Lompat ke isi

Teologi kodrati: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
PT51Philip (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k pembersihan kosmetika dasar, added orphan tag
 
(16 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Orphan|date=Februari 2023}}
{{inuse|15 Mei 2011}}
[[Berkas:Thomas von Aquin 17th century sculpture.jpeg|150 px|thumb|Patung Thomas Aquinas pada abad ke 17]]


[[Berkas:Thomas von Aquin 17th century sculpture.jpeg|150 px|jmpl|Patung Thomas Aquinas pada abad ke 17]]
Teologi Kodrati adalah teologi yang mengakui bahwa manusia sanggup mengenal Allah dengan akal budinya.<ref name="Simon"> {{id}} Simon Petrus L Tjahjadi, ''Petualangan Intelektual''. Yogyakarta: Kanisius. 2004. 139, 142, 140, 141.</ref> Teologi yang dapat memaknai setiap pengalaman untuk mewartakan kebesaran Allah.<ref name="Simon"></ref> Teologi ini disebut juga ''teologi naturalis''.<ref name="Simon"></ref> Teologi yang menekankan, bagaimana seseorang manusia melihat dan memahami dunia dalam tujuan dan makna kehidupan serta keteraturan universal menuju Allah sebagai tujuan terakhir.<ref name="Simon"></ref> Thomas Aquinas menjabarkan teologi Kodrati secara tradisional yang berbeda dari ajaran [[Anselmus]] dalam bukti-bukti adanya Allah dan sifat-sifat Allah.<ref name="Simon"></ref>

'''Teologi Kodrati''' adalah teologi yang mengakui bahwa manusia sanggup mengenal Allah dengan akal budinya.<ref name="Simon">{{id}} Simon Petrus L Tjahjadi, ''Petualangan Intelektual''. Yogyakarta: Kanisius. 2004. 139, 142, 140, 141, 143.</ref> Teologi yang dapat memaknai setiap pengalaman untuk mewartakan kebesaran Allah.<ref name="Simon"/> Pemikiran yang didasarkan atas ide-ide Aristoteles.<ref name="Neil">{{id}} Neil Turnbull, ''Bengkel Ilmu: Filsafat''. Indonesia: PT Erlangga. 2005. 90-91, 93.</ref> Teologi ini disebut juga ''teologi naturalis''.<ref name="Simon"/> Gagasan yang memahami bahwa segala sesuat termasuk pikiran atau jiwa adalah bagian dari alam.<ref name="Neil"/> Teologi yang menekankan, bagaimana pikiran atau jiwa seseorang manusia melihat dan memahami dunia dalam tujuan dan makna kehidupan serta keteraturan universal menuju Allah sebagai tujuan terakhir.<ref name="Simon"/> [[M. Sastrapratedja]] menyimpulkan teologi kodrati adalah dasar dari filsafat moral.<ref name="Sastrapratedja">{{id}} M. Sastrapratedja, ''Etika & hukum, relevansi teori hukum kodrat Thomas Aquinas''. Yogyakarta: Kanisius. 2002. 106-107.</ref> [[Thomas Aquinas]] menjabarkan teologi Kodrati secara tradisional yang berbeda dari ajaran [[Anselmus]] dari bukti-bukti adanya Allah dan sifat-sifat Allah.<ref name="Simon"/>


== Bukti-Bukti Keberadaan Allah ==
== Bukti-Bukti Keberadaan Allah ==
[[Berkas:Creation of the Sun and Moon face detail.jpg|150px|thumb|''Penciptaan Matahari dan Bulan'' oleh [[Michelangelo]], contoh penggambaran Allah dalam seni Barat]]
[[Berkas:Creation of the Sun and Moon face detail.jpg|150px|jmpl|''Penciptaan Matahari dan Bulan'' oleh [[Michelangelo]], contoh penggambaran Allah dalam seni Barat]]


