Lompat ke isi

Pantun: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Qchil (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh 114.122.10.28 (bicara) ke revisi terakhir oleh Bebasnama
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(189 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{short description|Malay poetic form}}
'''Pantun''' merupakan salah satu jenis [[puisi]] lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata ''patuntun'' dalam [[bahasa Minangkabau]] yang berarti "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai ''parikan'', dalam [[bahasa Sunda]] dikenal sebagai [[paparikan]], dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai ''umpasa'' (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, ber[[sajak]] akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
{{Infobox intangible heritage
| Image =
| Caption = ''Pantun''
| ICH = Pantun
| State Party =
| Type =
| Criteria =
| ID = 01613
| Region = APA
| Year = 2020
| Session =
| List =
| Link = https://ich.unesco.org/en/RL/pantun-01613
| Below =
| Note =
|Countries=[[Indonesia]], [[Malaysia]]}}
'''Pantun''' adalah salah satu jenis [[puisi]] lama yang sangat luas dikenal di [[Nusantara]]. Kata "Pantun" berasal dari kata ''patuntun'' dalam [[Bahasa Minangkabau]] yang memiliki arti "penuntun".<ref> {{cite web|title= Pantun Sebagai Teks Nyanyian di Minangkabau|url=https://www.yumpu.com/id/document/read/42621845/pantun-sebagai-teks-nyanyian-di-minangkabau-kiriman-wardizal}} </ref> Pantun memiliki nama lain dalam bahasa-bahasa daerah, dalam [[bahasa Jawa]], pantun dikenal dengan ''[[parikan]]'', dalam [[bahasa Sunda]] pantun disebut ''[[paparikan]]'' dan dalam [[bahasa Batak]], pantun dikenal dengan sebutan ''[[umpasa]]''.<ref> {{Cite news|title= Pantun: Definisi, Ciri, Jenis dan Contohnya|author= Arum Sutrisni Putri|accessdate= 4 Desember 2020|url= https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/19/170000469/pantun-definisi-ciri-jenis-dan-contohnya?page=all|first= Arum Sutrisni|last= Putri|work= [[Kompas.com]]}} </ref> Lazimnya, pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), tiap larik terdiri atas 8-12 suku kata, ber[[sajak]] akhir dengan pola a-b-a-b ataupun a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b atau a-b-b-a).<ref>{{cite book|last1=Shadily|first1=Hassan|date=1984|title=Ensiklopedi Indonesia|publisher=Ictiar Baru - Van Hoeve & Elsevier Publishing Projects|location=Jakarta|pages=2546-2547}}</ref> Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama.<ref> {{cite journal|title= Menelusuri Nilai-Nilai Karakter Dalam Pantun||author= Abdul Hasim|journal= Pedagogia|volume= 14|number= 3|year= 2016|issn= 1693-5276|page= 401|url= https://ejournal.upi.edu/index.php/pedagogia/article/view/5897}} </ref> Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, tapi sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak memberi nama penggubahnya (anonim). Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan.


==Tradisi==
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: ''[[sampiran]]'' dan ''[[isi]]''. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
[[Indonesia]] memiliki kekayaan seni verbal yang sangat beranekaragam. Sebuah tradisi yang umumnya tidak tertulis berupa ucapan yang ekspresif, dan sering kali memiliki isi jenaka yang disebut "pantun" adalah seni tradisi yang dapat dijumpai secara umum di sebagian besar daerah [[Suku Melayu|Melayu]] di seluruh kepulauan [[Indonesia]]. Beberapa pertunjukan "pantun" bersifat narasi; Misalnya, tradisi "[[kentrung]]" di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]], menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang. Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional [[Indonesia]] membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "[[randai]]" dari [[Minangkabau]] wilayah [[Sumatera Barat|Sumatera Barat]], yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.<ref>{{cite web |url=https://www.britannica.com/art/pantun |title=Pantun |author=<!--Not stated--> |website=Brittanica.com |publisher=Encyclopædia Britannica |access-date=19 December 2020 }}</ref>

[[Karmina]] dan [[talibun]] merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).


