Sastra hikmat: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(31 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Perjanjian Lama|expanded=WP}} |
|||
{{inuse}} |
|||
⚫ | '''Sastra hikmat''' adalah karya [[sastra]] yang banyak memuat pengalaman-pengalaman hidup dan pengajaran-pengajaran yang ditampilkan secara ringkas dalam bentuk [[pepatah]] dan [[aforisme]].<ref name="Fokkelman">{{id}} Jan Fokkelman. 2009. Menemukan Makna Puisi Alkitab: Penuntun Membaca Puisi Alkitab sebagai Karya Sastra. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 201-217.</ref> Biasanya sastra hikmat dituliskan dalam bentuk puisi.<ref name="Fokkelman"/> Ribuan tahun sebelum bangsa [[Israel]] ada dalam sejarah, di wilayah [[Timur Dekat]] sudah berkembang sebuah jenis sastra yang dikenal sebagai sastra hikmat dan menggunakan baris-baris puisi.<ref name="Fokkelman"/> Jenis [[sastra]] ini dimulai dalam bentuk susunan beberapa nasihat yang mandiri.<ref name="Fokkelman"/> Di dalam [[kanon Alkitab]] [[Perjanjian Lama]] juga ditemukan tulisan-tulisan hikmat: [[Amsal]], [[Ayub]], [[Pengkhotbah]],<ref name="Bruce">{{id}} F.F Bruce,DD&Horis P Nasution. 1994. Tafsiran Alkitab Masa Kini: Ayub-Maleakhi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 40.</ref> [[Kitab Kebijaksanaan Salomo|Kebijaksanaan]], [[Kidung Agung]], [[Mazmur]], dan [[Sirakh]].<ref name="NAB"/><ref name="qqq"/> |
||
⚫ | '''Sastra hikmat''' adalah karya [[sastra]] yang banyak memuat pengalaman-pengalaman hidup dan pengajaran-pengajaran yang ditampilkan secara ringkas dalam bentuk [[pepatah]] dan [[aforisme]].<ref name="Fokkelman"> |
||
== Tujuan == |
== Tujuan == |
||
Tulisan-tulisan [[hikmat]] [[Perjanjian Lama]] tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan pengungkapan dari suatu gerakan [[moral]] dan [[intelektual]] yang telah ada sejak dini dalam [[sejarah]] [[agama]] [[Ibrani]]. |
Tulisan-tulisan [[hikmat]] [[Perjanjian Lama]] tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan pengungkapan dari suatu gerakan [[moral]] dan [[intelektual]] yang telah ada sejak dini dalam [[sejarah]] [[agama]] [[Ibrani]].<ref name="Bruce"/> Hal yang sama juga terjadi pada budaya-budaya agama di luar [[Israel]].<ref name="Bruce"/> Buku-buku hikmat memuat cerita tentang orang-orang yang sungguh-sungguh mencari kebenaran, yang bergumul dengan masalah-masalah lama dan baru.<ref name="Bruce"/> |
||
==Proses |
== Proses pembuatan == |
||
[[Tradisi hikmat]], baik tertulis ataupun lisan, bukan hanya hasil dari pengalaman tetapi juga bertolak dari anggapan bahwa pengalaman bukanlah bersifat menipu.<ref name="Bruce" |
[[Tradisi hikmat]], baik tertulis ataupun lisan, bukan hanya hasil dari pengalaman tetapi juga bertolak dari anggapan bahwa pengalaman bukanlah bersifat menipu.<ref name="Bruce"/> Pengalaman memberikan bukti kuat yang memungkinkan untuk mengambil keputusan-keputusan tertentu tentang hidup manusia dan dunia pada umumnya.<ref name="Bruce"/> Hikmat dalam [[Alkitab]] dimaknai sebagai hikmat ilahi.<ref name="Bruce"/> Lewat hikmat, [[Allah]] hadir dan menyatakan diri dalam kebutuhan-kebutuhan yang paling dalam dari manusia.<ref name="Bruce"/> Hikmat di Perjanjian Lama sangat erat hubungannya dengan kenyataan-kenyataan iman Perjanjian Israel.<ref name="Bruce"/> |
||
== Kitab-kitab |
== Kitab-kitab hikmat dalam Alkitab == |
