Lompat ke isi

Salat tujuh waktu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Yuvaarsie (bicara | kontrib)
Serigala Sumatera (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(105 revisi perantara oleh 36 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{dab|Artikel ini merupakan keterangan ibadah [[Salat]] dalam perspektif [[Kristen]]}}
{{rapikan|date=2011}}{{wikify|date=2011}}
{{dab|Artikel ini merupakan keterangan ibadah [[Shalat]] dalam perspektif [[Kristen]]}}
{{Infobox Holiday
{{Infobox Holiday
|holiday_name=Shalat Tujuh Waktu
|holiday_name=Salat Tujuh Waktu
|image=
|image=Jordanian_Christians_prayers_at_the_Greek_Orthodox_church_in_Amman,_Jordan,_Sunday,_Nov._13,_2005.jpg
|caption=shalat tujuh waktu.
|caption=
|relatedto=[[Salat]];[[Kristen]], [[Ortodoks]], [[Doa]]
|relatedto=[[Salat]]; [[Kristen]], [[Ortodoks]], [[Doa]]
}}
}}
'''Salat Tujuh Waktu''' ([[bahasa Arab]]: ''As-Sab’u ash-Shalawat'') adalah salah satu ritual atau tata ibadat [[Kristen]] dalam [[Gereja Ritus Timur]]. Liturgi ini terus dilakukan di kekristenan [[Arab]], sebagaimana juga terdapat dalam tradisi ritus latin dengan nama "''[[Brevir]]''". Hampir seluruh [[Gereja Ritus Timur|Gereja-gereja Timur]] masih melaksanakan ibadat ini. Dalam gereja-[[gereja Ortodoks]] jam-jam doa ([[bahasa Aram]]: ''‘iddana tselota''; [[bahasa Arab]]: ''sa’atush salat'') ini masih dipertahankan tanpa putus sebagai doa-doa baik kaum [[imam]] ([[klerus]]) maupun untuk umat (awam).<ref name=noorsena/>
{{portal|Kristen}}


== Pemakaian kata "Salat" dalam agama Kristen ==
Barangkali agak asing rupanya, jika orang Kristen berbicara tentang sholat. Karena kata '''Sholat''' atau '''Sembahyang''' itu sendiri jarang disinggung-sentuh oleh orang Kristen. Padahal jauh sebelum saudara kita kaum [[Muslim]] menggunakan kata ini, orang Kristen Orthodox telah menggunakan kata “Sholat” saat menunaikan ibadah. Kata “Sholat” itu sendiri dalam bahasa [[Arab]], berasal dari kata '''tselota''' dalam [[bahasa Aram]] ([[Syria]]) yaitu bahasa yang digunakan oleh Tuhan Yesus sewaktu hidup di dunia. Dan bagi umat Kristen [[Ortodoks]] Arab yaitu umat Kristen [[Ortodoks]] yang berada di [[Mesir]], [[Palestina]], Yordania, Libanon dan daerah Timur-Tengah lainnya menggunakan kata '''Tselota''' tadi dalam bentuk bahasa Arab '''Sholat''', sehingga doa “Bapa kami” oleh umat Kristen Orthodox Arab disebut sebagai '''Sholattul Rabbaniyah'''.
Kata "''Salat''" jarang disinggung-sentuh oleh orang Kristen di Indonesia, karena kata yang identik dengan "Sembahyang" itu lebih umum dipakai untuk ibadah dalam agama [[Islam]]. Padahal jauh sebelum kaum [[Muslim]] menggunakan kata ini, penganut [[Gereja Ortodoks|Gereja Kristen Ortodoks]], yang dicatat sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 M, telah menggunakan kata “Salat” saat menunaikan ibadah. Kata “Salat” dalam bahasa Indonesia merupakan kata ambilan dari [[bahasa Arab]], yang berasal dari kata '''tselota''' dalam [[bahasa Aram]] ([[Suriah]]) yaitu bahasa yang digunakan oleh [[Yesus]] [[Kristus]] pada masa hidupnya di dunia. Bagi umat [[Kristen]] [[Ortodoks]] Arab yaitu umat Kristen [[Ortodoks]] yang berada di [[Mesir]], [[Palestina]], [[Yordania]], [[Libanon]] dan daerah [[Timur Tengah]] lainnya menggunakan kata ''tselota'' tersebut dalam bentuk bahasa Arab ''Salat'', sehingga [[Doa Bapa Kami|doa “Bapa kami”]] oleh umat Kristen [[Ortodoks]] Arab disebut sebagai '''Sholattul Rabbaniyah'''.


