Sindrom TS: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Penambahan referensi #1lib1ref #1lib1refID #1lib1ref2024 |
||
(21 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{penyangkalan medis}} |
{{penyangkalan medis}} |
||
{{rapikan|date=Juli 2010}} |
{{rapikan|date=Juli 2010}} |
||
'''Sindrom TS''' ({{lang-en| |
'''Sindrom TS''' ({{lang-en|toxic shock syndrome, TSS}}) adalah suatu kumpulan gejala yang dapat mengancam jiwa, ditandai dengan demam tinggi, nyeri [[Tenggorok|tenggorokan]], [[eritema difus]], [[hiperemia]] [[membran mukosa]], mual/muntah, diare, dan gejala-gejala penyerta lainnya.{{fact}} TSS dapat secara cepat berkembang menjadi disfungsi multisistem disertai gangguan elektrolit berat, gagal [[ginjal]] dan syok. TSS pertama kali diperkenalkan oleh [[Dr. Jim Todd]] (1978), ahli [[epidemiologi]] di rumah sakit anak-anak [[Denver]].<ref name= Levin1985>{{cite book|author = Buchdahl R, Levin M, Wilkins B, Gould J, Jaffe P, Matthew DJ, Dillon MJ|title = Toxic shock syndrome|edition = 1th ed. page: 563–567|publisher = Arch Dis Child|year = 1985}}</ref> |
||
TSS pertama kali mendapat perhatian publik pada tahun 1970, tidak lama setelah diperkenalkannya pembalut serap tinggi |
TSS pertama kali mendapat perhatian publik pada tahun 1970, tidak lama setelah diperkenalkannya pembalut serap tinggi<ref name=":0">{{Cite journal|last=Chuang|first=Yu-Yu|last2=Huang|first2=Yhu-Chering|last3=Lin|first3=Tzou-Yien|date=2005-01-01|title=Toxic Shock Syndrome in Children|url=https://doi.org/10.2165/00148581-200507010-00002|journal=Pediatric Drugs|language=en|volume=7|issue=1|pages=11–24|doi=10.2165/00148581-200507010-00002|issn=1179-2019}}</ref>. [[Epidemi]] serius dialami oleh wanita muda [[Amerika Serikat|Amerika]], yang gejala-gejalanya tidak dapat dijelaskan, mereka datang dengan demam tinggi, [[tekanan darah rendah]], diare dan ruam kulit seperti tersengat matahari<ref name=":0" />. Meskipun TSS berhubungan dengan wanita menstruasi, penyakit ini dapat menyerang semua jenis [[kelamin]], usia atau ras<ref name=":0" />. Infeksi dapat terjadi pada anak-anak, laki-laki dan wanita, yang mengalami pembedahan, luka atau sakit, dan yang tidak dapat melawan infeksi [[Staphylococcus]].<ref name= Turkington1998>{{cite book|author = Turkington Carol A|title = Infectious Disease A to Z|edition = 1th ed.|publisher = New York: Facts on File|year = 1998}}</ref> |
||
TSS telah dihubungkan dengan pembedahan [[rinologi]] dan alat-alat [[medis]], dan dikaitkan dengan suatu [[eksotoksin]] berasal dari [[Staphylococcus aureus]] yang bersirkulasi dalam [[darah]] dan bersifat [[toksogenik]].{{fact}} Sebanyak 30% pasien yang menjalani pembedahan merupakan karier Staphylococcus aureus.{{fact}} Pengguna kokain, [[dekongestan topikal]], dan [[spray steroid]] memiliki tingkat karier yang lebih tinggi secara statistik dibandingkan mereka yang tidak menggunakannya.<ref name= |
TSS telah dihubungkan dengan pembedahan [[rinologi]] dan alat-alat [[medis]], dan dikaitkan dengan suatu [[eksotoksin]] berasal dari [[Staphylococcus aureus]] yang bersirkulasi dalam [[darah]] dan bersifat [[toksogenik]].{{fact}} Sebanyak 30% pasien yang menjalani pembedahan merupakan karier Staphylococcus aureus.{{fact}} Pengguna kokain, [[dekongestan topikal]], dan [[spray steroid]] memiliki tingkat karier yang lebih tinggi secara statistik dibandingkan mereka yang tidak menggunakannya.<ref name=a1>{{cite book|author = Gittelman PD, Jacob JB|title = Staphylococcus aureus Nasal Carriage in Patient with Rhinusinositis|edition = 7th ed. Part 1:733-6|publisher = Laryngoscope|year = 1991}}</ref> |
||
== |
== Sindrom syok toksik == |
||
TSST-1 merupakan turunan dari protein sebagai "[[pyrogenictoxin superaninen]]s"([[PTSAs]]).{{fact}} Turunan protein ini juga termasuk [[Staphylococcus enteretoxins]] (SPE) A-I, kecuali F dan [[Staphylococcus enteretoxins]] A-C dan F, melampaui |
TSST-1 merupakan turunan dari protein sebagai "[[pyrogenictoxin superaninen]]s"([[PTSAs]]).{{fact}} Turunan protein ini juga termasuk [[Staphylococcus enteretoxins]] (SPE) A-I, kecuali F dan [[Staphylococcus enteretoxins]] A-C dan F, melampaui aktivitas sejumlah sustansial T-sel. Namun, tidak seperti antibodi yang menstimulasi sel-sel T sesuai dengan apitope spesifik melalui berbagai macam region TCR, superantigen seperti TSST-1 berinteraksi dengan TCR tergantung pada haplotipe masing-masing.{{fact}} Aktivitas ini sangat berperan penting dalam pelepasan beberapa [[sitokin]], yang nantinya akan berperan dalam [[pathogenesis]] TSS.{{fact}} |
