Suku Karo Asli: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Dikembalikan ke revisi 6780806 oleh Bennylin (bicara) (Anti Vandal Cop) Tag: Perubahan target pengalihan Pembatalan |
||
(20 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
#ALIH [[Suku Karo]] |
|||
{{ethnic group| |
|||
|group=Suku Karo |
|||
|poptime=[[sekitar 3,5 juta jiwa]]. |
|||
|popplace=[[Kabupaten Karo]], [[Medan]], [[Deli-Serdang]], [[Binjai]], [[Langkat]], [[Dairi]], [[Kabupaten Serdang Bedagai]],[[Kabupaten Simalungun]], [[Sumatera Utara]]: {{br}} |
|||
|langs=[[bahasa Karo]]: [[Cakap Karo]] dan [[bahasa Indonesia]] juga digunakan. |
|||
|rels=[[Kristen]], [[Islam]], dan [[Pemena (Senata Dharma]]. |
|||
|related=[[suku Melayu]], [[Suku Aceh]], [[Suku Batak]]. |
|||
}} |
|||
'''Karo''' adalah salah Suku Bangsa asli yang mendiami Pesisir Timur(Ooskust) Sumatera atau bekas wilayah Kresidenan [[Sumatera Timur]], [[Dataran Tinggi Karo]], [[Sumatera Utara]], [[Indonesia]]. Suku ini merupakan salah satu suku terbesar di Sumatera Utara. Nama suku ini juga dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu [[Kabupaten Karo]]. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut [[Bahasa Karo]] atau Cakap Karo. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna [[merah]] serta [[hitam]] dan penuh dengan perhiasan [[emas]]. |
|||
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De bekende Karo-Batak schaker Si Narser met zijn vrouw Karolanden Noord-Sumatra Timur 10005391.jpg|200 px|thumb|right|Orang Karo]] |
|||
Suku Karo juga sering disebut suku Batak Karo. Hal ini dikarenakan banyaknya marga, kekerabatan, kepercayaan, dan geografis domisilinya yang dikelilingi etnis-etnis yang dikatakan Batak. Orang Karo menyebut dirinya kalak Karo, orang diluar Karo dan tidak mengenal Karo-lah yang kemudian memanggil mereka Batak Karo. |
|||
Benar tidaknya Karo ini dikatakan [[Batak]], tergantung pada persepsi Batak yang ditawarkan. Sebab, jika konsep Batak yang ditawarkan adalah Batak yang didasarkan pada hubungan vertikan(geneologi/keturunan darah) seperti yang berlaku di [[Toba]]-Batak, bahwa [[Si Raja Batak]] adalah nenek moyang bangsa Batak, maka Karo bukanlah Batak! Hal ini dikarenakan eksistensi Karo yang teridentifikasi lebih awal dibandingkan kemunculan Si Raja Batak ini(Karo jauh ada sebelum abad ke-13 Masehi) yang didasarkan pada fakta sejarah, logika, dan tradisi di Karo dan suku-suku lainnya yang dikatakan Batak. Namun, jika batak yang didasarkan pada kekerabatan horizontal(solidaritas, teritorial, dan geografis) maka Karo adalah bagian dari Batak. |
|||
== Eksistensi Kerajaan Haru-Karo == |
|||
Kerajaan [[Haru-Karo]] ([[Kerajaan Aru]]) mulai menjadi [[kerajaan]] besar di [[Sumatera]], namun tidak diketahui secara pasti kapan berdirinya. Namun demikian, Brahma Putra, dalam bukunya "Karo dari Zaman ke Zaman" mengatakan bahwa pada abad 1 Masehi sudah ada kerajaan di [[Sumatera Utara]] yang rajanya bernama "[[Pa Lagan]]". Menilik dari nama itu merupakan bahasa yang berasal dari suku Karo. Mungkinkah pada masa itu kerajaan haru sudah ada?, hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.(Darwan Prinst, SH :2004) |
|||
Kerajaan Haru-Karo diketahui tumbuh dan berkembang bersamaan waktunya dengan kerajaan [[Majapahit]], [[Sriwijaya]], [[Johor]], [[Malaka]] dan [[Aceh]]. Terbukti karena kerajaan Haru pernah berperang dengan kerajaan-kerajaan tersebut. Kerajaan Haru pada masa keemasannya, pengaruhnya tersebar mulai dari Aceh Besar hingga ke sungai Siak di Riau. |
|||