== Istilah Tselota, Salat dan Shalawat ==
Dengan demikian “Sholat” itu awalnya bukanlah datang dari umat [[Islam]] atau meminjam istilah Islam. Jauh sebelum agama Islam muncul, istilah Sholat untuk menunaikan ibadah telah digunakan oleh umat Kristen [[Ortodoks Timur]], tentu saja dalam penghayatan yang berbeda.[[Shalat]] masih dilakukan di gereja-gereja Arab, kalau di Gereja [[Katolik]] namanya Brevir atau De Liturgia Horanum. Hampir seluruh Gereja-gereja di Timur masih melaksanakan '''Shalat Tujuh Waktu (As-Sab’u ash-Shalawat)'''. Dalam gereja-gereja [[Orthodoks]] jam-jam shalat (Arami: ‘iddana tselota; Arab: sa’atush shalat) ini masih dipertahankan tanpa putus sebagai doa-doa baik kaum imam ([[klerus]]) maupun untuk ummat (awam).
Kata Arab "''salat''" berasal dari [[bahasa Aram]] "''tselota''" . Contoh kata ini misalnya terdapat pada {{Alkitab|Kisah Para Rasul 2:42}} dalam teks ''[[Pesyita]]'', yaitu terjemahan kuno Alkitab dalam bahasa Aram/Suryani: "''waminin hu bsyulfana dshliha wmishtautfin hwo batselota wbaqtsaya deukaristiya''" (''Mereka bertekun dalam pengajaran para Rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu menjalankan <u>salat-[[salat]]</u> dan merayakan [[Ekaristi]] atau "Khidmat al-Quddus"'').<ref>Lihat [[Kisah Para Rasul 2]]</ref> Dalam Alkitab bahasa Arab, kedua ibadah itu disebut: "''kasril khubzi wa shalawat''" (memecah-mecahkan roti dan melaksanakan salat-salat). Dua corak ibadah ini merupakan pelaksanaan kedua corak ibadah [[Yahudi]]: "'''Mahzor dan Siddur'''". ''Mahzor'' ialah perayaan besar yang diselenggarakan 3 kali dalam setahun di kota suci Yerusalem. Kata yang diterjemahkan "perayaan", dalam [[bahasa Ibrani]] adalah: '''''Hag''''' (yang seakar dengan kata Arab: ''[[Haji|Hajj]]'' ). Ketujuh ibadah sakramental, khususnya "''Qurbana de Qaddisa''" ([[Ekaristi]]/[[Perjamuan Kudus]]) yang meneruskan ibadah ''Hag'', maupun "Salat tujuh waktu" non-sakramental, dapat dilacak asal-usulnya dari ''Siddur'' [[Yahudi]].<ref name=noorsena>Bambang Noorsena. "Shalat Tujuh Waktu" (Dalam Kristen Orthodoks Syria). Penerbit: Studia Syriaca Orhodoxia.</ref>


Kata bahasa Aram ''Tselota'' merupakan ''nomen actionis'', yang berarti "''ruku’''" atau "perbuatan membungkukkan badan". Dari bentuk kata ''Tselota'' inilah, bahasa Arab melestarikannya menjadi kata ''Salat''.
==Khidmat al-Quddus dan Shalat==


Mar Ignatius Ya’qub III dari gereja Ortodoks menekankan bahwa orang [[Kristen]] hanya "melanjutkan adab yang dilakukan orang-orang Yahudi dan bangsa Timur lainnya ketika memuji Allah dalam praktik ibadah mereka" (''taba’an lamma kana yaf’alahu al-Yahudi wa ghayrihim fii al-syariq fii atsna’ mumarasatihim al ‘ibadah''). Dan perlu dicatat bahwa, "pola ibadah ini telah dilestarikan pula oleh umat Muslimin" (''wa qad iqtabasa al-Muslimun aidhan buduruhum hadza al-naun min al ‘ibadah'').
Dalam teks [['''Peshitta''']] (Aramaic, pen.) untuk Kis 2:42 berbunyi: ‘Mereka bertekun dalam pengajaran para Rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu menjalankan shalat-shalat dan merayakan Ekaristi’. Dua corak ibadah ini merupakan penggenapan dari kedua corak ibadah Yahudi: '''Mahzor dan Siddur'''. [[Mahzor]], ialah perayaan besar yang diselenggarakan 3 kali dalam setahun di kota suci Yerusalem. Kata yang diterjemahkan "perayaan", dalam bahasa Ibrani: Hag (yang seakar dengan kata Arab: Hajj ).


Selain dari itu, gereja mula-mula juga meneruskan adab ‘Tilawat Muzamir’ (yaitu bagian-bagian [[Kitab Mazmur|Kitab Zabur/Mazmur]]) dan salat-salat yang ditentukan pada jam-jam ini (''wa qad akhadzat ba’dha al-Kana’is ‘an Yahudu tilawat Muzamir wa shalawat mu’ayyanat fii hadzihis sa’ah'').
Ketujuh ibadah sakramental, khususnya ‘Qurbana de Qaddisa’ ([[Ekaristi]]/Perjamuan Kudus) yang meneruskan ibadah Hag, maupun Shalat tujuh waktu non-sakramental, dapat dilacak asal-usulnya dari [[Siddur]] [[Yahudi]].


== Kiblat Salat ==
==Term Tselota, Shalat dan Shalawat==
[[Alkitab]] mencatat kebiasaan [[nabi]] [[Daniel]] berkiblat "ke arah [[Yerusalem]], tiga kali sehari ia berlutut dengan kakinya (ruku’) mengerjakan salat" ({{Alkitab|Daniel 6:11}}, dalam [[bahasa Aram]]: "''negel Yerusyalem, we zimnin talatah be Yoma hu barek ‘al birkohi ume Tsela''" ). Seluruh umat Yahudi sampai sekarang berdoa dengan menghadap ke [[Baitul Maqdis]] ([[bahasa Ibrani]]: Beyt ham-Miqdash), di kota suci Yerusalem. [[Sinagoge]]-sinagoge Yahudi di luar Tanah Suci mempunyai arah [[kiblat]] ([[bahasa Ibrani]]: Mizrah) ke [[Yerusalem]]. Kebiasaan ini diikuti oleh umat Kristen mula-mula, tetapi mulai berkembang beberapa saat setelah tentara [[Romawi]] menghancurkan Bait Allah di Yerusalem pada tahun [[70]] M.