Pengetahuan manusia tidak terlepas dari alam indrawi.<ref name="Simon"></ref> Menurut Thomas Aquinas, pengetahuan manusia dapat mengetahui eksistensi Tuhan melalui alam indrawi.<ref name="Simon"></ref> Pemikiran Thomas Aquinas atas eksistensi Allah ditemukan dalam ''lima jalan'' atau ''Quinquw viae'' dengan prinsip kausalitas.<ref name="Simon"></ref> Allah dipandang sebagai prinsip pertama yang menjadi sebab (causa) tertinggi dari setiap gejala alamiah di bumi.<ref name="Simon"></ref> Adapun lima jalan kausalitas tersebut yakni jalan gerak atau ''motus'' ; jalan sebab-akibat atau ''ex ratione causae efficiens'' ; jalan kemungkinan dan keniscayaan atau ''ex possibili et necessario'' ; jalan derajat kausalitas atau ''ex gradibus qui in rebus inveniuntur'' dan jalan finalitas (kenyataan dunia terselenggara dengan baik) atau ''ex gubernatione rerum''.<ref name="Simon"></ref>
Pengetahuan manusia tidak terlepas dari alam indrawi.<ref name="Simon"/> Menurut Thomas Aquinas, pengetahuan manusia dapat mengetahui eksistensi Tuhan melalui alam indrawi.<ref name="Simon"/> Pemikiran Thomas Aquinas atas eksistensi Allah ditemukan dalam ''lima jalan'' atau ''[[Quinque viae]]'' dengan prinsip kausalitas.<ref name="Simon"/> Allah dipandang sebagai prinsip pertama yang menjadi sebab (causa) tertinggi dari setiap gejala alamiah di bumi.<ref name="Simon"/> Adapun lima jalan kausalitas tersebut yakni jalan gerak atau ''motus'' ; jalan sebab-akibat atau ''ex ratione causae efficiens'' ; jalan kemungkinan dan keniscayaan atau ''ex possibili et necessario'' ; jalan derajat kausalitas atau ''ex gradibus qui in rebus inveniuntur'' dan jalan finalitas (kenyataan dunia terselenggara dengan baik) atau ''ex gubernatione rerum''.<ref name="Moris">{{en}} Moris Engel and Engelica Soldan, ''The Study of Philosophy''. USA: Rowman & Litlefield Publisher. 2008</ref>


Pertama, fakta adanya gerak di dunia jasmani.<ref name="Simon"></ref> Perubahan terjadi disebabkan oleh gerak dan sesuatu yang menggerakkan pasti digerakkan oleh sesuatu yang lain.<ref name="Simon"></ref> Gerakan tersebut tidak dapat berjalan tanpa batas sampai tidak terhingga.<ref name="Simon"></ref> Fakta tersebut menyimpulkan adanya gerak pertama yang tidak digerakkan oleh pengerakkan yang lain.<ref name="Simon"></ref> Thomas Aquinas menyebut pengerak pertama adalah Allah.<ref name="Simon"></ref>
Pertama, fakta adanya gerak di dunia jasmani.<ref name="Simon"/> Seperti perubahan fisik terjadi disebabkan oleh gerak dan sesuatu yang menggerakkan pasti digerakkan oleh sesuatu yang lain.<ref name="Simon"/> Gerakan tersebut tidak dapat berjalan tanpa batas sampai tidak terhingga.<ref name="Simon"/> Fakta tersebut menyimpulkan adanya gerak pertama yang tidak digerakkan oleh pengerakkan yang lain.<ref name="Simon"/> Thomas Aquinas menyebut pengerak pertama adalah Allah.<ref name="Simon"/>


Kedua, fakta adanya sebab-akibat.<ref name="Simon"></ref> Akibat disebabkan oleh sesuatu, di mana tidak semua merupakan penyebab yang menghasilkan dirinya sendiri dan penyebab pertama tidak mungkin terbatas (''infinitum'').<ref name="Simon"></ref> Thomas Aquinas menyebut pengerak pertama yang tidak disebab sesuatu yang lain adalah Allah.<ref name="Simon"></ref>
Kedua, fakta adanya sebab-akibat.<ref name="Simon"/> Akibat disebabkan oleh sesuatu, di mana tidak semua merupakan penyebab yang menghasilkan dirinya sendiri dan penyebab pertama tidak mungkin terbatas (''infinitum'').<ref name="Simon"/> Thomas Aquinas menyebut pengerak pertama yang tidak disebab sesuatu yang lain adalah Allah.<ref name="Simon"/>