Terdapat suku Karo di [[Aceh Besar]] yang dalam [[bahasa Aceh]] disebut Karee. Keberadaan suku Haru-Karo di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalam bukunya "Aceh Sepanjang Abad", (1981). Ia menekankan bahwa penduduk asli Aceh Besar adalah keturunan mirip Batak. Namun tidak dijelaskan keturunan dari Batak mana penduduk asli tersebut. Sementara itu, H. M. Zainuddin dalam bukunya "Tarich Atjeh dan Nusantara" (1961) mengatakan bahwa di lembah Aceh Besar disamping terdapat kerajaan Islam terdapat pula kerajaan Karo. Selanjunya disebutkan bahwa penduduk asli atau bumi putera dari ke-20 mukim bercampur dengan suku Karo. [[Brahma Putra]], dalam bukunya "Karo Sepanjang Zaman" mengatakan bahwa raja terakhir suku Karo di Aceh Besar adalah [[Manang Ginting Suka]]. |
|||
Kelompok karo di Aceh kemudian berubah nama menjadi "Kaum Lhee Reutoih" atau Kaum Tiga Ratus. Penamaan demikian terkait dengan peristiwa perselisihan antara suku Karo dengan suku Hindu di sana yang disepakati diselesaikan dengan perang tanding. Sebanyak tiga ratus (300) orang suku Karo akan berkelahi dengan empat ratus (400) orang suku Hindu di suatu lapangan terbuka. Perang tanding ini dapat didamaikan dan sejak saat itu suku Karo disebut sebagai kaum tiga ratus dan kaum Hindu disebut kaum empat ratus. |
|||
Dikemudian hari terjadi pencampuran antar suku Karo dengan [[suku Hindu]] dan mereka disebut sebagai kaum Ja Sandang. Golongan lainnya adalah Kaum Imeum Peuet dan Kaum Tok Batee yang merupakan campuran suku pendatang, seperti: Kaum Hindu, [[Bangsa Arab|Arab]], [[Persia]], dan lainnya. |
|||
== Wilayah Pengaruh Suku Karo == |
|||
Sering terjadi kekeliruan dalam percakapan sehari-hari di masyarakat bahwa ''Taneh'' ''Karo'' diidentikkan dengan Kabupaten Karo. Padahal, Taneh Karo jauh lebih luas daripada Kabupaten Karo karena meliputi: |
|||
=== Kabupaten Tanah Karo === |
|||
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM 'Karolanden. Si Garang Garang links een bamboe dakladder op den achtergrond de Sinaboeng.' TMnr 10017210.jpg|thumb|200px|Tanah Karo terletak di kaki Gunung Sinabung (foto diambil sekitar tahun 1917).]] |
|||
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Tanah Karo. Kota yang terkenal dengan di wilayah ini adalah Brastagi dan Kabanjahe. Brastagi merupakan salah satu kota turis di Sumatera Utara yang sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang unggul. Salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman yang terkenal yaitu sebagai penghasil ''Markisa Jus'' yang terkenal hingga seluruh nusantara. |
|||
Mayoritas suku Karo bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah [[Gunung Sinabung]] dan [[Gunung Sibayak]] yang sering disebut sebagai atau "Taneh Karo Simalem". |
|||
Banyak keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan. Masakan Karo, salah satu yang unik adalah disebut ''terites''. Terites ini disajikan pada saat pesta budaya, seperti pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, dan pesta tahunan yang dinamakan -kerja tahun-. |
|||
Trites ini bahannya diambil dari isilambung sapi/kerbau, yang belum dikeluarkan sebagai kotoran.Bahan inilah yang diolah sedemikian rupa dicampur dengan bahan rempah-rempah sehingga aroma tajam pada isi lambung berkurang dan dapat dinikmati. Masakan ini merupakan makanan favorit yang suguhan pertama diberikan kepada yang dihormati. |
|||
=== Kota Medan === |
|||
Pendiri kota Medan adalah seorang putra Karo yaitu ''Guru Patimpus Sembiring Pelawi''. |
|||
=== Kota Binjai === |
|||