||
{{See also|Puisi Perjanjian Lama}} |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | Menurut Amsal, hikmat ialah sesuatu yang bersifat praktis bukan mengenai dugaan [[filsafat|filosofis]], [[metafisik]], [[mistik]], atau sesuatu yang abstrak, melainkan mengenai [[etika]] kehidupan sehari-hari. |
||
Contoh-contoh yang paling terkenal mengenai literatur atau sastra hikmat dapat ditemukan di dalam [[Alkitab]].<ref>Crenshaw, James L. ''"The Wisdom Literature"'', in Knight, Douglas A. and Tucker, Gene M. (eds), ''The Hebrew Bible and Its Modern Interpreters'' (1985).</ref> [[Kitab dalam Alkitab|Kitab-kitab Alkitab]] berikut ini dapat diklasifikasikan sebagai literatur hikmat: [[Kitab Ayub]],<ref name="qqq">{{wwbible|Old Testament, 355}}</ref> [[Kitab Mazmur]],<ref name="NAB">'The Wisdom Books'. [[United States Conference of Catholic Bishops]], ''[[New American Bible]]''. Washington DC: 2002. http://www.usccb.org/nab/bible/wisdom.htm {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120616074610/http://www.usccb.org/nab/bible/wisdom.htm |date=2012-06-16 }}</ref> [[Kitab Amsal]],<ref name="qqq"/> [[Kitab Pengkhotbah]],<ref name="qqq"/> [[Kitab Kidung Agung]],<ref name="NAB"/> [[Kitab Kebijaksanaan]],<ref name="qqq"/> dan [[Kitab Sirakh]].<ref name="qqq"/> Dua kitab terakhir merupakan [[deuterokanonika|kitab-kitab deuterokanonika]], ditempatkan di bagian [[Apokrifa Alkitab|Apokrifa]] dalam [[Penerjemahan Alkitab|terjemahan-terjemahan Alkitab]] Protestan dan Anglikan.<ref>{{wwbible|Old Testament, 355–356}}</ref> |
|||
⚫ | Dalam kitab Amsal terdapat arti hikmat secara luas bahwa tidak selalu berupa pengertian-pengertian saja, melainkan mencakup keterampilan yang situasional. |
||
⚫ | |||
⚫ | Amsal |
||
⚫ | |||
⚫ | Menurut Amsal, hikmat ialah sesuatu yang bersifat praktis bukan mengenai dugaan [[filsafat|filosofis]], [[metafisik]], [[mistik]], atau sesuatu yang abstrak, melainkan mengenai [[etika]] kehidupan sehari-hari.<ref name="Fokkelman"/> Orientasi hikmat dalam Amsal ialah situasi konkret, yakni untuk mengarahkan orang bertindak kepada situasi yang baik.<ref name="Fokkelman"/> Ia memberikan serangkaian nasihat dan peringatan.<ref name="Fokkelman"/> |
||
⚫ | Dalam kitab Amsal terdapat arti hikmat secara luas bahwa tidak selalu berupa pengertian-pengertian saja, melainkan mencakup keterampilan yang situasional.<ref name="Fokkelman"/> Sebagai contoh, {{Alkitab|Amsal 26:4-5}}, kedua ayat ini berorientasi kepada situasi.<ref name="Fokkelman"/> Ayat keempat mengarahkan agar tidak atau lebih baik jangan menjawab orang bebal, jika kita tidak memiliki pengetahuan atau mempunyai jawaban.<ref name="Fokkelman"/> Kemudian pada ayat kelima, jika kita memang memiliki pengetahuan yang melampaui orang bebal dan dapat menjawab pertanyaannya, Amsal mengarahkan agar kita menjawabnya.<ref name="Fokkelman"/> Hal ini sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa orang tersebut tidaklah bijak.<ref name="Fokkelman"/> |
||
⚫ | Amsal sering kali dikaitkan dengan [[Salomo]], namun harus tetap diingat bahwa ada amsal-amsal dari pengarang yang lainnya.<ref name="Lempp">{{id}} W. Lempp. 2009.Karangan-Karangan Theologia: Sekolah Tinggi Theologia. Jakarta. Hlm. 45-49.</ref> Amsal Salomo sebetulnya ialah perkataan manusia yang mengandung pengalaman, pengajaran dan kebijaksanaan yang diperoleh orang beriman sambil memandang dan mempertimbangkan hidup.<ref name="Lempp"/> Secara ringkas, hikmat secara keseluruhan dalam kitab Amsal berbicara jelas tentang hitam dan putih, suatu [[analog]] antara yang baik dan yang jahat.<ref name="Fokkelman"/> |
