Lompat ke isi

Awantipura dari Pajang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
Daeng Hanif (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(30 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Arya Pangiri''' adalah adipati [[Demak]] yang berhasil menjadi raja kedua [[Kesultanan Pajang]], yang memerintah tahun 1583-1586 bergelar '''Sultan Ngawantipura'''.
'''Arya Pangiri''' adalah adipati [[Demak]] yang berhasil menjadi Sultan ke-2 [[Kesultanan Pajang]], yang memerintah tahun 1583 - 1586 bergelar '''Sultan Awantipura.'''

{{Infobox raja
| name = Arya Pangiri
| title = Sultan Awantipura
| image =
| caption =
| succession = Sultan [[Pajang]] ke - 2
| reign = 1583 - 1586
| coronation =
| predecessor = [[Sultan Hadiwijaya]]
| successor = [[Prabuwijaya|Pangeran Benawa]]
| suc-type =
| birth_date =
| birth_place = [[Demak]]
| death_date =
| death_place =
| date of burial =
| place of burial =
| consort =
| issue =
| full name = Arya Pangiri
| father = [[Sunan Prawoto]]
| mother =
| religion = [[Islam]]
| queen = Ratu Pembayun binti [[Sultan Hadiwijaya]]
| spouse 2 =
| spouse 1 =
| spouse 3 =
| royal house =
| dynasty =
| heir =
| royal anthem =
}}Arya Pangiri adalah putra dari [[Sunan Prawoto]]. Setelah kematian ayahnya, Ia di asuh oleh [[Ratu Kalinyamat]].

Kesuksesan karirnya dimulai sejak ia menikah dengan Ratna Pembayun, putri tertua dari [[Adiwijaya dari Pajang|Sultan Hadiwijaya]]. Ia pun dilantik menjadi Adipati [[Kesultanan Demak|Demak]].

Semenjak itulah, posisinya cukup berpengaruh di kalangan keluarga Kraton Pajang.

Setelah Sultan Hadiwijaya wafat, ia pun di dukung oleh Panembahan Kudus untuk memimpin [[kesultanan Pajang]], peristiwa itu menyebabkan ia menjadi Sultan Pajang ke-2.


== Asal-Usul ==
== Asal-Usul ==
Arya Pangiri adalah putra [[Sunan Prawoto]] raja keempat [[Demak]], yang tewas dibunuh [[Arya Penangsang]] tahun 1549. Ia kemudian diasuh bibinya, yaitu [[Ratu Kalinyamat]] di [[Jepara]].
Arya Pangiri adalah putra [[Sunan Prawoto]] raja keempat [[Demak]], yang tewas dibunuh Rangkuti seorang prajurit Jipang (sekarang [[Kabupaten Blora|Blora]]) yang sangat setia kepada [[Arya Penangsang]] tahun 1547. Ia kemudian diasuh bibinya, yaitu [[Ratu Kalinyamat]] di [[Jepara]].


[[Arya Penangsang]] kemudian tewas oleh sayembara yang diadakan [[Hadiwijaya]] bupati [[Pajang]]. Sejak itu, [[Pajang]] menjadi kerajaan berdaulat di mana [[Demak]] sebagai bawahannya.
[[Arya Penangsang]] raja kelima [[Demak]] kemudian tewas oleh Pasukan Pajang yang dikirim [[Hadiwijaya]] adipati [[Pajang]]. Sejak itu, [[Pajang]] menjadi kerajaan berdaulat di mana [[Demak]] sebagai bawahannya.


Setelah dewasa, Arya Pangiri dinikahkan dengan [[Ratu Pembayun]], putri tertua [[Sultan Hadiwijaya]] dan dijadikan sebagai bupati [[Demak]].
Setelah dewasa, Arya Pangiri dinikahkan dengan Ratu Pembayun, putri tertua [[Sultan Hadiwijaya]] dan dijadikan sebagai adipati [[Demak]].


