Lompat ke isi

Orang Hakka: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgx (bicara | kontrib)
k gambar pindahkan ke atas
Cun Cun (bicara | kontrib)
population
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(152 revisi perantara oleh 52 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{redirect|Hakka|tim sepak bola Finlandia|FC Haka}}
[[Gambar:Tulou.jpg|300px|thumb|right|Tulou, arsitektur khas Hakka]]
{{Infobox Ethnic group
'''Suku [[Hakka]]''' (Kèjiā 客家) yang berada di [[Asia Tenggara]], termasuk [[Indonesia]], merupakan salah satu cabang suku [[Han]] yang memiliki ciri khas dan penyebaran serta pengaruh paling luas di seluruh dunia. Di [[Tiongkok]] sendiri, orang Hakka menyebar sampai ke provinsi-provinsi lebih jauh seperti Provinsi [[Sichuan]], [[Chongqing]] dan [[Guangxi]]. Sedangkan diseluruh dunia, boleh dikatakan hampir dimerata tempat dapat ditemukan jejak orang Hakka.
|group=Hakka{{br}}客家人 / 客人 {{br}}Hak-kâ-ngìn{{br}}Hak-ngìn
|image = <div style="margin-top:1px; margin-bottom:1px;">{{br}}[[Berkas:Lee Kuan Yew.jpg|70px]][[Berkas:Sun Yat Sen portrait.jpg|60px]] [[File:Portrait of Lo Hsiang-lin.jpg|70px]]<br />[[Berkas:DengXiaoping.jpg|70px]] [[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Studioportret van Tjong A Fie Majoor der Chinezen in Medan TMnr 10018656.jpg|60px]] [[Berkas:Gubernur DKI Basuki TP 鐘萬學.jpg|60px]]
|caption = [[Lee Kuan Yew]], [[Sun Yat Sen]], [[Lo Hsiang-lin]], [[Deng Xiaoping]], [[Tjong A Fie]], [[Basuki Tjahaja Purnama]]
|pop= perkiraan 30 - 45 juta
|popplace=[[Republik Rakyat Tiongkok]], [[Taiwan]], [[Hong Kong]], [[Malaysia]], [[Indonesia]], [[Singapura]], [[Thailand]], [[Jamaika]], [[Myanmar]], [[Britania Raya]], [[Panama]], [[Reunion]], [[Kamboja]], [[Guyana Perancis]]
|langs=[[Bahasa Hakka|Hakka]], [[Hakka Kalimantan Barat]] dan bahasa nasional negara masing-masing
|rels=Sebagian besar [[Buddhisme Mahayana]], [[Konfusianisme]], [[Taoisme]], [[Kepercayaan tradisional Hakka]], sebagian kecil [[Kristen]].
|related=Kelompok suku [[Tionghoa|Han]] lain, [[Orang She]], [[Pribumi Taiwan]]
}}
'''Hakka''' (Kèjiā 客家) adalah salah satu kelompok [[Tionghoa]] [[Han]] yang terbesar di [[Republik Rakyat Tiongkok]]. Hakka merupakan kelompok Han terakhir yang bermigrasi ke selatan dari Tiongkok Utara secara bertahap semenjak abad ke-4 M karena [[bencana alam]], [[perang]], dan [[konflik]].<ref name="HAN-GONDOMONO">{{cite book|last= Gondomono|first=|coauthors=|year=2013|month=|title=Manusia dan Kebudayaan Han|publisher=Penerbit Buku Kompas|location=Jakarta|isbn= 978-979-709-688-5|pages=187-198}}</ref> Migrasi Hakka keluar dari Tiongkok juga terjadi secara besar-besaran, sehingga sekarang komunitas Hakka tersebar di berbagai provinsi di Tiongkok dan negara-negara di dunia. Orang Hakka merupakan salah satu kelompok terbesar Tionghoa di luar Tiongkok.


== Istilah Hakka ==
Mulai pada masa pemerintahan [[Dinasti Song]], penduduk di pusat Tiongkok (utara) mulai melakukan transmigrasi secara besar-besaran ke daerah selatan. Mulai dari daerah Gàn Selatan, Mǐn Barat sampai Méizhōu, akhirnya membentuk suatu kelompok suku tersendiri, suku Kèjiā (secara harafiah berarti keluarga tamu). Kemudian orang Kèjiā (Hakka) memakai Méizhōu sebagai pusat, mulai menyebar lagi keseluruh wilayah Tiongkok lainnya.
Pada awalnya, istilah "Hakka" tidak merujuk kepada suatu kelompok tertentu.<ref name="hakkahistory-ocac">[http://edu.ocac.gov.tw/lang/hakka/english/a/a.htm The Jews of Asia], ''edu.ocac.gov.tw''. Akses:17-02-2013</ref> Istilah "ke" (客) atau "pendatang" pertama kali muncul di catatan registrasi penduduk pada zaman [[Dinasti Song]] untuk menyebut para pendatang yang telah pergi dari daerah mereka dan tinggal di berbagai bagian negeri.<ref name="hakkahistory-ocac"/>


