidikan adalah ysaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. |
|||
=== J.J. Rousseau === |
|||
7. Menurut UU No. 20 tahun 2003 |
|||
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. |
|||
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang ada pada masa kanak-kanak sampai remaja yang nantinya akan dibutuhkan pada saat kita dewasa nanti..dan juga agar semua kita bisa menegtetahui pendidikan sejak dini <ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Faktor-faktor Pendidikan |
|||
1. Faktor Tujuan |
|||
Di dalam UU Nomor 2 tahun 1989 secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.” |
|||
Sesungguhnya faktor tujuan bagi pendidikan adalah: |
|||
a. Sebagai Arah Pendidikan, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya. |
|||
b. Tujuan sebagai titik akhir, suatu usaha pasti memiliki awal dan akhir. Mungkin saja ada usaha yang terhenti karena sesuatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum nisa dikatakan berakhir. Pada umumnya, suatu usaha dikatakan berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai. |
|||
c. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain, apabila tujuan merupakan titik akhir dari usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fondamen yang menjadi alas permulaan setiap usaha. |
|||
d. Memberi nilai pada usaha yang dilakukan. |
|||
=== Carter V.Good === |
|||
2. Faktor Pendidik |
|||
a. [[Seni]], praktik, atau profesi pengajar.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik.. Dwi Nugroho Hidayanto, menginventarisasi bahwa pengertian pendidik meliputi: |
|||
a. Orang Dewasa |
|||
b. Orang Tua |
|||
c. Guru |
|||
d. Pemimpin Masyarakat |
|||
e. Pemimpin Agama |
|||
b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik, yaitu |
|||
a. kematangan diri yang stabil, memahami diri sendiri, mandiri, dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan. |
|||
=== Faktor Pendidik === |
|||
b. kematangan social yang stabil, memiliki pengetahuan yang cukup tentang masyarakat, dan mempunyai kecakapan membina kerjasama dengan orang lain. |
|||
c. kematangan profesional (kemampuan mendidik), yaitu menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunkan cara-cara mendidik. |
|||
[[Pendidik]] adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> Dwi Nugroho Hidayanto, [[menginventarisasi]] bahwa pengertian pendidik meliputi: |
|||
a. Orang Dewasa |
|||
b. Orang Tua |
|||
c. Guru |
|||
d. Pemimpin Masyarakat |
|||
e. Pemimpin Agama <ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik,<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> yaitu |
|||
a. '''kematangan diri yang stabil''', memahami diri sendiri, [[mandiri]], dan memiliki [[nilai-nilai]] [[kemanusiaan]].<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
b. '''kematangan sosial yang stabil''', memiliki pengetahuan yang cukup tentang masyarakat, dan mempunyai kecakapan membina kerjasama dengan orang lain.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
c. '''kematangan profesional''' (kemampuan mendidik), yaitu menaruh perhatian dan sikap [[cinta]] terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunkan cara-cara mendidik.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Kriteria kualitas guru yang dibutuhkan dalam pendidikan adalah |
Kriteria kualitas guru yang dibutuhkan dalam pendidikan adalah |
||
a. Guru sebagai perencana |
|||
b. Guru sebagai inisiator |
|||
c. Guru sebagai motivator |
|||
d. Guru sebagai observer |
|||
e. Guru sebagai motivator |
|||
f. Guru sebagai antisifator |
|||
g. Guru sebagai model |
|||
h. Guru sebagai evaluator |
|||
i. Guru sebagai teman bereksplorasi bersama anak didik |
|||
j. Promotor agar anak menjadi pembelajar sejati |
|||
a. Guru sebagai ''perencana''<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
b. Guru sebagai ''penginisiasi''<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
3. Faktor Anak Didik |
|||
Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. |
|||
Sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Dengan demikian, pendidikan berusaha untuk membawa anak yang semula serba tidak berdaya, yang hampir keseluruhan hidupnya menggantungkan diri pada orang lain, ke tingkat dewasa, yaitu keadaan di mana anak sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, baik secara individual, secara social maupun secara susila. |
|||
c. Guru sebagai ''pemotivasi''<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
4. Faktor Alat Pendidikan |
|||
Pengajaran yang baik adalah Alat Pendidikan yang terutama. Alat Pendidikan merupakan factor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. |
|||
d. Guru sebagai ''pengamat''<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
Ditinjau dari wujudnya, alat pendidikan dapat berupa: |
|||
a. Perbuatan Mendidik (biasa disebut software); mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman, dan hukuman. |
|||
e. Guru sebagai ''pengantisipasi''<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
b. Benda-benda sebagai alat Bantu (biasa disebut hardware); mencakup meja kursi, belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, OHP, dan sebagainya. Perbuatan Mendidik (biasa disebut software); mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman, dan hukuman. |
|||
f. Guru sebagai ''model''<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
g. Guru sebagai ''pengevaluasi''<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
h. Guru sebagai ''teman berjelajah'' bersama anak didik<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
i. ''Promotor'' agar anak menjadi pembelajar sejati <ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
=== Ki Hajar Dewantara === |
|||
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun Ki Hajar Dewantara |
|||
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya |
|||
, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
=== Faktor Pendidik === |
|||
[[Pendidik]] adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> Dwi Nugroho Hidayanto, [[menginventarisasi]] bahwa pengertian pendidik meliputi: |
|||
=== Menurut UU No. 20 tahun 2003 === |
|||
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
=== Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 === |
|||
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
88er568ew8uswu, |
|||
=== Langeveld === |
|||
[[Pendidikan]] adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
=== John Dewey === |
|||
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
=== J.J. Rousseau === |
|||
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang ada pada masa kanak-kanak sampai remaja yang nantinya akan dibutuhkan pada saat kita dewasa nanti..<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
=== Carter V.Good === |
|||
a. [[Seni]], praktik, atau profesi pengajar.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
=== Faktor Tujuan === |
|||
Di dalam [[UU Nomor 2 tahun 1989]] secara jelas disebutkan '''Tujuan Pendidikan Nasional''', yaitu "Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan." <ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Sesungguhnya faktor tujuan bagi pendidikan adalah: |
|||
a. Sebagai '''Arah Pendidikan''', tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
b. Tujuan sebagai '''titik akhir''', suatu usaha pasti memiliki awal dan akhir. Mungkin saja ada usaha yang terhenti karena sesuatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan berakhir. Pada umumnya, suatu usaha dikatakan berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
c. Tujuan sebagai '''titik pangkal mencapai tujuan lain''', apabila tujuan merupakan titik akhir dari usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen yang menjadi alas permulaan setiap usaha.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
d. '''Memberi nilai''' pada usaha yang dilakukan <ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
=== Faktor Anak Didik === |
|||
Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.<ref name="MedPendidikan">Sadiman, Arief. dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. 2009. Jakarta. Penerbit: RajaGrafindo Persada</ref> Dengan demikian, pendidikan berusaha untuk membawa anak yang semula serba tidak berdaya, yang hampir keseluruhan hidupnya menggantungkan diri pada orang lain, ke tingkat [[dewasa]], yaitu keadaan di mana anak sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, baik secara individual, secara sosial maupun secara susila.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
=== Faktor Alat Pendidikan === |
|||
Pengajaran yang baik adalah Alat Pendidikan yang terutama.<ref name="AlPendidikan">Zain, Dr. Emma & Sati, Djaka Dt. Ilmu Mendidik (Metode Pendidikan). 1997. Jakarta. Penerbit: Mutiara Sumber Widya</ref> Alat Pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Ditinjau dari ''wujud''nya, alat pendidikan dapat berupa: |
|||
a. Perbuatan Mendidik (biasa disebut ''peranti lunak''); mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman, dan hukuman.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