== Arya Pangiri Sebagai Bupati Demak ==
== Menjadi Adipati Demak ==
[[Kerajaan Aceh]] mencatat Arya Pangiri sebagai seorang bupati yang mudah curiga. Pada tahun 1564 [[Sultan Ali Riayat Syah]] raja [[Aceh]] mengirim utusan meminta bantuan [[Demak]] untuk bersama mengusir [[Portugis]] dari [[Malaka]]. Tapi Arya Pangiri justru membunuh utusan tersebut. Akhirnya pada tahun 1567 [[Aceh]] tetap menyerang [[Malaka]] tanpa bantuan [[Jawa]]. Serangan itu gagal walaupun memakai meriam hadiah dari sultan [[Turki]].
[[Kerajaan Aceh]] mencatat Arya Pangiri sebagai seorang bupati yang mudah curiga. Pada tahun 1564 [[Sultan Ali Riayat Syah]] raja [[Aceh]] mengirim utusan meminta bantuan [[Demak]] untuk bersama mengusir [[Portugis]] dari [[Malaka]].


Tapi Arya Pangiri justru membunuh utusan tersebut. Tahun 1567 [Aceh] tetap menyerang [[Malaka]] tanpa bantuan [[Jawa]]. Serangan itu gagal walaupun memakai meriam hadiah dari sultan [[Turki]].
== Arya Pangiri Merebut Pajang ==

== Menjadi Sultan Pajang Ke-2 ==
Sepeninggal [[Sultan Hadiwijaya]] akhir tahun 1582 terjadi permasalahan takhta di [[Pajang]]. Putra mahkota yang bernama [[Pangeran Benawa]] disingkirkan Arya Pangiri dengan dukungan [[Sunan Kudus]]. Alasan [[Sunan Kudus]] adalah usia [[Pangeran Benawa]] lebih muda daripada istri Pangiri, sehingga tidak pantas menjadi raja.
Sepeninggal [[Sultan Hadiwijaya]] akhir tahun 1582 terjadi permasalahan takhta di [[Pajang]]. Putra mahkota yang bernama [[Pangeran Benawa]] disingkirkan Arya Pangiri dengan dukungan [[Sunan Kudus]]. Alasan [[Sunan Kudus]] adalah usia [[Pangeran Benawa]] lebih muda daripada istri Pangiri, sehingga tidak pantas menjadi raja.


Baris 18: Baris 59:
Tokoh [[Sunan Kudus]] yang diberitakan ''[[Babad Tanah Jawi]]'' perlu dikoreksi, karena [[Sunan Kudus]] sendiri sudah meninggal tahun 1550. Mungkin tokoh yang mendukung Arya Pangiri tersebut adalah penggantinya, yaitu Panembahan Kudus, atau mungkin Pangeran Kudus.
Tokoh [[Sunan Kudus]] yang diberitakan ''[[Babad Tanah Jawi]]'' perlu dikoreksi, karena [[Sunan Kudus]] sendiri sudah meninggal tahun 1550. Mungkin tokoh yang mendukung Arya Pangiri tersebut adalah penggantinya, yaitu Panembahan Kudus, atau mungkin Pangeran Kudus.


== Pemerintahan Arya Pangiri ==
== Masa Pemerintahan ==
Arya Pangiri menjadi raja [[Pajang]] sejak awal tahun 1583 bergelar '''Sultan Ngawantipura'''. Ia dikisahkan hanya peduli pada usaha untuk menaklukkan [[Mataram]] daripada menciptakan kesejahteraan rakyatnya.
Arya Pangiri menjadi raja [[Pajang]] sejak awal tahun 1583 bergelar '''Sultan Awantipura'''. Ia dikisahkan hanya peduli pada usaha untuk menaklukkan [[Mataram]] daripada menciptakan kesejahteraan rakyatnya.


Arya Pangiri melanggar wasiat mertuanya ([[Hadiwijaya]]) supaya tidak membenci [[Sutawijaya]]. Ia bahkan membentuk pasukan yang terdiri atas orang-orang bayaran dari [[Bali]], [[Bugis]], dan [[Makassar]] untuk menyerbu [[Mataram]].
Arya Pangiri melanggar wasiat mertuanya ([[Hadiwijaya]]) supaya tidak membenci [[Sutawijaya]]. Ia bahkan membentuk pasukan yang terdiri atas orang-orang bayaran dari [[Bali]], [[Bugis]], dan [[Makassar]] untuk menyerbu [[Mataram]].
Baris 25: Baris 66:
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli [[Pajang]]. Ia mendatangkan orang-orang [[Demak]] untuk menggeser kedudukan para pejabat [[Pajang]]. Bahkan, rakyat [[Pajang]] juga tersisih oleh kedatangan penduduk [[Demak]]. Akibatnya, banyak warga [[Pajang]] yang berubah menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke Jipang mengabdi pada [[Pangeran Benawa]].
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli [[Pajang]]. Ia mendatangkan orang-orang [[Demak]] untuk menggeser kedudukan para pejabat [[Pajang]]. Bahkan, rakyat [[Pajang]] juga tersisih oleh kedatangan penduduk [[Demak]]. Akibatnya, banyak warga [[Pajang]] yang berubah menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke Jipang mengabdi pada [[Pangeran Benawa]].


