Rasyid Ridha: Perbedaan antara revisi
Badak Jawa (bicara | kontrib) k Menambah Kategori:Cendekiawan Muslim Sunni menggunakan HotCat Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
|||
(25 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Refimprove-bio-tokohmuslim}} |
|||
⚫ | '''Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha'uddin Al-Qalmuni Al-Husaini''' ( |
||
{{Infobox Muslim scholar |
|||
|honorific_prefix = Muhammad Rasyid Ridha |
|||
|caption = Rasyid Ridha |
|||
|title = |
|||
|image = MohammedRachidRidaAvant1935.jpg |
|||
|birth_name = محمد رشید رضا |
|||
|birth_date = 23 September 1865<ref name=EI2/> atau 17 Oktober 1865<ref name=Goldschmidt/> |
|||
|birth_place = [[Suriah Utsmaniyah]], [[Kesultanan Utsmaniyah]] (sekarang [[Suriah]]) |
|||
|death_date = 22 Agustus 1935<ref name=Goldschmidt/> (umur 69) |
|||
|death_place = [[Kairo]], [[Mesir]] |
|||
|death_cause = |
|||
|resting_place = |
|||
|other_names = |
|||
|nationality = [[Kesultanan Utsmaniyah|Utsmaniyah]] |
|||
|ethnicity = |
|||
|era = |
|||
|region = |
|||
|denomination = [[Salafiyah|Salafi]]<ref>David Gauvain, Salafi Ritual Purity: In the Presence of God, p33</ref> |
|||
|jurisprudence = |
|||
|creed = |
|||
|movement = |
|||
|notable_ideas = |
|||
|notable_works = ''[[Tafsir al-Manar]]'' |
|||
|alma_mater = |
|||
|Sufi_order = |
|||
|disciple_of = |
|||
|awards = |
|||
|influences = [[Muhammad Abduh]], [[Jamal-al-Din Afghani|Jamal al-Din al-Afghani]] |
|||
|influenced = [[Muhammad Nashiruddin al-Albani]],<ref>"He began to specialize in the field of Hadith and its related sciences by the age of 20 -- being influenced by articles in Al-Manar magazine." Prophet's Prayer (Sallallaahu 'Alaihi Wasallam) Described from the Beginning to the End as Though You See it, introduction, p4.</ref> [[Muhammad Asad]] |
|||
|module = |
|||
|website = |
|||
}} |
|||
⚫ | '''Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha'uddin Al-Qalmuni Al-Husaini''' ({{lang-ar|محمد رشيد رضا}}; [[Transliterasi Arab|transliterasi]], Muḥammad Rashīd Riḍā; lahir di [[Suriah Utsmaniyah]], 23 September 1865<ref name=EI2>{{Cite encyclopedia|author=Ende, W. | year= 2012 | title=Ras̲h̲īd Riḍā|encyclopedia=Encyclopaedia of Islam| edition=2nd|publisher=Brill |editors=P. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs|url=http://dx.doi.org/10.1163/1573-3912_islam_SIM_6240|subscription=yes}}</ref> atau 18 Oktober 1865<ref name=Goldschmidt>{{cite book|title=Biographical Dictionary of Modern Egypt|author= Arthur Goldschmidt|url=https://books.google.com/books?id=p3J6IS8t74QC&pg=PA166|page=166|publisher=Lynne Rienner Publishers|year=2000}}</ref> – meninggal di [[Mesir]], 22 Agustus 1935)<ref name=Goldschmidt/> dikenal sebagai '''Rasyid Ridha''') adalah seorang intelektual muslim dari [[Suriah]] yang mengembangkan gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh [[Jamaluddin al-Afghani]] dan [[Muhammad Abduh]]. Ridha mempelajari kelemahan-kelemahan masyarakat muslim saat itu, dibandingkan masyarakat kolonialis Barat, dan menyimpulkan bahwa kelemahan tersebut antara lain kecenderungan umat untuk mengikuti tradisi secara buta (taqlid), minat yang berlebihan terhadap dunia sufi dan kemandegan pemikiran ulama yang mengakibatkan timbulnya kegagalan dalam mencapai kemajuan di bidang sains dan teknologi. Ia berpendapat bahwa kelemahan ini dapat diatasi dengan kembali ke prinsip-prinsip dasar Islam dan melakukan ijtihad dalam menghadapi realita modern. |