b. Benda-benda sebagai alat Bantu (biasa disebut ''peranti keras''); mencakup meja kursi, belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, OHP, dan sebagainya.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
=== Faktor Lingkungan === |
|||
5. Faktor Lingkungan |
|||
Pada dasarnya lingkungan mencakup: |
Pada dasarnya lingkungan mencakup: |
||
a. Tempat (Lingkungan Fisik); keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam. |
|||
b. Kebudayaan (Lingkungan Budaya); dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan. |
|||
c. Kelompok hidup bersama (Lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan. |
|||
a. '''Tempat''' (Lingkungan Fisik); keadaan [[iklim]], keadaan tanah, keadaan alam.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda, yang ia sebut dengan Tri Pusat Pendidikan. |
|||
b. '''Kebudayaan''' (Lingkungan Budaya); dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
c. '''Kelompok hidup bersama''' (Lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Menurut [[Ki Hajar Dewantara]] lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda, yang ia sebut dengan '''Tri Pusat Pendidikan'''.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
a. Lingkungan Keluarga (''Komunitas utama'') |
|||
a. Lingkungan Keluarga (Primary Community) |
|||
Pendidikan Keluarga berfungsi: |
Pendidikan Keluarga berfungsi: |
||
1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak |
|||
2. Menjamin kehidupan emosional anak |
|||
3. Menanamkan dasar pendidikan moral |
|||
4. Memberikan dasar pendidikan social |
|||
5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak. |
|||
1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
b. Lingkungan Sekolah |
|||
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan. Karena jika ditilik dari sejarah perkembangan profesi guru, tugas mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua karena tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap tertentu sesuai dengan perkembangan zaman. |
|||
2. Menjamin kehidupan [[emosional]] anak.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
3. Menanamkan dasar pendidikan [[moral]].<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
4. Memberikan dasar pendidikan sosial.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
b. Lingkungan Sekolah |
|||
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> Karena jika ditilik dari sejarah perkembangan profesi guru, tugas mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua karena tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap tertentu sesuai dengan perkembangan zaman.<ref name="MedPendidikan">Sadiman, Arief S.dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengambangan dan Pemanfaatannya. 2009. Jakarta. Penerbit: RajaGrafindo Persada</ref> |
|||
Fungsi Sekolah antara lain: |
Fungsi Sekolah antara lain: |
||
1. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik. |
|||
2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah. |
|||
3. Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan. |
|||
4. Di sekolah diberikan pelajaran etika , keagamaan, estetika , membedakan moral. |
|||
5. Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya anak didik. |
|||
1. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
c. Lingkungan Organisasi Pemuda |
|||
Peran organisasi pemuda yang terutama adalah mengupayakan pengembangan sosialisasi kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah semacam kesadaran social , kecakapan-kecakapan di dalam pergaulan dengan sesama kawan (social skill) dan sikap yang tepat di dalam membina hubungan dengan sesama manusia (social attitude). |
|||
2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
3. Sekolah melatih anak-anak memperoleh keahlian-keahlian seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
4. Di sekolah diberikan pelajaran [[etika]], keagamaan,<ref name="AlPendidikan">Zain, Dr. Emma & Sati, Djaka Dt. Ilmu Mendidik (Metode Pendidikan). 1997. Jakarta. Penerbit: Mutiara Sumber Widya</ref> [[estetika]],<ref name="AlPendidikan">Zain, Dr. Emma & Sati, Djaka Dt. Ilmu Mendidik (Metode Pendidikan). 1997. Jakarta. Penerbit: Mutiara Sumber Widya</ref> membedakan moral.<ref name="AlPendidikan">Zain, Dr. Emma & Sati, Djaka Dt. Ilmu Mendidik (Metode Pendidikan). 1997. Jakarta. Penerbit: Mutiara Sumber Widya</ref> |
|||
5. Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya anak didik.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
c. Lingkungan Organisasi Pemuda |
|||