||
=== Ayub === |
=== Ayub === |
||
[[Berkas: |
[[Berkas:Blake 1793 Job's Tormentors (cropped).jpg|jmpl|ka|200px|Tokoh Ayub]] |
||
Kitab ini dibuka dengan perkenalan tokoh [[Ayub]].<ref name="Lempp" |
Kitab ini dibuka dengan perkenalan tokoh [[Ayub]].<ref name="Lempp"/> Ia diceritakan sebagai seseorang yang menerima banyak berkat [[Tuhan]] yakni keturunan-keturunan (7 putera dan 3 Puteri), kekayaan (banyak ternak) dan keternamaan.<ref name="Lempp"/> Ayub tokoh sentral di kitab ini dan digambarkan sebagai seorang yang saleh, jujur serta takut akan Allah.<ref name="Lempp"/> |
||
Kitab Ayub merupakan bentuk baru yang unik dari sastra hikmat karena dalam ayat-ayatnya ditampilkan perdebatan yang besar, rumit dan keras.<ref name="Lempp" |
Kitab Ayub merupakan bentuk baru yang unik dari sastra hikmat karena dalam ayat-ayatnya ditampilkan perdebatan yang besar, rumit dan keras.<ref name="Lempp"/> Sosok Ayub dalam kitab ini digambarkan sebagai seorang yang benar di hadapan Allah namun harus mengalami penderitaan yang luar biasa.<ref name="Fokkelman"/> Dirinya merasa telah menjadi korban kesewenang-wenangan Allah.<ref name="Fokkelman"/> Ia mengarah langsung kepada Allah dan menjelaskan masalahnya dengan seolah memerintah Allah untuk konsekuen dan berpegang teguh kepada prinsipNya.<ref name="Fokkelman"/> Jadi, kitab Ayub secara keseluruhan mempersoalkan integritas Tuhan.<ref name="Fokkelman"/> Ada risiko terhadap segala sesuatunya baik perbuatan jahat maupun saleh, inilah pemahaman hikmat yang mencoba untuk disampaikan oleh kitab Ayub.<ref name="Fokkelman"/> |
||
== |
=== Kebijaksanaan === |
||
{{expand section}} |
|||
⚫ | Menurut Pengkhotbah segala sesuatu adalah sia-sia atau kekosongan. Usaha terus menerus yang dilakukan oleh manusia pun tidak memberikan hasil yang lestari.Kehidupan manusia yang rawan dan lemah ditertawakan oleh sifat alam yang berputar dan yang secara terus-menerus berulang kembali. Proses perputaran alamiah yang terus-menerus berulang kembali itu menggaris-bawahi kesia-siaan keberadaan manusia, sehingga manusia tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengubah |
||
=== Kidung Agung === |
|||
⚫ | Penulis kitab Pengkhotbah mampu menyajikan uraian secara tenang dan terpadu, yang membawanya kepada kesimpulan bahwa hidup manusia itu tak punya isi nilai-nilai atau keberhasilan. Pada dasarnya kitab ini memberitahukan kepada pembacanya mengenai keadaan dunia dan kekompleksannya dan bagaimana kiat untuk hidup di dalam dunia. |
||
{{expand section}} |
|||
=== Mazmur === |
|||
{{expand section}} |
|||
=== Pengkhotbah === |
|||
⚫ | Menurut Pengkhotbah segala sesuatu adalah sia-sia atau kekosongan. Usaha terus menerus yang dilakukan oleh manusia pun tidak memberikan hasil yang lestari.<ref name="Wismoady">{{id}} S Wismoady Wahono. 1986. Di sini Kutemukan: Petunjuk mempelajari dan mengajarkan Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 225-240.</ref> Kehidupan manusia yang rawan dan lemah ditertawakan oleh sifat alam yang berputar dan yang secara terus-menerus berulang kembali.<ref name="Wismoady"/> Proses perputaran alamiah yang terus-menerus berulang kembali itu menggaris-bawahi kesia-siaan keberadaan manusia, sehingga manusia tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengubah kedudukannya di dalam alam.<ref name="Wismoady"/> Irama perputaran itu tidak dapat dikuasai atau diganggu gugat oleh manusia yang pendek umurnya.<ref name="Wismoady"/> |