== Peran pantun ==
== Peran pantun ==
Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi [[kata]] dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain.
Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.<ref> {{cite journal|title= Keanekaragaman Pantun di Indonesia|author= Dinni Eka Maulina|journal= Semantik|voulume= 1|number= 1|issn= 2252-4657|page= 110|url= http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/semantik/article/view/103}} </ref>


Kedekatan nilai sosial dan pantun bahkan bermula dari [[Filsafat|filosofi]] pantun itu sendiri. [[Adat]] berpantun, pantang melantun adalah filosofi yang melekat pada pantun. Peribahasa tersebut mengisyaratkan bahwa pantun lekat dengan nilai-nilai sosial dan bukan semata imajinasi.<ref>{{cite web|author= Noriah Taslim|title= Pantun dan Psikodinamika Kelisanan|url= http://www.usm.my/pantun/makalah1-1.asp|access-date= 2018-02-08|archive-date= 2007-05-07|archive-url= https://web.archive.org/web/20070507065200/http://www.usm.my/pantun/makalah1-1.asp|dead-url= unfit}}</ref> Semangat hakikat pantun menjadi penuntun pada pantun. Penjelasan tersebut meneguhkan fungsi pantun sebagai penjaga dan media kebudayaan untuk memperkenalkan dan menjaga nilai-nilai masyarakat.<ref>Effendy,T. (2005). ''Pantun Nasehat. Penerbit: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Bekerjasamsa.'' Yogyakarta: Penerbit Adicita Karya Nusa.</ref>
Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berpikir dan bermain-main dengan kata.


Sementara itu, dalam [[Budaya Minangkabau|kebudayaan Minangkabau]], pantun digunakan dalam berbagai acara adat. Misalnya dalam acara ''manjapuik marapulai'' (menjemput mempelai pria), ''batagak gala'' (upacara penobatan gelar), ''[[Batagak pangulu|batagak penghulu]]'' (upacara penobatan penghulu), atau dalam pidato upacara adat lainnya.<ref>{{Cite journal|last=Fandi|first=Leo|last2=Agustina|first2=Agustina|last3=Nurizzati|first3=Nurizzati|date=2012|title=Struktur dan Fungsi Pantun Minangkabau dalam Masyarakat Pasa Lamo, Pulau Punjung, Dharmasraya|url=http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pbs/article/view/318|journal=Pendidikan Bahasa Indonesia|language=en|volume=1|issue=1|pages=278–286|doi=10.24036/318-019883|issn=2302-3503}}</ref>
Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.


== Struktur pantun ==
== Struktur pantun ==
Pantun memiliki struktur yang terdiri atas sampiran atau pembayang dan isi. Sampiran atau pembayang berfungsi menyiapkan rima dan irama yang dapat membantu pendengar memahami isi pantun. Pada umumnya sampiran tidak memiliki hubungan dengan isi, tetapi terkadang sampiran dapat memberi bayangan terhadap isi pantun. Isi merupakan bagian inti pantun yang berisi maksud atau pikiran yang akan disampaikan si pembuat pantun.<ref>{{cite journal|title= Korelasi Kemampuan Memahami Ciri Pantun dan Kemampuan Menentukan Jenis Pantun dengan Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Pagaralam|author= Chairil Amar|journal= Pembahsi|volume= 6|number= 1|year= 2016|page= 42|url= http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/790172}}{{Pranala mati|date=Januari 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra lisan.


Menurut [[Sutan Takdir Alisjahbana]], fungsi sampiran adalah menyiapkan rima dan irama agar pendengar dapat memahami isi pantun dengan mudah<sup>&#91;''[[Wikipedia:Citation needed|citation needed]]''&#93;</sup>. Ini dapat dipahami karena pada dasarnya, pantun merupakan sastra [[Bahasa lisan|lisan]]. Pola rima dan irama pada pantun secara eksplisit menegaskan sifat kelisanan pantun pada budaya Melayu dulu.
Meskipun pada umumnya sampiran tak berhubungan dengan isi kadang-kadang bentuk sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:


:Air dalam bertambah dalam
:Air dalam bertambah dalam
Baris 22: Baris 38:
:Dendam dahulu belum lagi sembuh
:Dendam dahulu belum lagi sembuh


Beberapa sarjana Eropa berusaha mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun biasanya terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.
Aturan umum berlaku pada pantun, seperti halnya puisi lama. Misalnya, satu larik pantun terdiri atas 6-12 suku kata. Namun, aturan ini tak selalu berlaku dan bersifat kaku. Pola rima umum yang berlaku pada pantun adalah a-b-a-b dan a-a-a-a. Meski demikian, kerap diketemukan pula pola pantun yang berpola a-a-b-b.<sup>&#91;''[[Wikipedia:Citation needed|citation needed]]''&#93;</sup>