Kehancuran Bait Allah membuat arah kiblat salat Kristen menjadi ke arah Timur, berdasarkan {{Alkitab|Yohanes 4:21}}, {{Alkitab|Kejadian 2:8}}, {{Alkitab|Yehezkiel 43:2}} dan {{Alkitab|Yehezkiel 44:1}}. Kiblat ibadah ke arah Timur ini masih dilestarikan di seluruh gereja Timur, baik gereja-gereja Ortodoks yang berhaluan Kalsedonia ([[Yunani]]), gereja-gereja Orthodoks non-Kalsedonia (Qibtiy/[[Koptik]] dan Suriah), maupun minoritas gereja-gereja Nestoria yang masih bertahan di [[Irak]].
Kata Arab shalat ternyata berasal dari [[bahasa Aram]] [[Tselota]]. Contoh kata ini misalnya terdapat pada Kis 2:42 dalam teks Arami/Syriac : "waminin hu bsyulfana dshliha wmishtautfin hwo batselota wbaqtsaya deukaristiya" (terjemahan lihat atas!). Dalam Alkitab bahasa Arab, kedua ibadah itu disebut: ‘kasril khubzi wa shalawat’ (memecah-mecahkan roti dan melaksanakan shalat-shalat).


== Tata cara Salat ==
Kata Aram Tselota merupakan [[nomen]] actionis, yang berarti "ruku’ atau perbuatan membungkukkan badan". Dari bentuk kata Tselota inilah, bahasa Arab melestarikannya menjadi kata Shalat.
Pada Gereja Ortodoks Syria, setiap salat terdiri dari tiga rakaat (satuan gerakan). Pada rakaat pertama hanya dilakukan qiyam (berdiri). Pada rakaat kedua dilakukan rukuk, dan sujud. Pada saat rukuk dan sujud ini dilakukan gerakan tanda salib. Dan, doa yang digunakan dalam bahasa Arab, Aram, Yunani, dan Ibrani. Lalu dibacakan pujian (qari’ah) yang dikutip dari kitab [[Mazmur]]. Pada rakaat ketiga dilakukan pembacaan kanun al imam, semacam pengakuan kepada Tuhan (syahadat) yang dikenal dalam Gereja Ortodoks.<ref>Paragraf ke-13, http://jurnalis.wordpress.com/1998/10/03/gereja-dengan-haji-dan-salat/</ref>


== Makna Teologis Ketujuh Waktu Salat ==
Selanjutnya, Mar Ignatius Ya’qub III menekankan bahwa orang Kristen hanya "melanjutkan adab yang dilakukan orang-orang Yahudi dan bangsa Timur lainnya ketika memuji Allah dalam praktek ibadah mereka" (taba’an lamma kana yaf’alahu al-Yahudi wa ghayrihim fii al-syariq fii atsna’ mumarasatihim al ‘ibadah). Dan perlu dicatat bahwa, "pola ibadah ini telah dilestarikan pula oleh ummat Muslimin" (wa qad iqtabasa al-Muslimun aidhan buduruhum hadza al-naun min al ‘ibadah).
L E Philips, berdasarkan penelitian arkeologisnya menulis bahwa umat Kristiani paling awal sudah melaksanakan daily prayers (salat) pada waktu pagi, tengah hari, malam dan tengah malam.


Ketujuh Salat dalam gereja purba, yang penyusunannya didasarkan hitungan waktu Yahudi kuno itu, antara lain:
Selain dari itu, gereja mula-mula juga meneruskan adab ‘Tilawat Muzamir’ (yaitu bagian-bagian Kitab Zabur/Mazmur) dan shalat-shalat yang ditentukan pada jam-jam ini (wa qad akhadzat ba’dha al-Kana’is ‘an Yahudu tilawat Muzamir wa shalawat mu’ayyanat fii hadzihis sa’ah).


=== Salat Sa’at al-Awwal ===
==Kiblat Shalat==


Salat jam pertama, kira-kira pukul 06.00 pagi, sebanding dengan "''Salat subuh atau salat fajar (صلاة صبح/صلاة فجر)''" disebut juga Salat Subuh dalam gereja Suriah, atau Salat Bakir (Salat bangun tidur) dalam gereja Koptik. Dalam Gereja Barat (Katolik) disebut '''Prime''' (Latin: ''hora prime'' 'jam pertama'). Ibadat ini dalam Gereja Barat dibedakan dengan '''Matin''' (Latin: ''matutinum'' 'waktu fajar') yang dilaksanakan saat matahari terbit/subuh. (Matin di kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan '''Lauds''' (lihat Salat as-Satar di bawah).)
Alkitab mencatat kebiasaan nabi [[Daniel]] berkiblat "ke arah Yerusalem, tiga kali sehari ia berlutut dengan kakinya (ruku’) mengerjakan shalat" (Dan 6:11, dalam bahasa Arami: "negel Yerusyalem, we zimnin talatah be Yoma hu barek ‘al birkohi ume Tsela" ).