Kota Binjai merupakan daerah yang memiliki interaksi paling kuat dengan [[Medan|Kota Medan]] disebabkan oleh jaraknya yang relatif sangat dekat dari Kota Medan sebagai ibukota Provinsi [[Sumatera_Utara|Sumatera Utara]]. |
|||
=== Kabupaten Dairi === |
|||
Wilayah Kabupaten Dairi pada umumnya sangat subur dengan kemakmuran masyarakatnya melalui perkebunan kopinya yang sangat berkualitas. Sebagian Kabupaten Dairi yang merupakan bagian Taneh Karo: |
|||
* Kecamatan Taneh Pinem |
|||
* Kecamatan Tiga Lingga |
|||
* Kecamatan Gunung Sitember |
|||
=== Kabupaten Aceh Tenggara === |
|||
Taneh Karo di kabupaten Aceh Tenggara meliputi: |
|||
* Kecamatan Lau Sigala-gala (Desa Lau Deski, Lau Perbunga, Lau Kinga) |
|||
* Kecamatan Simpang Simadam |
|||
== Merga == |
|||
{{main|Marga Karo}} |
|||
'''Suku Karo''' memiliki sistem kemasyarakatan atau [[adat]] yang dikenal dengan nama ''merga silima'', ''tutur siwaluh'', dan ''rakut sitelu''. Merga disebut untuk [[laki-laki]], sedangkan untuk [[perempuan]] yang disebut ''beru''. ''Merga'' atau ''beru'' ini disandang di belakang nama seseorang. ''Merga'' dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok, yang disebut dengan ''merga silima''. Kelima merga tersebut adalah: |
|||
# '''Karo-karo ''': Barus, Bukit, Gurusinga, Kaban, Kacaribu, Surbakti, Sinulingga, Sitepu dll (Jumlah = 18) |
|||
# '''Tarigan ''': Bondong, Ganagana, Gerneng, Purba, Sibero dll (Jumlah = 13) |
|||
# '''Ginting''': Munthe, Saragih, Suka, Ajartambun, Jadibata, Manik, dll (Jumlah = 16) |
|||
# '''Sembiring''': '' Sembiring si banci man biang'' (sembiring yang boleh makan anjing): Keloko, Sinulaki, Kembaren, Sinupayung (Jumlah = 4); ''Sembiring simantangken biang'' (sembiring yang tidak boleh makan Anjing): Brahmana, Depari, Meliala, Pelawi dll (Jumlah = 15) |
|||
# '''Perangin-angin''': Bangun, Kacinambun, Perbesi,Sebayang, Pinem, Sinurat dll (Jumlah = 18) |
|||
Total semua submerga adalah = 84 |
|||
Kelima merga ini masih mempunyai submerga masing-masing. Setiap orang Karo mempunyai salah satu dari merga tersebut. Merga diperoleh secara turun termurun dari ayah. Merga ayah juga merga anak. Orang yang mempunyai merga atau beru yang sama, dianggap bersaudara dalam arti mempunyai nenek moyang yang sama. Kalau laki-laki bermarga sama, maka mereka disebut (b)''ersenina'', demikian juga antara perempuan dengan perempuan yang mempunyai beru sama, maka mereka disebut juga (b)''ersenina''. Namun antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bermerga sama, mereka disebut ''erturang'', sehingga dilarang melakukan perkawinan, kecuali pada merga ''Sembiring'' dan ''Peranginangin'' ada yang dapat menikah di antara mereka. |
|||
== Rakut Sitelu == |
|||
Hal lain yang penting dalam susunan masyarakat Karo adalah ''rakut sitelu'' atau ''daliken sitelu'' (artinya secara metaforik adalah tungku nan tiga), yang berarti ikatan yang tiga. Arti ''rakut sitelu'' tersebut adalah sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) bagi orang Karo. Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat dalam masyarakat Karo yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu: |
|||
# '''kalimbubu''' |
|||
# '''anak beru''' |
|||
# '''senina''' |
|||
Kalimbubu dapat didefinisikan sebagai keluarga pemberi [[isteri]], anak beru keluarga yang mengambil atau menerima isteri, dan senina keluarga satu galur keturunan merga atau keluarga inti. |
|||
dll ok |
|||
== Tutur Siwaluh == |
|||
''Tutur siwaluh'' adalah konsep kekerabatan masyarakat Karo, yang berhubungan dengan penuturan, yaitu terdiri dari delapan golongan: |