Istilah "Hakka" berasal dari istilah [[Bahasa Kanton]] yang pertama kali menggunakannya sebagai istilah tidak bersahabat.<ref name="hakka-duo.uio">[https://www.duo.uio.no/bitstream/handle/123456789/24118/Heggheim.pdf?sequence=1 Three cases in China on Hakka identity and self-perception], ''duo.uio.no''. Akses:17-02-2013</ref> Karena hadir di lingkungan baru, masyarakat lokal menyebut mereka "Hakka" atau "tamu". Istilah ini kemudian diterima oleh orang Hakka sebagai nama kelompok mereka.<ref name="hakka-duo.uio"/>
Daerah asal orang Hakka secara garis besar dapat dibagi menjadi empat daerah utama, yakni: Méizhōu, Gànzhōu, Tīngzhōu dan Hùizhōu. Sedangkan daerah Shíbì yang berbatasan dengan Provinsi [[Jiangxi]], di Kabupaten Nínghuà, Provinsi [[Fujian]] merupakan daerah pusat pembentukan orang Hakka, dan mendapat julukan sebagai Tanah Leluhur Orang Hakka.


== Sejarah ==
Méizhōu berada di daerah Timur Laut Provinsi [[Guangdong]], timur berbatasan dengan Provinsi Fújiàn, selatan berbatasan dengan Cháozhōu, Jiēyáng dan Shànwěi di Provinsi Guǎngdōng. Méizhōu juga dinobatkan sebagai ibukota orang Hakka. Gànzhou biasa disebut dengan singkatan sebagai Qian. Gànzhōu berada dalam wilayah Provinsi Jiāngxī, dan merupakan pintu utama masuk ke Provinsi Jiāngxī dari tenggara. Selain itu Gànzhōu juga diapit oleh Provinsi Fújiàn, Guǎngdōng dan [[Hunan]].
[[Berkas:Indonesia Hakka Museum.JPG|jmpl|[[Museum Hakka Indonesia]] terletak di [[Jakarta]].]]


Asal usul Hakka masih menjadi perdebatan para [[sejarawan]]<ref name="hakkahistory-ocac"/> karena perpindahan berulang kali, sedangkan catatan sejarah tertulis tidak ditemukan. Mereka memiliki kaitan dengan subgrup Tionghoa lainnya yang berpindah ke [[Tiongkok selatan]].<ref name="hakkahistory">[http://weber.ucsd.edu/~dkjordan/chin/HsiehHakkaHistory.html Origin and Migrations of the Hakkas] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130429111826/http://weber.ucsd.edu/~dkjordan/chin/HsiehHakkaHistory.html |date=2013-04-29 }}, ''weber.ucsd.ed''. Akses:17-02-2013</ref> Perpindahan [[suku Han]] termasuk Hakka dari [[Tiongkok Utara]] secara besar-besaran terjadi berkali-kali karena berbagai alasan seperti peperangan atau bencana alam. Para sejarawan menyimpulkan perpindahan mereka secara bertahap.<ref name="hakka.ide.go.jp">[http://www.ide.go.jp/English/Publish/Periodicals/De/pdf/75_02_06.pdf Studies on Histories of the Hakkas: Reconsidered] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130120201035/http://www.ide.go.jp/English/Publish/Periodicals/De/pdf/75_02_06.pdf |date=2013-01-20 }}, ''ide.go.jp''. Akses:09-03-2013</ref> Beberapa memperkirakan migrasi Hakka paling awal telah terjadi sejak periode [[Dinasti Qin]], tepatnya pada masa pemerintahan Kaisar [[Qin Shihuang]], di mana telah terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari [[Zhong Yuan (sejarah)|Zhong Yuan]], daratan tengah yang disebutkan sebagai asal mula orang Tionghoa, yang sekarang meliputi [[Henan]], [[Shaanxi]], [[Shanxi]], [[Hebei]] dan [[Shandong]].<ref name="hakkahistory"/> Sementara yang lain menyetujui abad ke-4 M sebagai awal mula. Peneliti asing seperti Huntington dan Campbell merumuskan "teori perpindahan 3 gelombang" yang dimulai pada abad ke-4 M.<ref name="hakka.ide.go.jp"/> Sementara D. Ball dan E J Eitel di akhir abad ke-19 merumuskan "teori 5 gelombang" yang akhirnya disempurnakan oleh [[Luo Xiang-lin]] menjadi teori klasik migrasi Hakka.<ref name="hakka.ide.go.jp"/>
Daerah Tīngzhōu, atau lebih umum seharusnya disebut daerah Mǐnxī, merupakan daerah pemukiman orang Hakka di bagian barat dari Provinsi Fújiàn mencakup daerah seperti Tīngzhōu, Chángtīng, Liánchéng, Wǔpíng, Shàngháng, Yǒngdìng, Nínghuà, Qīngliú dan Míngxī. Selain itu, di Méizhōu yang mayoritas orang Guǎngfǔ (Konghu) juga terdapat banyak orang Hakka.