||
⚫ | Penulis kitab Pengkhotbah mampu menyajikan uraian secara tenang dan terpadu, yang membawanya kepada kesimpulan bahwa hidup manusia itu tak punya isi nilai-nilai atau keberhasilan.<ref name="Wismoady"/> Pada dasarnya kitab ini memberitahukan kepada pembacanya mengenai keadaan dunia dan kekompleksannya dan bagaimana kiat untuk hidup di dalam dunia.<ref name="Gerrit">{{id}} Emanuel Gerrit Singgih. 2001. Hidup di bawah bayang-bayang maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 7-13.</ref> Akhirnya yang mau dikatakan oleh Pengkhotbah bahwa manusia ialah fana.<ref name="Gerrit"/> Hidup penuh dengan ketidakadilan, penindasan, kecemburuan, kesalahan yang fatal, keserbesalahan, ketiadaan pengandaian pada apapun dan kehidupan yang dibayangi oleh bayang maut.<ref name="Gerrit"/> |
||
=== Sirakh === |
|||
{{expand section}} |
|||
== Lihat pula == |
|||
* [[Kitab Amsal]] |
|||
* [[Kitab Ayub]] |
|||
* [[Kitab Kebijaksanaan Salomo]] |
|||
* [[Kitab Kidung Agung]] |
|||
* [[Kitab Mazmur]] |
|||
* [[Kitab Pengkhotbah]] |
|||
* [[Kitab Yesus bin Sirakh]] |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
{{reflist}} |
{{reflist|2}} |
||
[[Kategori:Alkitab]] |
[[Kategori:Alkitab]] |
||
[[Kategori:Kristen]] |
[[Kategori:Kristen]] |
||
[[Kategori:Perjanjian Lama]] |
[[Kategori:Perjanjian Lama]] |
||
[[ar:أدب الحكمة]] |
|||
[[ca:Llibres sapiencials]] |
|||
[[de:Weisheitsliteratur]] |
|||
[[en:Wisdom literature]] |
|||
[[es:Libros sapienciales]] |
|||
[[fr:Livre de la Sagesse]] |
|||
[[it:Libro sapienziale]] |
|||
[[sw:Vitabu vya hekima]] |
|||
[[nl:Wijsheidsliteratuur]] |
|||
[[ja:知恵文学]] |
|||
[[pl:Księgi dydaktyczne Starego Testamentu]] |
|||
[[pt:Livros poéticos e sapienciais do Antigo Testamento]] |
|||
[[simple:Wisdom literature]] |
Revisi terkini sejak 27 Juli 2024 21.00
Bagian dari Alkitab Kristen | |||||
Perjanjian Lama | |||||
---|---|---|---|---|---|
|
|||||
Sastra hikmat adalah karya sastra yang banyak memuat pengalaman-pengalaman hidup dan pengajaran-pengajaran yang ditampilkan secara ringkas dalam bentuk pepatah dan aforisme.[1] Biasanya sastra hikmat dituliskan dalam bentuk puisi.[1] Ribuan tahun sebelum bangsa Israel ada dalam sejarah, di wilayah Timur Dekat sudah berkembang sebuah jenis sastra yang dikenal sebagai sastra hikmat dan menggunakan baris-baris puisi.[1] Jenis sastra ini dimulai dalam bentuk susunan beberapa nasihat yang mandiri.[1] Di dalam kanon Alkitab Perjanjian Lama juga ditemukan tulisan-tulisan hikmat: Amsal, Ayub, Pengkhotbah,[2] Kebijaksanaan, Kidung Agung, Mazmur, dan Sirakh.[3][4]
Tujuan
[sunting | sunting sumber]Tulisan-tulisan hikmat Perjanjian Lama tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan pengungkapan dari suatu gerakan moral dan intelektual yang telah ada sejak dini dalam sejarah agama Ibrani.[2] Hal yang sama juga terjadi pada budaya-budaya agama di luar Israel.[2] Buku-buku hikmat memuat cerita tentang orang-orang yang sungguh-sungguh mencari kebenaran, yang bergumul dengan masalah-masalah lama dan baru.[2]
