Lompat ke isi

Burung hantu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamsa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(64 revisi perantara oleh 40 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Distinguish|hantu}}
{{Distinguish|hantu}}
{{Automatic taxobox
{{Taxobox
| name = Burung Hantu
| name = Burung hantu
| taxon = Strigiformes
| image = Northern_Spotted_Owl.USFWS-thumb.jpg
| status =
| image_caption = [[Burung hantu belang]]
| status_system =
| status_ref =
| status2 =
| status2_system =
| status2_ref =
| fossil_range = [[Thanetium]] – sekarang {{fossilrange|60|0}}
| image = Portrait of owls.jpg
| image_upright =
| image_caption = kumpulan wajah dari beberapa jenis burung hantu
| image2 =
| image2_caption =
| domain = [[Eukaryota]]
| regnum = [[Animalia]]
| regnum = [[Animalia]]
| subregnum =
| phylum = [[Chordata]]
| phylum = [[Chordata]]
| subphylum =
| superdivisio =
| divisio =
| subdivisio =
| superclassis =
| classis = [[Aves]]
| classis = [[Aves]]
| cohort =
| subclassis =
| infraclassis =
| subterclassis =
| superordo =
| ordo = '''Strigiformes'''
| ordo = '''Strigiformes'''
| subordo =
| ordo_authority = [[Johann Georg Wagler|Wagler]], 1830
| infraordo =
| subdivision_ranks = Suku/familia
| subdivision =
| zoosectio =
| superfamilia =
[[Strigidae]]{{br}}
| familia =
[[Tytonidae]]
| subfamilia =
| supertribus =
| tribus =
| subtribus =
| genus =
| species =
| authority = [[Johann Georg Wagler|Wagler]], 1830
| familia_authority =
| genus_authority =
| species_authority =
|subdivision_ranks = Klasifikasi
|subdivision = Lihat teks
| range_map = Owl range.png
| range_map_caption = Peta persebaran
| type_genus =
| type_genus_authority =
| synonyms = Strigidae <small>''sensu'' Sibley & Ahlquist</small>
| synonyms_ref =
}}
}}


'''Burung hantu''' adalah kelompok [[burung]] yang merupakan anggota ordo Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (''karnivora'', pemakan daging) dan merupakan hewan malam (''nokturnal''). Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies yang telah diketahui, yang menyebar di seluruh dunia kecuali [[Antartika]], sebagian besar [[Greenland]], dan beberapa pulau-pulau terpencil.
'''Burung hantu''' atau '''Manguni''' adalah kelompok [[burung]] yang merupakan anggota dari ordo '''Strigiformes'''. Burung ini merupakan burung buas ([[karnivor]]a) yang aktif pada saat malam (nokturnal). Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies yang telah diketahui, yang menyebar di seluruh dunia kecuali [[Antarktika]], sebagian besar [[Greenland]], dan beberapa pulau-pulau terpencil.


Manguni dibagi kedalam dua famili: Tytonidae dan [[Serak|Strigidae]]. Burung hantu berburu aneka binatang seperti [[serangga]], [[kodok]], [[tikus]], dan lain-lain. Burung ini biasanya hidup soliter dan sekelompok burung hantu disebut sebagai "Parlemen"<ref name=":0">[http://intisari-online.com/read/burung-hantu-predator-alami-yang-ulung- Burung Hantu, Predator Alami yang Ulung, diakses tgl 24/6/2013]{{Pranala mati|date=Februari 2021|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}</ref>
Di dunia barat, hewan ini dianggap simbol kebijaksanaan, tetapi di beberapa tempat di Indonesia dianggap pembawa pratanda maut, maka namanya '''Burung Hantu'''. Walau begitu tidak di semua tempat di Nusantara burung ini disebut sebagai burung hantu. Di Jawa misalnya, nama burung ini adalah ''darès'' atau ''manuk darès'' yang tidak ada konotasinya dengan maut atau hantu. Di [[Sulawesi Utara]], burung hantu dikenal dengan nama '''Manguni'''.