Peran organisasi pemuda yang terutama adalah mengupayakan pengembangan sosialisasi kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah semacam kesadaran sosial, keahlian-keahlian di dalam pergaulan dengan sesama kawan (''kemampuan bersosial'') dan sikap yang tepat di dalam membina hubungan dengan sesama manusia (''perilaku bersosial'').<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
=== Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 === |
|||
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
=== Menurut UU No. 20 tahun 2003 === |
|||
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
== Faktor-Faktor Pendidikan == |
|||
=== Faktor Tujuan === |
|||
Di dalam [[UU Nomor 2 tahun 1989]] secara jelas disebutkan '''Tujuan Pendidikan Nasional''', yaitu "Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan." <ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Sesungguhnya faktor tujuan bagi pendidikan adalah: |
|||
a. Sebagai '''Arah Pendidikan''', tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
b. Tujuan sebagai '''titik akhir''', suatu usaha pasti memiliki awal dan akhir. Mungkin saja ada usaha yang terhenti karena sesuatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan berakhir. Pada umumnya, suatu usaha dikatakan berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
c. Tujuan sebagai '''titik pangkal mencapai tujuan lain''', apabila tujuan merupakan titik akhir dari usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen yang menjadi alas permulaan setiap usaha.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
d. '''Memberi nilai''' pada usaha yang dilakukan <ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
=== Faktor Pendidik === |
|||
[[Pendidik]] adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> Dwi Nugroho Hidayanto, [[menginventarisasi]] bahwa pengertian pendidik meliputi: |
|||
a. Orang Dewasa |
|||
b. Orang Tua |
|||
c. Guru |
|||
d. Pemimpin Masyarakat |
|||
e. Pemimpin Agama <ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik,<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> yaitu |
|||
a. '''kematangan diri yang stabil''', memahami diri sendiri, [[mandiri]], dan memiliki [[nilai-nilai]] [[kemanusiaan]].<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
b. '''kematangan sosial yang stabil''', memiliki pengetahuan yang cukup tentang masyarakat, dan mempunyai kecakapan membina kerjasama dengan orang lain.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
c. '''kematangan profesional''' (kemampuan mendidik), yaitu menaruh perhatian dan sikap [[cinta]] terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunkan cara-cara mendidik.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Kriteria kualitas guru yang dibutuhkan dalam pendidikan adalah |
|||
a. Guru sebagai ''perencana''<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
b. Guru sebagai ''penginisiasi''<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
c. Guru sebagai ''pemotivasi''<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
d. Guru sebagai ''pengamat''<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
e. Guru sebagai ''pengantisipasi''<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
f. Guru sebagai ''model''<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
g. Guru sebagai ''pengevaluasi''<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
h. Guru sebagai ''teman berjelajah'' bersama anak didik<ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
i. ''Promotor'' agar anak menjadi pembelajar sejati <ref name="KriPendidikan">Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.</ref> |
|||
=== Faktor Anak Didik === |
|||
Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.<ref name="MedPendidikan">Sadiman, Arief. dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. 2009. Jakarta. Penerbit: RajaGrafindo Persada</ref> Dengan demikian, pendidikan berusaha untuk membawa anak yang semula serba tidak berdaya, yang hampir keseluruhan hidupnya menggantungkan diri pada orang lain, ke tingkat [[dewasa]], yaitu keadaan di mana anak sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, baik secara individual, secara sosial maupun secara susila.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
=== Faktor Alat Pendidikan === |
|||
Pengajaran yang baik adalah Alat Pendidikan yang terutama.<ref name="AlPendidikan">Zain, Dr. Emma & Sati, Djaka Dt. Ilmu Mendidik (Metode Pendidikan). 1997. Jakarta. Penerbit: Mutiara Sumber Widya</ref> Alat Pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Ditinjau dari ''wujud''nya, alat pendidikan dapat berupa: |
