Teologi kodrati: Perbedaan antara revisi
PT51Philip (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
k pembersihan kosmetika dasar, added orphan tag |
||
(16 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Orphan|date=Februari 2023}} |
|||
{{inuse|15 Mei 2011}} |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | Teologi Kodrati adalah teologi yang mengakui bahwa manusia sanggup mengenal Allah dengan akal budinya.<ref name="Simon"> |
||
⚫ | '''Teologi Kodrati''' adalah teologi yang mengakui bahwa manusia sanggup mengenal Allah dengan akal budinya.<ref name="Simon">{{id}} Simon Petrus L Tjahjadi, ''Petualangan Intelektual''. Yogyakarta: Kanisius. 2004. 139, 142, 140, 141, 143.</ref> Teologi yang dapat memaknai setiap pengalaman untuk mewartakan kebesaran Allah.<ref name="Simon"/> Pemikiran yang didasarkan atas ide-ide Aristoteles.<ref name="Neil">{{id}} Neil Turnbull, ''Bengkel Ilmu: Filsafat''. Indonesia: PT Erlangga. 2005. 90-91, 93.</ref> Teologi ini disebut juga ''teologi naturalis''.<ref name="Simon"/> Gagasan yang memahami bahwa segala sesuat termasuk pikiran atau jiwa adalah bagian dari alam.<ref name="Neil"/> Teologi yang menekankan, bagaimana pikiran atau jiwa seseorang manusia melihat dan memahami dunia dalam tujuan dan makna kehidupan serta keteraturan universal menuju Allah sebagai tujuan terakhir.<ref name="Simon"/> [[M. Sastrapratedja]] menyimpulkan teologi kodrati adalah dasar dari filsafat moral.<ref name="Sastrapratedja">{{id}} M. Sastrapratedja, ''Etika & hukum, relevansi teori hukum kodrat Thomas Aquinas''. Yogyakarta: Kanisius. 2002. 106-107.</ref> [[Thomas Aquinas]] menjabarkan teologi Kodrati secara tradisional yang berbeda dari ajaran [[Anselmus]] dari bukti-bukti adanya Allah dan sifat-sifat Allah.<ref name="Simon"/> |
||
== Bukti-Bukti Keberadaan Allah == |
== Bukti-Bukti Keberadaan Allah == |
||
[[Berkas:Creation of the Sun and Moon face detail.jpg|150px| |
[[Berkas:Creation of the Sun and Moon face detail.jpg|150px|jmpl|''Penciptaan Matahari dan Bulan'' oleh [[Michelangelo]], contoh penggambaran Allah dalam seni Barat]] |
||
Pengetahuan manusia tidak terlepas dari alam indrawi.<ref name="Simon" |
Pengetahuan manusia tidak terlepas dari alam indrawi.<ref name="Simon"/> Menurut Thomas Aquinas, pengetahuan manusia dapat mengetahui eksistensi Tuhan melalui alam indrawi.<ref name="Simon"/> Pemikiran Thomas Aquinas atas eksistensi Allah ditemukan dalam ''lima jalan'' atau ''[[Quinque viae]]'' dengan prinsip kausalitas.<ref name="Simon"/> Allah dipandang sebagai prinsip pertama yang menjadi sebab (causa) tertinggi dari setiap gejala alamiah di bumi.<ref name="Simon"/> Adapun lima jalan kausalitas tersebut yakni jalan gerak atau ''motus'' ; jalan sebab-akibat atau ''ex ratione causae efficiens'' ; jalan kemungkinan dan keniscayaan atau ''ex possibili et necessario'' ; jalan derajat kausalitas atau ''ex gradibus qui in rebus inveniuntur'' dan jalan finalitas (kenyataan dunia terselenggara dengan baik) atau ''ex gubernatione rerum''.<ref name="Moris">{{en}} Moris Engel and Engelica Soldan, ''The Study of Philosophy''. USA: Rowman & Litlefield Publisher. 2008</ref> |