||
== |
== Epidemiologi == |
||
⚫ | |||
⚫ | [[Hidung]] adalah tempat yang paling sering terjadi kolonisasi Staphylococcus aureus.{{fact}} Rusaknya |
||
⚫ | |||
⚫ | Pengguna kokain, dekongestan topical, steroi sparay memiliki tingkat karier terhadap S. aureus lebih tinggi secara statistik dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakannya.<ref name=IssaNC_2001>{{cite book|author = Issa NC, Thompson RL|title= Staphylococcal toxic shock syndrome: Suspicion and prevention are keys to control|edition = 4th ed. page: 55-6, 59-62|publisher = Postgrad Med.|year = 2001}}</ref> |
||
== Patogenesis == |
|||
⚫ | [[Hidung]] adalah tempat yang paling sering terjadi kolonisasi ''Staphylococcus aureus''.{{fact}} Rusaknya sawar mukosa meningkatkan risiko pada pasien yang rentan TSS. Pada keadaan normal secara fisiologis silia dan mukosa blanket yang intak melapisi jalan napas dan berperan dalam mekanisme [[mucocillary clearace]] sebagai pertahanan terhadap kontak dengan [[bakteri]].{{fact}} |
||
Aksi langsung yang memperlambat, menghambat pergerakan silia dan mukosa blanket akan menyebabkan organisme menetap di saluran napas dan berkembangbiak pada mukosa yang stagnant.{{fact}} Kemungkinan keringnya mukosa blanket setelah trauma operasi dan kerusakan mukosa akan mengakibatkan tidak aktifnya mucocillary clearace dan merupakan tempat masuknya toksin bakteri.{{fact}} |
Aksi langsung yang memperlambat, menghambat pergerakan silia dan mukosa blanket akan menyebabkan organisme menetap di saluran napas dan berkembangbiak pada mukosa yang stagnant.{{fact}} Kemungkinan keringnya mukosa blanket setelah trauma operasi dan kerusakan mukosa akan mengakibatkan tidak aktifnya mucocillary clearace dan merupakan tempat masuknya toksin bakteri.{{fact}} |
||
Tindakan yang dapat meningkatkan risiko meliputi penggunaan alat-alat medis seperti tampon hidung dan [[septal splints]].{{fact}} |
Tindakan yang dapat meningkatkan risiko meliputi penggunaan alat-alat medis seperti tampon hidung dan [[septal splints]].{{fact}} |
||
Sebagian besar kasus TSS secara langsung disebabkan oleh kolonisasi atau terinfeksi Staphylococcus aureus yang mensekresi eksotoksin dan dikenal sebagai Toxic Shock Syndrome (TSST-1). Sifat biologis yang dimiliki oleh TSST-1 adalah sebagai berikut<ref name= |
Sebagian besar kasus TSS secara langsung disebabkan oleh kolonisasi atau terinfeksi Staphylococcus aureus yang mensekresi eksotoksin dan dikenal sebagai Toxic Shock Syndrome (TSST-1). Sifat biologis yang dimiliki oleh TSST-1 adalah sebagai berikut:<ref name=Levin1985/><ref name=Turkington1998/><ref name= AbramAC1994>{{cite book|author = Abram A.C , Beman KT|title = Toxic Shock Syndrome After Functional Endonasa Sinus Surgery : An all or none phenomena|edition = 8th ed. part 1:927-931|publisher = Laryngoscope|year = 1994}}</ref><ref name= PerrySJ_2000>{{cite book|author = Perry SJ, Harwood AL|title = Toxic Shock Syndrome and Streptococcal Toxic Shock Syndrome.In:Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide|edition = 5th ed. page:946-950|publisher = McGraw-Hill|year = 2000}}</ref> |
||
<ref name= Turkington1998>{{cite book|author = Turkington Carol A|title = Infectious Disease A to Z|edition = 1th ed.|publisher = New York: Facts on File|year = 1998}}</ref><ref name= AbramAC1994>{{cite book|author = Abram A.C , Beman KT|title = Toxic Shock Syndrome After Functional Endonasa Sinus Surgery : An all or none phenomena|edition = 8th ed. part 1:927-931|publisher = Laryngoscope|year = 1994}}</ref><ref name= Perry SJ_2000>{{cite book|author = Perry SJ, Harwood AL|title = Toxic Shock Syndrome and Streptococcal Toxic Shock Syndrome.In:Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide|edition = 5th ed. page:946-950|publisher = McGraw-Hill|year = 2000}}</ref> : |
|||
* menimbulkan demam dengan cara menginduksi [[hipotalamus]] secara langsung atau secara tidak langsung melalui [[interleukin]] 1(IL-1) dan memproduksi [[faktor nekrosis tumor]] (TNF). |
|||
* menimbulkan superantigenisasi dan stimulus berlebihan terhadap limfosit T |
|||
* merangsang produksi [[interferon]] |
|||
* meningkatkan hipersensitivitas tipe lambat |
|||
* menekan migrasi netrofil dan sekresi [[imunolgobulin]] |
|||
* meningkatkan kerentanan inang terhadap [[endotoksin]] |
|||
Sebanyak 90% kasus TSQ akibat menstruasi ([[TSSAM]]) adalah disebabkan oleh strain S. aureus yang menghasilkan TSST-1, sedangkan pada kasus TSS non menstruasi ([[TSSANM]]), TSST-1 hanya ditemukan pada kurang dari separuh kasus.{{fact}} [[Enterotoksin]] B |