||
Mulai tahun [[1898]] hingga wafat(1935), Ridha menerbitkan surat kabar yang bernama [[Al-Manar (jurnal)|Al-Manar]]. |
Mulai tahun [[1898]] hingga wafat(1935), Ridha menerbitkan surat kabar yang bernama [[Al-Manar (jurnal)|Al-Manar]]. |
||
Baris 5: | Baris 38: | ||
Nasabnya sampai kepada [[Ahlul Bait]]. |
Nasabnya sampai kepada [[Ahlul Bait]]. |
||
== Ide-ide Pemikiran dalam Bidang Agama == |
|||
⚫ | |||
Dalam bidang agama, Rasyid Ridha berpendapat umat Islam lemah dikarenakan tidak lagi mengamalkan ajaran agama yang murni seperti yang diterapkan pada masa Rasulullah SAW. Sebab, ajaran pada saat itu sudah tercampur [[Bidah|bid'ah]] dan [[khurafat]]. Rasyid Ridha juga menegaskan, jika umat Islam ingin maju, mereka harus kembali berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW tanpa terikat oleh pendapat-pendapat ulama terdahulu yang tidak sesuai dengan tuntutan hidup modern. Ia kemudian mengamati paham [[fatalisme]] yang menyelimuti umat Islam pada waktu itu. Rasyid Ridha berpendapat ajaran Islam itu seharusnya mengandung paham [[dinamika]], bukan fatalisme. Idenya yang lain ialah toleransi dalam bermazhab. Menurutnya, timbulnya perpecahan pada kalangan umat Islam dikarenakan adanya sikap [[fanatisme]] terhadap [[mazhab]]. Oleh karena itu, menurut Rasyid Ridha perlu menghidupkan toleransi dalam bermazhab. Bahkan, termasuk dalam bidang hukum, walaupun ia sendiri dikenal sebagai pengikut Mazhab Hanbali.<ref>Musdah Mulia, ''Ensiklopedi Islam,'' Jilid 6, ed. Nina M. Armando, et. al. (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2005), hal. 45.</ref> |
|||
⚫ | |||
== Bersama Tarekat [[Syadziliyyah]] == |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
Mengenai hal ini, Syaikh Rasyid menyebutkan bahwa yang membuatnya gandrung mempelajar Tasawuf adalah pesona kitab ‘Ihya’ ‘Ulum ad-Diin’ karya Imam [[Al-Ghazali]]. |
Mengenai hal ini, Syaikh Rasyid menyebutkan bahwa yang membuatnya gandrung mempelajar Tasawuf adalah pesona kitab ‘Ihya’ ‘Ulum ad-Diin’ karya Imam [[Al-Ghazali]]. |
||
Kemudian |
Kemudian dia meminta kepada gurunya dalam tarekat Syadziliyyah, [[Muhammad Al-Qawiqji]] untuk memperkenankannya untuk tetap menjalankan tarekat Syadziliyyah secara formalitas saja. |
||
⚫ | |||
⚫ | Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan sebagai Sufi, dia menuturkan pengalamannya, ''“Saya sudah menjalani Tarekat Naqsyabandiyyah, mengenal yang tersembunyi dan paling tersembunyi dari misteri-misteri dan rahasia-rahasianya. Aku telah mengarungi lautan Tasawuf dan telah meneropong intan-intan di dalamnya yang masih kokoh dan buih-buihnya yang terlempar ombak. Namun akhirnya petualangan itu berakhir ke tepian damai, ‘pemahaman Salaf ash-Shalih’ dan tahulah aku bahwa setiap yang bertentangan dengannya adalah kesesatan yang nyata.”'' |
||
