Keraton Plered: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
k clean up |
||
(24 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox building |
|||
{{rintisan}} |
|||
| name = Keraton Plered |
|||
'''Kraton Plered''' adalah [[kraton]] yang dibangun raja [[Amangkurat I]] dari [[Mataram II|Mataram]]. Amangkurat pindah dari kraton lama di [[Karta]], yang dibangun [[Sultan Agung]] antara tahun 1614 dan 1622 dan terbuat dari kayu. Plered dibangun dengan bata. Pekerjaan pembangunan di Plered dikatakan tidak berhenti sampai tahun 1666. Letaknya di [[Pleret, Bantul]], di sebelah timur laut Karta. |
|||
| native_name = {{jav|ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ꦥ꧀ꦭꦺꦫꦺꦢ꧀}}<br>Karaton Plèrèd |
|||
| native_name_lang = Jawa |
|||
| image = Plered Kraton Map.png |
|||
| caption = Peta Plered, sketsa oleh [[Balai Arkeologi Yogyakarta]]. |
|||
| location = [[Kabupaten Bantul]] |
|||
| location_country = [[Indonesia]] |
|||
| architect = |
|||
⚫ | |||
| building_type = [[Keraton]] {{small|(telah hancur)}} |
|||
| client = |
|||
| current_tenants = |
|||
| engineer = |
|||
| construction_start_date = 1644 |
|||
| date_demolished = |
|||
| style = [[Arsitektur Jawa]] |
|||
| size = |
|||
| coordinates = {{coord|-7.863471|110.411285|display=inline | format = dms}} |
|||
| map_type = Kabupaten Bantul#Indonesia Java |
|||
}} |
|||
'''Keraton Plered''' ({{lang-jv|ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ꦥ꧀ꦭꦺꦫꦺꦢ꧀|karaton plèrèd}}) adalah bekas keraton dan ibu kota [[Kesultanan Mataram]] pada tahun [[1646]]–[[1680]], setelah [[Keraton Karta]]. Sebenarnya Plered sudah direncanakan sebagai ibu kota sejak masa pemerintahan [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung]], tetapi pemindahannya baru dilakukan pada tahun 1647.{{Sfn|Alifah|Priswanto|2012|p=185-186}} Akibat dari [[pemberontakan Trunajaya]], status ibu kota Plered berakhir pada tahun 1677, tetapi baru ditinggalkan sepenuhnya pada tahun 1680.{{Sfn|Alifah|Priswanto|2012|p=185-186}} |
|||
== Etimologi == |
|||
Kraton Plered ditinggalkan tahun 1680 oleh putera Amangkurat I, [[Amangkurat II]], yang pindah ke [[Kartasura]]. |
|||
Nama "Plered" berasal dari kosa kata [[bahasa Jawa]]: ''palérédan'' diambil dari kata ''léréd'' yang berarti "aliran". Dengan demikian Paleredan yang kemudian disingkat menjadi Plered bermakna "pengaliran".<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books/about/Baoesastra_Djawa.html?id=f4G5AAAAIAAJ&redir_esc=y|title=Baoesastra Djawa|last=Poerwadarminta|first=W.J.S|publisher=J.B. Wolters|year=1939|isbn=0834803496|location=Batavia|language=JV}}</ref> |
|||
== Tata letak == |
|||
⚫ | |||
[[Berkas:De Kraton's van Pasar Gede, Kerta en Plered.jpg|jmpl|Peta tahun 1889 oleh G. P. Rouffaer yang menggambarkan Plered dan sekitarnya.]] |
|||
⚫ | |||
Karena keraton Plered telah hancur, tata letaknya hanya bisa diperkirakan dari catatan masa lalu, seperti deskripsi [[Rijcklof van Goens]] saat mengunjungi Plered tahun 1648, kunjungan Gerret Pieter Rouffaer tahun 1889, sebuah peta Plered yang dibuat oleh P. J. F. Louw tahun 1897, dan analisis dari babad yang diketahui mencatat Plered.{{sfn|Alifah|Priswanto|2012|p=187-189}} |