Disebutkan dalam [[1 Samuel]] 1:19 tentang salat di awal pagi ini.
Seluruh ummat Yahudi sampai sekarang berdoa dengan menghadap ke Baitul Maqdis (Ibrani: Beyt ham-Miqdash), di kota suci Yerusalem. [[Sinagoga]]-sinagoga Yahudi di luar Tanah Suci mempunyai arah kiblat (Ibrani: Mizrah) ke Yerusalem. Kebiasaan ini diikuti oleh ummat Kristen mula-mula, tetapi mulai berkembang beberapa saat setelah tentara Romawi menghancurkan Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 M.
{{quote|""Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN;..." 1 Samuel 1 (19)<ref>http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=1Sam&chapter=1&verse=19</ref><ref>http://alkitab.sabda.org/strong.php?id=07812</ref>}}


Keputusan Konsili Vatikan II menghapuskan ibadat Prime dan menyederhanakan tiga ibadat '''Terce''', '''Sexte''', dan '''None''' (lihat salat-salat ini di bawah) menjadi satu ibadat siang yang waktunya dapat dilaksanakan kapan saja di siang hari.
Kehancuran Bait Allah membuat arah kiblat shalat Kristen menjadi ke arah Timur, berdasarkan Yoh 4:21, Kej 2:8, Yeh 43:2 dan Yeh 44:1. Kiblat ibadah ke arah Timur ini masih dilestarikan di seluruh gereja Timur, baik gereja-gereja Orthodoks yang berhaluan Kalsedonia (Yunani), gereja-gereja Orthodoks non-[[Kalsedonia]] (Qibtiy/Coptic dan Syria), maupun minoritas gereja-gereja [[Nestoria]] yang masih bertahan di [[Irak]].


=== Salat Sa’at ats-Tsalitsah ===
==Makna Teologis Ketujuh Waktu Shalat==


'''Terce''' (Latin: ''hora tertia'' 'jam ketiga'), jatuh kira-kira sejajar dengan pukul 09.00 pagi, sebanding dengan "''Salat Duha(صلاة ضحى)''". Salat pada jam ketiga ini, karena memperingati Penyaliban Al-Masih ({{Alkitab|Markus 15:25}}), dan turunnya Roh Kudus atas para muridNya ({{Alkitab|Kisah Para Rasul 2:15}}).
L E Philips, berdasarkan penelitian arkeologisnya menulis bahwa ummat Kristiani paling awal sudah melaksanakan daily prayers (shalat) pada waktu pagi, tengah hari, malam dan tengah malam.


=== Salat Sa’at as-Sadisah ===
Ketujuh Shalat dalam gereja purba, yang penyusunannya didasarkan hitungan waktu Yahudi kuno itu, antara lain :


'''Sexte''' (Latin: ''hora sexta'' 'jam keenam'), yang bertepatan pada jam 12.00 siang. Rasul [[Petrus]] melaksanakannya ({{Alkitab|Kisah Para Rasul 10:9}}). Raja [[Daud]] juga mengenal salat tengah hari ([[bahasa Ibrani]]: "Tsohorayim" ). Waktu salat ini dapat sejajar dengan "''Salat Dzuhur(صلاة ظهر)''". Pada waktu inilah kegelapan melanda kawasan itu mulai jam 12, sewaktu "Ia {[[Yesus]]} telah disalibkan" ({{Alkitab|Markus 15:33}}).
=Shalat Sa’at al-Awwal=


=== Salat Sa’at at-Tasi’ah ===
Shalat jam pertama, kira-kira pukul 06.00 pagi, disebut juga Shalat Subuh dalam gereja Syria, atau Shalat Bakir (Shalat bangun tidur) dalam gereja Coptic. Dalam Gereja Barat (Katolik) disebut Laudes matutinae (pujian pagi).


'''None''' (Latin: ''hora nona'' 'jam kesembilan'), kira-kira pukul tiga petang menurut hitungan modern (pukul 15.00), atau sejajar dengan "''Salat ‘Ashar(صلاة عصر)''" rasul-rasul dengan tekun mengikuti Salat yang dikenal orang Yahudi sebagai "''Minhah''" ({{Alkitab|Kisah Para Rasul 3:1, 10:30}}). Dalam {{Alkitab|Lukas 23:44-46}} dikisahkan bahwa kegelapan meliputi seluruh daerah itu, dan tirai [[Bait Suci Kedua|Baitul Maqdis]] terbelah dua, lalu [[Yesus]] menyerahkan nyawa-Nya.
=Shalat Sa’at ats-Tsalitsah=


=== Salat Sa’at al-Ghurub ===
Latin: Hora Tertia, "Shalat jam ketiga", jatuh kira-kira sejajar dengan pukul 09.00 pagi, sebanding dengan Shalat Dhuha’ dalam Islam. Shalat pada jam ketiga ini, karena memperingati pengadilan Pilatus atas Al-Masih (Mrk 15:25), dan turunnya Ruh Kudus atas para muridNya (Kis 2:15).


Dalam Gereja Katolik dikenal dengan '''Vesper''' (ibadah sore/senja/Magrib). Waktunya bersamaan dengan terbenamnya matahari, sebanding dengan "''Salat maghrib(صلاة مغرب)''" kira-kira pukul 06.00 petang (18:00) menurut waktu Indonesia. Salat ini untuk mengingatkan kita pada diturunkannya tubuh [[Isa]] [[Al-Masih]] ([[Yesus]] [[Kristus]]) dari kayu salib, lalu dikafani dan dibaringkan serta diberi rempah-rempah (''ruttabat hadza ash-salatu tadkara li-nuzulu jasada as-sayid al-Masih min ‘ala ash-shalib wa takafiniyat wa wadha’ al-hanuthan ‘alaih'').
=Shalat Sa’at as-Sadisah=


=== Salat al-Naum ===
Latin: Hora Sixta, "Shalat jam keenam", yang bertepatan pada jam 12.00 siang. Rasul Petrus pun telah melaksanakannya (Kis 10:9), bahkan raja Daud juga sudah mengenal shalat tengah hari (Ibrani: "Tsohorayim" ). Waktu shalat ini dapat sejajar dengan Shalat Dhuhr dalam Islam. Pada waktu inilah "Ia telah disalibkan" (Mrk 15:33).