||
Pertama, fakta adanya gerak di dunia jasmani.<ref name="Simon" |
Pertama, fakta adanya gerak di dunia jasmani.<ref name="Simon"/> Seperti perubahan fisik terjadi disebabkan oleh gerak dan sesuatu yang menggerakkan pasti digerakkan oleh sesuatu yang lain.<ref name="Simon"/> Gerakan tersebut tidak dapat berjalan tanpa batas sampai tidak terhingga.<ref name="Simon"/> Fakta tersebut menyimpulkan adanya gerak pertama yang tidak digerakkan oleh pengerakkan yang lain.<ref name="Simon"/> Thomas Aquinas menyebut pengerak pertama adalah Allah.<ref name="Simon"/> |
||
Kedua, fakta adanya sebab-akibat.<ref name="Simon" |
Kedua, fakta adanya sebab-akibat.<ref name="Simon"/> Akibat disebabkan oleh sesuatu, di mana tidak semua merupakan penyebab yang menghasilkan dirinya sendiri dan penyebab pertama tidak mungkin terbatas (''infinitum'').<ref name="Simon"/> Thomas Aquinas menyebut pengerak pertama yang tidak disebab sesuatu yang lain adalah Allah.<ref name="Simon"/> |
||
Ketiga, adanya kemungkinan dan keniscayaan di dunia jasmani.<ref name="Simon" |
Ketiga, adanya kemungkinan dan keniscayaan di dunia jasmani.<ref name="Simon"/> Di dalam dunia, ada yang bisa berubah dan bisa musnah.<ref name="Simon"/> Maka, perubahan dapat terjadi bila diadakan oleh sesuatu yang telah ada sebelum yang telah ada.<ref name="Simon"/> Thomas Aquinas menyebut sesuatu yang ada sebelum yang lain ada adalah yang niscaya dan mutlak yaitu Allah.<ref name="Simon"/> |
||
Keempat, pembuktian tingkat kausalitas.<ref name="Simon" |
Keempat, pembuktian tingkat kausalitas.<ref name="Simon"/> Di dunia jasmani ada ukuran, ada kurang ada lebih seperti kurang adil atau lebih adil, dll.<ref name="Simon"/> Thomas Aquinas menyebut ukuran yang superlatif dan sempurna adalah Allah.<ref name="Simon"/> |
||
Kelima, kenyataan dunia terselenggara dengan baik.<ref name="Simon" |
Kelima, kenyataan dunia terselenggara dengan baik.<ref name="Simon"/> Segala ciptaan dapat mencapai tujuan yang yang terbaik, baik yang tidak berakal budi maupun berakal budi.<ref name="Simon"/> Thomas Aquinas menyebut penyelenggara tertinggi di dunia jasmani adalah Allah.<ref name="Simon"/> |
||
== Sifat-sifat Allah == |
== Sifat-sifat Allah == |
||
[[Berkas:Francisco de Zurbarán 001.jpg|170 px|jmpl|Thomas Aquinas menjelaskan keberadaan Allah]] |
|||
Sifat-sifat Allah dapat ditemukan dalam ajaran Thomas Aquinas tentang jalan triganda atau ''Triplex via''.<ref name="Simon"/> Jalan triganda didasarkan pada analogia entis.<ref name="Simon"/> Ajaran yang tentang perbedaan dan persamaan Allah sang infinitum dan semua ciptaanNya termasuk manusia.<ref name="Simon"/> Dalam hal ini, Thomas Aquinas menekankan corak atau wujud / entis Allah dan ciptanNya.<ref name="Simon"/> Adapun sifat-sifat Allah dapat dilihat melalui akal budi manusia yakni jalan positif ''via positiva'' atau jalan afirmatif; jalan negatif ''via negativa'' dan jalan keunggulan ''via eminentiae''.<ref name="Simon"/> |
|||
Pertama, jalan positif melihat Allah dan ciptaanNya memiliki sifat baik atau positif. Contoh, manusia baik, maka Allah juga baik, dll.<ref name="Simon"/> |
|||
Kedua, jalan negatif melihat perbedaan Allah dan ciptaanNya.<ref name="Simon"/> Thomas Aquinas memahami bahwa segala yang terdapat pada ciptaan tidak berada pada entis Allah.<ref name="Simon"/> Contoh, Allah baik, tetapi baiknya Allah tidak sama dengan baiknya ciptaanNya.<ref name="Simon"/> |
|||
Ketiga, jalan keunggulan melihat Allah dan ciptaanNya memiliki perbedaan keunggulan.<ref name="Simon"/> Jalan ini melihat adanya jarak tidak terhingga antara Allah dan ciptanNya bahkan melebihi keadaan ciptaan.<ref name="Simon"/> Analogi entis yang mengacu pada eksistensi Allah dan tercermin dalam diri ciptaan. Contoh, manusia itu baik, tetapi Allah adalah maha baik.<ref name="Simon"/> |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
==Lihat pula== |
== Lihat pula == |
||
* [[Thomas Aquinas]] |
* [[Thomas Aquinas]] |
||
* [[Filsafat]] |
* [[Filsafat]] |
||
Baris 30: | Baris 40: | ||
[[Kategori:Thomas Aquinas]] |
[[Kategori:Thomas Aquinas]] |
||
[[Kategori:Teologi]] |
[[Kategori:Teologi Kristen]] |
||
[[Kategori:Filsafat]] |
|||
[[Kategori:Tuhan]] |
[[Kategori:Tuhan]] |
||
Revisi terkini sejak 16 Februari 2023 04.53
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Februari 2023. |
Teologi Kodrati adalah teologi yang mengakui bahwa manusia sanggup mengenal Allah dengan akal budinya.[1] Teologi yang dapat memaknai setiap pengalaman untuk mewartakan kebesaran Allah.[1] Pemikiran yang didasarkan atas ide-ide Aristoteles.[2] Teologi ini disebut juga teologi naturalis.[1] Gagasan yang memahami bahwa segala sesuat termasuk pikiran atau jiwa adalah bagian dari alam.[2] Teologi yang menekankan, bagaimana pikiran atau jiwa seseorang manusia melihat dan memahami dunia dalam tujuan dan makna kehidupan serta keteraturan universal menuju Allah sebagai tujuan terakhir.[1] M. Sastrapratedja menyimpulkan teologi kodrati adalah dasar dari filsafat moral.[3] Thomas Aquinas menjabarkan teologi Kodrati secara tradisional yang berbeda dari ajaran Anselmus dari bukti-bukti adanya Allah dan sifat-sifat Allah.[1]
Bukti-Bukti Keberadaan Allah
[sunting | sunting sumber]Pengetahuan manusia tidak terlepas dari alam indrawi.[1] Menurut Thomas Aquinas, pengetahuan manusia dapat mengetahui eksistensi Tuhan melalui alam indrawi.[1] Pemikiran Thomas Aquinas atas eksistensi Allah ditemukan dalam lima jalan atau Quinque viae dengan prinsip kausalitas.[1] Allah dipandang sebagai prinsip pertama yang menjadi sebab (causa) tertinggi dari setiap gejala alamiah di bumi.[1] Adapun lima jalan kausalitas tersebut yakni jalan gerak atau motus ; jalan sebab-akibat atau ex ratione causae efficiens ; jalan kemungkinan dan keniscayaan atau ex possibili et necessario ; jalan derajat kausalitas atau ex gradibus qui in rebus inveniuntur dan jalan finalitas (kenyataan dunia terselenggara dengan baik) atau ex gubernatione rerum.[4]
Pertama, fakta adanya gerak di dunia jasmani.[1] Seperti perubahan fisik terjadi disebabkan oleh gerak dan sesuatu yang menggerakkan pasti digerakkan oleh sesuatu yang lain.[1] Gerakan tersebut tidak dapat berjalan tanpa batas sampai tidak terhingga.[1] Fakta tersebut menyimpulkan adanya gerak pertama yang tidak digerakkan oleh pengerakkan yang lain.[1] Thomas Aquinas menyebut pengerak pertama adalah Allah.[1]
