Situ Sukarame: Perbedaan antara revisi
kTidak ada ringkasan suntingan |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
(6 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Situsukarame.jpg| |
[[Berkas:Situsukarame.jpg|jmpl|320px|ka|Pemandangan di sekitar situ Sukarame.]] |
||
''' |
'''Situ Sukarame''' adalah sebuah [[situ]] yang terletak di sebelah [[selatan]] kaki [[gunung Salak]], tepatnya di [[Parakansalak, Sukabumi|kecamatan Parakansalak]], [[kabupaten Sukabumi]]. [[Air]] di situ tersebut jernih, dan dikelilingi [[hutan]] [[damar]], hutan [[pinus]], [[dan]] kebun [[teh]]. |
||
Sukarame adalah tempat bertemunya 7 sungai, yakni sungai Cikahuripan, sungai Cisalada, sungai Citaman, sungai Cisarandi, sungai Cimaci, sungai Cipangelah, dan sungai Cisela. Tuan Hola, yaitu bangsa Belanda yang saat itu mempunyai ambisi untuk membendung sungai-sungai tersebut dimaksud dijadikan telaga untuk berlayar. |
|||
Pada masa penjajahan, orang orang [[kolonial]] [[Belanda]] menyebutnya ''Park Under Salk'' yang artinya taman dibawah [[gunung salak]], hanya karena salah dengar, masyarakat setempat menyebutnya [[Parakan Salak]] hingga sekarang. |
|||
==Sejarah== |
== Sejarah == |
||
Situ Sukarame merupakan situ buatan yang mulai dibangun pada masa [[Hindia Belanda]]. Sukarame juga merupakan nama sebuah kampung yang ada di dekat situ Sukarame tersebut. Pada awalnya wilayah tersebut hanya berupa hutan rimba tanpa penduduk. Pertama kali menempati daerah tersebut yaitu Ama Sadarina, seorang pimpinan tentara [[Kerajaan Mataram]] yang bersembunyi karena diburu oleh kolonial [[Belanda]]. Sejak kedatangan Amma Sadarina tersebut, maka tempat tersebut menjadi ramai, karena Ama Sadarina membuka perguruan ilmu Kadigjayaan, hingga pada akhirnya tempat tersebut dikenal dengan sebutan kampung Sukarame. |
|||
== Pranala luar == |
|||
Alkisah, Sukarame adalah tempat bertemunya 7 sungai. Yakni sungai Cikahuripan, sungai Cisalada, Sungai Citaman, Sungai Cisarandi, Sungai Cimaci, Sungai Cipangelah dan Sungai Cisela. Tuan Hola, yaitu Bangsa Belanda yang saat itu mempunyai ambisi untuk membendung sungai-sungai tersebut dimaksud dijadikan telaga untuk berlayar. Tuan Hola pun membuat [[Sayembara]], Barangsiapa yang mampu membendung sungai-sungai tersebut, maka akan diberi pangkat tertinggi. Yang sanggup hanya ada satu orang, yaitu tetua kampung yang bernama Ki Ama Mules yang mempunyai ilmu hebat dan sakti mandraguna. Pengerjaan situ tersebut selalu tengah malam, sebab Ki Ama Mules dibantu oleh bangsa [[Siluman]]. Kurang dari Satu bulan, situ pun sudah hampir selesai. Namun anehnya, bendungan longsor kembali terus menerus, hingga pada akhirnya meminta bantuan kakak seperguruannya yaitu Ama Imur dari Salajame. Dan Ki Ama Imur memberitahukan bahwa Ular hitam yang dibunuh oleh Ki Ama Mules itu adalah Ander Cahya Ular Siluman, rajanya para siluman yang menguasai tempat tersebut yang merupakan suaminya Dewi Purbasari. |
|||
* {{id}} [http://radarsukabumi.com/?p=80359 Berita tentang Situ Sukarame di Radar Sukabumi] |
|||
{{Situ-stub}} |
|||
[[Kategori: |
[[Kategori:Situ di Jawa Barat|Situ Sukarame]] |
Revisi terkini sejak 20 Desember 2019 05.36
Situ Sukarame adalah sebuah situ yang terletak di sebelah selatan kaki gunung Salak, tepatnya di kecamatan Parakansalak, kabupaten Sukabumi. Air di situ tersebut jernih, dan dikelilingi hutan damar, hutan pinus, dan kebun teh.
Sukarame adalah tempat bertemunya 7 sungai, yakni sungai Cikahuripan, sungai Cisalada, sungai Citaman, sungai Cisarandi, sungai Cimaci, sungai Cipangelah, dan sungai Cisela. Tuan Hola, yaitu bangsa Belanda yang saat itu mempunyai ambisi untuk membendung sungai-sungai tersebut dimaksud dijadikan telaga untuk berlayar.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Situ Sukarame merupakan situ buatan yang mulai dibangun pada masa Hindia Belanda. Sukarame juga merupakan nama sebuah kampung yang ada di dekat situ Sukarame tersebut. Pada awalnya wilayah tersebut hanya berupa hutan rimba tanpa penduduk. Pertama kali menempati daerah tersebut yaitu Ama Sadarina, seorang pimpinan tentara Kerajaan Mataram yang bersembunyi karena diburu oleh kolonial Belanda. Sejak kedatangan Amma Sadarina tersebut, maka tempat tersebut menjadi ramai, karena Ama Sadarina membuka perguruan ilmu Kadigjayaan, hingga pada akhirnya tempat tersebut dikenal dengan sebutan kampung Sukarame.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Berita tentang Situ Sukarame di Radar Sukabumi