== Anatomi ==
Burung hantu dikenal karena ''matanya besar dan menghadap ke depan'', tak seperti umumnya jenis burung lain yang matanya menghadap ke samping. Bersama ''paruh yang bengkok tajam'' seperti paruh [[elang]] dan susunan bulu di kepala yang membentuk ''lingkaran wajah'', tampilan "wajah" burung hantu ini demikian mengesankan dan kadang-kadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga ''wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang''.
Burung hantu dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak seperti jenis burung pada umumnya yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang bengkok tajam seperti paruh [[elang]] dan susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah, tampilan wajah burung ini demikian mengesankan meskipun kadang-kadang menyeramkan. Leher burung ini sangatlah lentur sehingga ia dapat memutarkan pandangan wajahnya hingga 180 derajat.


Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun.
Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Perilaku burung hantu yang kerap tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah terlihat, begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun.


Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.
Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.
Baris 28: Baris 70:
Kebanyakan jenis burung hantu berburu di malam hari, meski sebagiannya berburu ketika hari remang-remang di waktu subuh dan sore (''krepuskular'') dan ada pula beberapa yang berburu di siang hari.
Kebanyakan jenis burung hantu berburu di malam hari, meski sebagiannya berburu ketika hari remang-remang di waktu subuh dan sore (''krepuskular'') dan ada pula beberapa yang berburu di siang hari.


Mata yang menghadap ke depan, sehingga memungkinkan mengukur jarak dengan tepat; paruh yang kuat dan tajam; kaki yang cekatan dan mampu mencengkeram dengan kuat; dan kemampuan terbang tanpa berisik, merupakan modal dasar bagi kemampuan berburu dalam gelapnya malam. Beberapa jenis bahkan dapat memperkirakan jarak dan posisi mangsa dalam kegelapan total, hanya berdasarkan indera pendengaran dibantu oleh bulu-bulu wajahnya untuk mengarahkan suara.
Pandangan mata yang besar dan tajam memungkinkan spesies ini mampu mengukur jarak dengan akurat. Paruh yang kuat dan tajam pada kaki nya yang cekatan mampu mencengkeram dengan kuat. Kemampuan terbang tanpa berisik merupakan modal utama bagi kemampuan burung hantu untuk berburu di malam yang gelap gulita. Beberapa jenis lainnya bahkan dapat memperkirakan jarak dan keberadaan mangsa dengan presisi dalam kegelapan total hanya dengan mengandalkan indra pendengaran yang dibantu oleh bulu-bulu di wajahnya untuk menyesuaikan dan mengarahkan gelombang suara.


Burung hantu kerap membuat sarang terutama dibuat di lubang-lubang pohon, atau di antara pelepah daun bangsa palem. Beberapa jenis juga kerap memanfaatkan ruang-ruang pada bangunan, seperti di bawah atap atau lubang-lubang yang kosong. Bergantung pada jenisnya, burung hantu dapat bertelur antara satu hingga empat butir, kebanyakan berwarna putih atau putih berbercak.
Burung hantu berburu aneka binatang seperti [[serangga]], [[kodok]], [[tikus]], dan lain-lain.


== Taksonomi dan sistematika ==
Sarang terutama dibuat di lubang-lubang pohon, atau di antara pelepah daun bangsa palem. Beberapa jenis juga kerap memanfaatkan ruang-ruang pada bangunan, seperti di bawah atap atau lubang-lubang yang kosong. Bergantung pada jenisnya, bertelur antara satu hingga empat butir, kebanyakan berwarna putih atau putih berbercak.
Burung hantu (Ordo Strigiformes) terdiri dari enam suku (familia). Namun hanya tersisa dua famili burung hantu yang masih ada, yaitu famili [[Serak|burung serak]] atau burung-hantu gudang (Tytonidae) dan famili burung-hantu sejati (Strigidae).
* [[Ogygoptyngidae]] †
** ''Ogygoptynx''
* [[Protostrigidae]]†
** ''Eostrix''
** ''Minerva''
** ''Oligostrix''
* [[Sophiornithidae]] †
** ''Sophiornis''
* [[Serak|Tytonidae]] (Serak)
** Genus ''Tyto''
** Genus ''Phodilus''
* [[Strigidae]]
*** Genus ''Aegolius''
*** Genus ''Asio''
*** Genus ''Athene''
*** Genus ''[[Beluk (burung)|Bubo]]'' (Beluk)
*** Genus ''Glaucidium'' (Beluk-watu)
*** Genus ''Gymnasio''
*** Genus ''Gymnoglaux''
*** Genus ''Lophostrix''
*** Genus ''Jubula''
*** Genus ''Megascops''
*** Genus ''Micrathene''
*** Genus ''[[Punggok|Ninox]]'' (Punggok)
*** Genus ''[[Celepuk|Otus]]'' (Celepuk)
*** Genus ''Pseudoscops''
*** Genus ''Psiloscops''
*** Genus ''Ptilopsis''
*** Genus ''Pulsatrix''
*** Genus ''[[Strix]]'' (Kukuk)
*** Genus ''Surnia''
*** Genus ''Taenioptynx''
*** Genus ''Uroglaux''
*** Genus ''Xenoglaux''


== Pembasmi tikus ==
== Jenis di Indonesia ==
{{see also|Daftar spesies burung hantu}}
Burung hantu merupakan salah satu jenis burung hantu yang kerap digunakan sebagai hewan pembasmi hama tikus di sektor [[pertanian]]. Burung hantu merupakan musuh bebuyutan dari tikus. Karena itu mulai banyak petani maupun perusahaan pertanian yang menggunakan burung hantu untuk menanggulangi serangan tikus. Burung hantu lebih efektif dibandingkan pengendalian tikus menggunakan [[racun tikus]], ''gropyokan'' (perburuan tikus melibatkan banyak orang secara bersama-sama dan serempak) dan lain-lain.
Di Indonesia, terdapat 54 jenis burung manguni, 8 jenis dari famili Tytonidae dari kedua genus yang ada dan 27 jenis dari Strigidae dari genus Ninox, Glaucidium, Otus, Strix, dan Bubo.


Hanya 30 jenis diantaranya yang merupakan burung endemik di Indonesia, dari 3 jenis dari famili Tytonidae semuanya dari genus ''Tyto'', 27 jenis dari famili Strigidae dari genus ''Otus'', genus ''Glaucidium,'' dan genus ''Ninox''.
Sebagai [[predator alam]], burung hantu jenis [[Serak Jawa]] merupakan pemburu [[tikus]] yang paling populer dan andal, baik di perkebunan [[kelapa sawit]] maupun di pertanian [[padi]]. Dalam pertanian, sepasang burung hantu bisa melindungi 25 hektar tanaman padi. Dalam waktu satu tahun, satu ekor burung hantu dapat memangsa 1300 ekor tikus.<ref>[http://intisari-online.com/read/burung-hantu-predator-alami-yang-ulung- Burung Hantu, Predator Alami yang Ulung, diakses tgl 24/6/2013]</ref>


=== [[Serak|Tytonidae]] ===
Burung hantu juga merupakan predator tikus yang efektif di perkebunan [[kelapa sawit]]. Penggunaan burung hantu bisa menurunkan serangan tikus pada tanaman kelapa sawit muda hingga di bawah 5 persen. Dari segi biaya, pengendalian serangan tikus menggunakan burung hantu lebih rendah 50 persen dibandingkan penanggulangan tikus secara kimiawi.<ref>[http://ditjenbun.deptan.go.id/index.php/component/content/article/36-news/260-burung-hantu-predator-tikus-di-areal-tanaman-perkebunan.html Burung Hantu, Predator Tikus di Areal Tanaman Perkebunan, diakses tgl 24/6/2013]</ref>.


* ''Tyto nigrobrunnea'' - [[Serak taliabu]] - VU
Sejumlah pemerintah daerah mulai menggunakan burung hantu untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi mereka, termasuk Pemerintah Kabupaten [[Pati]]. Mulai 2012, Bupati [[Pati]] Haryanto mencanangkan program penangkaran burung hantu, dengan biaya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah [[APBD]]. Burung hantu yang ditangkarkan digunakan untuk membantu petani mengusir tikus. Pemerintah daerah juga berencana mengeluarkan peraturan daerah ([[Perda]]) yang isinya melarang perburuan burung termasuk jenis burung hantu. <ref>[http://www.portalkbr.com/nusantara/jawabali/2679140_4262.html Berantas Hama Tikus, Pemkab Pati Manfaatkan Burung Hantu]</ref>.
* ''Tyto inexspectata'' - [[Serak minahasa]] - LC
* ''Tyto rosenbergii'' - [[Serak sulawesi]] - LC