=== Teori Lima Gelombang ===
Orang Hakka mengunakan bahasa mereka sendiri yang disebut sebagai bahasa Ke atau bahasa Hakka. Bahasa Hakka merupakan salah satu dari tujuh bahasa daerah utama dalam bahasa suku Tionghua.


* Gelombang Pertama (317-879), saat Tiongkok diserbu oleh suku [[Xiongnu]] dan ibukota [[Dinasti Jin (265-420)]] dipindahkan dari [[Luoyang]] ke [[Chang'an]] (311). Perpindahan ini diikuti eksodus rakyat yang meninggalkan kediaman asal menyeberangi sungai Yangtze menuju Hunan, Hubei selatan, Anhui, Zhejiang dan Lembah Sungai Gan di Jiangxi.<ref name="hakkahistory"/>
Tempat tinggal orang Hakka sangat unik, yang dikenal dengan sebutan Tǔlóu (rumah tanah). Tǔlóu ini terdiri dari berbagai jenis bentuk, ada yang berbentuk bulat, persegi empat, bentuk U, setengah bulat, bentuk segi delapan seperti bentuk bagua dan sebagainya.
* Gelombang Kedua (880-1120) terjadi pada akhir periode Dinasti Tang, ketika terjadi [[Pemberontakan Huang Chao]].<ref name="hakka.ide.go.jp"/> Penduduk Tang di Anhui, Henan dan Jiangxi berpindah ke selatan sampai Fujian dan sebelah utara Guangdong.
* Gelombang Ketiga (1127-1644) terjadi selama zaman Dinasti Song, kedatangan suku [[Jurchen]] memaksa suku Han untuk pindah ke selatan sampai akhirnya, [[Gaozong dari Song|Kaisar Gaozong]] berhasil melewati [[Sungai Yangtze]] dan mendirikan [[Dinasti Song Selatan]] pada tahun 1127.<ref name="hakkahistory"/> Perpindahan lain terjadi ketika bangsa Mongol menguasai Tiongkok pada periode ini.
* Gelombang Keempat terjadi pada awal zaman [[Dinasti Qing]] (1644-1911). Disebabkan populasi yang meningkat pesat, lahan pertanian berkurang serta tekanan pemerintahan Qing, orang Hakka yang tinggal di pesisir selatan [[Fujian]] dan [[Guangdong]], pindah ke pedalaman menuju [[Guangxi]], [[Hunan]] dan [[Sichuan]], selain itu, banyak yang pindah ke [[Taiwan]], [[Asia Tenggara]], Afrika, Hawaii dan Kepulauan Karibia.
* Gelombang Kelima (1867) terjadi setelah orang Hakka berperang dengan penduduk Guangdong, [[orang Punti]] dan setelah dipadamkannya [[Pemberontakan Taiping]] yang dipimpin orang Hakka, [[Hong Xiu-chuan]]. Mulai periode ini orang Hakka sudah keluar dari Guangdong ke [[Hainan]], Asia Tenggara dan negara-negara di Amerika Selatan.


=== Periode Dinasti Qing dan kemunculan identitas Hakka ===
[[Kategori:Tiongkok]]

Pada abad ke-17, pemerintahan [[Dinasti Qing]] memerintahkan pengosongan penduduk dari daerah pesisir [[Guangdong]] dan [[Fujian]] untuk mencegah pembajakan dan penyelundupan oleh para pendukung [[Zheng Chenggong]], pengabdi [[Dinasti Ming]] yang telah menyeberang ke [[Republik Tiongkok|Taiwan]]. Setelah Taiwan ditaklukkan pada tahun 1863, pemerintah menarik perintah pengosongan, namun sedikit orang yang kembali menempati daerah yang telah dikosongkan. Oleh karena itu, pemerintah memberikan insentif untuk penduduk yang menempati daerah itu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang berasal dari daerah yang kelebihan penduduk atau terkena bencana alam. Kebanyakan dari mereka adalah orang Hakka.<ref name="hakka-penang">[http://www.penang-traveltips.com/history-of-the-hakka-people-in-penang.htm Home History of the Hakka People in Penang], ''asiawind''. Akses:18-03-2013</ref> Kedatangan mereka ke wilayah yang telah berpenduduk membuat mereka mendapat julukan "Hakka" oleh orang Punti atau "Khek" oleh orang Hoklo, yang keduanya bermakna "tamu" atau "pendatang". Pada periode akhir Qing, perpindahan Hakka semakin sporadis sebagai akibat kekalahan [[Pemberontakan Taiping]] yang dipelopori orang Hakka terhadap pemerintah Manchu sekaligus konflik dengan penduduk asli dalam [[Perang Hakka-Punti]] di Guangdong, menyebabkan ribuan pengungsi Hakka bermigrasi ke [[Hainan]], [[Taiwan]], [[Asia Tenggara]], [[Hawaii]] dan sebagainya.<ref name="HAN-GONDOMONO"/>

== Karakteristik ==
Identitas yang menunjukkan karakteristik utama Hakka antara lain diperlihatkan dengan penggunaan bahasa Hakka serta tradisi dan budaya Hakka. Hakka tidak termasuk ke dalam 56 kelompok suku bangsa di Tiongkok, dengan demikian sebutan suku, ras, atau bangsa tidak tepat. Untuk melengkapi kategorisasi yang kabur ini, sejarawan memasukkan kategori Hakka ke dalam "garis keturunan" (minxi) dari [[Suku Han]] (''Kejia Minxi'').<ref name="hakkahistory-flemmingchristiansen"/>

Pada awalnya Hakka sering kali dipandang rendah oleh kelompok Han lain bahkan dianggap kurang beradab karena sebagian besar tidak mempunyai tanah dan miskin.<ref name="HAN-GONDOMONO"/> Namun, orang Hakka mempertahankan jati diri dan sejarah asal usul dari [[Tiongkok Utara]] yang merupakan pusat kebudayaan Tionghoa, sehingga menganggap mereka Tionghoa murni yang mewarisi peradaban tinggi. Keyakinan asal dari utara dipegang teguh oleh orang Hakka. Walaupun telah pindah dan menetap di berbagai daerah lain di Tiongkok, orang Hakka masih mempertahakan bahasa dan kebudayaan karena kebiasaan berpindah dalam kelompok besar dan menetap bersama di tempat baru untuk mengisolasi diri.<ref name="hakkahistory-flemmingchristiansen">[http://vbn.aau.dk/files/40334846/No5SpiritDiscussionPaper_Flemming_Christiansen_.pdf Hakka: The Politics of Global Ethnic Identity Building], ''vbn.aau.dk''. Akses:18-03-2013</ref>

Di [[Tiongkok Selatan]], orang Hakka merupakan pendatang terakhir di tanah orang lain dan sering kali harus bertahan hidup di tanah yang tidak subur. Mereka dianggap rendah dan tidak diterima sehingga membentuk sifat yang ulet, berani, gigih dan tabah.<ref name="HAN-GONDOMONO"/> Konflik dengan penduduk asli menyebabkan mereka menjadi komunitas yang memiliki solidaritas tinggi dan saling berhubungan erat. Kaum pria memiliki tugas berat di luar rumah, sementara wanita bekerja keras mengurus rumah dan ladang. Berbeda dari wanita Tionghoa kelompok lain, wanita Hakka menolak [[tradisi mengikat kaki|mengikat kaki]]<ref name="hakka-woman">[http://www.asiawind.com/hakka/people.htm#women Hakka Women] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130303092518/http://www.asiawind.com/hakka/people.htm#women |date=2013-03-03 }}, ''asiawind''. Akses:17-02-2013</ref> karena tidak sesuai dengan peran dan pekerjaan. Oleh karena itu, mereka sering diejek berkaki jelek dan besar. Mereka independen dan memiliki kedudukan yang sama dengan pria. Penolakan mengikat kaki kemungkinan karena alasan kemisikinan. Wanita Hakka yang sudah tua sering kali berperan dalam mengambil keputusan rumah tangga. Selain persepsi negatif, kelompok Tionghoa lain juga menganggap orang Hakka jujur, pekerja keras dan sederhana. Konflik yang terus-menerus dengan penduduk asli menyebabkan orang Hakka berani mengambil risiko untuk keluar dari tempat asal dan berimigirasi ke berbagai tempat di Tiongkok dan luar negeri.<ref name="hakka-asiawind">[http://www.asiawind.com/hakka/index.htm Who are the Hakkas?] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20091212043419/http://www.asiawind.com/hakka/index.htm |date=2009-12-12 }}, ''asiawind''. Akses:17-02-2013</ref>

== Tempat asal ==
Daerah asal orang Hakka secara garis besar dapat dibagi menjadi empat daerah utama, yakni: [[Meizhou]], [[Ganzhou]], [[Tingzhou]] dan [[Huizhou]]. Sedangkan daerah Shibi yang berbatasan dengan Provinsi [[Jiangxi]], di Kabupaten Ninghua, Provinsi [[Fujian]] merupakan daerah pusat pembentukan Hakka, dan mendapat julukan sebagai "tanah leluhur Hakka".

=== Meizhou ===

[[Meizhou]] terletak di daerah timur laut Provinsi [[Guangdong]], sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Fujian, sebelah selatan berbatasan dengan [[Chaozhou]], [[Jieyang]] dan [[Shanwei]]. Meizhou dijuluki "ibukota Hakka".

=== Ganzhou ===
Ganzhou yang memiliki nama lain "Qian" merupakan pintu masuk ke wilayah Provinsi [[Jiangxi]] dari sebelah tenggara. Daerahnya diapit Provinsi Fujian, Guangdong dan Hunan.

=== Tingzhou ===
Tingzhou atau Minxi, merupakan daerah pemukiman Hakka di bagian barat Provinsi Fujian. Tingzhou terbagi atas kabupaten [[Changting]], [[Liancheng]], [[Wuping]], [[Shanghang]], [[Yongding]], [[Ninghua]], [[Qingliu]] dan [[Mingxi]].

== Bahasa ==
{{Main|Bahasa Hakka}}
{{Main|Dialek Moiyan}}
Bahasa Hakka (Hakka-fa;客家話) merupakan salah satu dari tujuh bahasa utama di Republik Rakyat Tiongkok. Walau saling terpisah-pisah, para penutur Bahasa Hakka yang berbeda logat dan dialek dapat berbicara satu sama lain. Kemana pun mereka pindah, orang Hakka masih mempertahankan kebudayaan, terutama bahasa.<ref name="HAN-GONDOMONO"/> Bahasa Hakka memiliki kekerabatan yang lebih dekat dengan [[Bahasa Mandarin]] daripada bahasa Tionghoa lain. [[Bahasa Hakka Meixian]] (''Moiyan Hakka-fa'';梅县客家話) yang terdiri dari 6 nada menjadi bahasa standar.

Kontak dengan berbagai kelompok tuturan berbeda-beda di tempat yang mereka tempati menghasilkan logat dan dialek yang dipengaruhi bahasa setempat.<ref name="HAN-GONDOMONO"/> Di Jiangxi bagian selatan terdapat penutur bahasa Hakka yang dipengaruhi [[Bahasa Gan]], selain itu terdapat pula [[Hakka-Fuxi]] (Fujian Barat), Hakka-Tiochiu, [[Raoping]], [[Hongkong]], [[Guangxi]], [[Siyen]] (Taiwan), [[Chuanxiang]] (Hunan-Sichuan) dan Pulau Hainan. Selain itu, varian lain muncul di [[Asia Tenggara]] yang umumnya merupakan kumpulan penutur cabang dari wilayah utama Tiongkok, antara lain, "Ngai" (kawasan [[teluk Tonkin]], [[Vietnam]]), [[Malaysia]] ([[Kuala Lumpur]], [[Sabah]], [[Sarawak]]), [[Thailand]], [[Aceh]], [[Bangka-Belitung]], [[Jawa]], [[Kalimantan Barat]] dan [[Timor]]. Penutur Hakka lain terdapat di [[Mauritius]], [[India]], [[Jamaika]], [[Suriname]], [[Inggris]], [[Kanada]] dan sebagainya. Di Indonesia, ragam Bahasa Hakka tercipta sebagai hasil dari pergaulan dengan etnis Nusantara.<ref name="HAN-GONDOMONO"/>

== Arsitektur ==
{{Utama|Arsitektur Hakka}}
[[Berkas:Tianluokeng Tulou cluster 20140829.JPG|jmpl|[[Tulou|Rumah tulou]] adalah ciri khas arsitektur Hakka]]
Tempat tinggal orang Hakka dikenal dengan sebutan Tulou (土楼, rumah tanah). Tulou terdiri dari berbagai jenis bentuk, ada yang berbentuk bulat, persegi empat, bentuk U, setengah bulat, bentuk segi delapan seperti bentuk bagua dan sebagainya.

== Lihat pula ==
* [[Bahasa Hakka]]
* [[Hakka Kalimantan Barat|Bahasa Hakka Kalimantan Barat]]

==Pranala luar ==
* [https://www.bilibili.com/video/BV1TY4y1x7z8?spm_id_from=333.337.search-card.all.click 客家人文化精神的形成 (Pembentukan Nilai Kebudayaan Hakka)]

== Referensi ==
{{reflist}}
{{Hakka}}

[[Kategori:Hakka]]

Revisi terkini sejak 6 Juli 2024 12.50

Hakka
客家人 / 客人
Hak-kâ-ngìn
Hak-ngìn
Jumlah populasi
perkiraan 30 - 45 juta
Daerah dengan populasi signifikan
Republik Rakyat Tiongkok, Taiwan, Hong Kong, Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand, Jamaika, Myanmar, Britania Raya, Panama, Reunion, Kamboja, Guyana Perancis
Bahasa
Hakka, Hakka Kalimantan Barat dan bahasa nasional negara masing-masing
Agama
Sebagian besar Buddhisme Mahayana, Konfusianisme, Taoisme, Kepercayaan tradisional Hakka, sebagian kecil Kristen.
Kelompok etnik terkait
Kelompok suku Han lain, Orang She, Pribumi Taiwan

Hakka (Kèjiā 客家) adalah salah satu kelompok Tionghoa Han yang terbesar di Republik Rakyat Tiongkok. Hakka merupakan kelompok Han terakhir yang bermigrasi ke selatan dari Tiongkok Utara secara bertahap semenjak abad ke-4 M karena bencana alam, perang, dan konflik.[1] Migrasi Hakka keluar dari Tiongkok juga terjadi secara besar-besaran, sehingga sekarang komunitas Hakka tersebar di berbagai provinsi di Tiongkok dan negara-negara di dunia. Orang Hakka merupakan salah satu kelompok terbesar Tionghoa di luar Tiongkok.

Istilah Hakka

[sunting | sunting sumber]

Pada awalnya, istilah "Hakka" tidak merujuk kepada suatu kelompok tertentu.[2] Istilah "ke" (客) atau "pendatang" pertama kali muncul di catatan registrasi penduduk pada zaman Dinasti Song untuk menyebut para pendatang yang telah pergi dari daerah mereka dan tinggal di berbagai bagian negeri.[2]

Istilah "Hakka" berasal dari istilah Bahasa Kanton yang pertama kali menggunakannya sebagai istilah tidak bersahabat.[3] Karena hadir di lingkungan baru, masyarakat lokal menyebut mereka "Hakka" atau "tamu". Istilah ini kemudian diterima oleh orang Hakka sebagai nama kelompok mereka.[3]

Museum Hakka Indonesia terletak di Jakarta.

Asal usul Hakka masih menjadi perdebatan para sejarawan[2] karena perpindahan berulang kali, sedangkan catatan sejarah tertulis tidak ditemukan. Mereka memiliki kaitan dengan subgrup Tionghoa lainnya yang berpindah ke Tiongkok selatan.[4] Perpindahan suku Han termasuk Hakka dari Tiongkok Utara secara besar-besaran terjadi berkali-kali karena berbagai alasan seperti peperangan atau bencana alam. Para sejarawan menyimpulkan perpindahan mereka secara bertahap.[5] Beberapa memperkirakan migrasi Hakka paling awal telah terjadi sejak periode Dinasti Qin, tepatnya pada masa pemerintahan Kaisar Qin Shihuang, di mana telah terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari Zhong Yuan, daratan tengah yang disebutkan sebagai asal mula orang Tionghoa, yang sekarang meliputi Henan, Shaanxi, Shanxi, Hebei dan Shandong.[4] Sementara yang lain menyetujui abad ke-4 M sebagai awal mula. Peneliti asing seperti Huntington dan Campbell merumuskan "teori perpindahan 3 gelombang" yang dimulai pada abad ke-4 M.[5] Sementara D. Ball dan E J Eitel di akhir abad ke-19 merumuskan "teori 5 gelombang" yang akhirnya disempurnakan oleh Luo Xiang-lin menjadi teori klasik migrasi Hakka.[5]

Teori Lima Gelombang

[sunting | sunting sumber]
  • Gelombang Pertama (317-879), saat Tiongkok diserbu oleh suku Xiongnu dan ibukota Dinasti Jin (265-420) dipindahkan dari Luoyang ke Chang'an (311). Perpindahan ini diikuti eksodus rakyat yang meninggalkan kediaman asal menyeberangi sungai Yangtze menuju Hunan, Hubei selatan, Anhui, Zhejiang dan Lembah Sungai Gan di Jiangxi.[4]
  • Gelombang Kedua (880-1120) terjadi pada akhir periode Dinasti Tang, ketika terjadi Pemberontakan Huang Chao.[5] Penduduk Tang di Anhui, Henan dan Jiangxi berpindah ke selatan sampai Fujian dan sebelah utara Guangdong.
  • Gelombang Ketiga (1127-1644) terjadi selama zaman Dinasti Song, kedatangan suku Jurchen memaksa suku Han untuk pindah ke selatan sampai akhirnya, Kaisar Gaozong berhasil melewati Sungai Yangtze dan mendirikan Dinasti Song Selatan pada tahun 1127.[4] Perpindahan lain terjadi ketika bangsa Mongol menguasai Tiongkok pada periode ini.
  • Gelombang Keempat terjadi pada awal zaman Dinasti Qing (1644-1911). Disebabkan populasi yang meningkat pesat, lahan pertanian berkurang serta tekanan pemerintahan Qing, orang Hakka yang tinggal di pesisir selatan Fujian dan Guangdong, pindah ke pedalaman menuju Guangxi, Hunan dan Sichuan, selain itu, banyak yang pindah ke Taiwan, Asia Tenggara, Afrika, Hawaii dan Kepulauan Karibia.
  • Gelombang Kelima (1867) terjadi setelah orang Hakka berperang dengan penduduk Guangdong, orang Punti dan setelah dipadamkannya Pemberontakan Taiping yang dipimpin orang Hakka, Hong Xiu-chuan. Mulai periode ini orang Hakka sudah keluar dari Guangdong ke Hainan, Asia Tenggara dan negara-negara di Amerika Selatan.

Periode Dinasti Qing dan kemunculan identitas Hakka

[sunting | sunting sumber]

Pada abad ke-17, pemerintahan Dinasti Qing memerintahkan pengosongan penduduk dari daerah pesisir Guangdong dan Fujian untuk mencegah pembajakan dan penyelundupan oleh para pendukung Zheng Chenggong, pengabdi Dinasti Ming yang telah menyeberang ke Taiwan. Setelah Taiwan ditaklukkan pada tahun 1863, pemerintah menarik perintah pengosongan, namun sedikit orang yang kembali menempati daerah yang telah dikosongkan. Oleh karena itu, pemerintah memberikan insentif untuk penduduk yang menempati daerah itu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang berasal dari daerah yang kelebihan penduduk atau terkena bencana alam. Kebanyakan dari mereka adalah orang Hakka.[6] Kedatangan mereka ke wilayah yang telah berpenduduk membuat mereka mendapat julukan "Hakka" oleh orang Punti atau "Khek" oleh orang Hoklo, yang keduanya bermakna "tamu" atau "pendatang". Pada periode akhir Qing, perpindahan Hakka semakin sporadis sebagai akibat kekalahan Pemberontakan Taiping yang dipelopori orang Hakka terhadap pemerintah Manchu sekaligus konflik dengan penduduk asli dalam Perang Hakka-Punti di Guangdong, menyebabkan ribuan pengungsi Hakka bermigrasi ke Hainan, Taiwan, Asia Tenggara, Hawaii dan sebagainya.[1]

Karakteristik

[sunting | sunting sumber]

Identitas yang menunjukkan karakteristik utama Hakka antara lain diperlihatkan dengan penggunaan bahasa Hakka serta tradisi dan budaya Hakka. Hakka tidak termasuk ke dalam 56 kelompok suku bangsa di Tiongkok, dengan demikian sebutan suku, ras, atau bangsa tidak tepat. Untuk melengkapi kategorisasi yang kabur ini, sejarawan memasukkan kategori Hakka ke dalam "garis keturunan" (minxi) dari Suku Han (Kejia Minxi).[7]

Pada awalnya Hakka sering kali dipandang rendah oleh kelompok Han lain bahkan dianggap kurang beradab karena sebagian besar tidak mempunyai tanah dan miskin.[1] Namun, orang Hakka mempertahankan jati diri dan sejarah asal usul dari Tiongkok Utara yang merupakan pusat kebudayaan Tionghoa, sehingga menganggap mereka Tionghoa murni yang mewarisi peradaban tinggi. Keyakinan asal dari utara dipegang teguh oleh orang Hakka. Walaupun telah pindah dan menetap di berbagai daerah lain di Tiongkok, orang Hakka masih mempertahakan bahasa dan kebudayaan karena kebiasaan berpindah dalam kelompok besar dan menetap bersama di tempat baru untuk mengisolasi diri.[7]

Di Tiongkok Selatan, orang Hakka merupakan pendatang terakhir di tanah orang lain dan sering kali harus bertahan hidup di tanah yang tidak subur. Mereka dianggap rendah dan tidak diterima sehingga membentuk sifat yang ulet, berani, gigih dan tabah.[1] Konflik dengan penduduk asli menyebabkan mereka menjadi komunitas yang memiliki solidaritas tinggi dan saling berhubungan erat. Kaum pria memiliki tugas berat di luar rumah, sementara wanita bekerja keras mengurus rumah dan ladang. Berbeda dari wanita Tionghoa kelompok lain, wanita Hakka menolak mengikat kaki[8] karena tidak sesuai dengan peran dan pekerjaan. Oleh karena itu, mereka sering diejek berkaki jelek dan besar. Mereka independen dan memiliki kedudukan yang sama dengan pria. Penolakan mengikat kaki kemungkinan karena alasan kemisikinan. Wanita Hakka yang sudah tua sering kali berperan dalam mengambil keputusan rumah tangga. Selain persepsi negatif, kelompok Tionghoa lain juga menganggap orang Hakka jujur, pekerja keras dan sederhana. Konflik yang terus-menerus dengan penduduk asli menyebabkan orang Hakka berani mengambil risiko untuk keluar dari tempat asal dan berimigirasi ke berbagai tempat di Tiongkok dan luar negeri.[9]

Tempat asal

[sunting | sunting sumber]

Daerah asal orang Hakka secara garis besar dapat dibagi menjadi empat daerah utama, yakni: Meizhou, Ganzhou, Tingzhou dan Huizhou. Sedangkan daerah Shibi yang berbatasan dengan Provinsi Jiangxi, di Kabupaten Ninghua, Provinsi Fujian merupakan daerah pusat pembentukan Hakka, dan mendapat julukan sebagai "tanah leluhur Hakka".

Meizhou terletak di daerah timur laut Provinsi Guangdong, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Fujian, sebelah selatan berbatasan dengan Chaozhou, Jieyang dan Shanwei. Meizhou dijuluki "ibukota Hakka".

Ganzhou yang memiliki nama lain "Qian" merupakan pintu masuk ke wilayah Provinsi Jiangxi dari sebelah tenggara. Daerahnya diapit Provinsi Fujian, Guangdong dan Hunan.

Tingzhou atau Minxi, merupakan daerah pemukiman Hakka di bagian barat Provinsi Fujian. Tingzhou terbagi atas kabupaten Changting, Liancheng, Wuping, Shanghang, Yongding, Ninghua, Qingliu dan Mingxi.

Bahasa Hakka (Hakka-fa;客家話) merupakan salah satu dari tujuh bahasa utama di Republik Rakyat Tiongkok. Walau saling terpisah-pisah, para penutur Bahasa Hakka yang berbeda logat dan dialek dapat berbicara satu sama lain. Kemana pun mereka pindah, orang Hakka masih mempertahankan kebudayaan, terutama bahasa.[1] Bahasa Hakka memiliki kekerabatan yang lebih dekat dengan Bahasa Mandarin daripada bahasa Tionghoa lain. Bahasa Hakka Meixian (Moiyan Hakka-fa;梅县客家話) yang terdiri dari 6 nada menjadi bahasa standar.

Kontak dengan berbagai kelompok tuturan berbeda-beda di tempat yang mereka tempati menghasilkan logat dan dialek yang dipengaruhi bahasa setempat.[1] Di Jiangxi bagian selatan terdapat penutur bahasa Hakka yang dipengaruhi Bahasa Gan, selain itu terdapat pula Hakka-Fuxi (Fujian Barat), Hakka-Tiochiu, Raoping, Hongkong, Guangxi, Siyen (Taiwan), Chuanxiang (Hunan-Sichuan) dan Pulau Hainan. Selain itu, varian lain muncul di Asia Tenggara yang umumnya merupakan kumpulan penutur cabang dari wilayah utama Tiongkok, antara lain, "Ngai" (kawasan teluk Tonkin, Vietnam), Malaysia (Kuala Lumpur, Sabah, Sarawak), Thailand, Aceh, Bangka-Belitung, Jawa, Kalimantan Barat dan Timor. Penutur Hakka lain terdapat di Mauritius, India, Jamaika, Suriname, Inggris, Kanada dan sebagainya. Di Indonesia, ragam Bahasa Hakka tercipta sebagai hasil dari pergaulan dengan etnis Nusantara.[1]

Arsitektur

[sunting | sunting sumber]
Rumah tulou adalah ciri khas arsitektur Hakka

Tempat tinggal orang Hakka dikenal dengan sebutan Tulou (土楼, rumah tanah). Tulou terdiri dari berbagai jenis bentuk, ada yang berbentuk bulat, persegi empat, bentuk U, setengah bulat, bentuk segi delapan seperti bentuk bagua dan sebagainya.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g Gondomono (2013). Manusia dan Kebudayaan Han. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. hlm. 187–198. ISBN 978-979-709-688-5. 
  2. ^ a b c The Jews of Asia, edu.ocac.gov.tw. Akses:17-02-2013
  3. ^ a b Three cases in China on Hakka identity and self-perception, duo.uio.no. Akses:17-02-2013
  4. ^ a b c d Origin and Migrations of the Hakkas Diarsipkan 2013-04-29 di Wayback Machine., weber.ucsd.ed. Akses:17-02-2013
  5. ^ a b c d Studies on Histories of the Hakkas: Reconsidered Diarsipkan 2013-01-20 di Wayback Machine., ide.go.jp. Akses:09-03-2013
  6. ^ Home History of the Hakka People in Penang, asiawind. Akses:18-03-2013
  7. ^ a b Hakka: The Politics of Global Ethnic Identity Building, vbn.aau.dk. Akses:18-03-2013
  8. ^ Hakka Women Diarsipkan 2013-03-03 di Wayback Machine., asiawind. Akses:17-02-2013
  9. ^ Who are the Hakkas? Diarsipkan 2009-12-12 di Wayback Machine., asiawind. Akses:17-02-2013