Kedua, fakta adanya sebab-akibat.[1] Akibat disebabkan oleh sesuatu, di mana tidak semua merupakan penyebab yang menghasilkan dirinya sendiri dan penyebab pertama tidak mungkin terbatas (infinitum).[1] Thomas Aquinas menyebut pengerak pertama yang tidak disebab sesuatu yang lain adalah Allah.[1]
Ketiga, adanya kemungkinan dan keniscayaan di dunia jasmani.[1] Di dalam dunia, ada yang bisa berubah dan bisa musnah.[1] Maka, perubahan dapat terjadi bila diadakan oleh sesuatu yang telah ada sebelum yang telah ada.[1] Thomas Aquinas menyebut sesuatu yang ada sebelum yang lain ada adalah yang niscaya dan mutlak yaitu Allah.[1]
Keempat, pembuktian tingkat kausalitas.[1] Di dunia jasmani ada ukuran, ada kurang ada lebih seperti kurang adil atau lebih adil, dll.[1] Thomas Aquinas menyebut ukuran yang superlatif dan sempurna adalah Allah.[1]
Kelima, kenyataan dunia terselenggara dengan baik.[1] Segala ciptaan dapat mencapai tujuan yang yang terbaik, baik yang tidak berakal budi maupun berakal budi.[1] Thomas Aquinas menyebut penyelenggara tertinggi di dunia jasmani adalah Allah.[1]
Sifat-sifat Allah
[sunting | sunting sumber]Sifat-sifat Allah dapat ditemukan dalam ajaran Thomas Aquinas tentang jalan triganda atau Triplex via.[1] Jalan triganda didasarkan pada analogia entis.[1] Ajaran yang tentang perbedaan dan persamaan Allah sang infinitum dan semua ciptaanNya termasuk manusia.[1] Dalam hal ini, Thomas Aquinas menekankan corak atau wujud / entis Allah dan ciptanNya.[1] Adapun sifat-sifat Allah dapat dilihat melalui akal budi manusia yakni jalan positif via positiva atau jalan afirmatif; jalan negatif via negativa dan jalan keunggulan via eminentiae.[1]
Pertama, jalan positif melihat Allah dan ciptaanNya memiliki sifat baik atau positif. Contoh, manusia baik, maka Allah juga baik, dll.[1]
Kedua, jalan negatif melihat perbedaan Allah dan ciptaanNya.[1] Thomas Aquinas memahami bahwa segala yang terdapat pada ciptaan tidak berada pada entis Allah.[1] Contoh, Allah baik, tetapi baiknya Allah tidak sama dengan baiknya ciptaanNya.[1]
Ketiga, jalan keunggulan melihat Allah dan ciptaanNya memiliki perbedaan keunggulan.[1] Jalan ini melihat adanya jarak tidak terhingga antara Allah dan ciptanNya bahkan melebihi keadaan ciptaan.[1] Analogi entis yang mengacu pada eksistensi Allah dan tercermin dalam diri ciptaan. Contoh, manusia itu baik, tetapi Allah adalah maha baik.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am (Indonesia) Simon Petrus L Tjahjadi, Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. 2004. 139, 142, 140, 141, 143.
- ^ a b (Indonesia) Neil Turnbull, Bengkel Ilmu: Filsafat. Indonesia: PT Erlangga. 2005. 90-91, 93.
- ^ (Indonesia) M. Sastrapratedja, Etika & hukum, relevansi teori hukum kodrat Thomas Aquinas. Yogyakarta: Kanisius. 2002. 106-107.
- ^ (Inggris) Moris Engel and Engelica Soldan, The Study of Philosophy. USA: Rowman & Litlefield Publisher. 2008