=== [[Punggok|Strigidae]] ===
Rencana pemerintah Kabupaten [[Pati]] mengeluarkan [[Perda]] larangan berburu burung hantu mendapat tanggapan positif dari [[Kementerian Kehutanan Indonesia]]. Kementerian Kehutanan Indonesia berencana menerbitkan Peraturan Menteri tentang perlindungan burung hantu yang mulai langka di Indonesia. <ref>[http://www.portalkbr.com/nusantara/jawabali/2683681_4262.html Kemenhut Akan Terbitkan Permen Perlindungan Burung Hantu]</ref>


* ''Ninox rudolfi'' - [[Punggok wengi]] - NT
== Ragam jenis ==
* ''Ninox rotiensis'' - Punggok rote - NT
Ordo Strigiformes terdiri dari dua suku (familia), yakni suku burung serak atau burung-hantu gudang (Tytonidae) dan suku burung hantu sejati (Strigidae). Banyak dari jenis-jenis burung hantu ini yang merupakan jenis endemik (menyebar terbatas di satu pulau atau satu wilayah saja) di Indonesia, terutama dari marga ''Tyto'', ''Otus'', dan ''Ninox''.
* ''Ninox plesseni -'' Punggok alor - LC
* ''Ninox sumbaensis'' - [[Pungguk sumba]] - EN
* ''Ninox ochracea'' - [[Punggok oker]] - NT
* ''Ninox burhani'' - [[Punggok togian]] - NT
* ''Ninox ios'' - [[Punggok minahasa]] - LC
* ''Ninox hypogramma'' - Punggok halmahera - LC
* ''Ninox forbesi'' - Punggok tanimbar - LC
* ''Ninox squamipila'' - Punggok ambon - LC
* ''Ninox hantu'' - Punggok buru - LC
* ''Ninox punctulata'' - [[Punggok tutul]] - LC
* ''Glaucidium castanopterum'' - [[Beluk-watu jawa]] - LC
* ''Otus mentawi'' - [[Celepuk mentawai]] - NT
* ''Otus silvicola'' - [[Celepuk wallacea]] - LC
* ''Otus enganensis'' - [[Celepuk enggano]] - NT
* ''Otus umbra'' - [[Celepuk simalur]] - NT
* ''Otus alfredi'' - [[Celepuk flores]] - EN
* ''Otus angelinae'' - [[Celepuk jawa]] - VU
* ''Otus siaoensis'' - [[Celepuk siau]] - CR
* ''Otus manadensis'' - [[Celepuk sulawesi]] - LC
* ''Otus mendeni'' - [[Celepuk banggai]] - LC
* ''Otus sulaensis'' - [[Celepuk sula]] - NT
* ''Otus collari'' - [[Celepuk sangihe]] - LC
* ''Otus jolandae'' - [[Celepuk rinjani]] - NT
* ''Otus'' ''tempestatis'' - [[Celepuk wetar]] - LC
* ''Otus beccarii'' - [[Celepuk biak]] - EN


== Hubungan dengan manusia ==
Beberapa contohnya adalah:
Di dunia barat, hewan ini dianggap simbol kebijaksanaan, tetapi di beberapa tempat di Indonesia dianggap pembawa pertanda buruk, maka dari itu dinamakan "Burung Hantu". Walau begitu tidak di semua tempat di Nusantara burung ini disebut sebagai burung hantu. Di Jawa misalnya, nama burung ini adalah ''darès'' atau ''manuk darès'' yang tidak ada konotasinya dengan maut atau hantu. Di [[Sulawesi Utara]], burung hantu dikenal dengan nama '''Manguni'''.
* [[Burung hantu Pere David]]
* [[Burung hantu elang Andaman]]
* [[Burung hantu kelabu besar]]


=== Tytonidae ===
=== Pembasmi tikus ===
Burung hantu merupakan salah satu jenis burung hantu yang kerap digunakan sebagai hewan pembasmi hama tikus di sektor [[pertanian]]. Burung hantu merupakan musuh bebuyutan dari tikus. Karena itu mulai banyak petani maupun perusahaan pertanian yang menggunakan burung hantu untuk menanggulangi serangan tikus. Burung hantu lebih efektif dibandingkan pengendalian tikus menggunakan [[racun tikus]], ''gropyokan'' (perburuan tikus melibatkan banyak orang secara bersama-sama dan serempak) dan lain-lain.
* [[Serak Jawa]] (''Tyto alba'')
* [[Serak bukit]] (''Phodilus badius'')
ew