|||
a. Perbuatan Mendidik (biasa disebut ''peranti lunak''); mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman, dan hukuman.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
b. Benda-benda sebagai alat Bantu (biasa disebut ''peranti keras''); mencakup meja kursi, belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, OHP, dan sebagainya.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
=== Faktor Lingkungan === |
|||
Pada dasarnya lingkungan mencakup: |
|||
a. '''Tempat''' (Lingkungan Fisik); keadaan [[iklim]], keadaan tanah, keadaan alam.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
b. '''Kebudayaan''' (Lingkungan Budaya); dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
c. '''Kelompok hidup bersama''' (Lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
Menurut [[Ki Hajar Dewantara]] lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda, yang ia sebut dengan '''Tri Pusat Pendidikan'''.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
a. Lingkungan Keluarga (''Komunitas utama'') |
|||
Pendidikan Keluarga berfungsi: |
|||
1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
2. Menjamin kehidupan [[emosional]] anak.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
3. Menanamkan dasar pendidikan [[moral]].<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
4. Memberikan dasar pendidikan sosial.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
b. Lingkungan Sekolah |
|||
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> Karena jika ditilik dari sejarah perkembangan profesi guru, tugas mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua karena tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap tertentu sesuai dengan perkembangan zaman.<ref name="MedPendidikan">Sadiman, Arief S.dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengambangan dan Pemanfaatannya. 2009. Jakarta. Penerbit: RajaGrafindo Persada</ref> |
|||
Fungsi Sekolah antara lain: |
|||
1. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
3. Sekolah melatih anak-anak memperoleh keahlian-keahlian seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
4. Di sekolah diberikan pelajaran [[etika]], keagamaan,<ref name="AlPendidikan">Zain, Dr. Emma & Sati, Djaka Dt. Ilmu Mendidik (Metode Pendidikan). 1997. Jakarta. Penerbit: Mutiara Sumber Widya</ref> [[estetika]],<ref name="AlPendidikan">Zain, Dr. Emma & Sati, Djaka Dt. Ilmu Mendidik (Metode Pendidikan). 1997. Jakarta. Penerbit: Mutiara Sumber Widya</ref> membedakan moral.<ref name="AlPendidikan">Zain, Dr. Emma & Sati, Djaka Dt. Ilmu Mendidik (Metode Pendidikan). 1997. Jakarta. Penerbit: Mutiara Sumber Widya</ref> |
|||
5. Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya anak didik.<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
c. Lingkungan Organisasi Pemuda |
|||
Peran organisasi pemuda yang terutama adalah mengupayakan pengembangan sosialisasi kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah semacam kesadaran sosial, keahlian-keahlian di dalam pergaulan dengan sesama kawan (''kemampuan bersosial'') dan sikap yang tepat di dalam membina hubungan dengan sesama manusia (''perilaku bersosial'').<ref name="Pendidikan">Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada</ref> |
|||
== Pranala luar == |
|||
Referensi: |
|||
Hasbullah. 2005. Dasar Ilmu Pendidikan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. |
|||
* {{id}} [http://www.scribd.com/doc/12801514/uu-no-20-thn-2003-ttg-sisdiknas Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional] |
|||
Nugroho, Ali. 2008. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jilsi Foundation. |
|||
* {{id}} [http://coz22.blogspot.com/2010/01/makalah-pendidikan-teori-jhon-dewey-dan.html Pendidikan John Dewey dan Langeveld] |
|||
* {{id}} [http://jas-merah.blogspot.com/2006/12/jj-rousseau-1712-1778.html Pendidikan Jean Jacques Rousseau] |
|||
* {{id}} [http://www.kopertis4.or.id Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100212204644/http://www.kopertis4.or.id/ |date=2010-02-12 }} |
|||
* {{id}} [https://web.archive.org/web/20090211230607/http://kangngari.wordpress.com/sistem-pendidikan-nasional/ Teori Pendidikan Carter V.Good] |
|||
* {{id}} [http://tunas63.wordpress.com/2008/11/07/visi-misi-dan-tujuan-pendidikan-nasional/ Tujuan Pendidikan Nasional] |
|||
== Referensi == |
|||
Sadiman, Arief. (dkk). 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: RajaGrafindo Persada. |