Sebanyak 90% kasus TSQ akibat menstruasi ([[TSSAM]]) adalah disebabkan oleh strain ''S. aureus'' yang menghasilkan TSST-1, sedangkan pada kasus TSS non menstruasi ([[TSSANM]]), TSST-1 hanya ditemukan pada kurang dari separuh kasus.{{fact}} [[Enterotoksin]] B dan C telah berhasil diidentifikasi dari bahan isolasi TSSANM dan memiliki struktur kimiawi yang hampir identik dengan yang terdapat pada TSST-1. Hal ini dapat menjelaskan kemiripan gambaran klinis TSSAM dan TSSANM.{{fact}} |
||
Aspek paling menarik dari [[patofisiologi]] adalah [[vasolidilatas]] masif dan perpindahan cepat serum dan cairan ruang intravaskular ke ekstravaskular.{{fact}} |
Aspek paling menarik dari [[patofisiologi]] adalah [[vasolidilatas]] masif dan perpindahan cepat serum dan cairan ruang intravaskular ke ekstravaskular.{{fact}} |
||
Hipotensi disebabkan oleh |
Hipotensi disebabkan oleh:{{fact}} |
||
* menurunnya tonus vasomotor menimbulkan penimbunan darah di perifer dan kemudian menyebabkan turunnya tekanan vena sentral dan tekanan kapiler paru. |
|||
* kebocoran cairan yang bersifat nonhidrostatik ke dalam jaringan interstitium, mnyebaban turunnya volume intrvaskuler dan udem secara menyeluruh, terutama didaerah kepala dan leher. |
|||
* menurunnya fungsi jantung, termasuk berkurangnya pergerakan [[otot]] [[jantung]] dan berkurangnya fraksi kontraksi. |
|||
* berkurangnya cairan tubuh total akibat muntah diare dan demam. |
|||
Dibutuhan beberapa faktor untuk berkembang menjadi sindroma, yaitu: |
Dibutuhan beberapa faktor untuk berkembang menjadi sindroma, yaitu: |
||
* individu harus terinfeksi dengan Staphylococcus aureus yang memproduksi TSST-1 atau [[implikasitoksin]] lainnya. |
|||
* toksin kemudian menyebar pada kulit atau barier membran mukosa pada daerah kolonisasi. |
|||
* pada pasien harus terdapat risko infesi karena kekurangan antibody antitosin. |
|||
== |
== Etiologi == |
||
TSS disebabkan oleh strain |
TSS disebabkan oleh strain ''Staphylococcus aureus'' yang normalnya ditemukan pada hidung mulut, tangan dan kadang-kadang [[vagina]]<ref name=":0" /> Bakteri menghasilkan toksin yang meiliki karakteristik. Dalam jumlah yang cukup besar, toksin dapat masuk ke peredaran darah dan menyebabkan infeksi yang berpotensi menjadi fatal.<ref name=PerrySJ_2000/><ref name= Turkington_1998>{{cite book|author = Turkington,Carol A|title = Infectious Disease A to Z|edition = 1th ed.|publisher = New York: Facts on File|year = 1998}}</ref> |
||
<ref name= Cullen_2005>{{cite book|author = Cullen MM, Leopold DA MR|title = Nasal Emergencies.In: Emergencies of the Head and Neck|edition = 1th ed.page: 243-244|publisher = Mosby Inc|year = 2005}}</ref> |
<ref name= Cullen_2005>{{cite book|author = Cullen MM, Leopold DA MR|title = Nasal Emergencies.In: Emergencies of the Head and Neck|edition = 1th ed.page: 243-244|publisher = Mosby Inc|year = 2005}}</ref> |
||
<ref name= Santos_1998>{{cite book|author = Santos PM, Lepore ML|title = Epitaxis.In: Head and Neck Surgey-Otolaryngology|edition = 2th ed.|publisher = Philadelphia:Lippincott-Raven Publ|year = 1998}}</ref> |
<ref name= Santos_1998>{{cite book|author = Santos PM, Lepore ML|title = Epitaxis.In: Head and Neck Surgey-Otolaryngology|edition = 2th ed.|publisher = Philadelphia:Lippincott-Raven Publ|year = 1998}}</ref> |
||
Faktor predisposisi |
Faktor predisposisi:{{fact}} |
||
* Influenza |
* Influenza |
||
* Stomatitis |
* Stomatitis |
||
Baris 56: | Baris 61: | ||
* [[Diabetes mellitus]] |
* [[Diabetes mellitus]] |
||
== |
== Gambaran klinik == |
||
⚫ | Waktu rata-rata yang dibutuhkan hingga timbulnya penyakit TSS pasca bedah adalah 2 hari.{{fact}} Kasus TSS minor ringan umumnya ditandai dengan demam, menggigil mialgia, nyeri adomen, sakit tenggorokan, mual, muntah dan diare. Kasus TSS major dapat terjadi secara akut disertai gangguan multisistem berbagai organ dan kelainan laboratorium.<ref name=PerrySJ_2000/> |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | Pengguna kokain, dekongestan topical, steroi sparay memiliki tingkat karier terhadap S. aureus lebih tinggi secara statistik dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakannya.<ref name= |
||
== GAMBARAN KLINIK == |
|||
⚫ | Waktu rata-rata yang dibutuhkan hingga timbulnya penyakit TSS pasca bedah adalah 2 hari.{{fact}} Kasus TSS minor ringan umumnya ditandai dengan demam, menggigil mialgia,nyeri adomen, sakit tenggorokan, mual, muntah dan diare. Kasus TSS major dapat terjadi secara akut disertai gangguan multisistem berbagai organ dan kelainan laboratorium.<ref name= |