⚫ | Dia banyak terpengaruh oleh majalah ‘al-‘Urwah al-Wutsqa’ dan artikel-artikel para ulama dan sastrawan. Terlebih, pengaruh gurunya, Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Ia benar-benar terpengaruh sekali sehingga seakan gurunya lah yang telah menggerakkan akal dan pikirannya untuk membuang jauh-jauh seluruh bid’ah dan menggabungkan antara ilmu agama dan modern serta mengupayakan tegak kokohnya umat dalam upaya menggapai kemenangan. |
||
⚫ | |||
⚫ | Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan sebagai Sufi, |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
== Referensi == |
|||
⚫ | |||
{{reflist}} |
|||
⚫ | |||
{{Islam-bio-stub}} |
|||
<!--anda dapat berkontribusi dalam pelacakan artikel biografi tokoh muslim di wikipedia dengan menambahkan templat ini pada halaman tokoh muslim yang belum terhimpun di dalam kategori pelacakan --Kategori:Semua artikel biografi tokoh muslim -- Lihat Templat:Lifetime-Tokoh-Muslim --> |
|||
⚫ | |||
{{Lifetime-Tokoh-Muslim |
|||
|sort = Rasyid Ridha |
|||
|hari_lahir = |
|||
|tgl_lahir_h = |
|||
|tgl_lahir_m = |
|||
|bln_lahir_h = |
|||
|bln_lahir_m = |
|||
|thn_lahir_h = |
|||
|thn_lahir_m = 1865 |
|||
|tempat_lahir = |
|||
|status_hidup_wafat = WAFAT |
|||
|sebab_wafat = |
|||
|tempat_wafat = Mesir |
|||
|hari_wafat = |
|||
|tgl_wafat_h = |
|||
|tgl_wafat_m = 22 |
|||
|bln_wafat_h = |
|||
|bln_wafat_m = Agustus |
|||
|thn_wafat_h = |
|||
|thn_wafat_m = 1935 |
|||
|tempat_makam = |
|||
}} |
|||
[[Kategori:Cendekiawan Muslim|Ridha]] |
[[Kategori:Cendekiawan Muslim|Ridha]] |
||
[[Kategori:Tokoh Suriah|Ridha]] |
[[Kategori:Tokoh Suriah|Ridha]] |
||
[[Kategori:Ulama|Ridha]] |
|||
[[Kategori:Cendekiawan Muslim Sunni]] |
Revisi terkini sejak 22 Februari 2024 09.10
Muhammad Rasyid Ridha | |
---|---|
Lahir | محمد رشید رضا 23 September 1865[1] atau 17 Oktober 1865[2] Suriah Utsmaniyah, Kesultanan Utsmaniyah (sekarang Suriah) |
Meninggal | 22 Agustus 1935[2] (umur 69) Kairo, Mesir |
Kebangsaan | Utsmaniyah |
Firkah | Salafi[3] |
Karya yang terkenal | Tafsir al-Manar |
Dipengaruhi oleh | |
Mempengaruhi |
Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha'uddin Al-Qalmuni Al-Husaini (bahasa Arab: محمد رشيد رضا; transliterasi, Muḥammad Rashīd Riḍā; lahir di Suriah Utsmaniyah, 23 September 1865[1] atau 18 Oktober 1865[2] – meninggal di Mesir, 22 Agustus 1935)[2] dikenal sebagai Rasyid Ridha) adalah seorang intelektual muslim dari Suriah yang mengembangkan gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh. Ridha mempelajari kelemahan-kelemahan masyarakat muslim saat itu, dibandingkan masyarakat kolonialis Barat, dan menyimpulkan bahwa kelemahan tersebut antara lain kecenderungan umat untuk mengikuti tradisi secara buta (taqlid), minat yang berlebihan terhadap dunia sufi dan kemandegan pemikiran ulama yang mengakibatkan timbulnya kegagalan dalam mencapai kemajuan di bidang sains dan teknologi. Ia berpendapat bahwa kelemahan ini dapat diatasi dengan kembali ke prinsip-prinsip dasar Islam dan melakukan ijtihad dalam menghadapi realita modern.
Mulai tahun 1898 hingga wafat(1935), Ridha menerbitkan surat kabar yang bernama Al-Manar.
Nasabnya sampai kepada Ahlul Bait.