== Kekalahan Arya Pangiri ==
== Kekalahan ==
Pada tahun 1586 [[Pangeran Benawa]] bersekutu dengan [[Sutawijaya]] di [[Mataram]]. Kedua saudara angkat itu berunding di desa Weru. Akhirnya diambilah keputusan untuk menyerbu [[Pajang]].
Pada tahun 1586 [[Pangeran Benawa]] bersekutu dengan [[Sutawijaya]] di [[Mataram]]. Kedua saudara angkat itu berunding di desa Weru. Akhirnya diambilah keputusan untuk menyerbu [[Pajang]].


Gabungan pasukan [[Mataram]] dan Jipang berangkat untuk menurunkan Arya Pangiri dari takhtanya. Perang terjadi di kota [[Pajang]]. Pasukan Arya Pangiri yang terdiri atas 300 orang [[Pajang]], 2000 orang [[Demak]], dan 400 orang seberang dapat ditaklukkan. Arya Pangiri sendiri tertangkap dan diampuni nyawanya atas permohonan [[Ratu Pembayun]], istrinya.
Gabungan pasukan [[Mataram]] dan Jipang berangkat untuk menurunkan Arya Pangiri dari takhtanya. Perang terjadi di kota [[Pajang]]. Pasukan Arya Pangiri yang terdiri atas 300 orang [[Pajang]], 2000 orang [[Demak]], dan 400 orang seberang dapat ditaklukkan. Arya Pangiri sendiri tertangkap dan diampuni nyawanya atas permohonan Ratu Pembayun, istrinya.


[[Sutawijaya]] mengembalikan Arya Pangiri ke [[Demak]], serta mengangkat [[Pangeran Benawa]] sebagai raja baru di [[Pajang]].
[[Sutawijaya]] mengembalikan Arya Pangiri ke [[Demak]], serta mengangkat [[Pangeran Benawa]] sebagai raja baru di [[Pajang]].


== Kepustakaan ==
== Referensi ==
* Andjar Any. 1979. ''Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon''. Semarang: Aneka Ilmu
* Andjar Any. 1979. ''Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon''. Semarang: Aneka Ilmu
* ''Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647''. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
* ''Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647''. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
Baris 38: Baris 79:
* Hayati dkk. 2000. ''Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI''. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional
* Hayati dkk. 2000. ''Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI''. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional
* M.C. Ricklefs. 1991. ''Sejarah Indonesia Modern'' (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
* M.C. Ricklefs. 1991. ''Sejarah Indonesia Modern'' (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
* Moedjianto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius
* Moedjianto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu


{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|jabatan=Sultan Pajang|tahun=1582—1586|pendahulu=[[Adiwijaya dari Pajang|Adiwijaya]]|pengganti=[[Prabuwijaya dari Pajang|Prabuwijaya]]}}
{{kotak selesai}}
[[Kategori:Kerajaan Pajang]]
[[Kategori:Kerajaan Pajang]]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]

[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[jv:Arya Pangiri]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Sayyid]]

Revisi terkini sejak 9 Desember 2024 16.40

Arya Pangiri adalah adipati Demak yang berhasil menjadi Sultan ke-2 Kesultanan Pajang, yang memerintah tahun 1583 - 1586 bergelar Sultan Awantipura.

Arya Pangiri
Sultan Awantipura
Sultan Pajang ke - 2
Berkuasa1583 - 1586
PendahuluSultan Hadiwijaya
PenerusPangeran Benawa
KelahiranDemak
PermaisuriRatu Pembayun binti Sultan Hadiwijaya
Nama lengkap
Arya Pangiri
AyahSunan Prawoto
AgamaIslam

Arya Pangiri adalah putra dari Sunan Prawoto. Setelah kematian ayahnya, Ia di asuh oleh Ratu Kalinyamat.