Sebagai [[predator alam]], burung hantu jenis [[Serak Jawa]] merupakan pemburu [[tikus]] yang paling populer dan andal, baik di perkebunan [[kelapa sawit]] maupun di pertanian [[padi]]. Dalam pertanian, sepasang burung hantu bisa melindungi 25 hektare tanaman padi. Dalam waktu satu tahun, satu ekor burung hantu dapat memangsa 1300 ekor tikus.<ref name=":0" />
=== Strigidae ===
* [[Celepuk reban]] (''Otus lempiji'')
* [[Beluk jampuk]] (''Bubo sumatranus'')
* [[Beluk ketupa]] (''Ketupa ketupu'')
* [[Punggok coklat]] (''Ninox scutulata'')
* [[Kokok beluk]] (''Strix leptogrammica'')


Burung hantu juga merupakan predator tikus yang efektif di perkebunan [[kelapa sawit]]. Penggunaan burung hantu bisa menurunkan serangan tikus pada tanaman kelapa sawit muda hingga di bawah 5 persen. Dari segi biaya, pengendalian serangan tikus menggunakan burung hantu lebih rendah 50 persen dibandingkan penanggulangan tikus secara kimiawi.<ref>[http://ditjenbun.deptan.go.id/index.php/component/content/article/36-news/260-burung-hantu-predator-tikus-di-areal-tanaman-perkebunan.html Burung Hantu, Predator Tikus di Areal Tanaman Perkebunan, diakses tgl 24/6/2013]{{Pranala mati|date=Februari 2021|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}</ref>
== Bahan Bacaan ==
* MacKinnon, J. 1993. ''Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali''. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. ISBN 979-420-150-2
* MacKinnon, J., K. Phillipps, and B. van Balen. 2000. ''Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan''. LIPI dan BirdLife IP. Bogor. ISBN 979-579-013-7


Sejumlah pemerintah daerah mulai menggunakan burung hantu untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi mereka, termasuk Pemerintah Kabupaten [[Pati]]. Mulai 2012, Bupati [[Pati]] Haryanto mencanangkan program penangkaran burung hantu, dengan biaya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah [[APBD]]. Burung hantu yang ditangkarkan digunakan untuk membantu petani mengusir tikus. Pemerintah daerah juga berencana mengeluarkan peraturan daerah ([[Perda]]) yang isinya melarang perburuan burung termasuk jenis burung hantu.<ref>[http://www.portalkbr.com/nusantara/jawabali/2679140_4262.html Berantas Hama Tikus, Pemkab Pati Manfaatkan Burung Hantu]</ref>
== Referensi ==
{{Reflist|2}}


Rencana pemerintah Kabupaten [[Pati]] mengeluarkan [[Perda]] larangan berburu burung hantu mendapat tanggapan positif dari [[Kementerian Kehutanan Indonesia]]. Kementerian Kehutanan Indonesia berencana menerbitkan Peraturan Menteri tentang perlindungan burung hantu yang mulai langka di Indonesia.<ref>[http://www.portalkbr.com/nusantara/jawabali/2683681_4262.html Kemenhut Akan Terbitkan Permen Perlindungan Burung Hantu]</ref>
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.kucoba.com/2011/10/cara-memelihara-burung-hantu.html Cara Memelihara Burung Hantu]
* {{en}} [http://www.owlpages.com/ Owl Pages], website burung hantu, diakses tgl 01/8/2006.
* {{en}} [http://www.itis.usda.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=177848 Strigiformes pada ITIS Database], diakses 01/8/2006


== Galeri ==
== Galeri ==
{{commons|Owl}}
<gallery>
<gallery>
Berkas:Strix-varia-005.jpg
Berkas:Strix-varia-005.jpg
</gallery>
</gallery>
==Lihat juga==
*[[Penglihatan burung]]


== Referensi ==
[[Kategori:Burung hantu| ]]
{{Reflist|2}}
[[Kategori:Artikel kelas awal bertopik biologi]]