Shalat al-Naum ("saat berangkat tidur"), kira-kira sejajar dengan "''salat ‘Isya(صلاة عشاء)''". Gereja Katolik menyebut salat ini '''Complin''' (Latin: ''Completorium'' 'penutup'). Tradisi liturgis Kristiani menghubungkan salat malam ini "untuk mengingat berbaringnya Junjungan kita al-Masih dalam kubur" (''ruttabat tadzkara li-wadla’a as-sayid al-Masih fi al-qubr'').
=Shalat Sa’at at-Tasi’ah=


=== Salat as-Satar ===
Latin: Hora Nona, "Shalat jam kesembilan", kira-kira pukul tiga petang menurut hitungan modern (15.00), atau sejajar dengan Shalat ‘Asyar dalam Islam. Rasul-rasul dengan tekun mengikuti Shalat yang dikenal orang Yahudi sebagai Minhah (Kis 3:1, 10:30). Dalam Lukas 23:44-46 dikisahkan bahwa kegelapan meliputi seluruh daerah itu, dan tirai Baitul Maqdis terbelah dua, lalu Ia menyerahkan nyawaNya.


Salat tengah malam (penutup) ini, disebut dalam gereja-gereja kuno dengan berbagai nama: "''Salat Lail'' (Salat malam)", "''Salat Satar'' ("Pray of Veil", Salat Penutup)", atau "''Salat Sa’at Hajib Dhulmat'' (Salat berjaga waktu malam gelap)". Dalam bahasa Aram/Suryani dikenal dengan istilah "''Tselota Shahra''" ("Salat waktu berjaga"). [bandingkan {{Alkitab|Wahyu 16:15}}, {{Alkitab|Kisah Para Rasul 16:25}}].
=Shalat Sa’at al-Ghurub=


Ibadat tengah malam, yang semula dalam gereja Latin disebut '''Nocturna''', tidak memiliki jam yang tetap dan dapat dilaksanakan kapan saja di antara ''Complin'' dan ''Matin''. Ibadat ini berpadanan dengan "''Salat Tahajjud''" dalam Islam. Oleh sebab itu, banyak tempat yang kemudian melaksanakannya berdekatan dengan ''Matin''. Ibadat tengah malam ini akhirnya pun disebut '''Matin'''; kerancuan istilah ini sebenarnya tidak salah, sebab ''Matin'' (dari bahasa Latin: ''matutinum'') berarti "waktu fajar" dan ''Nocturna'' sudah tidak benar-benar dilaksanakan pada tengah malam lagi. Ibadat subuh yang sesungguhnya lalu mendapat nama baru: '''Lauds''' (berasal dari perkataan ''Laudate Dominum'' 'Pujilah Tuhan' yang terkandung dalam ayat mazmur-mazmur yang dinyanyikan pada akhir ibadat ini, dan langsung dilaksanakan menyusul ibadat "tengah malam" (yang kini lebih umum disebut ''Matin'').
Dalam Gereja Katolik dikenal dengan Verpers (ibadah sore/senja/Maghrib). Waktunya bersamaan dengan terbenamnya matahari, kira-kira pukul 06.00 petang menurut waktu kita. Shalat ini untuk mengingatkan kita pada diturunkannya tubuh Junjungan kita Al-Masih dari kayu salib, lalu dikafani dan dibaringkan serta diberi rempah-rempah (ruttabat hadza ash-shalatu tadkara li-nuzulu jasada as-sayid al-Masih min ‘ala ash-shalib wa takafiniyat wa wadha’ al-hanuthan ‘alaih ).


Setelah Konsili Vatikan II ibadat tengah malam (Matin) kini disebut "Ibadat Bacaan" (Latin ''officium lectionis'') dan waktu pelaksanaannya dapat digeser kapan saja sepanjang hari.
=Shalat al-Naum=


== Lihat pula ==
Shalat al-Naum (‘saat berangkat tidur’), kira-kira sejajar dengan shalat ‘Isya dalam Islam. Gereja Katolik menyebut shalat ini Vigil (Latin: Vigiliae, "tirakatan"). Tradisi liturgis Kristiani menghubungkan shalat malam ini "untuk mengingat berbaringnya Junjungan kita al-Masih dalam kubur" (ruttabat tadzkara li-wadla’a as-sayid al-Masih fi al-qubr ).
* [[Officium Divinum]]
* [[Doa Bapa Kami]]
* [[Liturgi]] [[Kristen]]
* [[Minggu Sengsara]]
* [[Penyaliban Yesus]]
* Bagian [[Alkitab]] yang berkaitan: [[Daniel 6]], [[Markus 15]], [[Kisah Para Rasul 2]], [[Kisah Para Rasul 16]], [[Wahyu 16]]