||
=== Pemeriksaan fisik === |
|||
Demam lebih dari 102<sup>o</sup>F (38,9<sup>o</sup>C) |
Demam lebih dari 102<sup>o</sup>F (38,9<sup>o</sup>C) |
||
* Hipotensi atau penurunan tekanan sistol sebesar 15mmHg. Stadium awal biasanya berlangsung sekitar |
* Hipotensi atau penurunan tekanan sistol sebesar 15mmHg. Stadium awal biasanya berlangsung sekitar 24–48 m, pasien akan mengalami disorientasi dan [[oligouri]]. |
||
* Udem wajah dan ekstremitas akibat kebocoran cairan intravaskuler ke dalam ruang interstitial. |
* Udem wajah dan ekstremitas akibat kebocoran cairan intravaskuler ke dalam ruang interstitial. |
||
* Kelemahan |
* Kelemahan dan kaku otot |
||
* Distensi abdomen |
* Distensi abdomen |
||
* 1/2 -3/4 penderita mengalami faringitis dan lidah kemerahan. |
* 1/2 -3/4 penderita mengalami faringitis dan lidah kemerahan. |
||
=== Pemerisaan laboratorium === |
|||
* [[Leukositosi]] |
* [[Leukositosi]] |
||
* [[Limfositopenia]] |
* [[Limfositopenia]] |
||
* [[Anemia]] ringan |
* [[Anemia]] ringan |
||
* Gangguan fungsi hati SGOT dan SGPT |
* Gangguan fungsi hati SGOT dan SGPT meningkat,[[Hiperbilirubinemia]] |
||
* PTT meningkat, PT normal |
* PTT meningkat, PT normal |
||
* [[Azotemia]], mioglobiunia dan sedimen urin abnormal setelah terjadi gagal ginjal akut |
* [[Azotemia]], mioglobiunia dan sedimen urin abnormal setelah terjadi gagal ginjal akut |
||
* Gangguan elektroit |
* Gangguan elektroit |
||
=== Radiologis === |
|||
Menunjukkan |
Menunjukkan gambaran sindrom distress pernapasan akut (ARDS) atau udem paru dengan tanda pembengkakan jaringan lunak pada lokasi infeksi. |
||
=== Elektrokardigram === |
|||
TSS didiagnosis jika 4 gejala mayor dan paling sedikit 3 gejala minor |
TSS didiagnosis jika 4 gejala mayor dan paling sedikit 3 gejala minor |
||
* Gejala mayor |
* Gejala mayor: |
||
# Gastrointestinal, muntah atau diare pada saat onset penyakit |
# Gastrointestinal, muntah atau diare pada saat onset penyakit |
||
# Muskuler, miagia yang berat atau kadar phosphokinase keratin paling sedikit 2 kali diatas nilai normal |
# Muskuler, miagia yang berat atau kadar phosphokinase keratin paling sedikit 2 kali diatas nilai normal |
||
# Mukosa membrane, Hiperemi vagina, orofaring atau konjungtiva |
# Mukosa membrane, Hiperemi vagina, orofaring atau konjungtiva |
||
# Renal, Blood rea Nitrogen(BUN) atau kreatinin paling sedikit 2 kali di atas batas normal atau sedimn urin dengan pyuria tanpa adanya |
# Renal, Blood rea Nitrogen(BUN) atau kreatinin paling sedikit 2 kali di atas batas normal atau sedimn urin dengan pyuria tanpa adanya |
||
# infeksi saluran kencing |
# infeksi saluran kencing |
||
# Hematologi, Trombosit < 100.000 |
# Hematologi, Trombosit < 100.000 |
||
# Sistem saraf pusat, disorientasi atau perubahan pada kesadaran tanpa tanda fokalneurologi dengan tidak disertai adanya demam dan hipotensi. |
# Sistem saraf pusat, disorientasi atau perubahan pada kesadaran tanpa tanda fokalneurologi dengan tidak disertai adanya demam dan hipotensi. |
||
# Serologi, tes serologi negatif untuk Rocky Mountain spotted fever. Leptopirosis dan measles |
# Serologi, tes serologi negatif untuk Rocky Mountain spotted fever. Leptopirosis dan measles |
||
* Gejala minor: |
* Gejala minor: |
||
# Demam > 38,9 <sup>o</sup>C disertai mengggil dansakit tenggorokan |
# Demam > 38,9 <sup>o</sup>C disertai mengggil dansakit tenggorokan |
||
# Ruam dan deskuanasi |
# Ruam dan deskuanasi |
||
# Myalgia, neri abdomen, ual/muntah dan diare |
# Myalgia, neri abdomen, ual/muntah dan diare |
||
== Diagnosis banding<ref name=PerrySJ_2000/><ref name= Issa_2001>{{cite book|author = Issa NC, Thompson RL|title= . Staphylococcal toxic shock syndrome: Suspicion and prevention are keys to control|edition = 4th ed. page: 55-6, 59-62|publisher = Postgrad Med.|year = 2001}}</ref> == |
|||
* Sindrom virus akut |
* Sindrom virus akut |
||
Baris 108: | Baris 108: | ||
* Sindrom lupus eritematous |
* Sindrom lupus eritematous |
||
* [[Gastroenteritis]] |
* [[Gastroenteritis]] |
||
* Penyakit Kawasaki |
* [[Penyakit Kawasaki]] |
||
* Demam [[scarlet staphylococcus]] |
* Demam [[scarlet staphylococcus]] |
||
⚫ | |||
