Lompat ke isi

Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah Singosari: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mailiyas (bicara | kontrib)
Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah Singosari Malang
Tag: tanpa kategori [ * ]
 
k →‎top: clean up, added uncategorised tag
 
(17 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{wikify}}
Pondok Pesantren Putri Al-Ishlahiyah didirikan pada tahun 1955 oleh Almarhum KH. Mahfudz Kholil bersama istri beliau Hj. Hasbiyah Hamid (putri Almarhum KH. Abdul Hamid Hasbullah (adik kandung pendiri NU, KH. Abdul Wahab Hasbullah, Tambakberas Jombang ). KH. Mahfudz adalah adik ipar KH. Masykur, Menteri agama RI era Presiden Soekarno. KH. Masykur juga telah menjadi sahabat KH. Abdul Wahab Hasbullah sebelum lahirnya jam'iyah Nahdlatul 'Ulama.
88{{kembangkan}}

'''Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah''' didirikan pada tahun 1955 oleh Almarhum KH. Mahfudz Kholil bersama istri dia Hj. Hasbiyah Hamid (putri Almarhum KH. Abdul Hamid Hasbullah (adik kandung pendiri NU, KH. Abdul Wahab Hasbullah, Tambakberas Jombang ). KH. Mahfudz adalah adik ipar KH. Masykur, Menteri agama RI era Presiden Soekarno. KH. Masykur juga telah menjadi sahabat KH. Abdul Wahab Hasbullah sebelum lahirnya jam'iyah Nahdlatul 'Ulamah.


Cikal bakal pondok pesantren putri Al-Ishlahiyah adalah rumah almaghfurlah KH.Kholil Asy'ari yang beristrikan Nyai Halimah (putri alm. Mbah Tohir Bungkuk) yang menjadi tempat mengaji para remaja putri di sekitar Bungkuk, Singosari, Malang, di bawah bimbingan Nyai Halimah yang wafat mendahului suaminya. Setelah seratus hari wafatnya Nyai Halimah tahun 1953, salah satu putra KH.Kholil Asy'ari (H. Mahfudz) dinikahkan dengan putri Jombang keponakan mbah Wahab bernama Hasbiyah yang pada saat itu berusia 16 tahun. Belakangan, Ibu Hasbiyah meneruskan peran Nyai Halimah mengajar ngaji remaja putri dan kerabat-kerabat di sekitar Bungkuk. Setelah menikah dan berputra dua, keluarga H. Mahfudz berpindah rumah di seberang rumah orang tuanya, tepatnya di Jalan Kramat, Singosari. Sebagian santri pun ikut pindah bersama keluarga H. Mahfudz-Hasbiyah.
Cikal bakal pondok pesantren putri Al-Ishlahiyah adalah rumah almaghfurlah KH.Kholil Asy'ari yang beristrikan Nyai Halimah (putri alm. Mbah Tohir Bungkuk) yang menjadi tempat mengaji para remaja putri di sekitar Bungkuk, Singosari, Malang, di bawah bimbingan Nyai Halimah yang wafat mendahului suaminya. Setelah seratus hari wafatnya Nyai Halimah tahun 1953, salah satu putra KH.Kholil Asy'ari (H. Mahfudz) dinikahkan dengan putri Jombang keponakan mbah Wahab bernama Hasbiyah yang pada saat itu berusia 16 tahun. Belakangan, Ibu Hasbiyah meneruskan peran Nyai Halimah mengajar ngaji remaja putri dan kerabat-kerabat di sekitar Bungkuk. Setelah menikah dan berputra dua, keluarga H. Mahfudz berpindah rumah di seberang rumah orang tuanya, tepatnya di Jalan Kramat, Singosari. Sebagian santri pun ikut pindah bersama keluarga H. Mahfudz-Hasbiyah.