== Jenis-jenis pantun ==
== Jenis-jenis pantun ==
=== Pantun Adat ===
{{pindah/Wikisource}}
Pantun adat adalah pantun yang berisi tentang hal-hal berbau adat dan budaya.
* Pantun Adat
:Menanam kelapa di pulau Bukum
:Tinggi sedepa sudah berbuah
:Adat bermula dengan hukum
:Hukum bersandar di Kitabullah
:Ikan berenang lubuk
:Ikan belida dadanya panjang
:Adat pinang pulang ke tampuk
:Adat sirih pulang ke gagang
:Lebat daun bunga tanjung
:Lebat daun bunga tanjung
:Berbau harum bunga cempaka
:Berbau harum bunga cempaka
:Adat dijaga pusaka dijunjung
:Adat dijaga pusaka dijunjung
:Baru terpelihara adat pusaka
:Baru terpelihara adat pusaka

=== Pantun Agama ===
:Bukan lebah sembarang lebah
Pantun agama adalah pantun yang berisi nasihat kehidupan berdasarkan pemahaman agama.
:Lebah bersarang di buku buluh
:Bukan sembah sembarang sembah
:Sembah bersarang jari sepuluh
:Pohon nangka berbuah lebat
:Bilalah masak harum juga
:Berumpun pusaka berupa adat
:Daerah berluhak alam beraja
* Pantun Agama
:Banyak bulan perkara bulan
:Tidak semulia bulan puasa
:Banyak tuhan perkara tuhan
:Tidak semulia Tuhan Yang Esa
:Daun terap di atas dulang
:Anak udang mati di tuba
:Dalam kitab ada terlarang
:Yang haram jangan dicoba
:Bunga kenanga di atas kubur
:Pucuk sari pandan Jawa
:Apa guna sombong dan takabur
:Rusak hati badan binasa
:Asam kandis asam gelugur
:Asam kandis asam gelugur
:Ketiga asam si riang-riang
:Ketiga asam si riang-riang
:Menangis mayat di pintu kubur
:Menangis mayat di pintu kubur
:Teringat badan tidak sembahyang
:Teringat badan tidak sembahyang

* Pantun Budi
=== Pantun Budi ===
Pantun jenis ini memberikan nasihat agar diri dan pendengarnya selalu berlaku baik dalam kehidupan.
:Bunga cina di atas batu
:Daunnya lepas ke dalam ruang
:Adat budaya tidak berlaku
:Sebabnya emas budi terbuang
:Di antara padi dengan selasih
:Yang mana satu tuan luruhkan
:Diantara budi dengan kasih
:Yang mana satu tuan turutkan
:Apa guna berkain batik
:Kalau tidak dengan sujinya
:Apa guna beristeri cantik
:Kalau tidak dengan budinya
:Sarat perahu muat pinang
:Singgah berlabuh di Kuala Daik
:Jahat berlaku lagi dikenang
:Inikan pula budi yang baik
:Anak angsa mati lemas
:Mati lemas di air masin
:Hilang bahasa karena emas
:Hilang budi karena miskin
:Biarlah orang bertanam buluh
:Mari kita bertanam padi
:Biarlah orang bertanam musuh
:Mari kita menanam budi
:Ayam jantan si ayam jalak
:Ayam jantan si ayam jalak
:Jaguh siantan nama diberi
:Jaguh Siantan nama diberi
:Rezeki tidak saya tolak
:Rezeki tidak saya tolak
:Musuh tidak saya cari
:Musuh tidak saya cari

:Itik betina beranak pinak
:Jikalau kita bertanam padi
:Air meluap di sungai lusi
:Senanglah makan adik-beradik
:Ilmu bermanfaat Atau tidak
:Jikalau kita bertanam budi
:Semua tergantung akhlaq budi
:Orang yang jahat menjadi baik

=== Pantun Jenaka ===
:Kalau keladi sudah ditanam
Pantun Jenaka adalah pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar, terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung. Dengan pantun jenaka, diharapkan suasana akan menjadi semakin riang dan gembira.
:Jangan lagi meminta balas
:Kalau budi sudah ditanam
:Jangan lagi meminta balas
* Pantun Jenaka
Pantun Jenaka adalah pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar, terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang.
Contoh:
:Di mana kuang hendak bertelur
:Di mana kuang hendak bertelur
:Di atas lata di rongga batu
:Di atas lata di rongga batu
:Di mana tuan hendak tidur
:Di mana tuan hendak tidur
:Di atas dada di rongga susu
:Di atas dada di rongga susu
:Elok berjalan kota tua
:Kiri kanan berbatang sepat
:Elok berbini orang tua
:Perut kenyang ajaran dapat
:Sakit kaki ditikam jeruju
:Jeruju ada di dalam paya
:Sakit hati memandang susu
:Susu ada dalam kebaya
:Naik ke bukit membeli lada
:Lada sebiji dibelah tujuh
:Apanya sakit berbini janda
:Anak tiri boleh disuruh
:Orang Sasak pergi ke Bali
:Membawa pelita semuanya
:Berbisik pekak dengan tuli
:Tertawa si buta melihatnya
:Jalan-jalan ke rawa-rawa
:Jika capai duduk di pohon palem
:Geli hati menahan tawa
:Melihat katak memakai helm
:Limau purut di tepi rawa,
:buah dilanting belum masak
:Sakit perut sebab tertawa,
:melihat kucing duduk berbedak