Pengobatan TSS tergantung organ yang terinfeksi dan jenis bakteri penyebabnya.<ref>{{Cite web|date=2018-12-07|title=Infeksi Bakteri|url=https://www.alodokter.com/infeksi-bakteri|website=Alodokter|access-date=2021-03-26}}</ref> Aspek pengobatan awal yang paling penting adalah penatalaksanaan syok sirkulasi segera.{{fact}} Pengawasan terus menerus atas denyut jantung, output urin, dan tekanan vena sentral.<ref name=Levin1985/><ref name=AbramAC1994/><ref name=PerrySJ_2000/><ref name=PerrySJ_2000/> |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
Pengobatan TSS tergantung derajatnya.{{fact}} Aspek pngobatan awal yang paling penting adlah penatalaksanaan syok sirkulasi segera.{{fact}} Pengawasan terus menerus atas denyut jantung, output urin, dan tekanan vena sentral.<ref name= Levin1985>{{cite book|author = Buchdahl R, Levin M, Wilkins B, Gould J, Jaffe P, Matthew DJ, Dillon MJ|title = Toxic shock syndrome|edition = 1th ed. page: 563–567|publisher = Arch Dis Child|year = 1985}}</ref><ref name= AbramAC1994>{{cite book|author = Abram A.C , Beman KT|title = Toxic Shock Syndrome After Functional Endonasa Sinus Surgery : An all or none phenomena|edition = 8th ed. part 1:927-931|publisher = Laryngoscope|year = 1994}}</ref><ref name= Perry SJ_2000>{{cite book|author = Perry SJ, Harwood AL|title = Toxic Shock Syndrome and Streptococcal Toxic Shock Syndrome.In:Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide|edition = 5th ed. page:946-950|publisher = McGraw-Hill|year = 2000}}</ref><ref name= Perry SJ_2000>{{cite book|author = Perry SJ, Harwood AL|title = Toxic Shock Syndrome and Streptococcal Toxic Shock Syndrome.In:Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide|edition = 5th ed. page:946-950|publisher = McGraw-Hill|year = 2000}}</ref> |
|||
⚫ | |||
# Perawatan sebelum masuk rumah sakit: |
|||
⚫ | |||
* Pemberian oksigen |
|||
⚫ | |||
* Monitor denyut jantung, respirasi dan tekanan darah: |
|||
⚫ | |||
# 24 jam pertama penderita memerlukan 4-20 liter larutan kristaloid dan fresh frozen plasma |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
* Untuk memaksimalkan oksigenisasi jaringan |
* Untuk memaksimalkan oksigenisasi jaringan |
||
* Untuk mengoreksi |
* Untuk mengoreksi hipoksia dan atau asidosis |
||
* Terapi hiperbarik oksigen digunakan pada infeksi jaringan nekrosisi |
* Terapi hiperbarik oksigen digunakan pada infeksi jaringan nekrosisi |
||
* Monitoring jantung |
* Monitoring jantung |
||
* Monitorin gas darah |
* Monitorin gas darah |
||
* Pasang kateter untuk memonitoring urin |
* Pasang kateter untuk memonitoring urin |
||
* Tampon diangkat |
* Tampon diangkat |
||
* Fokus infeksi cepat dicari dan diobati segera. |
* Fokus infeksi cepat dicari dan diobati segera. |
||
=== Terapi antibiotik === |
|||
⚫ | * [[Amoksisilin]] dengan beta laktamase seperti [[klavulanat]] atau [[sulbaktam]] 1-2 gram, tiap 4 jam ; bila alergi terhadap [[penisilin]] dapat diberi [[vankomisin]] atau [[klindamisin]], 600–900 mg IV per 8 jam atau [[eritromisin]] 1 gram tiap 6 jam selama 3 hari dilanjutkan dengan [[diklosasilin]] oral atau klindamisn oral pada penderita alergi penisilin selama 10-14 hari. |
||
⚫ | |||
== Prognosis<ref name=Turkington1998/><ref name=AbramAC1994/> == |
|||
⚫ | * Amoksisilin dengan beta laktamase seperti |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
Prognosis<ref name= Turkington1998>{{cite book|author = Turkington Carol A|title = Infectious Disease A to Z|edition = 1th ed.|publisher = New York: Facts on File|year = 1998}}</ref><ref name= AbramAC1994>{{cite book|author = Abram A.C , Beman KT|title = Toxic Shock Syndrome After Functional Endonasa Sinus Surgery : An all or none phenomena|edition = 8th ed. part 1:927-931|publisher = Laryngoscope|year = 1994}}</ref> |
|||
⚫ | |||
== |
== Referensi == |
||
⚫ | |||
<div class="references-small"> |
|||
{{Authority control}} |
|||
⚫ | |||
</div> |
|||
[[Kategori:Sindrom|Toxic shock]] |
[[Kategori:Sindrom|Toxic shock]] |
||
[[Kategori:Alergi]] |
|||
[[ar:متلازمة الصدمة التسممية]] |
|||
[[ca:Síndrome de xoc tòxic]] |
|||
[[da:Tamponsyge]] |
|||
[[de:Toxisches Schocksyndrom]] |
|||
[[en:Toxic shock syndrome]] |
|||
[[es:Síndrome del shock tóxico]] |
|||
[[fr:Syndrome du choc toxique]] |
|||
[[it:Sindrome da shock tossico]] |
|||
[[nl:Toxischeshocksyndroom]] |
|||
[[no:Toksisk sjokksyndrom]] |
|||
[[pl:Zespół wstrząsu toksycznego]] |
|||
[[pt:Síndrome do choque tóxico]] |
|||
[[ru:Инфекционно-токсический шок]] |
|||
[[simple:Toxic shock syndrome]] |
|||
[[sv:Toxic shock syndrome]] |
|||
[[tr:Toksik şok sendromu]] |
|||
[[vi:Hội chứng sốc nhiễm độc]] |
Revisi terkini sejak 18 Januari 2024 10.17
Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. |
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Sindrom TS (bahasa Inggris: toxic shock syndrome, TSS) adalah suatu kumpulan gejala yang dapat mengancam jiwa, ditandai dengan demam tinggi, nyeri tenggorokan, eritema difus, hiperemia membran mukosa, mual/muntah, diare, dan gejala-gejala penyerta lainnya.[butuh rujukan] TSS dapat secara cepat berkembang menjadi disfungsi multisistem disertai gangguan elektrolit berat, gagal ginjal dan syok. TSS pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Jim Todd (1978), ahli epidemiologi di rumah sakit anak-anak Denver.[1]
TSS pertama kali mendapat perhatian publik pada tahun 1970, tidak lama setelah diperkenalkannya pembalut serap tinggi[2]. Epidemi serius dialami oleh wanita muda Amerika, yang gejala-gejalanya tidak dapat dijelaskan, mereka datang dengan demam tinggi, tekanan darah rendah, diare dan ruam kulit seperti tersengat matahari[2]. Meskipun TSS berhubungan dengan wanita menstruasi, penyakit ini dapat menyerang semua jenis kelamin, usia atau ras[2]. Infeksi dapat terjadi pada anak-anak, laki-laki dan wanita, yang mengalami pembedahan, luka atau sakit, dan yang tidak dapat melawan infeksi Staphylococcus.[3]
TSS telah dihubungkan dengan pembedahan rinologi dan alat-alat medis, dan dikaitkan dengan suatu eksotoksin berasal dari Staphylococcus aureus yang bersirkulasi dalam darah dan bersifat toksogenik.[butuh rujukan] Sebanyak 30% pasien yang menjalani pembedahan merupakan karier Staphylococcus aureus.[butuh rujukan] Pengguna kokain, dekongestan topikal, dan spray steroid memiliki tingkat karier yang lebih tinggi secara statistik dibandingkan mereka yang tidak menggunakannya.[4]
Sindrom syok toksik
[sunting | sunting sumber]TSST-1 merupakan turunan dari protein sebagai "pyrogenictoxin superaninens"(PTSAs).[butuh rujukan] Turunan protein ini juga termasuk Staphylococcus enteretoxins (SPE) A-I, kecuali F dan Staphylococcus enteretoxins A-C dan F, melampaui aktivitas sejumlah sustansial T-sel. Namun, tidak seperti antibodi yang menstimulasi sel-sel T sesuai dengan apitope spesifik melalui berbagai macam region TCR, superantigen seperti TSST-1 berinteraksi dengan TCR tergantung pada haplotipe masing-masing.[butuh rujukan] Aktivitas ini sangat berperan penting dalam pelepasan beberapa sitokin, yang nantinya akan berperan dalam pathogenesis TSS.[butuh rujukan]
Epidemiologi
[sunting | sunting sumber]Pada awal tahun 1980 dilaporkan kasus TSS non menstrual yang dihubungkan dengan berbagai macam prosedur operasi, misalnya pada rinoplasti, pemakaian tampon hidung dan kondisi kesehatan, misalnya pneumonia, influenza dan infeksi.[butuh rujukan] TSS dilaporkan terjadi menyusul setelah serangan influenza dan penyakit menyerupai penyakit influenza dengan angka mortalitas yag cukup signifikan (43%). Pemakaian tampon hidung juga data mengakibatkan TSS (20%-40%) pada populasi dewasa.[butuh rujukan] Pengguna kokain, dekongestan topical, steroi sparay memiliki tingkat karier terhadap S. aureus lebih tinggi secara statistik dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakannya.[5]
Patogenesis
[sunting | sunting sumber]Hidung adalah tempat yang paling sering terjadi kolonisasi Staphylococcus aureus.[butuh rujukan] Rusaknya sawar mukosa meningkatkan risiko pada pasien yang rentan TSS. Pada keadaan normal secara fisiologis silia dan mukosa blanket yang intak melapisi jalan napas dan berperan dalam mekanisme mucocillary clearace sebagai pertahanan terhadap kontak dengan bakteri.[butuh rujukan] Aksi langsung yang memperlambat, menghambat pergerakan silia dan mukosa blanket akan menyebabkan organisme menetap di saluran napas dan berkembangbiak pada mukosa yang stagnant.[butuh rujukan] Kemungkinan keringnya mukosa blanket setelah trauma operasi dan kerusakan mukosa akan mengakibatkan tidak aktifnya mucocillary clearace dan merupakan tempat masuknya toksin bakteri.[butuh rujukan] Tindakan yang dapat meningkatkan risiko meliputi penggunaan alat-alat medis seperti tampon hidung dan septal splints.[butuh rujukan] Sebagian besar kasus TSS secara langsung disebabkan oleh kolonisasi atau terinfeksi Staphylococcus aureus yang mensekresi eksotoksin dan dikenal sebagai Toxic Shock Syndrome (TSST-1). Sifat biologis yang dimiliki oleh TSST-1 adalah sebagai berikut:[1][3][6][7]
- menimbulkan demam dengan cara menginduksi hipotalamus secara langsung atau secara tidak langsung melalui interleukin 1(IL-1) dan memproduksi faktor nekrosis tumor (TNF).
- menimbulkan superantigenisasi dan stimulus berlebihan terhadap limfosit T
- merangsang produksi interferon
- meningkatkan hipersensitivitas tipe lambat
- menekan migrasi netrofil dan sekresi imunolgobulin
- meningkatkan kerentanan inang terhadap endotoksin
Sebanyak 90% kasus TSQ akibat menstruasi (TSSAM) adalah disebabkan oleh strain S. aureus yang menghasilkan TSST-1, sedangkan pada kasus TSS non menstruasi (TSSANM), TSST-1 hanya ditemukan pada kurang dari separuh kasus.[butuh rujukan] Enterotoksin B dan C telah berhasil diidentifikasi dari bahan isolasi TSSANM dan memiliki struktur kimiawi yang hampir identik dengan yang terdapat pada TSST-1. Hal ini dapat menjelaskan kemiripan gambaran klinis TSSAM dan TSSANM.[butuh rujukan] Aspek paling menarik dari patofisiologi adalah vasolidilatas masif dan perpindahan cepat serum dan cairan ruang intravaskular ke ekstravaskular.[butuh rujukan]
Hipotensi disebabkan oleh:[butuh rujukan]
- menurunnya tonus vasomotor menimbulkan penimbunan darah di perifer dan kemudian menyebabkan turunnya tekanan vena sentral dan tekanan kapiler paru.
- kebocoran cairan yang bersifat nonhidrostatik ke dalam jaringan interstitium, mnyebaban turunnya volume intrvaskuler dan udem secara menyeluruh, terutama didaerah kepala dan leher.
- menurunnya fungsi jantung, termasuk berkurangnya pergerakan otot jantung dan berkurangnya fraksi kontraksi.
- berkurangnya cairan tubuh total akibat muntah diare dan demam.
Dibutuhan beberapa faktor untuk berkembang menjadi sindroma, yaitu:
- individu harus terinfeksi dengan Staphylococcus aureus yang memproduksi TSST-1 atau implikasitoksin lainnya.
- toksin kemudian menyebar pada kulit atau barier membran mukosa pada daerah kolonisasi.
- pada pasien harus terdapat risko infesi karena kekurangan antibody antitosin.
Etiologi
[sunting | sunting sumber]TSS disebabkan oleh strain Staphylococcus aureus yang normalnya ditemukan pada hidung mulut, tangan dan kadang-kadang vagina[2] Bakteri menghasilkan toksin yang meiliki karakteristik. Dalam jumlah yang cukup besar, toksin dapat masuk ke peredaran darah dan menyebabkan infeksi yang berpotensi menjadi fatal.[7][8] [9] [10]
Faktor predisposisi:[butuh rujukan]
- Influenza
- Stomatitis
- Tracheitis
- Pengguna obat intravena
- Infeksi HIV
- Luka bakar
- Dermatitis kontak alergi
- Infeksi kandungan
- Post partum
- Infeksi pasca oprasi
- Tamponhidun
- Diabetes mellitus
Gambaran klinik
[sunting | sunting sumber]Waktu rata-rata yang dibutuhkan hingga timbulnya penyakit TSS pasca bedah adalah 2 hari.[butuh rujukan] Kasus TSS minor ringan umumnya ditandai dengan demam, menggigil mialgia, nyeri adomen, sakit tenggorokan, mual, muntah dan diare. Kasus TSS major dapat terjadi secara akut disertai gangguan multisistem berbagai organ dan kelainan laboratorium.[7]
Pemeriksaan fisik
[sunting | sunting sumber]Demam lebih dari 102oF (38,9oC)
- Hipotensi atau penurunan tekanan sistol sebesar 15mmHg. Stadium awal biasanya berlangsung sekitar 24–48 m, pasien akan mengalami disorientasi dan oligouri.
- Udem wajah dan ekstremitas akibat kebocoran cairan intravaskuler ke dalam ruang interstitial.
- Kelemahan dan kaku otot
- Distensi abdomen
- 1/2 -3/4 penderita mengalami faringitis dan lidah kemerahan.
Pemerisaan laboratorium
[sunting | sunting sumber]- Leukositosi
- Limfositopenia
- Anemia ringan
- Gangguan fungsi hati SGOT dan SGPT meningkat,Hiperbilirubinemia
- PTT meningkat, PT normal
- Azotemia, mioglobiunia dan sedimen urin abnormal setelah terjadi gagal ginjal akut
- Gangguan elektroit
Radiologis
[sunting | sunting sumber]Menunjukkan gambaran sindrom distress pernapasan akut (ARDS) atau udem paru dengan tanda pembengkakan jaringan lunak pada lokasi infeksi.
Elektrokardigram
[sunting | sunting sumber]TSS didiagnosis jika 4 gejala mayor dan paling sedikit 3 gejala minor
- Gejala mayor:
- Gastrointestinal, muntah atau diare pada saat onset penyakit
- Muskuler, miagia yang berat atau kadar phosphokinase keratin paling sedikit 2 kali diatas nilai normal
- Mukosa membrane, Hiperemi vagina, orofaring atau konjungtiva
- Renal, Blood rea Nitrogen(BUN) atau kreatinin paling sedikit 2 kali di atas batas normal atau sedimn urin dengan pyuria tanpa adanya
- infeksi saluran kencing
- Hematologi, Trombosit < 100.000
- Sistem saraf pusat, disorientasi atau perubahan pada kesadaran tanpa tanda fokalneurologi dengan tidak disertai adanya demam dan hipotensi.
- Serologi, tes serologi negatif untuk Rocky Mountain spotted fever. Leptopirosis dan measles
- Gejala minor:
- Demam > 38,9 oC disertai mengggil dansakit tenggorokan
- Ruam dan deskuanasi
- Myalgia, neri abdomen, ual/muntah dan diare
Diagnosis banding[7][11]
[sunting | sunting sumber]- Sindrom virus akut
- Leptospirosis
- Sindrom lupus eritematous
- Gastroenteritis
- Penyakit Kawasaki
- Demam scarlet staphylococcus
Pengobatan
[sunting | sunting sumber]Pengobatan TSS tergantung organ yang terinfeksi dan jenis bakteri penyebabnya.[12] Aspek pengobatan awal yang paling penting adalah penatalaksanaan syok sirkulasi segera.[butuh rujukan] Pengawasan terus menerus atas denyut jantung, output urin, dan tekanan vena sentral.[1][6][7][7]
Perawatan sebelum masuk rumah sakit meliputi resusitasi caran secara agresif, terutama pada hipotensi, dan pemberian oksigen Perawatan ICU meliputi resusitasi cairan dan pemberian oksigen dilanjutkan. Monitor denyut jantung, respirasi dan tekanan darah.
Resusitasi cairan
[sunting | sunting sumber]Dua puluh empat jam pertama penderita memerlukan 4-20 liter larutan kristaloid dan fresh frozen plasma, serta mungkin dapat diberikan infus dopamin dengan dosis awal 5-20 mu/kg BB bila restriksi cairan gagal memulihkan tekanan normal.
Terapi oksigen
[sunting | sunting sumber]- Untuk memaksimalkan oksigenisasi jaringan
- Untuk mengoreksi hipoksia dan atau asidosis
- Terapi hiperbarik oksigen digunakan pada infeksi jaringan nekrosisi
- Monitoring jantung
- Monitorin gas darah
- Pasang kateter untuk memonitoring urin
- Tampon diangkat
- Fokus infeksi cepat dicari dan diobati segera.
Terapi antibiotik
[sunting | sunting sumber]- Amoksisilin dengan beta laktamase seperti klavulanat atau sulbaktam 1-2 gram, tiap 4 jam ; bila alergi terhadap penisilin dapat diberi vankomisin atau klindamisin, 600–900 mg IV per 8 jam atau eritromisin 1 gram tiap 6 jam selama 3 hari dilanjutkan dengan diklosasilin oral atau klindamisn oral pada penderita alergi penisilin selama 10-14 hari.
- Metilprednisolon dan immunoglobulin intravena.
Prognosis[3][6]
[sunting | sunting sumber]Prognosis sangat dipengaruhi oleh lamanya syok, gangguan organ sekunder, kecepatan pendeteksi dan intervensi medis yang serius.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c Buchdahl R, Levin M, Wilkins B, Gould J, Jaffe P, Matthew DJ, Dillon MJ (1985). Toxic shock syndrome (edisi ke-1th ed. page: 563–567). Arch Dis Child.
- ^ a b c d Chuang, Yu-Yu; Huang, Yhu-Chering; Lin, Tzou-Yien (2005-01-01). "Toxic Shock Syndrome in Children". Pediatric Drugs (dalam bahasa Inggris). 7 (1): 11–24. doi:10.2165/00148581-200507010-00002. ISSN 1179-2019.
- ^ a b c Turkington Carol A (1998). Infectious Disease A to Z (edisi ke-1th ed.). New York: Facts on File.
- ^ Gittelman PD, Jacob JB (1991). Staphylococcus aureus Nasal Carriage in Patient with Rhinusinositis (edisi ke-7th ed. Part 1:733-6). Laryngoscope.
- ^ Issa NC, Thompson RL (2001). Staphylococcal toxic shock syndrome: Suspicion and prevention are keys to control (edisi ke-4th ed. page: 55-6, 59-62). Postgrad Med.
- ^ a b c Abram A.C , Beman KT (1994). Toxic Shock Syndrome After Functional Endonasa Sinus Surgery : An all or none phenomena (edisi ke-8th ed. part 1:927-931). Laryngoscope.
- ^ a b c d e f Perry SJ, Harwood AL (2000). Toxic Shock Syndrome and Streptococcal Toxic Shock Syndrome.In:Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide (edisi ke-5th ed. page:946-950). McGraw-Hill.
- ^ Turkington,Carol A (1998). Infectious Disease A to Z (edisi ke-1th ed.). New York: Facts on File.
- ^ Cullen MM, Leopold DA MR (2005). Nasal Emergencies.In: Emergencies of the Head and Neck (edisi ke-1th ed.page: 243-244). Mosby Inc.
- ^ Santos PM, Lepore ML (1998). Epitaxis.In: Head and Neck Surgey-Otolaryngology (edisi ke-2th ed.). Philadelphia:Lippincott-Raven Publ.
- ^ Issa NC, Thompson RL (2001). . Staphylococcal toxic shock syndrome: Suspicion and prevention are keys to control (edisi ke-4th ed. page: 55-6, 59-62). Postgrad Med.
- ^ "Infeksi Bakteri". Alodokter. 2018-12-07. Diakses tanggal 2021-03-26.