|||
# '''puang kalimbubu''' |
|||
# '''kalimbubu''' |
|||
# '''senina''' |
|||
# '''sembuyak''' |
|||
# '''senina sipemeren''' |
|||
# '''senina sepengalon/sedalanen''' |
|||
# '''anak beru''' |
|||
# '''anak beru menteri''' |
|||
Dalam pelaksanaan upacara adat, ''tutur siwaluh'' ini masih dapat dibagi lagi dalam kelompok-kelompok lebih khusus sesuai dengan keperluan dalam pelaksanaan upacara yang dilaksanakan, yaitu sebagai berikut: |
|||
# '''Puang kalimbubu''' adalah kalimbubu dari kalimbubu seseorang |
|||
# '''Kalimbubu''' adalah kelompok pemberi isteri kepada keluarga tertentu, kalimbubu ini dapat dikelompokkan lagi menjadi: |
|||
#* '''Kalimbubu bena-bena''' atau kalimbubu tua, yaitu kelompok pemberiisteri kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi isteri adal dari keluarga tersebut. Misalnya A bermerga Sembiring bere-bere Tarigan, maka Tarigan adalah kalimbubu Si A. Jika A mempunyai anak, maka merga Tarigan adalah kalimbubu bena-bena/kalimbubu tua dari anak A. Jadi kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua adalah kalimbubu dari ayah kandung. |
|||
#* '''Kalimbubu simada dareh''' adalah berasal dari ibu kandung seseorang. Kalimbubu simada dareh adalah saudara laki-laki dari ibu kandung seseorang. Disebut kalimbubu simada dareh karena merekalah yang dianggap mempunyai darah, karena dianggap darah merekalah yang terdapat dalam diri keponakannya. |
|||
#* '''Kalimbubu iperdemui''', berarti kalimbubu yang dijadikan kalimbubu oleh karena seseorang mengawini putri dari satu keluarga untuk pertama kalinya. Jadi seseorang itu menjadi kalimbubu adalah berdasarkan perkawinan. |
|||
# '''Senina''', yaitu mereka yang bersadara karena mempunyai merga dan submerga yang sama. |
|||
# '''Sembuyak''', secara harfiah se artinya satu dan mbuyak artinya kandungan, jadi artinya adalah orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama. Namun dalam masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina yang berlainan submerga juga, dalam bahasa Karo disebut sindauh ipedeher (yang jauh menjadi dekat). |
|||
# '''Sipemeren''', yaitu orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini didukung lagi oleh pihak siparibanen, yaitu orang-orang yang mempunyai isteri yang bersaudara. |
|||
# '''Senina Sepengalon''' atau Sendalanen, yaitu orang yang bersaudara karena mempunyai anak-anak yang memperisteri dari beru yang sama. |
|||
# '''Anak beru''', berarti pihak yang mengambil isteri dari suatu keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena mengawini wanita keluarga tertentu, dan secara tidak langsung melalui perantaraan orang lain, seperti anak beru menteri dan anak beru singikuri.Anak beru ini terdiri lagi atas: |
|||
#* '''anak beru tua''', adalah anak beru dalam satu keluarga turun temurun. Paling tidak tiga generasi telah mengambil isteri dari keluarga tertentu (kalimbubunya). Anak beru tua adalah anak beru yang utama, karena tanpa kehadirannya dalam suatu upacara adat yang dibuat oleh pihak kalimbubunya, maka upacara tersebut tidak dapat dimulai. Anak beru tua juga berfungsi sebagai anak beru singerana (sebagai pembicara), karena fungsinya dalam upacara adat sebagai pembicara dan pemimpin keluarga dalam keluarga kalimbubu dalam konteks upacara adat. |
|||
#* '''Anak beru cekoh baka tutup''', yaitu anak beru yang secara langsung dapat mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga kalimbubunya. Anak beru sekoh baka tutup adalah anak saudara perempuan dari seorang kepala keluarga. Misalnya Si A seorang laki-laki, mempunyai saudara perempuan Si B, maka anak Si B adalah anak beru cekoh baka tutup dari Si A. Dalam panggilan sehari-hari anak beru disebut juga bere-bere mama. |