Proses pembuatan
[sunting | sunting sumber]Tradisi hikmat, baik tertulis ataupun lisan, bukan hanya hasil dari pengalaman tetapi juga bertolak dari anggapan bahwa pengalaman bukanlah bersifat menipu.[2] Pengalaman memberikan bukti kuat yang memungkinkan untuk mengambil keputusan-keputusan tertentu tentang hidup manusia dan dunia pada umumnya.[2] Hikmat dalam Alkitab dimaknai sebagai hikmat ilahi.[2] Lewat hikmat, Allah hadir dan menyatakan diri dalam kebutuhan-kebutuhan yang paling dalam dari manusia.[2] Hikmat di Perjanjian Lama sangat erat hubungannya dengan kenyataan-kenyataan iman Perjanjian Israel.[2]
Kitab-kitab hikmat dalam Alkitab
[sunting | sunting sumber]Contoh-contoh yang paling terkenal mengenai literatur atau sastra hikmat dapat ditemukan di dalam Alkitab.[5] Kitab-kitab Alkitab berikut ini dapat diklasifikasikan sebagai literatur hikmat: Kitab Ayub,[4] Kitab Mazmur,[3] Kitab Amsal,[4] Kitab Pengkhotbah,[4] Kitab Kidung Agung,[3] Kitab Kebijaksanaan,[4] dan Kitab Sirakh.[4] Dua kitab terakhir merupakan kitab-kitab deuterokanonika, ditempatkan di bagian Apokrifa dalam terjemahan-terjemahan Alkitab Protestan dan Anglikan.[6]
Amsal
[sunting | sunting sumber]Menurut Amsal, hikmat ialah sesuatu yang bersifat praktis bukan mengenai dugaan filosofis, metafisik, mistik, atau sesuatu yang abstrak, melainkan mengenai etika kehidupan sehari-hari.[1] Orientasi hikmat dalam Amsal ialah situasi konkret, yakni untuk mengarahkan orang bertindak kepada situasi yang baik.[1] Ia memberikan serangkaian nasihat dan peringatan.[1]
Dalam kitab Amsal terdapat arti hikmat secara luas bahwa tidak selalu berupa pengertian-pengertian saja, melainkan mencakup keterampilan yang situasional.[1] Sebagai contoh, Amsal 26:4–5, kedua ayat ini berorientasi kepada situasi.[1] Ayat keempat mengarahkan agar tidak atau lebih baik jangan menjawab orang bebal, jika kita tidak memiliki pengetahuan atau mempunyai jawaban.[1] Kemudian pada ayat kelima, jika kita memang memiliki pengetahuan yang melampaui orang bebal dan dapat menjawab pertanyaannya, Amsal mengarahkan agar kita menjawabnya.[1] Hal ini sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa orang tersebut tidaklah bijak.[1]
Amsal sering kali dikaitkan dengan Salomo, namun harus tetap diingat bahwa ada amsal-amsal dari pengarang yang lainnya.[7] Amsal Salomo sebetulnya ialah perkataan manusia yang mengandung pengalaman, pengajaran dan kebijaksanaan yang diperoleh orang beriman sambil memandang dan mempertimbangkan hidup.[7] Secara ringkas, hikmat secara keseluruhan dalam kitab Amsal berbicara jelas tentang hitam dan putih, suatu analog antara yang baik dan yang jahat.[1]
Ayub
[sunting | sunting sumber]Kitab ini dibuka dengan perkenalan tokoh Ayub.[7] Ia diceritakan sebagai seseorang yang menerima banyak berkat Tuhan yakni keturunan-keturunan (7 putera dan 3 Puteri), kekayaan (banyak ternak) dan keternamaan.[7] Ayub tokoh sentral di kitab ini dan digambarkan sebagai seorang yang saleh, jujur serta takut akan Allah.[7]