Ide-ide Pemikiran dalam Bidang Agama
[sunting | sunting sumber]Dalam bidang agama, Rasyid Ridha berpendapat umat Islam lemah dikarenakan tidak lagi mengamalkan ajaran agama yang murni seperti yang diterapkan pada masa Rasulullah SAW. Sebab, ajaran pada saat itu sudah tercampur bid'ah dan khurafat. Rasyid Ridha juga menegaskan, jika umat Islam ingin maju, mereka harus kembali berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW tanpa terikat oleh pendapat-pendapat ulama terdahulu yang tidak sesuai dengan tuntutan hidup modern. Ia kemudian mengamati paham fatalisme yang menyelimuti umat Islam pada waktu itu. Rasyid Ridha berpendapat ajaran Islam itu seharusnya mengandung paham dinamika, bukan fatalisme. Idenya yang lain ialah toleransi dalam bermazhab. Menurutnya, timbulnya perpecahan pada kalangan umat Islam dikarenakan adanya sikap fanatisme terhadap mazhab. Oleh karena itu, menurut Rasyid Ridha perlu menghidupkan toleransi dalam bermazhab. Bahkan, termasuk dalam bidang hukum, walaupun ia sendiri dikenal sebagai pengikut Mazhab Hanbali.[5]
Bersama Tarekat Syadziliyyah
[sunting | sunting sumber]Dia mulai mempelajari tasawuf dari gurunya, Husain Al-Jisr. Setelah dia menggali dan memperdalam ilmu dan ushuluddin, sadarlah ia bahwa membaca Wirid tersebut termasuk bid’ah. Karena itu, ia pun meninggalkannya dan lebih memilih untuk membaca dan mempelajari al-Qur’an.
Bersama Tarekat Naqsyabandiyyah
[sunting | sunting sumber]Mengenai hal ini, Syaikh Rasyid menyebutkan bahwa yang membuatnya gandrung mempelajar Tasawuf adalah pesona kitab ‘Ihya’ ‘Ulum ad-Diin’ karya Imam Al-Ghazali.
Kemudian dia meminta kepada gurunya dalam tarekat Syadziliyyah, Muhammad Al-Qawiqji untuk memperkenankannya untuk tetap menjalankan tarekat Syadziliyyah secara formalitas saja.
Beralih Dari Tasawuf Ke Pemahaman Manhaj Salaf
[sunting | sunting sumber]Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan sebagai Sufi, dia menuturkan pengalamannya, “Saya sudah menjalani Tarekat Naqsyabandiyyah, mengenal yang tersembunyi dan paling tersembunyi dari misteri-misteri dan rahasia-rahasianya. Aku telah mengarungi lautan Tasawuf dan telah meneropong intan-intan di dalamnya yang masih kokoh dan buih-buihnya yang terlempar ombak. Namun akhirnya petualangan itu berakhir ke tepian damai, ‘pemahaman Salaf ash-Shalih’ dan tahulah aku bahwa setiap yang bertentangan dengannya adalah kesesatan yang nyata.”
Dia banyak terpengaruh oleh majalah ‘al-‘Urwah al-Wutsqa’ dan artikel-artikel para ulama dan sastrawan. Terlebih, pengaruh gurunya, Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Ia benar-benar terpengaruh sekali sehingga seakan gurunya lah yang telah menggerakkan akal dan pikirannya untuk membuang jauh-jauh seluruh bid’ah dan menggabungkan antara ilmu agama dan modern serta mengupayakan tegak kokohnya umat dalam upaya menggapai kemenangan.
Dan yang lebih banyak mempengaruhinya lagi adalah dia buku-buku karya
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Ende, W. (2012). "Ras̲h̲īd Riḍā". Dalam P. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs. Encyclopaedia of Islam (edisi ke-2nd). Brill. ((Perlu berlangganan (help)).
- ^ a b c d Arthur Goldschmidt (2000). Biographical Dictionary of Modern Egypt. Lynne Rienner Publishers. hlm. 166.
- ^ David Gauvain, Salafi Ritual Purity: In the Presence of God, p33
- ^ "He began to specialize in the field of Hadith and its related sciences by the age of 20 -- being influenced by articles in Al-Manar magazine." Prophet's Prayer (Sallallaahu 'Alaihi Wasallam) Described from the Beginning to the End as Though You See it, introduction, p4.
- ^ Musdah Mulia, Ensiklopedi Islam, Jilid 6, ed. Nina M. Armando, et. al. (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2005), hal. 45.