Pada perkembangan berikutnya, seiring dengan didirikannya PGANU (Pendidikan Guru Agama Nahdatul Ulama') di lingkungan perguruan Nahdatul Ulama' Singosari (kini dikenal sebagai Yayasan Pendidikan Almaarif) oleh KH. Masykur, banyak murid PGANU dari luar Singosari yang mengaji ke Ibu Hasbiyah sekaligus tinggal menetap di keluarga H. Mahfudz. Bersamaan dengan gairah pergerakan Nahdatul Ulama' saat itu, maka H. Mahfudz mengorganisir para santri yang mengaji di rumah beliau dengan membentuk komisariat IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama') yang diberi nama Al-Ishlah (yang berarti maju/damai).
Pada perkembangan berikutnya, seiring dengan didirikannya PGANU (Pendidikan Guru Agama Nahdatul Ulama') di lingkungan perguruan Nahdatul Ulama' Singosari (kini dikenal sebagai Yayasan Pendidikan Almaarif) oleh KH. Masykur, banyak murid PGANU dari luar Singosari yang mengaji ke Ibu Hasbiyah sekaligus tinggal menetap di keluarga H. Mahfudz. Bersamaan dengan gairah pergerakan Nahdatul Ulama' saat itu, maka H. Mahfudz mengorganisir para santri yang mengaji di rumah dia dengan membentuk komisariat IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama') yang diberi nama Al-Ishlah (yang berarti maju/damai).


Kyai KholilSejak saat itulah kediaman keluarga H. Mahfudz mulai dikenal dengan sebutan pesantren putri Al-Ishlah, dengan santri yang menetap sekitar 50 orang. Belakangan, nama Al-Ishlah diubah menjadi Al-Ishlahiyah.
Kyai KholilSejak saat itulah kediaman keluarga H. Mahfudz mulai dikenal dengan sebutan pesantren putri Al-Ishlah, dengan santri yang menetap sekitar 50 orang. Belakangan, nama Al-Ishlah diubah menjadi Al-Ishlahiyah.
Dari waktu ke waktu jumlah santri bertambah. KH.Mahfudz terus berpikir bagaimana sistim belajar mengajar di Pesantren Putri Al-Ishlahiyah bisa terus maju. Sehingga pada tahun 1983 mulailah dirintis model pengajian klasikal dalam bentuk Madrasah Diniyah. Dan pada tahun yang sama KH. Mahfudz mengupayakan penguatan lembaga pesantren dengan mencatatkannya kepada notaris. Maka sejak saat itu Yayasan Pesantren Al-Ishlahiyah tertuang dalam akte notaris no.171/YPP/YYf/III/1983, E.H. Wijaya, SH.
Dari waktu ke waktu jumlah santri bertambah. KH.Mahfudz terus berpikir bagaimana sistem belajar mengajar di Pesantren Putri Al-Ishlahiyah bisa terus maju. Sehingga pada tahun 1983 mulailah dirintis model pengajian klasikal dalam bentuk Madrasah Diniyah. Dan pada tahun yang sama KH. Mahfudz mengupayakan penguatan lembaga pesantren dengan mencatatkannya kepada notaris. Maka sejak saat itu Yayasan Pesantren Al-Ishlahiyah tertuang dalam akta notaris no.171/YPP/YYf/III/1983, E.H. Wijaya, SH.
Dua tahun kemudian KH.Mahfudz Kholil berpulang ke rahmatullah saat menunaikan ibadah haji tahun 1985, dengan meninggalkan beberapa rencana pengembangan unit-unit kegiatan di lingkungan Pondok Pesatren Al-Ishlahiyah.
Dua tahun kemudian KH.Mahfudz Kholil berpulang ke rahmatullah saat menunaikan ibadah haji tahun 1985, dengan meninggalkan beberapa rencana pengembangan unit-unit kegiatan di lingkungan Pondok Pesatren Al-Ishlahiyah.


Sepeninggal KH.Mahfudz, Ibu Nyai Hasbiyah Hamid bersama putra-putrinya bertekad untuk melanjutkan cita-cita almarhum. Dan kini, Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah telah berkembang dengan berbagai unit kegiatan sebagaimana yang di cita-citakan pendiri. Unit-unit kegiatan yang sekarang diselenggarakan di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah adalah :
Sepeninggal KH.Mahfudz, Ibu Nyai Hasbiyah Hamid bersama putra-putrinya bertekad untuk melanjutkan cita-cita almarhum. Dan kini, Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah telah berkembang dengan berbagai unit kegiatan sebagaimana yang di cita-citakan pendiri. Unit-unit kegiatan yang sekarang diselenggarakan di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah adalah:


1. Pondok Pesantren Putri Al-Ishlahiyah (sejak tahun 1955)
1. Pondok Pesantren Putri Al-Ishlahiyah (sejak tahun 1955)
2. Pondok Pesantren Putra Al-Ishlah (sejak tahun 1986)
2. Pondok Pesantren Putra Al-Ishlah (sejak tahun 1986)
3. Madrasah Diniyah Putri Al-Ishlahiyah (sejak tahun 1987)
3. Madrasah Diniyah Putri Al-Ishlahiyah (sejak tahun 1987)
4. Madrasah Diniyah Putra Al-Ishlah (sejak tahun 2005)
4. Madrasah Diniyah Putra Al-Ishlah (sejak tahun 2005)
5. PUAN Amal Hayati (Woman Crisis Centre) Al-Ishlahiyah (sejak tahun 2002)
5. PUAN Amal Hayati (Woman Crisis Centre) Al-Ishlahiyah (sejak tahun 2002)
6. SMK Terpadu Al-Ishlahiyah (sejak tahun 2005)
6. [http://www.smk-ishlahiyah.sch.id SMK Terpadu Al-Ishlahiyah] (sejak tahun 2005)
7. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Al-Ishlah (sejak tahun 2006)
7. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Al-Ishlah (sejak tahun 2006)
8. Play Group Al-Ishlah (sejak tahun 2007)
8. Play Group Al-Ishlah (sejak tahun 2007)
9. Sekolah Kesetaraan "Nawa Kartika" (sejak tahun 2007)
9. Sekolah Kesetaraan "Nawa Kartika" (sejak tahun 2007)

Disamping unit-unit kegiatan tersebut, secara berkala Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah Singosari juga menyelenggarakan program pendidikan ked praktis bagi santri dan masya


{{Uncategorized|date=Februari 2023}}
Disamping unit-unit kegiatan tersebut, secara berkala Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah Singosari juga menyelenggarakan program pendidikan ketrampilan praktis bagi santri dan masyarakat sekitar, disamping juga menyelenggarakan bakti sosial kepada masyarakat.

Revisi terkini sejak 2 Februari 2023 20.29

88

Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah didirikan pada tahun 1955 oleh Almarhum KH. Mahfudz Kholil bersama istri dia Hj. Hasbiyah Hamid (putri Almarhum KH. Abdul Hamid Hasbullah (adik kandung pendiri NU, KH. Abdul Wahab Hasbullah, Tambakberas Jombang ). KH. Mahfudz adalah adik ipar KH. Masykur, Menteri agama RI era Presiden Soekarno. KH. Masykur juga telah menjadi sahabat KH. Abdul Wahab Hasbullah sebelum lahirnya jam'iyah Nahdlatul 'Ulamah.