|||
Bentuk keraton dilaporkan sebagai bentuk persegi yang tidak simetris, dengan kecondongan sekitar 10 [[Derajat (satuan sudut)|derajat]], sementara Van Goens menggambarnya sebagai belah ketupat.{{sfn|Alifah|Priswanto|2012|p=187}}{{sfn|Alifah|Priswanto|2012|p=192}} Van Goens juga mencatat keliling ''dalem'' keraton sebesar 2.256 meter. Seorang arkeolog Widya Nayati memperkirakan keliling temboknya sebesar 3.040 meter. Mengenai tinggi dan ketebalatan tembok tersebut, terdapat perbedaan antara sumber satu sama lain, seperti yang dijabarkan dalam tabel perbandingan ini: |
|||
[[en:Plered]] |
|||
{| class="wikitable" style="text-align:center;" |
|||
|+Perbandingan tinggi dan ketebalan tembok keraton Plered{{sfn|Alifah|Priswanto|2012|p=187-190}} |
|||
!Deskripsi tembok |
|||
!Van Goens (1648) |
|||
!Dagh Register (1659) |
|||
!G. P. Rouffaer (1889) |
|||
!Penelitian lapangan |
|||
|- |
|||
!Tinggi |
|||
|~5-6 meter |
|||
|9 meter |
|||
|5-6 meter |
|||
|Sekitar 6 meter |
|||
|- |
|||
!Ketebalan |
|||
|≤3 meter |
|||
|3 meter |
|||
|1.5 meter |
|||
|2.2-2.8 meter |
|||
|} |
|||
Peta Rouffaer memasukkan nama beberapa bangunan yang termasuk masjid, [[macan kurung]], dan bagian keraton seperti ''Sitinggil'', ''Keben'', dan ''Srimanganti''.{{sfn|Pratama|Priswanto|2013|p=243}} Sekitar kompleks keraton terdapat pemukiman yang dinamai setelah profesi penghuninya seperti ''Kauman'' untuk [[ulama]], ''Gerjen'' untuk [[penjahit]], dan nama ini masih ada hingga kini.{{sfn|Pratama|Priswanto|2013|p=243-244}} |
|||
== Bangunan == |
|||
Tidak seperti [[Karta, Mataram|Keraton Karta]] yang bangunannya didominasi oleh kayu, bangunan Keraton Plered didominasi oleh batu bata. Keraton Plered dikelilingi dengan tembok-tembok setinggi 18-20 kaki dengan kedalaman 8-12 kaki.{{sfn|Siswanta|Siswanta|2020|p|37}} Plered memiliki keraton seluas 3 hektar, dua masjid, dan alun-alun yang memiliki pohon beringin, yang setidaknya masih ada pada tahun 1989. Sementara bangunan-bangunan lainnya masih harus diidentifikasi.{{Sfn|Dumarçay|1989|p=195}} |
|||
Kondisi bangunan Keraton Plered kini rata dengan tanah. Hal ini tak lepas dari serangan [[Raden Trunajaya|Trunajaya]] yang dibantu oleh [[Karaeng Galesong]] karena merasa tidak puas atas sikap [[Amangkurat I]] yang telah bersekutu dengan Belanda. Sisa-sisa bangunan keraton dapat ditemui di beberapa situs seperti Situs Pungkuran yang awalnya adalah bekas pondasi benteng keraton. Kemudia ada beberapa situs yang kini menjadi nama perkampungan seperti Kedaton, Segaryasa, Kepuntren, dan Kauman.<ref>{{Cite journal|last=Siswanta|first=Siswanta|date=2019-04-01|title=Sejarah Perkembangan Mataram Islam Kraton Plered|url=https://journal.upy.ac.id/index.php/karmawibangga/article/view/329|journal=KARMAWIBANGGA: Historical Studies Journal|volume=2|issue=1|doi=10.31316/fkip.v2i1.329|issn=2715-4483}}</ref> |
|||
== Lihat pula == |
|||
* [[Keraton Kutagede]] |
|||
* [[Keraton Karta]] |
|||
* [[Keraton Kartasura]] |
|||
== Referensi == |
|||
=== Kutipan === |
|||
{{reflist|30em}} |
|||
=== Sumber === |
|||