Ketiga, adanya kemungkinan dan keniscayaan di dunia jasmani.<ref name="Simon"></ref> Di dalam dunia, ada yang bisa berubah dan bisa musnah.<ref name="Simon"></ref> Maka, perubahan dapat terjadi bila diadakan oleh sesuatu yang telah ada sebelum yang telah ada.<ref name="Simon"></ref> Thomas Aquinas menyebut sesuatu yang ada sebelum yang lain ada adalah yang niscaya dan mutlak yaitu Allah.<ref name="Simon"></ref>
Ketiga, adanya kemungkinan dan keniscayaan di dunia jasmani.<ref name="Simon"/> Di dalam dunia, ada yang bisa berubah dan bisa musnah.<ref name="Simon"/> Maka, perubahan dapat terjadi bila diadakan oleh sesuatu yang telah ada sebelum yang telah ada.<ref name="Simon"/> Thomas Aquinas menyebut sesuatu yang ada sebelum yang lain ada adalah yang niscaya dan mutlak yaitu Allah.<ref name="Simon"/>


Keempat, pembuktian tingkat kausalitas.<ref name="Simon"></ref> Di dunia jasmani ada ukuran, ada kurang ada lebih seperti kurang adil atau lebih adil, dll.<ref name="Simon"></ref> Thomas Aquinas menyebut ukuran yang superlatif dan sempurna adalah Allah.<ref name="Simon"></ref>
Keempat, pembuktian tingkat kausalitas.<ref name="Simon"/> Di dunia jasmani ada ukuran, ada kurang ada lebih seperti kurang adil atau lebih adil, dll.<ref name="Simon"/> Thomas Aquinas menyebut ukuran yang superlatif dan sempurna adalah Allah.<ref name="Simon"/>


Kelima, kenyataan dunia terselenggara dengan baik.<ref name="Simon"></ref> Segala ciptaan dapat mencapai tujuan yang yang terbaik, baik yang tidak berakal budi maupun berakal budi.<ref name="Simon"></ref> Thomas Aquinas menyebut penyelenggara tertinggi di dunia jasmani adalah Allah.<ref name="Simon"></ref>
Kelima, kenyataan dunia terselenggara dengan baik.<ref name="Simon"/> Segala ciptaan dapat mencapai tujuan yang yang terbaik, baik yang tidak berakal budi maupun berakal budi.<ref name="Simon"/> Thomas Aquinas menyebut penyelenggara tertinggi di dunia jasmani adalah Allah.<ref name="Simon"/>


== Sifat-sifat Allah ==
== Sifat-sifat Allah ==
[[Berkas:Francisco de Zurbarán 001.jpg|170 px|jmpl|Thomas Aquinas menjelaskan keberadaan Allah]]

Sifat-sifat Allah dapat ditemukan dalam ajaran Thomas Aquinas tentang jalan triganda atau ''Triplex via''.<ref name="Simon"/> Jalan triganda didasarkan pada analogia entis.<ref name="Simon"/> Ajaran yang tentang perbedaan dan persamaan Allah sang infinitum dan semua ciptaanNya termasuk manusia.<ref name="Simon"/> Dalam hal ini, Thomas Aquinas menekankan corak atau wujud / entis Allah dan ciptanNya.<ref name="Simon"/> Adapun sifat-sifat Allah dapat dilihat melalui akal budi manusia yakni jalan positif ''via positiva'' atau jalan afirmatif; jalan negatif ''via negativa'' dan jalan keunggulan ''via eminentiae''.<ref name="Simon"/>

Pertama, jalan positif melihat Allah dan ciptaanNya memiliki sifat baik atau positif. Contoh, manusia baik, maka Allah juga baik, dll.<ref name="Simon"/>