|||
# '''Anak beru menteri''', yaitu anak berunya anak beru. Asal kata menteri adalah dari kata minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubunya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat. Ada pula yang disebut anak beru singkuri, yaitu anak berunya anak beru menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara adat. |
|||
== Aksara == |
|||
[[Media:Aksara_karo.png|Aksara Karo]] [[Berkas:Aksara_karo.png|frame|Aksara Karo]] |
|||
'''Aksara Karo''' ini adalah aksara kuno yang dipergunakan oleh masyarakat Karo, akan tetapi pada saat ini penggunaannya sangat terbatas sekali bahkan hampir tidak pernah digunakan lagi.guna melengkapi cara penulisan perlu dilengkapi dengan anak huruf seperti o= ketolongen, x= sikurun, ketelengen dan pemantek |
|||
== Kebudayaan tradisional == |
|||
Suku Karo mempunyai beberapa kebudayaan tradisional, di antaranya [[tari tradisional]]: |
|||
* [[Piso Surit]] |
|||
* [[Lima Serangkai]] |
|||
* [[Tari Terang Bulan]] |
|||
* [[Tari Roti Manis]] |
|||
Suku Karo juga memiliki [[drama]] tradisional yang disebut dengan kata '''Gundala'''. |
|||
== Kegiatan Budaya == |
|||
* [[Merdang Merdem|Merdang merdem]] = "kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron". |
|||
* [[Mahpah]] = "kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron". |
|||
* [[Mengket Rumah Mbaru]] - Pesta memasuki rumah (adat - ibadat) baru. |
|||
* [[Mbesur-mbesuri]] - "Ngerires" - membuat lemang waktu padi mulai bunting. |
|||
* [[Ndilo Udan]] - memanggil hujan. |
|||
* [[Rebu-rebu]] - mirip pesta "kerja tahun". |
|||
* [[Ngumbung]] - hari jeda "aron" (kumpulan pekerja di desa). |
|||
* [[Erpangir Ku Lau]] - penyucian diri (untuk membuang sial). |
|||
* [[Raleng Tendi]] - "Ngicik Tendi" = memanggil jiwa setelah seseorang kurang tenang karena terkejut secara suatu kejadian yang tidak disangka-sangka. |
|||
* [[Motong Rambai]] - Pesta kecil keluarga - handai taulan untuk memanggkas habis rambut bayi (balita) yang terjalin dan tidak rapi. |
|||
* [[Ngaloken Cincin Upah Tendi]] - Upacara keluarga pemberian cincin permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere atau dari Bibi ke Permain). |
|||
* [[Ngaloken Rawit]] - Upacara keluarga pemberian pisau ([[tumbuk lada]]) atau belati atau celurit kecil yang berupa permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere) - keponakan laki-laki. |
|||
==Galeri== |
|||
<gallery> |
|||
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ngenkal het omwerken van de grond met puntige stokken Karo-landen TMnr 10010952.jpg|Petani Karo |
|||
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Primitieve grondbewerking (engkal) met stokken Karo-Hoogvlakte TMnr 10010947.jpg|Petani Karo |
|||
</gallery> |
|||
== Referensi == |
|||
* [http://kamus.karo.or.id/aksara.php kamus Karo online] |
|||
* [http://www.facebook.com/pages/Komunitas-Sejuta-kalak-karo/157667500914584?sk=photos photo karo tempoe doeloe] |
|||
* Perangin-angin, Martin. (2004). Orang Karo Diantara Orang Batak. Pustaka Sora Mido |
|||
{{Suku Bangsa Batak}} |
|||
{{Suku bangsa di Indonesia}} |
|||
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Karo]] |
|||
[[Kategori:Suku Karo| ]] |
|||
[[Kategori:Batak]] |
|||
[[en:Karo people (Indonesia)]] |
|||
[[fr:Batak Karo]] |
|||
[[jv:Suku Karo]] |
|||
[[ms:Karo]] |
Revisi terkini sejak 14 Agustus 2021 17.06
Mengalihkan ke: