Lompat ke isi

Aku (puisi): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android App section source
 
(65 revisi perantara oleh 46 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Chairil Anwar.jpg|jmpl|Chairil Anwar, penulis "Aku"]]
''Teks ini akan dicetak miring'''''Aku''' adalah sebuah puisi karya [[Chairil Anwar]], mungkin karyanya yang paling terkenal dan juga salah satu puisi paling terkemuka dari [[Angkatan '45]]. Aku memiliki tema pemberontakan dari segala bentuk penindasan. Penulisnya ingin "hidup seribu tahun lagi", namun ia menyadari keterbatasan usianya, dan kalau ajalnya tiba, ia tidak ingin seorangpun untuk meratapinya.
'''Aku''' adalah sebuah puisi [[bahasa Indonesia|berbahasa Indonesia]] tahun 1943 karya [[Chairil Anwar]], karya ini mungkin adalah karyanya yang paling terkenal dan juga salah satu puisi paling terkemuka dari [[Angkatan '45]]. Puisi ini menggambarkan alam individualistis dan vitalitasnya sebagai seorang penyair.

Syair:
<poem>
AKU


== Puisi ==
<!--Puisi ini sudah masuk domain umum di Indonesia (50 tahun setelah kematian Anwar, 1949 - 1999-->
{{Verse translation|
{{lang|id|'''Bahasa Indonesia'''
Kalau sampai waktuku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
Tak perlu sedu sedan itu


Baris 15: Baris 17:
Biar peluru menembus kulitku
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Berlari

Hingga hilang pedih peri
Hingga hilang pedih peri


Dan aku akan lebih tidak perduli
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Aku mau hidup seribu tahun lagi!}}
|
'''Bahasa Inggris'''
If my time has come
I don't want anyone to beg
Not even you

I don't need that sniveling!

I'm but a wild animal
Exiled even from his own group

Even if bullets pierce my skin
I will still enrage and attack

Wounds and poison I'll take running
Running

Until the pain leaves

And I will care even less
I want to live a thousand more years}}

== Perilisan ==
Anwar pertama kali membaca "Aku" di Pusat Kebudayaan Jakarta pada bulan Juli 1943.{{sfn|Netti|2011|p=37}} Puisi ini kemudian dicetak dalam ''Pemandangan'' dengan judul "Semangat", sesuai dengan tokoh dokumenter sastra Indonesia, [[HB Jassin]], ini bertujuan untuk menghindari sensor dan untuk lebih mempromosikan gerakan kebebasan.{{sfn|Jassin|1978|p=170}} "Aku" kemudian menjadi puisi Anwar yang paling terkenal.{{sfn|Djamin|LaJoubert|1972|p=51}}

Penulis Indonesia, [[Muhammad Balfas]] mencatat bahwa salah satu penulis kontemporer yang sezaman dengan Anwar, Bung Usman, menulis "Hendak Jadi Orang Besar???" dalam menanggapi "Aku".{{sfn|Balfas|1976|p=73}} Balfas menyebut bahwa Usman sangat kesal dengan "vitalitas dan cara hidup yang baru" yang ditunjukkan Anwar dalam puisi itu.{{sfn|Balfas|1976|p=73}}

== Simbol ==
Larik ''binatang jalang dari kumpulannya terbuang'' dapat diartikan orang yang selalu bersikap memberontak dan berada di luar organisasi formal. Pemilihan kata "binatang jalan" mencerminkan bahwa "aku" adalah orang yang tidak dapat mengikuti aturan atau norma sosial yang berlaku. Sehingga ia terbuang tidak diakui keberadaannya.<ref>{{Cite book|last=Suherli|first=dkk.|date=2017|title=Bahasa Indonesia|location=Jakarta|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=987-602-427-098-8|pages=261|url-status=live}}</ref>

== Analisis ==
[[Berkas:Chairil Anwar - Aku.jpg|jmpl|"Aku" karya Anwar pada [[puisi dinding di Leiden|sebuah dinding di Belanda]].]]
Menurut seorang akademisi sastra Indonesia asal Timor, A. G. Hadzarmawit Netti, puisi "Aku" menekankan sifat individualistis Anwar, sedangkan puisi "Semangat" mencerminkan vitalitas.{{sfn|Netti|2011|p=38}} Netti menganalisis puisi itu sendiri sebagai cerminan kebutuhan Anwar untuk mengendalikan lingkungannya dan tidak dibentuk oleh kekuatan luar, melalui penekanan dua [[bait]] pertama.{{sfn|Netti|2011|p=38}} Menurut Netti, dengan mengendalikan lingkungannya, Anwar mampu melindungi kebebasan dan sifat individualistisnya.{{sfn|Netti|2011|p=39}} Netti menilai baris terakhir sebagai cerminan kebanggaan Anwar di alam individualistis, dan menyimpulkan bahwa Anwar seharusnya setuju dengan filosofi [[Ayn Rand]] tentang [[objektivitas]].{{sfn|Netti|2011|p=40}}

Akademi sastra Indonesia, [[Arief Budiman]] mencatat bahwa "Aku" mencerminkan pandangan Anwar, bahwa orang lain tidak harus peduli padanya, sebagaimana ia tidak peduli terhadap orang lain.{{sfn|Budiman|2007|p=41}} Budiman juga menilai bahwa bait ketiga dan keempat mencerminkan pandangan [[Friedrich Nietzsche]] bahwa penderitaan membuat seseorang menjadi lebih kuat.{{sfn|Budiman|2007|p=28}}

== Musik ==
Pemusik [[Igor Tamerlan]] membuat lagu berjudul ''Aku'' dengan puisi ini sebagai lirik. Ayah Igor kebetulan salah satu sepupu Chairil Anwar.{{cn}}

== Lihat juga ==
{{wikisource|Semangat}}
* [[Daftar karya Chairil Anwar]]

== Referensi ==
; Catatan kaki
{{reflist|colwidth=30em}}

; Bibliografi
{{refbegin}}
* {{cite book
| last = Balfas
| first = Muhammad
| author-link=M. Balfas
| editor1-first = Brakel
| editor1-last = L. F.
| year = 1976
| title = Handbuch der Orientalistik
| trans_title = Handbook of Orientalistics
| chapter = Modern Indonesian Literature in Brief
| edition =
| series =
| volume = 1
| publisher = E. J. Brill
| location = Leiden, Netherlands
| isbn = 978-90-04-04331-2
| url = https://books.google.com/?id=NbY3AAAAIAAJ
| accessdate =
| ref = harv
}}
* {{cite book
| last = Budiman
| first = Arief
| authorlink =Arief Budiman
| year = 2007
| title = Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan
| trans_title = Chairil Anwar: A Meeting
| series =
| language= Indonesian
| publisher = Wacana Bangsa
| location = Tegal
| isbn = 978-979-23-9918-9
| url =
| ref = harv
}}
* {{cite journal |last1=Djamin |first1=Nasjah |last2=LaJoubert |first2=Monique |year=1972 |title=Les Derniers Moments de Chairil Anwar |language=French |trans_title=The Last Moments of Chairil Anwar |journal=Achipel |volume=4 |issue=4 |pages=49–73|ref=harv |doi=10.3406/arch.1972.1012 |url=http://www.persee.fr/web/revues/home/prescript/article/arch_0044-8613_1972_num_4_1_1012 |accessdate=30 September 2011 }}
* {{cite book|authorlink=HB Jassin| title=Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 |trans_title=Chairil Anwar, Leader of the 45 Generation |language=Indonesian |oclc=30051301 |ref=harv |publisher=Gunung Agung |location=Jakarta |last=Jassin |first=Hans Bague |year=1978}}
* {{cite book| title=Sajak-Sajak Chairil Anwar dalam Kontemplasi |trans_title=Chairil Anwar's Poems in Contemplation |language=Indonesian |isbn=978-979-17911-4-4 |ref=harv |publisher=B You Publishing |location=Surabaya |last=Netti |first=A. G. Hadzarmawit |year=2011}}
{{refend}}


{{Authority control}}
Maret 1943
</poem>
{{wikisource|Aku}}


[[Kategori:Chairil Anwar]]
[[Kategori:Chairil Anwar]]
[[Kategori:Puisi Indonesia]]
[[Kategori:Puisi tahun 1943]]
[[Kategori:Sastra Indonesia]]

Revisi terkini sejak 16 September 2024 04.48

Chairil Anwar, penulis "Aku"

Aku adalah sebuah puisi berbahasa Indonesia tahun 1943 karya Chairil Anwar, karya ini mungkin adalah karyanya yang paling terkenal dan juga salah satu puisi paling terkemuka dari Angkatan '45. Puisi ini menggambarkan alam individualistis dan vitalitasnya sebagai seorang penyair.

Perilisan

[sunting | sunting sumber]

Anwar pertama kali membaca "Aku" di Pusat Kebudayaan Jakarta pada bulan Juli 1943.[1] Puisi ini kemudian dicetak dalam Pemandangan dengan judul "Semangat", sesuai dengan tokoh dokumenter sastra Indonesia, HB Jassin, ini bertujuan untuk menghindari sensor dan untuk lebih mempromosikan gerakan kebebasan.[2] "Aku" kemudian menjadi puisi Anwar yang paling terkenal.[3]

Penulis Indonesia, Muhammad Balfas mencatat bahwa salah satu penulis kontemporer yang sezaman dengan Anwar, Bung Usman, menulis "Hendak Jadi Orang Besar???" dalam menanggapi "Aku".[4] Balfas menyebut bahwa Usman sangat kesal dengan "vitalitas dan cara hidup yang baru" yang ditunjukkan Anwar dalam puisi itu.[4]

Larik binatang jalang dari kumpulannya terbuang dapat diartikan orang yang selalu bersikap memberontak dan berada di luar organisasi formal. Pemilihan kata "binatang jalan" mencerminkan bahwa "aku" adalah orang yang tidak dapat mengikuti aturan atau norma sosial yang berlaku. Sehingga ia terbuang tidak diakui keberadaannya.[5]

"Aku" karya Anwar pada sebuah dinding di Belanda.

Menurut seorang akademisi sastra Indonesia asal Timor, A. G. Hadzarmawit Netti, puisi "Aku" menekankan sifat individualistis Anwar, sedangkan puisi "Semangat" mencerminkan vitalitas.[6] Netti menganalisis puisi itu sendiri sebagai cerminan kebutuhan Anwar untuk mengendalikan lingkungannya dan tidak dibentuk oleh kekuatan luar, melalui penekanan dua bait pertama.[6] Menurut Netti, dengan mengendalikan lingkungannya, Anwar mampu melindungi kebebasan dan sifat individualistisnya.[7] Netti menilai baris terakhir sebagai cerminan kebanggaan Anwar di alam individualistis, dan menyimpulkan bahwa Anwar seharusnya setuju dengan filosofi Ayn Rand tentang objektivitas.[8]

Akademi sastra Indonesia, Arief Budiman mencatat bahwa "Aku" mencerminkan pandangan Anwar, bahwa orang lain tidak harus peduli padanya, sebagaimana ia tidak peduli terhadap orang lain.[9] Budiman juga menilai bahwa bait ketiga dan keempat mencerminkan pandangan Friedrich Nietzsche bahwa penderitaan membuat seseorang menjadi lebih kuat.[10]

Pemusik Igor Tamerlan membuat lagu berjudul Aku dengan puisi ini sebagai lirik. Ayah Igor kebetulan salah satu sepupu Chairil Anwar.[butuh rujukan]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
Catatan kaki
  1. ^ Netti 2011, hlm. 37.
  2. ^ Jassin 1978, hlm. 170.
  3. ^ Djamin & LaJoubert 1972, hlm. 51.
  4. ^ a b Balfas 1976, hlm. 73.
  5. ^ Suherli, dkk. (2017). Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 261. ISBN 987-602-427-098-8 Periksa nilai: invalid prefix |isbn= (bantuan). 
  6. ^ a b Netti 2011, hlm. 38.
  7. ^ Netti 2011, hlm. 39.
  8. ^ Netti 2011, hlm. 40.
  9. ^ Budiman 2007, hlm. 41.
  10. ^ Budiman 2007, hlm. 28.
Bibliografi
  • Balfas, Muhammad (1976). "Modern Indonesian Literature in Brief". Dalam L. F., Brakel. Handbuch der Orientalistik. 1. Leiden, Netherlands: E. J. Brill. ISBN 978-90-04-04331-2. 
  • Budiman, Arief (2007). Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan (dalam bahasa Indonesian). Tegal: Wacana Bangsa. ISBN 978-979-23-9918-9. 
  • Djamin, Nasjah; LaJoubert, Monique (1972). "Les Derniers Moments de Chairil Anwar". Achipel (dalam bahasa French). 4 (4): 49–73. doi:10.3406/arch.1972.1012. Diakses tanggal 30 September 2011. 
  • Jassin, Hans Bague (1978). Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Gunung Agung. OCLC 30051301. 
  • Netti, A. G. Hadzarmawit (2011). Sajak-Sajak Chairil Anwar dalam Kontemplasi (dalam bahasa Indonesian). Surabaya: B You Publishing. ISBN 978-979-17911-4-4.