Kedua, jalan negatif melihat perbedaan Allah dan ciptaanNya.<ref name="Simon"/> Thomas Aquinas memahami bahwa segala yang terdapat pada ciptaan tidak berada pada entis Allah.<ref name="Simon"/> Contoh, Allah baik, tetapi baiknya Allah tidak sama dengan baiknya ciptaanNya.<ref name="Simon"/>

Ketiga, jalan keunggulan melihat Allah dan ciptaanNya memiliki perbedaan keunggulan.<ref name="Simon"/> Jalan ini melihat adanya jarak tidak terhingga antara Allah dan ciptanNya bahkan melebihi keadaan ciptaan.<ref name="Simon"/> Analogi entis yang mengacu pada eksistensi Allah dan tercermin dalam diri ciptaan. Contoh, manusia itu baik, tetapi Allah adalah maha baik.<ref name="Simon"/>


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}


==Lihat pula==
== Lihat pula ==
* [[Thomas Aquinas]]
* [[Thomas Aquinas]]
* [[Filsafat]]
* [[Filsafat]]
Baris 30: Baris 40:


[[Kategori:Thomas Aquinas]]
[[Kategori:Thomas Aquinas]]
[[Kategori:Teologi]]
[[Kategori:Teologi Kristen]]
[[Kategori:Filsafat]]
[[Kategori:Tuhan]]
[[Kategori:Tuhan]]



Revisi terkini sejak 16 Februari 2023 04.53


Patung Thomas Aquinas pada abad ke 17

Teologi Kodrati adalah teologi yang mengakui bahwa manusia sanggup mengenal Allah dengan akal budinya.[1] Teologi yang dapat memaknai setiap pengalaman untuk mewartakan kebesaran Allah.[1] Pemikiran yang didasarkan atas ide-ide Aristoteles.[2] Teologi ini disebut juga teologi naturalis.[1] Gagasan yang memahami bahwa segala sesuat termasuk pikiran atau jiwa adalah bagian dari alam.[2] Teologi yang menekankan, bagaimana pikiran atau jiwa seseorang manusia melihat dan memahami dunia dalam tujuan dan makna kehidupan serta keteraturan universal menuju Allah sebagai tujuan terakhir.[1] M. Sastrapratedja menyimpulkan teologi kodrati adalah dasar dari filsafat moral.[3] Thomas Aquinas menjabarkan teologi Kodrati secara tradisional yang berbeda dari ajaran Anselmus dari bukti-bukti adanya Allah dan sifat-sifat Allah.[1]

Bukti-Bukti Keberadaan Allah

[sunting | sunting sumber]
Penciptaan Matahari dan Bulan oleh Michelangelo, contoh penggambaran Allah dalam seni Barat

Pengetahuan manusia tidak terlepas dari alam indrawi.[1] Menurut Thomas Aquinas, pengetahuan manusia dapat mengetahui eksistensi Tuhan melalui alam indrawi.[1] Pemikiran Thomas Aquinas atas eksistensi Allah ditemukan dalam lima jalan atau Quinque viae dengan prinsip kausalitas.[1] Allah dipandang sebagai prinsip pertama yang menjadi sebab (causa) tertinggi dari setiap gejala alamiah di bumi.[1] Adapun lima jalan kausalitas tersebut yakni jalan gerak atau motus ; jalan sebab-akibat atau ex ratione causae efficiens ; jalan kemungkinan dan keniscayaan atau ex possibili et necessario ; jalan derajat kausalitas atau ex gradibus qui in rebus inveniuntur dan jalan finalitas (kenyataan dunia terselenggara dengan baik) atau ex gubernatione rerum.[4]

Pertama, fakta adanya gerak di dunia jasmani.[1] Seperti perubahan fisik terjadi disebabkan oleh gerak dan sesuatu yang menggerakkan pasti digerakkan oleh sesuatu yang lain.[1] Gerakan tersebut tidak dapat berjalan tanpa batas sampai tidak terhingga.[1] Fakta tersebut menyimpulkan adanya gerak pertama yang tidak digerakkan oleh pengerakkan yang lain.[1] Thomas Aquinas menyebut pengerak pertama adalah Allah.[1]

