Lompat ke isi

Waru: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wie146 (bicara | kontrib)
Mitgatvm Bot (bicara | kontrib)
k →‎top: Generalisasi 9 Mei 2024
 
(25 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{untuk|penggunaan yang lain|Waru (disambiguasi)}}
{{Bedakan|Weru}}
{{Taxobox
{{Taxobox
| color = lightgreen
| color = lightgreen
Baris 5: Baris 7:
|image_width = 250px
|image_width = 250px
| regnum = [[Plantae]]
| regnum = [[Plantae]]
| unranked_subregnum = [[Tumbuhan berpembuluh|Tracheophyta]]
| divisio = [[Magnoliophyta]]
| unranked_divisio = [[Tumbuhan berbunga|Angiospermae]]
| classis = [[Magnoliopsida]]
| unranked_classis = [[Eudikotil]]
| unranked_subclassis = [[Eudikotil|Eudikotil inti]]
| unranked_ordo = [[Rosid]]
| ordo = [[Malvales]]
| ordo = [[Malvales]]
| familia = [[Malvaceae]]
| familia = [[Malvaceae]]
Baris 14: Baris 19:
| binomial_authority = [[Carolus Linnaeus|L.]]
| binomial_authority = [[Carolus Linnaeus|L.]]
}}
}}
{{untuk|nama-nama tempat dan arti yang lain|Waru (disambiguasi)}}
{{untuk|nama-nama tempat dan arti yang lain|Waru (disambiguasi)}}
'''Waru''' atau '''baru''' (''Hibiscus tiliaceus'', [[familia|suku]] kapas-kapasan atau [[Malvaceae]]), juga dikenal sebagai '''waru laut''', dan '''dadap laut''' ([[Bahasa Melayu Pontianak|Pontianak]])<ref name=Pekarangan/> telah lama dikenal sebagai pohon peneduh tepi jalan atau tepi sungai dan pematang serta pantai. Walaupun [[tajuk]]nya tidak terlalu rimbun, waru disukai karena akarnya tidak dalam sehingga tidak merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. Waru dapat diperbanyak dengan di[[stek]]. Namun, aslinya tumbuhan ini diperbanyak dengan [[biji]]. Memakai stek untuk perkembanganbiakan waru agak sulit, karena [[tunas]] akan mudah sekali terpotong.<ref name=Pekarangan/>
'''Waru''' atau '''baru''' (''Hibiscus tiliaceus'', [[familia|suku]] kapas-kapasan atau [[Malvaceae]]), juga dikenal sebagai '''waru laut''', dan '''dadap laut''' ([[Bahasa Melayu Pontianak|Pontianak]])<ref name=Pekarangan/> telah lama dikenal sebagai pohon peneduh tepi jalan atau tepi sungai dan pematang serta pantai. Walaupun [[tajuk]]nya tidak terlalu rimbun, waru disukai karena akarnya tidak dalam sehingga tidak merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. Waru dapat diperbanyak dengan di[[stek]]. Namun, aslinya tumbuhan ini diperbanyak dengan [[biji]]. Memakai stek untuk perkembangbiakan waru agak sulit, karena [[tunas]] akan mudah sekali terpotong.<ref name=Pekarangan/>


Waru masih semarga dengan [[kembang sepatu]].<ref name=Pekarangan/> Tumbuhan ini asli dari daerah tropika di [[Pasifik]] barat namun sekarang tersebar luas di seluruh wilayah Pasifik dan dikenal dengan berbagai nama: ''hau'' ([[bahasa Hawaii]]), ''purau'' ([[bahasa Tahiti]]), ''beach Hibiscus'', ''Tewalpin'', ''Sea Hibiscus'', atau ''Coastal Cottonwood'' dalam [[bahasa Inggris]].
Waru masih semarga dengan [[kembang sepatu]].<ref name=Pekarangan/> Tumbuhan ini asli dari daerah tropika di [[Pasifik]] barat namun sekarang tersebar luas di seluruh wilayah Pasifik dan dikenal dengan berbagai nama: ''hau'' ([[bahasa Hawaii]]), ''purau'' ([[bahasa Tahiti]]), ''beach Hibiscus'', ''Tewalpin'', ''Sea Hibiscus'', atau ''Coastal Cottonwood'' dalam [[bahasa Inggris]].
Baris 22: Baris 27:


== Pengenalan ==
== Pengenalan ==
[[Pohon]] kecil,<ref name=Pekarangan>Sastrapradja, Setijati; Naiola, Beth Paul; Rasmadi, Endi Rochandi; Roemantyo; Soepardijono, Ernawati Kasim; Waluyo, Eko Baroto (Red. S. Sastrapradja) (1980). ''Tanaman Pekarangan''. '''16''':74 [[Jakarta]]:Kerjasama [[Lembaga Biologi Nasional|LBN]] - [[LIPI]] dengan [[Balai Pustaka]].</ref> tinggi 5–15 [[meter|m]]. Di tanah yang subur tumbuh lebih lurus dan dengan [[tajuk pohon|tajuk]] yang lebih sempit daripada di tanah gersang.<ref name="heyne"/>
[[Pohon]] kecil,<ref name="Pekarangan">Sastrapradja, Setijati; Naiola, Beth Paul; Rasmadi, Endi Rochandi; Roemantyo; Soepardijono, Ernawati Kasim; Waluyo, Eko Baroto (Red. S. Sastrapradja) (1980). ''Tanaman Pekarangan''. '''16''':74 [[Jakarta]]:Kerjasama [[Lembaga Biologi Nasional|LBN]] - [[LIPI]] dengan [[Balai Pustaka]].</ref> tinggi 5–15 [[meter|m]]. Di tanah yang subur tumbuh lebih lurus dan dengan [[tajuk pohon|tajuk]] yang lebih sempit daripada di tanah gersang.<ref name="heyne"/>


[[Daun]] bertangkai, bundar atau bundar telur bentuk [[jantung]] dengan tepi rata, garis tengah hingga 19 [[sentimeter|cm]]; bertulang daun menjari, sebagian tulang daun utama dengan kelenjar pada pangkalnya di sisi bawah daun; sisi bawah berambut abu-abu rapat. [[Daun penumpu]] bundar telur memanjang, 2,5 cm, meninggalkan bekas berupa cincin di ujung ranting.<ref name="steenis1981">{{aut|[[Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis|Steenis, CGGJ van]]. 1981.}} ''Flora, untuk sekolah di Indonesia''. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 291</ref>
[[Daun]] bertangkai, bundar atau bundar telur bentuk [[jantung]] dengan tepi rata, garis tengah hingga 19 [[sentimeter|cm]]; bertulang daun menjari, sebagian tulang daun utama dengan kelenjar pada pangkalnya di sisi bawah daun; sisi bawah berambut abu-abu rapat. [[Daun penumpu]] bundar telur memanjang, 2,5&nbsp;cm, meninggalkan bekas berupa cincin di ujung ranting.<ref name="steenis1981">{{aut|[[Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis|Steenis, CGGJ van]]. 1981.}} ''Flora, untuk sekolah di Indonesia''. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 291</ref>


[[Bunga]] berdiri sendiri atau dalam tandan berisi 2–5 kuntum. Daun kelopak tambahan bertaju 8–11, lebih dari separohnya berlekatan. Kelopak sepanjang 2,5 cm, bercangap 5. Daun mahkota bentuk kipas, berkuku pendek dan lebar, 5–7,5 cm, kuning, jingga, dan akhirnya kemerah-merahan, dengan noda ungu pada pangkalnya. [[Buah#Buah kotak|Buah kotak]] bentuk telur, berparuh pendek, beruang 5 tak sempurna, membuka dengan 5 katup.<ref name="steenis1981"/> [[Biji]]nya kecil, dan berwarna coklat muda. [[Akar]] waru berbentuk tunggang dan berwarna putih kekuningan.<ref name=vlsm>{{cite web |date=14 November 2001 |title= Hibiscus tiliaecus L. |publisher=[[Departemen Kesehatan Republik Indonesia|Departemen Kesehatan]] |url= http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-149.pdf |accessdate=6 May 2013}}</ref>
[[Bunga]] berdiri sendiri atau dalam tandan berisi 2–5 kuntum. Daun kelopak tambahan bertaju 8–11, lebih dari separuhnya berlekatan. Kelopak sepanjang 2,5&nbsp;cm, bercangap 5. Daun mahkota bentuk kipas, berkuku pendek dan lebar, 5–7,5&nbsp;cm, kuning, jingga, dan akhirnya kemerah-merahan, dengan noda ungu pada pangkalnya. [[Buah#Buah kotak|Buah kotak]] bentuk telur, berparuh pendek, beruang 5 tak sempurna, membuka dengan 5 katup.<ref name="steenis1981"/> [[Biji]]nya kecil, dan berwarna cokelat muda. [[Akar]] waru berbentuk tunggang dan berwarna putih kekuningan.<ref name=vlsm>{{cite web |date=14 November 2001 |title=Hibiscus tiliaecus L. |publisher=[[Departemen Kesehatan Republik Indonesia|Departemen Kesehatan]] |url=http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-149.pdf |accessdate=6 May 2013 |archive-date=2008-12-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20081206181532/http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-149.pdf |dead-url=yes }}</ref>


=== Jenis yang serupa ===
=== Jenis yang serupa ===
[[Berkas:Waru.JPG|thumb|left|200px|Pohon waru]]
[[Berkas:Waru.JPG|jmpl|kiri|200px|Pohon waru]]
* ''[[Hibiscus similis]]'' Bl. ('''[[waru gunung]]''' atau '''waru gombong''') memiliki bentuk pohon, daun, bunga dan buah yang serupa dengan ''Hibiscus tiliaceus'', dengan hanya sedikit perbedaan. Di antaranya, dengan kelenjar tulang daun yang lebih jauh dari pangkal; tangkai bunga yang sedikit lebih pendek; daun kelopak yang hanya melekat setengah jalan; dan [[biji]] yang berambut kasar.<ref name="steenis1981"/>
* ''[[Hibiscus similis]]'' Bl. ('''[[waru gunung]]''' atau '''waru gombong''') memiliki bentuk pohon, daun, bunga dan buah yang serupa dengan ''Hibiscus tiliaceus'', dengan hanya sedikit perbedaan. Di antaranya, dengan kelenjar tulang daun yang lebih jauh dari pangkal; tangkai bunga yang sedikit lebih pendek; daun kelopak yang hanya melekat setengah jalan; dan [[biji]] yang berambut kasar.<ref name="steenis1981"/>
* ''[[Hibiscus macrophyllus]]'' Roxb. ('''[[tisuk]]''' atau '''waru lanang''') memiliki bentuk pohon yang kurus tinggi, terutama ketika muda; berdaun jauh lebih lebar; dengan daun penumpu yang panjang

* ''[[Thespesia populnea]]'' Soland. juga disebut '''[[waru laut]]''' atau '''waru lot'''; memiliki daun seperti kulit yang tidak berbulu, melainkan bersisik cokelat rapat, tampak jelas pada daun yang muda. Bunga serupa dengan bunga waru, tetapi tangkai [[putik]]nya tidak berbagi di ujungnya..<ref>{{aut|[[Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis|Steenis, CGGJ van]].}} ''op. cit''. Hal. 287</ref>
* ''[[Hibiscus macrophyllus]]'' Roxb. ('''[[tisuk]]''' atau '''waru lanang''') memiliki bentuk pohon yang kurus tinggi, terutama ketika muda; berdaun jauh lebih lebar; dengan daun penumpu yang panjang

* ''[[Thespesia populnea]]'' Soland. juga disebut '''[[waru laut]]''' atau '''waru lot'''; memiliki daun seperti kulit yang tidak berbulu, melainkan bersisik coklat rapat, nampak jelas pada daun yang muda. Bunga serupa dengan bunga waru, namun tangkai [[putik]]nya tidak berbagi di ujungnya..<ref>{{aut|[[Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis|Steenis, CGGJ van]].}} ''op. cit''. Hal. 287</ref>

* ''[[Hibiscus mutabilis]]'' L. disebut juga [[waru landak]]. Berukuran daun lebih kecil, 5-8 [[cm]]. [[Bunga]]nya keluar dari ketiak daun dan berkumpul di ujung tangkai. Pada [[pagi]] hari, bunganya putih dan berbentuk dadu, dan di [[sore]] hari layu menjadi merah. Lendir daun digunakan untuk melunakkan [[bisul]] yang keras.<ref>[[Setiawan Dalimartha|Dalimartha, Setiawan]]. ''Atlas Tumbuhan Obat Indonesia''. '''4'''. hal.116. [[Jakarta]]:Puspa Swara. ISBN 979-1133-14-X.</ref>
* ''[[Hibiscus mutabilis]]'' L. disebut juga [[waru landak]]. Berukuran daun lebih kecil, 5-8 [[cm]]. [[Bunga]]nya keluar dari ketiak daun dan berkumpul di ujung tangkai. Pada [[pagi]] hari, bunganya putih dan berbentuk dadu, dan di [[sore]] hari layu menjadi merah. Lendir daun digunakan untuk melunakkan [[bisul]] yang keras.<ref>[[Setiawan Dalimartha|Dalimartha, Setiawan]]. ''Atlas Tumbuhan Obat Indonesia''. '''4'''. hal.116. [[Jakarta]]:Puspa Swara. ISBN 979-1133-14-X.</ref>


== Ekologi dan penyebaran ==
== Ekologi dan penyebaran ==
[[Berkas:Starr 051019-4914 Hibiscus tiliaceus.jpg|thumb|left|200px|Buah yang memecah]]
[[Berkas:Starr 051019-4914 Hibiscus tiliaceus.jpg|jmpl|kiri|200px|Buah yang memecah]]


Kemampuan bertahannya tinggi karena toleran terhadap kondisi masin dan kering, juga terhadap kondisi tergenang. Tumbuhan ini tumbuh baik di daerah panas dengan curah hujan 800 sampai 2.000 [[milimeter|mm]]. Waru biasa ditemui di pesisir pantai yang berpasir, [[hutan bakau]], dan juga di wilayah [[riparian]]. Waru tumbuh liar di hutan dan di ladang, kadang-kadang ditanam di pekarangan atau di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Pada [[tanah]] yang subur, batangnya lurus, tetapi pada tanah yang tidak subur batangnya tumbuh membengkok, percabangan dan daun-daunnya lebih lebar.<ref name=iptek/>
Kemampuan bertahannya tinggi karena toleran terhadap kondisi masin dan kering, juga terhadap kondisi tergenang. Tumbuhan ini tumbuh baik di daerah panas dengan curah hujan 800 sampai 2.000 [[milimeter|mm]]. Waru biasa ditemui di pesisir pantai yang berpasir, [[hutan bakau]], dan juga di wilayah [[riparian]]. Waru tumbuh liar di hutan dan di ladang, kadang-kadang ditanam di pekarangan atau di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Pada [[tanah]] yang subur, batangnya lurus, tetapi pada tanah yang tidak subur batangnya tumbuh membengkok, percabangan dan daun-daunnya lebih lebar.<ref name=iptek/>


''H. tiliaceus'' tumbuh alami di pantai-pantai [[Asia Tenggara]], [[Oceania]] dan [[Australia]] utara dan timur. Diintroduksi ke Australia barat daya, [[Afrika]] bagian selatan, serta [[Hawaii]]; di mana menjadi [[feral|liar]] di sana.
Waru tumbuh menyebar di daerah tropis, terutama di seluruh kepulauan di [[Indonesia]].<ref>{{Cite book|last=Gunawan, H., dkk.|date=2019|url=http://library.forda-mof.org/katalog/repository/100_Spesies_Pohon_Nusantara_Target_Konse-1.pdf|title=100 Spesies Pohon Nusantara: Target Konservasi Ex Situ Taman Keanekaragaman Hayati|location=Bogor|publisher=IPB Press|isbn=978-602-440-771-1|editor-last=Partomiharjo|editor-first=Tukirin|pages=138|url-status=live}}</ref> Habutat waru juga terdapat di pantai-pantai [[Asia Tenggara]], Oseania dan [[Australia]] utara dan timur. Diintroduksi ke Australia barat daya, [[Afrika]] bagian selatan, serta [[Hawaii]]; di mana menjadi [[feral|liar]] di sana.{{Butuh rujukan}}


== Kegunaan ==
== Kegunaan ==
Kayu terasnya agak ringan, cukup padat, berstruktur cukup halus, dan tak begitu keras; kelabu kebiruan, semu ungu atau coklat keunguan, atau kehijau-hijauan. Liat dan awet bertahan dalam tanah, kayu waru ini biasa digunakan sebagai bahan bangunan atau perahu, roda pedati, gagang perkakas, ukiran, serta kayu bakar. Dari kulit batangnya, setelah direndam dan dipukul-pukul, dapat diperoleh serat yang disebut ''lulup waru''. Serat ini sangat baik untuk dijadikan tali.<ref name="heyne"/> [[Serat]] ini juga merupakan bahan yang penting, dan berasal dari [[pepagan]] waru dan dipakai untuk membuat tali. Tali ini, selanjutnya dipergunakan sebagai bahan dasar membuat jaring dan tas-tas kasar.<ref name=Pekarangan/>
Kayu terasnya agak ringan, cukup padat, berstruktur cukup halus, dan tak begitu keras; kelabu kebiruan, semu ungu atau cokelat keunguan, atau kehijau-hijauan. Liat dan awet bertahan dalam tanah, kayu waru ini biasa digunakan sebagai bahan bangunan atau perahu, roda pedati, gagang perkakas, ukiran, serta kayu bakar. Dari kulit batangnya, setelah direndam dan dipukul-pukul, dapat diperoleh serat yang disebut ''lulup waru''. Serat ini sangat baik untuk dijadikan tali.<ref name="heyne"/> [[Serat]] ini juga merupakan bahan yang penting, dan berasal dari [[pepagan]] waru dan dipakai untuk membuat tali. Tali ini, selanjutnya dipergunakan sebagai bahan dasar membuat jaring dan tas-tas kasar.<ref name=Pekarangan/>


[[Simplisia]] yang digunakan dari tumbuhan waru untuk pengobatan adalah [[daun]] dan [[bunga]]nya. Daunnya mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol, sedangkan akarnya mengandung saponin, flavonoida, dan tanin.<ref name=iptek>{{cite web |url=http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=262 |title=Waru |publisher=IPTEKnet |accessdate=5 Mei 2013}}</ref>
[[Simplisia]] yang digunakan dari tumbuhan waru untuk pengobatan adalah [[daun]] dan [[bunga]]nya. Daunnya mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol, sedangkan akarnya mengandung saponin, flavonoida, dan tanin.<ref name=iptek>{{cite web |url=http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=262 |title=Waru |publisher=IPTEKnet |accessdate=5 Mei 2013 |archive-date=2010-05-22 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100522033153/http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=262 |dead-url=yes }}</ref>


Daunnya dapat dijadikan pakan [[ternak]], atau yang muda, dapat pula dijadikan sayuran. Bisa juga, untuk menggantikan daun [[jati]] dalam proses [[ragi|peragian]] [[kecap]].<ref name=Pekarangan/> Daun yang diremas dan dilayukan digunakan untuk mempercepat pematangan [[bisul]]. Daun muda yang diremas digunakan sebagai bahan penyubur rambut. Daun muda yang direbus dengan [[gula]] batu dimanfaatkan untuk melarutkan (mengencerkan) dahak pada sakit batuk yang agak berat. Kuncup daunnya digunakan untuk mengobati berak darah dan berlendir pada anak-anak.<ref name="heyne"/> [[Akar]] tanaman waru bisa dipakai untuk [[obat]] [[demam]].<ref name=Pekarangan/>
Daunnya dapat dijadikan pakan [[ternak]], atau yang muda, dapat pula dijadikan sayuran. Bisa juga, untuk menggantikan daun [[jati]] dalam proses [[ragi|peragian]] [[kecap]].<ref name=Pekarangan/> Daun yang diremas dan dilayukan digunakan untuk mempercepat pematangan [[bisul]]. Daun muda yang diremas digunakan sebagai bahan penyubur rambut. Daun muda yang direbus dengan [[gula]] batu dimanfaatkan untuk melarutkan (mengencerkan) dahak pada sakit batuk yang agak berat. Kuncup daunnya digunakan untuk mengobati berak darah dan berlendir pada anak-anak.<ref name="heyne"/> [[Akar]] tanaman waru bisa dipakai untuk [[obat]] [[demam]].<ref name=Pekarangan/>
Baris 58: Baris 60:
Bunga waru dapat dijadikan jam biologi. Bunganya mekar di pagi hari dengan mahkota berwarna kuning. Di siang hari warnanya berubah jingga dan sore hari menjadi merah, sebelum akhirnya gugur.<ref name=Pekarangan/>
Bunga waru dapat dijadikan jam biologi. Bunganya mekar di pagi hari dengan mahkota berwarna kuning. Di siang hari warnanya berubah jingga dan sore hari menjadi merah, sebelum akhirnya gugur.<ref name=Pekarangan/>


Legenda masyarakat penghuni [[Pulau Jawa]] menyatakan, [[kuntilanak]] menyukai pohon waru yang tumbuh miring (''waru doyong'') sebagai tempat bersemayamnya. <!-- Di Menteng, Jakarta Pusat, ada daerah yang bernama Kramat Waru, asal katanya mengacu dari nama pohon ini.-->
Legenda masyarakat penghuni [[Pulau Jawa]] menyatakan, [[kuntilanak]] menyukai pohon waru yang tumbuh miring (''waru doyong'') sebagai tempat bersemayamnya.<!-- Di Menteng, Jakarta Pusat, ada daerah yang bernama Kramat Waru, asal katanya mengacu dari nama pohon ini.-->


== Catatan kaki ==
== Catatan kaki ==
Baris 67: Baris 69:
* Wild Singapore: [http://www.wildsingapore.com/wildfacts/plants/coastal/hibiscus/tiliaceus.htm Sea hibiscus, ''Hibiscus tiliaceus'']
* Wild Singapore: [http://www.wildsingapore.com/wildfacts/plants/coastal/hibiscus/tiliaceus.htm Sea hibiscus, ''Hibiscus tiliaceus'']
* Farmasi UGM: [http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia-tanaman-anti-kanker/w/waru-hibiscus-tiliaceus/ Waru (''Hibiscus tiliaceus'')]
* Farmasi UGM: [http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia-tanaman-anti-kanker/w/waru-hibiscus-tiliaceus/ Waru (''Hibiscus tiliaceus'')]
* Prohati: [http://www.proseanet.org/prohati2/browser.php?docsid=157 Waru (''Hibiscus tiliaceus'')]
* Prohati: [http://www.proseanet.org/prohati2/browser.php?docsid=157 Waru (''Hibiscus tiliaceus'')] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120120225302/http://www.proseanet.org/prohati2/browser.php?docsid=157 |date=2012-01-20 }}
* Pacific Island Agroforestry: [http://www.agroforestry.net/tti/H.tiliaceus-beach-hibiscus.pdf Beach Hibiscus]
* Pacific Island Agroforestry: [http://www.agroforestry.net/tti/H.tiliaceus-beach-hibiscus.pdf Beach Hibiscus]
* Florida Plant Atlas: [http://www.florida.plantatlas.usf.edu/Plant.aspx?id=1661 ''Talipariti tiliaceum'']
* Florida Plant Atlas: [http://www.florida.plantatlas.usf.edu/Plant.aspx?id=1661 ''Talipariti tiliaceum'']
{{Taxonbar|from=Q15768656}}


[[Kategori:Malvaceae]]
[[Kategori:Malvaceae]]
[[Kategori:Flora Indonesia]]
[[Kategori:Flora Indonesia]]
[[Kategori:Pohon Australia]]
[[Kategori:Flora Australia]]
[[Kategori:Pohon kayu]]
[[Kategori:Pohon kayu]]
[[Kategori:Tanaman hias]]
[[Kategori:Tanaman hias]]
Baris 79: Baris 82:
[[Kategori:Tumbuhan obat]]
[[Kategori:Tumbuhan obat]]
[[Kategori:Tumbuhan serat]]
[[Kategori:Tumbuhan serat]]
[[Kategori:Hibiscus]]

Revisi terkini sejak 9 Mei 2024 08.40

Waru
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
H. tiliaceus
Nama binomial
Hibiscus tiliaceus

Waru atau baru (Hibiscus tiliaceus, suku kapas-kapasan atau Malvaceae), juga dikenal sebagai waru laut, dan dadap laut (Pontianak)[1] telah lama dikenal sebagai pohon peneduh tepi jalan atau tepi sungai dan pematang serta pantai. Walaupun tajuknya tidak terlalu rimbun, waru disukai karena akarnya tidak dalam sehingga tidak merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. Waru dapat diperbanyak dengan distek. Namun, aslinya tumbuhan ini diperbanyak dengan biji. Memakai stek untuk perkembangbiakan waru agak sulit, karena tunas akan mudah sekali terpotong.[1]

Waru masih semarga dengan kembang sepatu.[1] Tumbuhan ini asli dari daerah tropika di Pasifik barat namun sekarang tersebar luas di seluruh wilayah Pasifik dan dikenal dengan berbagai nama: hau (bahasa Hawaii), purau (bahasa Tahiti), beach Hibiscus, Tewalpin, Sea Hibiscus, atau Coastal Cottonwood dalam bahasa Inggris.