== Bacaan lanjutan ==
{{Link GA|sr}}
* MacKinnon, J. 1993. ''Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali''. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. ISBN 979-420-150-2
* MacKinnon, J., K. Phillipps, and B. van Balen. 2000. ''Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan''. LIPI dan BirdLife IP. Bogor. ISBN 979-579-013-7

== Lihat juga ==
* [[Penglihatan burung]]

== Pranala luar ==
{{commons}}
* {{en}} [http://www.owlpages.com/ Owl Pages], website burung hantu, diakses tgl 01/8/2006.
* {{en}} [http://www.itis.usda.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=177848 Strigiformes pada ITIS Database]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 01/8/2006
{{Taxonbar|from=Q25222}}

[[Kategori:Aves]]
[[Kategori:Burung hantu| ]]
[[Kategori:Strigiformes]]
[[Kategori:Burung]]
[[Kategori:Burung predator]]
[[Kategori:Burung pemangsa]]

Revisi terkini sejak 23 November 2024 09.10

Burung hantu
Rentang waktu: Thanetium – sekarang 60–0 jtyl
kumpulan wajah dari beberapa jenis burung hantu
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Klad: Telluraves
Ordo: Strigiformes
Wagler, 1830
Klasifikasi

Lihat teks

Peta persebaran
Sinonim

Strigidae sensu Sibley & Ahlquist

Burung hantu atau Manguni adalah kelompok burung yang merupakan anggota dari ordo Strigiformes. Burung ini merupakan burung buas (karnivora) yang aktif pada saat malam (nokturnal). Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies yang telah diketahui, yang menyebar di seluruh dunia kecuali Antarktika, sebagian besar Greenland, dan beberapa pulau-pulau terpencil.

Manguni dibagi kedalam dua famili: Tytonidae dan Strigidae. Burung hantu berburu aneka binatang seperti serangga, kodok, tikus, dan lain-lain. Burung ini biasanya hidup soliter dan sekelompok burung hantu disebut sebagai "Parlemen"[1]

Burung hantu dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak seperti jenis burung pada umumnya yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang bengkok tajam seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah, tampilan wajah burung ini demikian mengesankan meskipun kadang-kadang menyeramkan. Leher burung ini sangatlah lentur sehingga ia dapat memutarkan pandangan wajahnya hingga 180 derajat.

Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Perilaku burung hantu yang kerap tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah terlihat, begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun.

Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.

Kebiasaan

[sunting | sunting sumber]

Kebanyakan jenis burung hantu berburu di malam hari, meski sebagiannya berburu ketika hari remang-remang di waktu subuh dan sore (krepuskular) dan ada pula beberapa yang berburu di siang hari.

Pandangan mata yang besar dan tajam memungkinkan spesies ini mampu mengukur jarak dengan akurat. Paruh yang kuat dan tajam pada kaki nya yang cekatan mampu mencengkeram dengan kuat. Kemampuan terbang tanpa berisik merupakan modal utama bagi kemampuan burung hantu untuk berburu di malam yang gelap gulita. Beberapa jenis lainnya bahkan dapat memperkirakan jarak dan keberadaan mangsa dengan presisi dalam kegelapan total hanya dengan mengandalkan indra pendengaran yang dibantu oleh bulu-bulu di wajahnya untuk menyesuaikan dan mengarahkan gelombang suara.

Burung hantu kerap membuat sarang terutama dibuat di lubang-lubang pohon, atau di antara pelepah daun bangsa palem. Beberapa jenis juga kerap memanfaatkan ruang-ruang pada bangunan, seperti di bawah atap atau lubang-lubang yang kosong. Bergantung pada jenisnya, burung hantu dapat bertelur antara satu hingga empat butir, kebanyakan berwarna putih atau putih berbercak.

Taksonomi dan sistematika

[sunting | sunting sumber]

Burung hantu (Ordo Strigiformes) terdiri dari enam suku (familia). Namun hanya tersisa dua famili burung hantu yang masih ada, yaitu famili burung serak atau burung-hantu gudang (Tytonidae) dan famili burung-hantu sejati (Strigidae).