Kedua, fakta adanya sebab-akibat.[1] Akibat disebabkan oleh sesuatu, di mana tidak semua merupakan penyebab yang menghasilkan dirinya sendiri dan penyebab pertama tidak mungkin terbatas (infinitum).[1] Thomas Aquinas menyebut pengerak pertama yang tidak disebab sesuatu yang lain adalah Allah.[1]

Ketiga, adanya kemungkinan dan keniscayaan di dunia jasmani.[1] Di dalam dunia, ada yang bisa berubah dan bisa musnah.[1] Maka, perubahan dapat terjadi bila diadakan oleh sesuatu yang telah ada sebelum yang telah ada.[1] Thomas Aquinas menyebut sesuatu yang ada sebelum yang lain ada adalah yang niscaya dan mutlak yaitu Allah.[1]

Keempat, pembuktian tingkat kausalitas.[1] Di dunia jasmani ada ukuran, ada kurang ada lebih seperti kurang adil atau lebih adil, dll.[1] Thomas Aquinas menyebut ukuran yang superlatif dan sempurna adalah Allah.[1]

Kelima, kenyataan dunia terselenggara dengan baik.[1] Segala ciptaan dapat mencapai tujuan yang yang terbaik, baik yang tidak berakal budi maupun berakal budi.[1] Thomas Aquinas menyebut penyelenggara tertinggi di dunia jasmani adalah Allah.[1]

Sifat-sifat Allah

[sunting | sunting sumber]
Thomas Aquinas menjelaskan keberadaan Allah

Sifat-sifat Allah dapat ditemukan dalam ajaran Thomas Aquinas tentang jalan triganda atau Triplex via.[1] Jalan triganda didasarkan pada analogia entis.[1] Ajaran yang tentang perbedaan dan persamaan Allah sang infinitum dan semua ciptaanNya termasuk manusia.[1] Dalam hal ini, Thomas Aquinas menekankan corak atau wujud / entis Allah dan ciptanNya.[1] Adapun sifat-sifat Allah dapat dilihat melalui akal budi manusia yakni jalan positif via positiva atau jalan afirmatif; jalan negatif via negativa dan jalan keunggulan via eminentiae.[1]

Pertama, jalan positif melihat Allah dan ciptaanNya memiliki sifat baik atau positif. Contoh, manusia baik, maka Allah juga baik, dll.[1]

Kedua, jalan negatif melihat perbedaan Allah dan ciptaanNya.[1] Thomas Aquinas memahami bahwa segala yang terdapat pada ciptaan tidak berada pada entis Allah.[1] Contoh, Allah baik, tetapi baiknya Allah tidak sama dengan baiknya ciptaanNya.[1]

Ketiga, jalan keunggulan melihat Allah dan ciptaanNya memiliki perbedaan keunggulan.[1] Jalan ini melihat adanya jarak tidak terhingga antara Allah dan ciptanNya bahkan melebihi keadaan ciptaan.[1] Analogi entis yang mengacu pada eksistensi Allah dan tercermin dalam diri ciptaan. Contoh, manusia itu baik, tetapi Allah adalah maha baik.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am (Indonesia) Simon Petrus L Tjahjadi, Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. 2004. 139, 142, 140, 141, 143.
  2. ^ a b (Indonesia) Neil Turnbull, Bengkel Ilmu: Filsafat. Indonesia: PT Erlangga. 2005. 90-91, 93.
  3. ^ (Indonesia) M. Sastrapratedja, Etika & hukum, relevansi teori hukum kodrat Thomas Aquinas. Yogyakarta: Kanisius. 2002. 106-107.
  4. ^ (Inggris) Moris Engel and Engelica Soldan, The Study of Philosophy. USA: Rowman & Litlefield Publisher. 2008

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]