|||
{{reflist}} |
|||
{{terjemahan|en||version=}} |
|||
[[Kategori:Pendidikan]] |
|||
Zain, Dr. Emma & Sati, Djaka Dt. 1997. Ilmu Mendidik (Metode Pendidikan). Jakarta: Mutiara Sumber Widya. |
Revisi terkini sejak 16 Oktober 2022 18.51
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2016. |
DEFINISI PENDIDIKAN
[sunting | sunting sumber]Langeveld
[sunting | sunting sumber]Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.[1]
John Dewey
[sunting | sunting sumber]Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.[1]
J.J. Rousseau
[sunting | sunting sumber]Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang ada pada masa kanak-kanak sampai remaja yang nantinya akan dibutuhkan pada saat kita dewasa nanti..dan juga agar semua kita bisa menegtetahui pendidikan sejak dini [1]
Carter V.Good
[sunting | sunting sumber]a. Seni, praktik, atau profesi pengajar.[1]
b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.[1]
=== Faktor Pendidik ===
Pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik.[1] Dwi Nugroho Hidayanto, menginventarisasi bahwa pengertian pendidik meliputi:
a. Orang Dewasa
b. Orang Tua
c. Guru
d. Pemimpin Masyarakat
e. Pemimpin Agama [1]
Karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik,[1] yaitu
a. kematangan diri yang stabil, memahami diri sendiri, mandiri, dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan.[1]
b. kematangan sosial yang stabil, memiliki pengetahuan yang cukup tentang masyarakat, dan mempunyai kecakapan membina kerjasama dengan orang lain.[1]
c. kematangan profesional (kemampuan mendidik), yaitu menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunkan cara-cara mendidik.[1]
Kriteria kualitas guru yang dibutuhkan dalam pendidikan adalah
a. Guru sebagai perencana[2]
b. Guru sebagai penginisiasi[2]
c. Guru sebagai pemotivasi[2]
d. Guru sebagai pengamat[2]
e. Guru sebagai pengantisipasi[2]
f. Guru sebagai model[2]
g. Guru sebagai pengevaluasi[2]
h. Guru sebagai teman berjelajah bersama anak didik[2]
i. Promotor agar anak menjadi pembelajar sejati [2]
Ki Hajar Dewantara
[sunting | sunting sumber]Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun Ki Hajar Dewantara
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya
, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.[1]
Faktor Pendidik
[sunting | sunting sumber]Pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik.[1] Dwi Nugroho Hidayanto, menginventarisasi bahwa pengertian pendidik meliputi:
Menurut UU No. 20 tahun 2003
[sunting | sunting sumber]Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.[1]
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
[sunting | sunting sumber]Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.[1] 88er568ew8uswu,
Langeveld
[sunting | sunting sumber]Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.[1]
John Dewey
[sunting | sunting sumber]Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.[1]
J.J. Rousseau
[sunting | sunting sumber]Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang ada pada masa kanak-kanak sampai remaja yang nantinya akan dibutuhkan pada saat kita dewasa nanti..[1]
Carter V.Good
[sunting | sunting sumber]a. Seni, praktik, atau profesi pengajar.[1]
b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.[1]
Faktor Tujuan
[sunting | sunting sumber]Di dalam UU Nomor 2 tahun 1989 secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu "Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan." [1]
Sesungguhnya faktor tujuan bagi pendidikan adalah:
a. Sebagai Arah Pendidikan, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya.[1]
b. Tujuan sebagai titik akhir, suatu usaha pasti memiliki awal dan akhir. Mungkin saja ada usaha yang terhenti karena sesuatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan berakhir. Pada umumnya, suatu usaha dikatakan berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.[1]
c. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain, apabila tujuan merupakan titik akhir dari usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen yang menjadi alas permulaan setiap usaha.[1]
d. Memberi nilai pada usaha yang dilakukan [1]
Faktor Anak Didik
[sunting | sunting sumber]Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.[1] Sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.[1] Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.[3] Dengan demikian, pendidikan berusaha untuk membawa anak yang semula serba tidak berdaya, yang hampir keseluruhan hidupnya menggantungkan diri pada orang lain, ke tingkat dewasa, yaitu keadaan di mana anak sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, baik secara individual, secara sosial maupun secara susila.[1]