Di Indonesia tumbuhan ini memiliki banyak nama seperti: baru (Gayo, Belitung, Md., Mak., Sumba, Hal.); baru dowongi (Ternate, Tidore); waru (Sd., Jw., Bal., Bug., Flores); haru, halu, faru, fanu (aneka bahasa di Maluku); dan lain-lain.[2]

Pengenalan[sunting | sunting sumber]

Pohon kecil,[1] tinggi 5–15 m. Di tanah yang subur tumbuh lebih lurus dan dengan tajuk yang lebih sempit daripada di tanah gersang.[2]

Daun bertangkai, bundar atau bundar telur bentuk jantung dengan tepi rata, garis tengah hingga 19 cm; bertulang daun menjari, sebagian tulang daun utama dengan kelenjar pada pangkalnya di sisi bawah daun; sisi bawah berambut abu-abu rapat. Daun penumpu bundar telur memanjang, 2,5 cm, meninggalkan bekas berupa cincin di ujung ranting.[3]

Bunga berdiri sendiri atau dalam tandan berisi 2–5 kuntum. Daun kelopak tambahan bertaju 8–11, lebih dari separuhnya berlekatan. Kelopak sepanjang 2,5 cm, bercangap 5. Daun mahkota bentuk kipas, berkuku pendek dan lebar, 5–7,5 cm, kuning, jingga, dan akhirnya kemerah-merahan, dengan noda ungu pada pangkalnya. Buah kotak bentuk telur, berparuh pendek, beruang 5 tak sempurna, membuka dengan 5 katup.[3] Bijinya kecil, dan berwarna cokelat muda. Akar waru berbentuk tunggang dan berwarna putih kekuningan.[4]

Jenis yang serupa[sunting | sunting sumber]

Pohon waru
  • Hibiscus similis Bl. (waru gunung atau waru gombong) memiliki bentuk pohon, daun, bunga dan buah yang serupa dengan Hibiscus tiliaceus, dengan hanya sedikit perbedaan. Di antaranya, dengan kelenjar tulang daun yang lebih jauh dari pangkal; tangkai bunga yang sedikit lebih pendek; daun kelopak yang hanya melekat setengah jalan; dan biji yang berambut kasar.[3]
  • Hibiscus macrophyllus Roxb. (tisuk atau waru lanang) memiliki bentuk pohon yang kurus tinggi, terutama ketika muda; berdaun jauh lebih lebar; dengan daun penumpu yang panjang
  • Thespesia populnea Soland. juga disebut waru laut atau waru lot; memiliki daun seperti kulit yang tidak berbulu, melainkan bersisik cokelat rapat, tampak jelas pada daun yang muda. Bunga serupa dengan bunga waru, tetapi tangkai putiknya tidak berbagi di ujungnya..[5]
  • Hibiscus mutabilis L. disebut juga waru landak. Berukuran daun lebih kecil, 5-8 cm. Bunganya keluar dari ketiak daun dan berkumpul di ujung tangkai. Pada pagi hari, bunganya putih dan berbentuk dadu, dan di sore hari layu menjadi merah. Lendir daun digunakan untuk melunakkan bisul yang keras.[6]

Ekologi dan penyebaran[sunting | sunting sumber]

Buah yang memecah

Kemampuan bertahannya tinggi karena toleran terhadap kondisi masin dan kering, juga terhadap kondisi tergenang. Tumbuhan ini tumbuh baik di daerah panas dengan curah hujan 800 sampai 2.000 mm. Waru biasa ditemui di pesisir pantai yang berpasir, hutan bakau, dan juga di wilayah riparian. Waru tumbuh liar di hutan dan di ladang, kadang-kadang ditanam di pekarangan atau di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Pada tanah yang subur, batangnya lurus, tetapi pada tanah yang tidak subur batangnya tumbuh membengkok, percabangan dan daun-daunnya lebih lebar.[7]

Waru tumbuh menyebar di daerah tropis, terutama di seluruh kepulauan di Indonesia.[8] Habutat waru juga terdapat di pantai-pantai Asia Tenggara, Oseania dan Australia utara dan timur. Diintroduksi ke Australia barat daya, Afrika bagian selatan, serta Hawaii; di mana menjadi liar di sana.[butuh rujukan]

Kegunaan[sunting | sunting sumber]

Kayu terasnya agak ringan, cukup padat, berstruktur cukup halus, dan tak begitu keras; kelabu kebiruan, semu ungu atau cokelat keunguan, atau kehijau-hijauan. Liat dan awet bertahan dalam tanah, kayu waru ini biasa digunakan sebagai bahan bangunan atau perahu, roda pedati, gagang perkakas, ukiran, serta kayu bakar. Dari kulit batangnya, setelah direndam dan dipukul-pukul, dapat diperoleh serat yang disebut lulup waru. Serat ini sangat baik untuk dijadikan tali.[2] Serat ini juga merupakan bahan yang penting, dan berasal dari pepagan waru dan dipakai untuk membuat tali. Tali ini, selanjutnya dipergunakan sebagai bahan dasar membuat jaring dan tas-tas kasar.[1]

Simplisia yang digunakan dari tumbuhan waru untuk pengobatan adalah daun dan bunganya. Daunnya mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol, sedangkan akarnya mengandung saponin, flavonoida, dan tanin.[7]

Daunnya dapat dijadikan pakan ternak, atau yang muda, dapat pula dijadikan sayuran. Bisa juga, untuk menggantikan daun jati dalam proses peragian kecap.[1] Daun yang diremas dan dilayukan digunakan untuk mempercepat pematangan bisul. Daun muda yang diremas digunakan sebagai bahan penyubur rambut. Daun muda yang direbus dengan gula batu dimanfaatkan untuk melarutkan (mengencerkan) dahak pada sakit batuk yang agak berat. Kuncup daunnya digunakan untuk mengobati berak darah dan berlendir pada anak-anak.[2] Akar tanaman waru bisa dipakai untuk obat demam.[1]

Berdasarkan hasil penelitian, serat yang dihasilkan waru pendek dan kurang baik sebagai bahan pulp. Di Jawa, kayunya dipakai untuk bahan bakar.[1]

Daunnya juga digunakan sebagai pembungkus ikan segar oleh pedagang di pasar dan pedagang ikan keliling.

Bunga waru dapat dijadikan jam biologi. Bunganya mekar di pagi hari dengan mahkota berwarna kuning. Di siang hari warnanya berubah jingga dan sore hari menjadi merah, sebelum akhirnya gugur.[1]

Legenda masyarakat penghuni Pulau Jawa menyatakan, kuntilanak menyukai pohon waru yang tumbuh miring (waru doyong) sebagai tempat bersemayamnya.

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i Sastrapradja, Setijati; Naiola, Beth Paul; Rasmadi, Endi Rochandi; Roemantyo; Soepardijono, Ernawati Kasim; Waluyo, Eko Baroto (Red. S. Sastrapradja) (1980). Tanaman Pekarangan. 16:74 Jakarta:Kerjasama LBN - LIPI dengan Balai Pustaka.
  2. ^ a b c d Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3:1312-1314. Terj. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta
  3. ^ a b c Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 291
  4. ^ "Hibiscus tiliaecus L" (PDF). Departemen Kesehatan. 14 November 2001. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-12-06. Diakses tanggal 6 May 2013. 
  5. ^ Steenis, CGGJ van. op. cit. Hal. 287
  6. ^ Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. 4. hal.116. Jakarta:Puspa Swara. ISBN 979-1133-14-X.
  7. ^ a b "Waru". IPTEKnet. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-05-22. Diakses tanggal 5 Mei 2013. 
  8. ^ Gunawan, H., dkk. (2019). Partomiharjo, Tukirin, ed. 100 Spesies Pohon Nusantara: Target Konservasi Ex Situ Taman Keanekaragaman Hayati (PDF). Bogor: IPB Press. hlm. 138. ISBN 978-602-440-771-1. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]