== Referensi ==
=Shalat as-Satar=
{{reflist|2}}


== Pranala luar ==
Shalat tengah malam (penutup) ini, disebut dalam gereja-gereja kuno dengan berbagai nama: Shalat Lail (Shalat malam), Shalat Satar ("Pray of Veil", Shalat Penutup), atau Shalat Sa’at Hajib Dhulmat (Shalat berjaga waktu malam gelap). Dalam bahasa Arami/Suryani dikenal dengan istilah Tselota Shahra (Shalat waktu berjaga). [bnd. Why 16:15, Kis 16:25].
# [http://jurnalis.wordpress.com/1998/10/03/gereja-dengan-haji-dan-salat/ Artikel tentang KOS dan Sholat Tujuh Waktu (bertahun 1998) dari seorang jurnalis yang kini bekerja di Koran Tempo]
# http://christianforpeace.blogspot.com/2010/12/umat-kristiani-salat-sembahyang-7-kali.html
# http://www.scribd.com/doc/25460802/Salat-Orthodox
# http://www.facebook.com/note.php?note_id=407572576908
# [http://www.youtube.com/watch?v=xJYvBJFb8CQ&feature=watch_response Ancient Jewish Prayer - תפילה יהודית]
# [http://www.youtube.com/watch?v=0aHWASyMjwg&feature=relmfu Jewish Prayer - الصلاة اليهودية - כריעות בשמונה עשר]
# [http://www.youtube.com/watch?v=TRLFeldPG3Y&feature=related Early Christians Prayer]
# [http://www.youtube.com/watch?v=jNxLF0ILFgw&feature=related Jews are praying ]


{{portal|Kristen}}
== Referensi dan Pranala Luar ==



# http://christianforpeace.blogspot.com/2010/12/umat-kristiani-sholat-sembahyang-7-kali.html
# http://www.scribd.com/doc/25460802/Sholat-Orthodox
# http://www.facebook.com/note.php?note_id=407572576908
[[Kategori:Kristen]]
[[Kategori:Kristen]]
[[Kategori:Salat]]
[[Kategori:Salat|tujuh waktu]]

Revisi terkini sejak 11 Oktober 2023 08.04

Salat Tujuh Waktu
Terkait denganSalat; Kristen, Ortodoks, Doa

Salat Tujuh Waktu (bahasa Arab: As-Sab’u ash-Shalawat) adalah salah satu ritual atau tata ibadat Kristen dalam Gereja Ritus Timur. Liturgi ini terus dilakukan di kekristenan Arab, sebagaimana juga terdapat dalam tradisi ritus latin dengan nama "Brevir". Hampir seluruh Gereja-gereja Timur masih melaksanakan ibadat ini. Dalam gereja-gereja Ortodoks jam-jam doa (bahasa Aram: ‘iddana tselota; bahasa Arab: sa’atush salat) ini masih dipertahankan tanpa putus sebagai doa-doa baik kaum imam (klerus) maupun untuk umat (awam).[1]

Pemakaian kata "Salat" dalam agama Kristen

[sunting | sunting sumber]

Kata "Salat" jarang disinggung-sentuh oleh orang Kristen di Indonesia, karena kata yang identik dengan "Sembahyang" itu lebih umum dipakai untuk ibadah dalam agama Islam. Padahal jauh sebelum kaum Muslim menggunakan kata ini, penganut Gereja Kristen Ortodoks, yang dicatat sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 M, telah menggunakan kata “Salat” saat menunaikan ibadah. Kata “Salat” dalam bahasa Indonesia merupakan kata ambilan dari bahasa Arab, yang berasal dari kata tselota dalam bahasa Aram (Suriah) yaitu bahasa yang digunakan oleh Yesus Kristus pada masa hidupnya di dunia. Bagi umat Kristen Ortodoks Arab yaitu umat Kristen Ortodoks yang berada di Mesir, Palestina, Yordania, Libanon dan daerah Timur Tengah lainnya menggunakan kata tselota tersebut dalam bentuk bahasa Arab Salat, sehingga doa “Bapa kami” oleh umat Kristen Ortodoks Arab disebut sebagai Sholattul Rabbaniyah.

Istilah Tselota, Salat dan Shalawat

[sunting | sunting sumber]

Kata Arab "salat" berasal dari bahasa Aram "tselota" . Contoh kata ini misalnya terdapat pada Kisah Para Rasul 2:42 dalam teks Pesyita, yaitu terjemahan kuno Alkitab dalam bahasa Aram/Suryani: "waminin hu bsyulfana dshliha wmishtautfin hwo batselota wbaqtsaya deukaristiya" (Mereka bertekun dalam pengajaran para Rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu menjalankan salat-salat dan merayakan Ekaristi atau "Khidmat al-Quddus").[2] Dalam Alkitab bahasa Arab, kedua ibadah itu disebut: "kasril khubzi wa shalawat" (memecah-mecahkan roti dan melaksanakan salat-salat). Dua corak ibadah ini merupakan pelaksanaan kedua corak ibadah Yahudi: "Mahzor dan Siddur". Mahzor ialah perayaan besar yang diselenggarakan 3 kali dalam setahun di kota suci Yerusalem. Kata yang diterjemahkan "perayaan", dalam bahasa Ibrani adalah: Hag (yang seakar dengan kata Arab: Hajj ). Ketujuh ibadah sakramental, khususnya "Qurbana de Qaddisa" (Ekaristi/Perjamuan Kudus) yang meneruskan ibadah Hag, maupun "Salat tujuh waktu" non-sakramental, dapat dilacak asal-usulnya dari Siddur Yahudi.[1]

Kata bahasa Aram Tselota merupakan nomen actionis, yang berarti "ruku’" atau "perbuatan membungkukkan badan". Dari bentuk kata Tselota inilah, bahasa Arab melestarikannya menjadi kata Salat.