  • Ogygoptyngidae
    • Ogygoptynx
  • Protostrigidae
    • Eostrix
    • Minerva
    • Oligostrix
  • Sophiornithidae
    • Sophiornis
  • Tytonidae (Serak)
    • Genus Tyto
    • Genus Phodilus
  • Strigidae
      • Genus Aegolius
      • Genus Asio
      • Genus Athene
      • Genus Bubo (Beluk)
      • Genus Glaucidium (Beluk-watu)
      • Genus Gymnasio
      • Genus Gymnoglaux
      • Genus Lophostrix
      • Genus Jubula
      • Genus Megascops
      • Genus Micrathene
      • Genus Ninox (Punggok)
      • Genus Otus (Celepuk)
      • Genus Pseudoscops
      • Genus Psiloscops
      • Genus Ptilopsis
      • Genus Pulsatrix
      • Genus Strix (Kukuk)
      • Genus Surnia
      • Genus Taenioptynx
      • Genus Uroglaux
      • Genus Xenoglaux

Jenis di Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Di Indonesia, terdapat 54 jenis burung manguni, 8 jenis dari famili Tytonidae dari kedua genus yang ada dan 27 jenis dari Strigidae dari genus Ninox, Glaucidium, Otus, Strix, dan Bubo.

Hanya 30 jenis diantaranya yang merupakan burung endemik di Indonesia, dari 3 jenis dari famili Tytonidae semuanya dari genus Tyto, 27 jenis dari famili Strigidae dari genus Otus, genus Glaucidium, dan genus Ninox.

Hubungan dengan manusia

[sunting | sunting sumber]

Di dunia barat, hewan ini dianggap simbol kebijaksanaan, tetapi di beberapa tempat di Indonesia dianggap pembawa pertanda buruk, maka dari itu dinamakan "Burung Hantu". Walau begitu tidak di semua tempat di Nusantara burung ini disebut sebagai burung hantu. Di Jawa misalnya, nama burung ini adalah darès atau manuk darès yang tidak ada konotasinya dengan maut atau hantu. Di Sulawesi Utara, burung hantu dikenal dengan nama Manguni.

Pembasmi tikus

[sunting | sunting sumber]

Burung hantu merupakan salah satu jenis burung hantu yang kerap digunakan sebagai hewan pembasmi hama tikus di sektor pertanian. Burung hantu merupakan musuh bebuyutan dari tikus. Karena itu mulai banyak petani maupun perusahaan pertanian yang menggunakan burung hantu untuk menanggulangi serangan tikus. Burung hantu lebih efektif dibandingkan pengendalian tikus menggunakan racun tikus, gropyokan (perburuan tikus melibatkan banyak orang secara bersama-sama dan serempak) dan lain-lain.

Sebagai predator alam, burung hantu jenis Serak Jawa merupakan pemburu tikus yang paling populer dan andal, baik di perkebunan kelapa sawit maupun di pertanian padi. Dalam pertanian, sepasang burung hantu bisa melindungi 25 hektare tanaman padi. Dalam waktu satu tahun, satu ekor burung hantu dapat memangsa 1300 ekor tikus.[1]

Burung hantu juga merupakan predator tikus yang efektif di perkebunan kelapa sawit. Penggunaan burung hantu bisa menurunkan serangan tikus pada tanaman kelapa sawit muda hingga di bawah 5 persen. Dari segi biaya, pengendalian serangan tikus menggunakan burung hantu lebih rendah 50 persen dibandingkan penanggulangan tikus secara kimiawi.[2]

Sejumlah pemerintah daerah mulai menggunakan burung hantu untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi mereka, termasuk Pemerintah Kabupaten Pati. Mulai 2012, Bupati Pati Haryanto mencanangkan program penangkaran burung hantu, dengan biaya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Burung hantu yang ditangkarkan digunakan untuk membantu petani mengusir tikus. Pemerintah daerah juga berencana mengeluarkan peraturan daerah (Perda) yang isinya melarang perburuan burung termasuk jenis burung hantu.[3]

Rencana pemerintah Kabupaten Pati mengeluarkan Perda larangan berburu burung hantu mendapat tanggapan positif dari Kementerian Kehutanan Indonesia. Kementerian Kehutanan Indonesia berencana menerbitkan Peraturan Menteri tentang perlindungan burung hantu yang mulai langka di Indonesia.[4]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. ISBN 979-420-150-2
  • MacKinnon, J., K. Phillipps, and B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan. LIPI dan BirdLife IP. Bogor. ISBN 979-579-013-7

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]