Cikal bakal pondok pesantren putri Al-Ishlahiyah adalah rumah almaghfurlah KH.Kholil Asy'ari yang beristrikan Nyai Halimah (putri alm. Mbah Tohir Bungkuk) yang menjadi tempat mengaji para remaja putri di sekitar Bungkuk, Singosari, Malang, di bawah bimbingan Nyai Halimah yang wafat mendahului suaminya. Setelah seratus hari wafatnya Nyai Halimah tahun 1953, salah satu putra KH.Kholil Asy'ari (H. Mahfudz) dinikahkan dengan putri Jombang keponakan mbah Wahab bernama Hasbiyah yang pada saat itu berusia 16 tahun. Belakangan, Ibu Hasbiyah meneruskan peran Nyai Halimah mengajar ngaji remaja putri dan kerabat-kerabat di sekitar Bungkuk. Setelah menikah dan berputra dua, keluarga H. Mahfudz berpindah rumah di seberang rumah orang tuanya, tepatnya di Jalan Kramat, Singosari. Sebagian santri pun ikut pindah bersama keluarga H. Mahfudz-Hasbiyah.

Pada perkembangan berikutnya, seiring dengan didirikannya PGANU (Pendidikan Guru Agama Nahdatul Ulama') di lingkungan perguruan Nahdatul Ulama' Singosari (kini dikenal sebagai Yayasan Pendidikan Almaarif) oleh KH. Masykur, banyak murid PGANU dari luar Singosari yang mengaji ke Ibu Hasbiyah sekaligus tinggal menetap di keluarga H. Mahfudz. Bersamaan dengan gairah pergerakan Nahdatul Ulama' saat itu, maka H. Mahfudz mengorganisir para santri yang mengaji di rumah dia dengan membentuk komisariat IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama') yang diberi nama Al-Ishlah (yang berarti maju/damai).

Kyai KholilSejak saat itulah kediaman keluarga H. Mahfudz mulai dikenal dengan sebutan pesantren putri Al-Ishlah, dengan santri yang menetap sekitar 50 orang. Belakangan, nama Al-Ishlah diubah menjadi Al-Ishlahiyah. Dari waktu ke waktu jumlah santri bertambah. KH.Mahfudz terus berpikir bagaimana sistem belajar mengajar di Pesantren Putri Al-Ishlahiyah bisa terus maju. Sehingga pada tahun 1983 mulailah dirintis model pengajian klasikal dalam bentuk Madrasah Diniyah. Dan pada tahun yang sama KH. Mahfudz mengupayakan penguatan lembaga pesantren dengan mencatatkannya kepada notaris. Maka sejak saat itu Yayasan Pesantren Al-Ishlahiyah tertuang dalam akta notaris no.171/YPP/YYf/III/1983, E.H. Wijaya, SH. Dua tahun kemudian KH.Mahfudz Kholil berpulang ke rahmatullah saat menunaikan ibadah haji tahun 1985, dengan meninggalkan beberapa rencana pengembangan unit-unit kegiatan di lingkungan Pondok Pesatren Al-Ishlahiyah.

Sepeninggal KH.Mahfudz, Ibu Nyai Hasbiyah Hamid bersama putra-putrinya bertekad untuk melanjutkan cita-cita almarhum. Dan kini, Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah telah berkembang dengan berbagai unit kegiatan sebagaimana yang di cita-citakan pendiri. Unit-unit kegiatan yang sekarang diselenggarakan di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah adalah:

1. Pondok Pesantren Putri Al-Ishlahiyah (sejak tahun 1955) 2. Pondok Pesantren Putra Al-Ishlah (sejak tahun 1986) 3. Madrasah Diniyah Putri Al-Ishlahiyah (sejak tahun 1987) 4. Madrasah Diniyah Putra Al-Ishlah (sejak tahun 2005) 5. PUAN Amal Hayati (Woman Crisis Centre) Al-Ishlahiyah (sejak tahun 2002) 6. SMK Terpadu Al-Ishlahiyah (sejak tahun 2005) 7. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Al-Ishlah (sejak tahun 2006) 8. Play Group Al-Ishlah (sejak tahun 2007) 9. Sekolah Kesetaraan "Nawa Kartika" (sejak tahun 2007)

Disamping unit-unit kegiatan tersebut, secara berkala Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah Singosari juga menyelenggarakan program pendidikan ked praktis bagi santri dan masya