Kitab Ayub merupakan bentuk baru yang unik dari sastra hikmat karena dalam ayat-ayatnya ditampilkan perdebatan yang besar, rumit dan keras.[7] Sosok Ayub dalam kitab ini digambarkan sebagai seorang yang benar di hadapan Allah namun harus mengalami penderitaan yang luar biasa.[1] Dirinya merasa telah menjadi korban kesewenang-wenangan Allah.[1] Ia mengarah langsung kepada Allah dan menjelaskan masalahnya dengan seolah memerintah Allah untuk konsekuen dan berpegang teguh kepada prinsipNya.[1] Jadi, kitab Ayub secara keseluruhan mempersoalkan integritas Tuhan.[1] Ada risiko terhadap segala sesuatunya baik perbuatan jahat maupun saleh, inilah pemahaman hikmat yang mencoba untuk disampaikan oleh kitab Ayub.[1]
Kebijaksanaan
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Kidung Agung
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Mazmur
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Pengkhotbah
[sunting | sunting sumber]Menurut Pengkhotbah segala sesuatu adalah sia-sia atau kekosongan. Usaha terus menerus yang dilakukan oleh manusia pun tidak memberikan hasil yang lestari.[8] Kehidupan manusia yang rawan dan lemah ditertawakan oleh sifat alam yang berputar dan yang secara terus-menerus berulang kembali.[8] Proses perputaran alamiah yang terus-menerus berulang kembali itu menggaris-bawahi kesia-siaan keberadaan manusia, sehingga manusia tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengubah kedudukannya di dalam alam.[8] Irama perputaran itu tidak dapat dikuasai atau diganggu gugat oleh manusia yang pendek umurnya.[8]
Penulis kitab Pengkhotbah mampu menyajikan uraian secara tenang dan terpadu, yang membawanya kepada kesimpulan bahwa hidup manusia itu tak punya isi nilai-nilai atau keberhasilan.[8] Pada dasarnya kitab ini memberitahukan kepada pembacanya mengenai keadaan dunia dan kekompleksannya dan bagaimana kiat untuk hidup di dalam dunia.[9] Akhirnya yang mau dikatakan oleh Pengkhotbah bahwa manusia ialah fana.[9] Hidup penuh dengan ketidakadilan, penindasan, kecemburuan, kesalahan yang fatal, keserbesalahan, ketiadaan pengandaian pada apapun dan kehidupan yang dibayangi oleh bayang maut.[9]
Sirakh
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Kitab Amsal
- Kitab Ayub
- Kitab Kebijaksanaan Salomo
- Kitab Kidung Agung
- Kitab Mazmur
- Kitab Pengkhotbah
- Kitab Yesus bin Sirakh
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r (Indonesia) Jan Fokkelman. 2009. Menemukan Makna Puisi Alkitab: Penuntun Membaca Puisi Alkitab sebagai Karya Sastra. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 201-217.
- ^ a b c d e f g h i (Indonesia) F.F Bruce,DD&Horis P Nasution. 1994. Tafsiran Alkitab Masa Kini: Ayub-Maleakhi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 40.
- ^ a b c 'The Wisdom Books'. United States Conference of Catholic Bishops, New American Bible. Washington DC: 2002. http://www.usccb.org/nab/bible/wisdom.htm Diarsipkan 2012-06-16 di Wayback Machine.
- ^ a b c d e f Templat:Wwbible
- ^ Crenshaw, James L. "The Wisdom Literature", in Knight, Douglas A. and Tucker, Gene M. (eds), The Hebrew Bible and Its Modern Interpreters (1985).
- ^ Templat:Wwbible
- ^ a b c d e f (Indonesia) W. Lempp. 2009.Karangan-Karangan Theologia: Sekolah Tinggi Theologia. Jakarta. Hlm. 45-49.
- ^ a b c d e (Indonesia) S Wismoady Wahono. 1986. Di sini Kutemukan: Petunjuk mempelajari dan mengajarkan Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 225-240.
- ^ a b c (Indonesia) Emanuel Gerrit Singgih. 2001. Hidup di bawah bayang-bayang maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 7-13.