* {{Cite journal|last=Alifah|first=|last2=Priswanto|first2=Hery|date=2012|title=Benteng Kraton Pleret: Data Historis dan Data Arkeologi|url=https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/berkalaarkeologi/article/view/56|journal=Berkala Arkeologi|publisher=Balai Arkeologi Yogyakarta|volume=32|issue=2|pages=|doi=10.30883/jba.v32i2.56|ref=harv}} |
|||
* {{Cite journal|last=Dumarçay|first=Jacques|date=1989|title=Plered, capitale d'Amangkurat Ier|url=https://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_1989_num_37_1_2570|journal=Archipel|volume=37|issue=37|pages=|doi=|ref=harv}} |
|||
* {{Cite journal|last=Pratama|first=Henki Riko|last2=Priswanto|first2=Hery|date=2013|title=Sebuah Informasi Mutakhir Hasil Penelitian Tahun 2013 di Situs Kedaton Pleret, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta|url=https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/berkalaarkeologi/article/view/31|journal=Berkala Arkeologi|publisher=Balai Arkeologi Yogyakarta|volume=33|issue=2|pages=|doi=10.30883/jba.v32i2.56|ref=harv}} |
|||
* {{cite journal|title=Sejarah Perkembangan Mataram Islam Kraton Plered|author=Siswanta|journal=Karmawibangga|volume=2|number=1|year=2020|issn=2715-4483|page=37|publisher=Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Yogyakarta|url=https://journal.upy.ac.id/index.php/karmawibangga/article/view/329}} |
|||
[[Kategori:Kesultanan Mataram]] |
|||
⚫ |
Revisi terkini sejak 26 Desember 2022 12.00
Keraton Plered | |
---|---|
ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ꦥ꧀ꦭꦺꦫꦺꦢ꧀ Karaton Plèrèd | |
Informasi umum | |
Jenis | Keraton (telah hancur) |
Gaya arsitektur | Arsitektur Jawa |
Lokasi | Kabupaten Bantul |
Negara | Indonesia |
Koordinat | 7°51′48″S 110°24′41″E / 7.863471°S 110.411285°E |
Mulai dibangun | 1644 |
Pemilik | Kesultanan Mataram |
Keraton Plered (bahasa Jawa: ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ꦥ꧀ꦭꦺꦫꦺꦢ꧀, translit. karaton plèrèd) adalah bekas keraton dan ibu kota Kesultanan Mataram pada tahun 1646–1680, setelah Keraton Karta. Sebenarnya Plered sudah direncanakan sebagai ibu kota sejak masa pemerintahan Sultan Agung, tetapi pemindahannya baru dilakukan pada tahun 1647.[1] Akibat dari pemberontakan Trunajaya, status ibu kota Plered berakhir pada tahun 1677, tetapi baru ditinggalkan sepenuhnya pada tahun 1680.[1]
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Nama "Plered" berasal dari kosa kata bahasa Jawa: palérédan diambil dari kata léréd yang berarti "aliran". Dengan demikian Paleredan yang kemudian disingkat menjadi Plered bermakna "pengaliran".[2]
Tata letak
[sunting | sunting sumber]Karena keraton Plered telah hancur, tata letaknya hanya bisa diperkirakan dari catatan masa lalu, seperti deskripsi Rijcklof van Goens saat mengunjungi Plered tahun 1648, kunjungan Gerret Pieter Rouffaer tahun 1889, sebuah peta Plered yang dibuat oleh P. J. F. Louw tahun 1897, dan analisis dari babad yang diketahui mencatat Plered.[3]
Bentuk keraton dilaporkan sebagai bentuk persegi yang tidak simetris, dengan kecondongan sekitar 10 derajat, sementara Van Goens menggambarnya sebagai belah ketupat.[4][5] Van Goens juga mencatat keliling dalem keraton sebesar 2.256 meter. Seorang arkeolog Widya Nayati memperkirakan keliling temboknya sebesar 3.040 meter. Mengenai tinggi dan ketebalatan tembok tersebut, terdapat perbedaan antara sumber satu sama lain, seperti yang dijabarkan dalam tabel perbandingan ini:
Deskripsi tembok | Van Goens (1648) | Dagh Register (1659) | G. P. Rouffaer (1889) | Penelitian lapangan |
---|---|---|---|---|
Tinggi | ~5-6 meter | 9 meter | 5-6 meter | Sekitar 6 meter |
Ketebalan | ≤3 meter | 3 meter | 1.5 meter | 2.2-2.8 meter |
Peta Rouffaer memasukkan nama beberapa bangunan yang termasuk masjid, macan kurung, dan bagian keraton seperti Sitinggil, Keben, dan Srimanganti.[7] Sekitar kompleks keraton terdapat pemukiman yang dinamai setelah profesi penghuninya seperti Kauman untuk ulama, Gerjen untuk penjahit, dan nama ini masih ada hingga kini.[8]
Bangunan
[sunting | sunting sumber]Tidak seperti Keraton Karta yang bangunannya didominasi oleh kayu, bangunan Keraton Plered didominasi oleh batu bata. Keraton Plered dikelilingi dengan tembok-tembok setinggi 18-20 kaki dengan kedalaman 8-12 kaki.[9] Plered memiliki keraton seluas 3 hektar, dua masjid, dan alun-alun yang memiliki pohon beringin, yang setidaknya masih ada pada tahun 1989. Sementara bangunan-bangunan lainnya masih harus diidentifikasi.[10]
Kondisi bangunan Keraton Plered kini rata dengan tanah. Hal ini tak lepas dari serangan Trunajaya yang dibantu oleh Karaeng Galesong karena merasa tidak puas atas sikap Amangkurat I yang telah bersekutu dengan Belanda. Sisa-sisa bangunan keraton dapat ditemui di beberapa situs seperti Situs Pungkuran yang awalnya adalah bekas pondasi benteng keraton. Kemudia ada beberapa situs yang kini menjadi nama perkampungan seperti Kedaton, Segaryasa, Kepuntren, dan Kauman.[11]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]Kutipan
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Alifah & Priswanto 2012, hlm. 185-186.
- ^ Poerwadarminta, W.J.S (1939). Baoesastra Djawa (dalam bahasa Jawa). Batavia: J.B. Wolters. ISBN 0834803496.
- ^ Alifah & Priswanto 2012, hlm. 187-189.
- ^ Alifah & Priswanto 2012, hlm. 187.
- ^ Alifah & Priswanto 2012, hlm. 192.
- ^ Alifah & Priswanto 2012, hlm. 187-190.
- ^ Pratama & Priswanto 2013, hlm. 243.
- ^ Pratama & Priswanto 2013, hlm. 243-244.
- ^ Siswanta et al. 37.
- ^ Dumarçay 1989, hlm. 195.
- ^ Siswanta, Siswanta (2019-04-01). "Sejarah Perkembangan Mataram Islam Kraton Plered". KARMAWIBANGGA: Historical Studies Journal. 2 (1). doi:10.31316/fkip.v2i1.329. ISSN 2715-4483.
Sumber
[sunting | sunting sumber]- Alifah; Priswanto, Hery (2012). "Benteng Kraton Pleret: Data Historis dan Data Arkeologi". Berkala Arkeologi. Balai Arkeologi Yogyakarta. 32 (2). doi:10.30883/jba.v32i2.56.
- Dumarçay, Jacques (1989). "Plered, capitale d'Amangkurat Ier". Archipel. 37 (37).
- Pratama, Henki Riko; Priswanto, Hery (2013). "Sebuah Informasi Mutakhir Hasil Penelitian Tahun 2013 di Situs Kedaton Pleret, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta". Berkala Arkeologi. Balai Arkeologi Yogyakarta. 33 (2). doi:10.30883/jba.v32i2.56.
- Siswanta (2020). "Sejarah Perkembangan Mataram Islam Kraton Plered". Karmawibangga. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Yogyakarta. 2 (1): 37. ISSN 2715-4483.