Faktor Alat Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Pengajaran yang baik adalah Alat Pendidikan yang terutama.[4] Alat Pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.[1]
Ditinjau dari wujudnya, alat pendidikan dapat berupa:
a. Perbuatan Mendidik (biasa disebut peranti lunak); mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman, dan hukuman.[1]
b. Benda-benda sebagai alat Bantu (biasa disebut peranti keras); mencakup meja kursi, belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, OHP, dan sebagainya.[1]
Faktor Lingkungan
[sunting | sunting sumber]Pada dasarnya lingkungan mencakup:
a. Tempat (Lingkungan Fisik); keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.[1]
b. Kebudayaan (Lingkungan Budaya); dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.[1]
c. Kelompok hidup bersama (Lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan.[1]
Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda, yang ia sebut dengan Tri Pusat Pendidikan.[1]
a. Lingkungan Keluarga (Komunitas utama)
Pendidikan Keluarga berfungsi:
1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak.[1]
2. Menjamin kehidupan emosional anak.[1]
3. Menanamkan dasar pendidikan moral.[1]
4. Memberikan dasar pendidikan sosial.[1]
5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.[1]
b. Lingkungan Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan.[1] Karena jika ditilik dari sejarah perkembangan profesi guru, tugas mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua karena tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap tertentu sesuai dengan perkembangan zaman.[3]
Fungsi Sekolah antara lain:
1. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.[1]
2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.[1]
3. Sekolah melatih anak-anak memperoleh keahlian-keahlian seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.[1]
4. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan,[4] estetika,[4] membedakan moral.[4]
5. Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya anak didik.[1]
c. Lingkungan Organisasi Pemuda
Peran organisasi pemuda yang terutama adalah mengupayakan pengembangan sosialisasi kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah semacam kesadaran sosial, keahlian-keahlian di dalam pergaulan dengan sesama kawan (kemampuan bersosial) dan sikap yang tepat di dalam membina hubungan dengan sesama manusia (perilaku bersosial).[1]
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
[sunting | sunting sumber]Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.[1]
Menurut UU No. 20 tahun 2003
[sunting | sunting sumber]Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.[1]
Faktor-Faktor Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Faktor Tujuan
[sunting | sunting sumber]Di dalam UU Nomor 2 tahun 1989 secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu "Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan." [1]
Sesungguhnya faktor tujuan bagi pendidikan adalah:
a. Sebagai Arah Pendidikan, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya.[1]
b. Tujuan sebagai titik akhir, suatu usaha pasti memiliki awal dan akhir. Mungkin saja ada usaha yang terhenti karena sesuatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan berakhir. Pada umumnya, suatu usaha dikatakan berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.[1]
c. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain, apabila tujuan merupakan titik akhir dari usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen yang menjadi alas permulaan setiap usaha.[1]
d. Memberi nilai pada usaha yang dilakukan [1]
Faktor Pendidik
[sunting | sunting sumber]Pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik.[1] Dwi Nugroho Hidayanto, menginventarisasi bahwa pengertian pendidik meliputi:
a. Orang Dewasa
b. Orang Tua
c. Guru
d. Pemimpin Masyarakat
e. Pemimpin Agama [1]
Karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik,[1] yaitu
a. kematangan diri yang stabil, memahami diri sendiri, mandiri, dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan.[1]
b. kematangan sosial yang stabil, memiliki pengetahuan yang cukup tentang masyarakat, dan mempunyai kecakapan membina kerjasama dengan orang lain.[1]
c. kematangan profesional (kemampuan mendidik), yaitu menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunkan cara-cara mendidik.[1]