Mar Ignatius Ya’qub III dari gereja Ortodoks menekankan bahwa orang Kristen hanya "melanjutkan adab yang dilakukan orang-orang Yahudi dan bangsa Timur lainnya ketika memuji Allah dalam praktik ibadah mereka" (taba’an lamma kana yaf’alahu al-Yahudi wa ghayrihim fii al-syariq fii atsna’ mumarasatihim al ‘ibadah). Dan perlu dicatat bahwa, "pola ibadah ini telah dilestarikan pula oleh umat Muslimin" (wa qad iqtabasa al-Muslimun aidhan buduruhum hadza al-naun min al ‘ibadah).

Selain dari itu, gereja mula-mula juga meneruskan adab ‘Tilawat Muzamir’ (yaitu bagian-bagian Kitab Zabur/Mazmur) dan salat-salat yang ditentukan pada jam-jam ini (wa qad akhadzat ba’dha al-Kana’is ‘an Yahudu tilawat Muzamir wa shalawat mu’ayyanat fii hadzihis sa’ah).

Kiblat Salat

[sunting | sunting sumber]

Alkitab mencatat kebiasaan nabi Daniel berkiblat "ke arah Yerusalem, tiga kali sehari ia berlutut dengan kakinya (ruku’) mengerjakan salat" (Daniel 6:11, dalam bahasa Aram: "negel Yerusyalem, we zimnin talatah be Yoma hu barek ‘al birkohi ume Tsela" ). Seluruh umat Yahudi sampai sekarang berdoa dengan menghadap ke Baitul Maqdis (bahasa Ibrani: Beyt ham-Miqdash), di kota suci Yerusalem. Sinagoge-sinagoge Yahudi di luar Tanah Suci mempunyai arah kiblat (bahasa Ibrani: Mizrah) ke Yerusalem. Kebiasaan ini diikuti oleh umat Kristen mula-mula, tetapi mulai berkembang beberapa saat setelah tentara Romawi menghancurkan Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 M.

Kehancuran Bait Allah membuat arah kiblat salat Kristen menjadi ke arah Timur, berdasarkan Yohanes 4:21, Kejadian 2:8, Yehezkiel 43:2 dan Yehezkiel 44:1. Kiblat ibadah ke arah Timur ini masih dilestarikan di seluruh gereja Timur, baik gereja-gereja Ortodoks yang berhaluan Kalsedonia (Yunani), gereja-gereja Orthodoks non-Kalsedonia (Qibtiy/Koptik dan Suriah), maupun minoritas gereja-gereja Nestoria yang masih bertahan di Irak.

Tata cara Salat

[sunting | sunting sumber]

Pada Gereja Ortodoks Syria, setiap salat terdiri dari tiga rakaat (satuan gerakan). Pada rakaat pertama hanya dilakukan qiyam (berdiri). Pada rakaat kedua dilakukan rukuk, dan sujud. Pada saat rukuk dan sujud ini dilakukan gerakan tanda salib. Dan, doa yang digunakan dalam bahasa Arab, Aram, Yunani, dan Ibrani. Lalu dibacakan pujian (qari’ah) yang dikutip dari kitab Mazmur. Pada rakaat ketiga dilakukan pembacaan kanun al imam, semacam pengakuan kepada Tuhan (syahadat) yang dikenal dalam Gereja Ortodoks.[3]

Makna Teologis Ketujuh Waktu Salat

[sunting | sunting sumber]

L E Philips, berdasarkan penelitian arkeologisnya menulis bahwa umat Kristiani paling awal sudah melaksanakan daily prayers (salat) pada waktu pagi, tengah hari, malam dan tengah malam.

Ketujuh Salat dalam gereja purba, yang penyusunannya didasarkan hitungan waktu Yahudi kuno itu, antara lain:

Salat Sa’at al-Awwal

[sunting | sunting sumber]

Salat jam pertama, kira-kira pukul 06.00 pagi, sebanding dengan "Salat subuh atau salat fajar (صلاة صبح/صلاة فجر)" disebut juga Salat Subuh dalam gereja Suriah, atau Salat Bakir (Salat bangun tidur) dalam gereja Koptik. Dalam Gereja Barat (Katolik) disebut Prime (Latin: hora prime 'jam pertama'). Ibadat ini dalam Gereja Barat dibedakan dengan Matin (Latin: matutinum 'waktu fajar') yang dilaksanakan saat matahari terbit/subuh. (Matin di kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan Lauds (lihat Salat as-Satar di bawah).)

Disebutkan dalam 1 Samuel 1:19 tentang salat di awal pagi ini.

""Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN;..." 1 Samuel 1 (19)[4][5]

Keputusan Konsili Vatikan II menghapuskan ibadat Prime dan menyederhanakan tiga ibadat Terce, Sexte, dan None (lihat salat-salat ini di bawah) menjadi satu ibadat siang yang waktunya dapat dilaksanakan kapan saja di siang hari.

Salat Sa’at ats-Tsalitsah

[sunting | sunting sumber]

Terce (Latin: hora tertia 'jam ketiga'), jatuh kira-kira sejajar dengan pukul 09.00 pagi, sebanding dengan "Salat Duha(صلاة ضحى)". Salat pada jam ketiga ini, karena memperingati Penyaliban Al-Masih (Markus 15:25), dan turunnya Roh Kudus atas para muridNya (Kisah Para Rasul 2:15).