Kesuksesan karirnya dimulai sejak ia menikah dengan Ratna Pembayun, putri tertua dari Sultan Hadiwijaya. Ia pun dilantik menjadi Adipati Demak.

Semenjak itulah, posisinya cukup berpengaruh di kalangan keluarga Kraton Pajang.

Setelah Sultan Hadiwijaya wafat, ia pun di dukung oleh Panembahan Kudus untuk memimpin kesultanan Pajang, peristiwa itu menyebabkan ia menjadi Sultan Pajang ke-2.

Asal-Usul

[sunting | sunting sumber]

Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak, yang tewas dibunuh Rangkuti seorang prajurit Jipang (sekarang Blora) yang sangat setia kepada Arya Penangsang tahun 1547. Ia kemudian diasuh bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat di Jepara.

Arya Penangsang raja kelima Demak kemudian tewas oleh Pasukan Pajang yang dikirim Hadiwijaya adipati Pajang. Sejak itu, Pajang menjadi kerajaan berdaulat di mana Demak sebagai bawahannya.

Setelah dewasa, Arya Pangiri dinikahkan dengan Ratu Pembayun, putri tertua Sultan Hadiwijaya dan dijadikan sebagai adipati Demak.

Menjadi Adipati Demak

[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Aceh mencatat Arya Pangiri sebagai seorang bupati yang mudah curiga. Pada tahun 1564 Sultan Ali Riayat Syah raja Aceh mengirim utusan meminta bantuan Demak untuk bersama mengusir Portugis dari Malaka.

Tapi Arya Pangiri justru membunuh utusan tersebut. Tahun 1567 [Aceh] tetap menyerang Malaka tanpa bantuan Jawa. Serangan itu gagal walaupun memakai meriam hadiah dari sultan Turki.

Menjadi Sultan Pajang Ke-2

[sunting | sunting sumber]

Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun 1582 terjadi permasalahan takhta di Pajang. Putra mahkota yang bernama Pangeran Benawa disingkirkan Arya Pangiri dengan dukungan Sunan Kudus. Alasan Sunan Kudus adalah usia Pangeran Benawa lebih muda daripada istri Pangiri, sehingga tidak pantas menjadi raja.

Pangeran Benawa yang berhati lembut merelakan takhta Pajang dikuasai Arya Pangiri sedangkan ia sendiri kemudian menjadi bupati Jipang Panolan (bekas negeri Arya Penangsang).

Tokoh Sunan Kudus yang diberitakan Babad Tanah Jawi perlu dikoreksi, karena Sunan Kudus sendiri sudah meninggal tahun 1550. Mungkin tokoh yang mendukung Arya Pangiri tersebut adalah penggantinya, yaitu Panembahan Kudus, atau mungkin Pangeran Kudus.

Masa Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Arya Pangiri menjadi raja Pajang sejak awal tahun 1583 bergelar Sultan Awantipura. Ia dikisahkan hanya peduli pada usaha untuk menaklukkan Mataram daripada menciptakan kesejahteraan rakyatnya.

Arya Pangiri melanggar wasiat mertuanya (Hadiwijaya) supaya tidak membenci Sutawijaya. Ia bahkan membentuk pasukan yang terdiri atas orang-orang bayaran dari Bali, Bugis, dan Makassar untuk menyerbu Mataram.

Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia mendatangkan orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat Pajang juga tersisih oleh kedatangan penduduk Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa.

Kekalahan

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya di Mataram. Kedua saudara angkat itu berunding di desa Weru. Akhirnya diambilah keputusan untuk menyerbu Pajang.

Gabungan pasukan Mataram dan Jipang berangkat untuk menurunkan Arya Pangiri dari takhtanya. Perang terjadi di kota Pajang. Pasukan Arya Pangiri yang terdiri atas 300 orang Pajang, 2000 orang Demak, dan 400 orang seberang dapat ditaklukkan. Arya Pangiri sendiri tertangkap dan diampuni nyawanya atas permohonan Ratu Pembayun, istrinya.

Sutawijaya mengembalikan Arya Pangiri ke Demak, serta mengangkat Pangeran Benawa sebagai raja baru di Pajang.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Andjar Any. 1979. Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon. Semarang: Aneka Ilmu
  • Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
  • H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
  • Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional
  • M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  • Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
  • Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Adiwijaya
Sultan Pajang
1582—1586
Diteruskan oleh:
Prabuwijaya