Kriteria kualitas guru yang dibutuhkan dalam pendidikan adalah
a. Guru sebagai perencana[2]
b. Guru sebagai penginisiasi[2]
c. Guru sebagai pemotivasi[2]
d. Guru sebagai pengamat[2]
e. Guru sebagai pengantisipasi[2]
f. Guru sebagai model[2]
g. Guru sebagai pengevaluasi[2]
h. Guru sebagai teman berjelajah bersama anak didik[2]
i. Promotor agar anak menjadi pembelajar sejati [2]
Faktor Anak Didik
[sunting | sunting sumber]Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.[1] Sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.[1] Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.[3] Dengan demikian, pendidikan berusaha untuk membawa anak yang semula serba tidak berdaya, yang hampir keseluruhan hidupnya menggantungkan diri pada orang lain, ke tingkat dewasa, yaitu keadaan di mana anak sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, baik secara individual, secara sosial maupun secara susila.[1]
Faktor Alat Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Pengajaran yang baik adalah Alat Pendidikan yang terutama.[4] Alat Pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.[1]
Ditinjau dari wujudnya, alat pendidikan dapat berupa:
a. Perbuatan Mendidik (biasa disebut peranti lunak); mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman, dan hukuman.[1]
b. Benda-benda sebagai alat Bantu (biasa disebut peranti keras); mencakup meja kursi, belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, OHP, dan sebagainya.[1]
Faktor Lingkungan
[sunting | sunting sumber]Pada dasarnya lingkungan mencakup:
a. Tempat (Lingkungan Fisik); keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.[1]
b. Kebudayaan (Lingkungan Budaya); dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.[1]
c. Kelompok hidup bersama (Lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan.[1]
Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda, yang ia sebut dengan Tri Pusat Pendidikan.[1]
a. Lingkungan Keluarga (Komunitas utama)
Pendidikan Keluarga berfungsi:
1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak.[1]
2. Menjamin kehidupan emosional anak.[1]
3. Menanamkan dasar pendidikan moral.[1]
4. Memberikan dasar pendidikan sosial.[1]
5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.[1]
b. Lingkungan Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan.[1] Karena jika ditilik dari sejarah perkembangan profesi guru, tugas mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua karena tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap tertentu sesuai dengan perkembangan zaman.[3]
Fungsi Sekolah antara lain:
1. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.[1]
2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.[1]
3. Sekolah melatih anak-anak memperoleh keahlian-keahlian seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.[1]
4. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan,[4] estetika,[4] membedakan moral.[4]
5. Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya anak didik.[1]
c. Lingkungan Organisasi Pemuda
Peran organisasi pemuda yang terutama adalah mengupayakan pengembangan sosialisasi kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah semacam kesadaran sosial, keahlian-keahlian di dalam pergaulan dengan sesama kawan (kemampuan bersosial) dan sikap yang tepat di dalam membina hubungan dengan sesama manusia (perilaku bersosial).[1]
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
- (Indonesia) Pendidikan John Dewey dan Langeveld
- (Indonesia) Pendidikan Jean Jacques Rousseau
- (Indonesia) Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Diarsipkan 2010-02-12 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Teori Pendidikan Carter V.Good
- (Indonesia) Tujuan Pendidikan Nasional
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc bd be bf bg bh bi bj bk bl bm bn bo bp bq br bs bt bu bv bw bx by bz ca cb Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.
- ^ a b c d Sadiman, Arief. dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. 2009. Jakarta. Penerbit: RajaGrafindo Persada Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "MedPendidikan" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ a b c d e f g h Zain, Dr. Emma & Sati, Djaka Dt. Ilmu Mendidik (Metode Pendidikan). 1997. Jakarta. Penerbit: Mutiara Sumber Widya
Halaman artikel ini diterjemahkan, sebagian atau seluruhnya, dari halaman di en.wikipedia yang berjudul (Tolong cantumkan nama artikel sumber terjemahan). Lihat pula sejarah suntingan halaman aslinya untuk melihat daftar penulisnya. |