Salat Sa’at as-Sadisah

[sunting | sunting sumber]

Sexte (Latin: hora sexta 'jam keenam'), yang bertepatan pada jam 12.00 siang. Rasul Petrus melaksanakannya (Kisah Para Rasul 10:9). Raja Daud juga mengenal salat tengah hari (bahasa Ibrani: "Tsohorayim" ). Waktu salat ini dapat sejajar dengan "Salat Dzuhur(صلاة ظهر)". Pada waktu inilah kegelapan melanda kawasan itu mulai jam 12, sewaktu "Ia {Yesus} telah disalibkan" (Markus 15:33).

Salat Sa’at at-Tasi’ah

[sunting | sunting sumber]

None (Latin: hora nona 'jam kesembilan'), kira-kira pukul tiga petang menurut hitungan modern (pukul 15.00), atau sejajar dengan "Salat ‘Ashar(صلاة عصر)" rasul-rasul dengan tekun mengikuti Salat yang dikenal orang Yahudi sebagai "Minhah" (Kisah Para Rasul 3:1, 10:30). Dalam Lukas 23:44–46 dikisahkan bahwa kegelapan meliputi seluruh daerah itu, dan tirai Baitul Maqdis terbelah dua, lalu Yesus menyerahkan nyawa-Nya.

Salat Sa’at al-Ghurub

[sunting | sunting sumber]

Dalam Gereja Katolik dikenal dengan Vesper (ibadah sore/senja/Magrib). Waktunya bersamaan dengan terbenamnya matahari, sebanding dengan "Salat maghrib(صلاة مغرب)" kira-kira pukul 06.00 petang (18:00) menurut waktu Indonesia. Salat ini untuk mengingatkan kita pada diturunkannya tubuh Isa Al-Masih (Yesus Kristus) dari kayu salib, lalu dikafani dan dibaringkan serta diberi rempah-rempah (ruttabat hadza ash-salatu tadkara li-nuzulu jasada as-sayid al-Masih min ‘ala ash-shalib wa takafiniyat wa wadha’ al-hanuthan ‘alaih).

Salat al-Naum

[sunting | sunting sumber]

Shalat al-Naum ("saat berangkat tidur"), kira-kira sejajar dengan "salat ‘Isya(صلاة عشاء)". Gereja Katolik menyebut salat ini Complin (Latin: Completorium 'penutup'). Tradisi liturgis Kristiani menghubungkan salat malam ini "untuk mengingat berbaringnya Junjungan kita al-Masih dalam kubur" (ruttabat tadzkara li-wadla’a as-sayid al-Masih fi al-qubr).

Salat as-Satar

[sunting | sunting sumber]

Salat tengah malam (penutup) ini, disebut dalam gereja-gereja kuno dengan berbagai nama: "Salat Lail (Salat malam)", "Salat Satar ("Pray of Veil", Salat Penutup)", atau "Salat Sa’at Hajib Dhulmat (Salat berjaga waktu malam gelap)". Dalam bahasa Aram/Suryani dikenal dengan istilah "Tselota Shahra" ("Salat waktu berjaga"). [bandingkan Wahyu 16:15, Kisah Para Rasul 16:25].

Ibadat tengah malam, yang semula dalam gereja Latin disebut Nocturna, tidak memiliki jam yang tetap dan dapat dilaksanakan kapan saja di antara Complin dan Matin. Ibadat ini berpadanan dengan "Salat Tahajjud" dalam Islam. Oleh sebab itu, banyak tempat yang kemudian melaksanakannya berdekatan dengan Matin. Ibadat tengah malam ini akhirnya pun disebut Matin; kerancuan istilah ini sebenarnya tidak salah, sebab Matin (dari bahasa Latin: matutinum) berarti "waktu fajar" dan Nocturna sudah tidak benar-benar dilaksanakan pada tengah malam lagi. Ibadat subuh yang sesungguhnya lalu mendapat nama baru: Lauds (berasal dari perkataan Laudate Dominum 'Pujilah Tuhan' yang terkandung dalam ayat mazmur-mazmur yang dinyanyikan pada akhir ibadat ini, dan langsung dilaksanakan menyusul ibadat "tengah malam" (yang kini lebih umum disebut Matin).

Setelah Konsili Vatikan II ibadat tengah malam (Matin) kini disebut "Ibadat Bacaan" (Latin officium lectionis) dan waktu pelaksanaannya dapat digeser kapan saja sepanjang hari.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Bambang Noorsena. "Shalat Tujuh Waktu" (Dalam Kristen Orthodoks Syria). Penerbit: Studia Syriaca Orhodoxia.
  2. ^ Lihat Kisah Para Rasul 2
  3. ^ Paragraf ke-13, http://jurnalis.wordpress.com/1998/10/03/gereja-dengan-haji-dan-salat/
  4. ^ http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=1Sam&chapter=1&verse=19
  5. ^ http://alkitab.sabda.org/strong.php?id=07812

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  1. Artikel tentang KOS dan Sholat Tujuh Waktu (bertahun 1998) dari seorang jurnalis yang kini bekerja di Koran Tempo
  2. http://christianforpeace.blogspot.com/2010/12/umat-kristiani-salat-sembahyang-7-kali.html
  3. http://www.scribd.com/doc/25460802/Salat-Orthodox
  4. http://www.facebook.com/note.php?note_id=407572576908
  5. Ancient Jewish Prayer - תפילה יהודית
  6. Jewish Prayer - الصلاة اليهودية - כריעות בשמונה עשר
  7. Early Christians Prayer
  8. Jews are praying