=== Pantun Kepahlawanan ===
:jangan suka makan mentimun
Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya berhubungan dengan semangat kepahlawanan.
:karna banyak getahnya
:hai kawan jangan melamun
:melamun itu tak ada gunanya

* Pantun Kepahlawanan
Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya berhubungan dengan semangat kepahlawanan
:Adakah perisai bertali rambut
:Adakah perisai bertali rambut
:Rambut dipintal akan cemara
:Rambut dipintal akan cemara
:Adakah misai tahu takut
:Adakah misai tahu takut
:Kamipun muda lagi perkasa
:Kami pun muda lagi perkasa
:Hang Jebat Hang Kesturi
:Budak-budak raja Melaka
:Jika hendak jangan dicuri
:Mari kita bertentang mata
:Kalau orang menjaring ungka
:Rebung seiris akan pengukusnya
:Kalau arang tercorong kemuka
:Ujung keris akan penghapusnya
:Redup bintang haripun subuh
:Subuh tiba bintang tak nampak
:Hidup pantang mencari musuh
:Musuh tiba pantang ditolak
:Esa elang kedua belalang
:Takkan kayu berbatang jerami
:Esa hilang dua terbilang
:Takkan Melayu hilang di bumi


* Pantun Kias
=== Pantun Percintaan ===
Pantun percintaan berisi ungkapan hati seseorang akan perasannya terhadap orang lain, yaitu orang yang sedang ada dalam hatinya. Sering pula pantun ini berisi candaan terhadap orang yang dimabuk cinta.
:Ayam sabung jangan dipaut
:Jika ditambat kalah laganya
:Asam di gunung ikan di laut
:Dalam belanga bertemu juga
:Berburu ke padang datar
:Dapatkan rusa belang kaki
:Berguru kepalang ajar
:Bagaikan bunga kembang tak jadi
:Anak Madras menggetah punai
:Punai terbang mengirap bulu
:Berapa deras arus sungai
:Ditolak pasang balik ke hulu
:Kayu tempinis dari kuala
:Dibawa orang pergi Melaka
:Berapa manis bernama nira
:Simpan lama menjadi cuka
:Disangka nenas di tengah padang
:Rupanya urat jawi-jawi
:Disangka panas hingga petang
:Kiranya hujan tengah hari
* Pantun Nasihat
:Kayu cendana di atas batu
:Sudah diikat dibawa pulang
:Adat dunia memang begitu
:Benda yang buruk memang terbuang
:Kemuning di tengah balai
:Bertumbuh terus semakin tinggi
:Berunding dengan orang tak pandai
:Bagaikan alu pencungkil duri
:Parang ditetak ke batang sena
:Belah buluh taruhlah temu
:Barang dikerja takkan sempurna
:Bila tak penuh menaruh ilmu
:Padang temu padang baiduri
:Tempat raja membangun kota
:Bijak bertemu dengan jauhari
:Bagaikan cincin dengan permata
:Ngun Syah Betara Sakti
:Panahnya bernama Nila Gandi
:Bilanya emas banyak di peti
:Sembarang kerja boleh menjadi
:Jalan-jalan ke Kota Blitar
:jangan lupa beli sukun
:Jika kamu ingin pintar
:belajarlah dengan tekun

* Pantun Percintaan
:Coba-coba menanam mumbang
:Coba-coba menanam mumbang
:Moga-moga tumbuh kelapa
:Moga-moga tumbuh kelapa
Baris 253: Baris 88:
:Moga-moga menjadi cinta
:Moga-moga menjadi cinta


=== Pantun Peribahasa ===
:Jangan suka bermain tali
Pantun peribahasa menggunakan berbagai pepatah, idiom, maupun peribahasa dalam penyampaian maksudnya. Oleh karena itu, kata-kata yang disampaikan tidak dapat diartikan secara harfiah.
:Kalau tak ingin terikat olehnya
:Putus cinta jangan disesali
:Pasti kan datang cinta yang lainnya

:Limau purut lebat di pangkal
:Sayang selasih condong uratnya
:Angin ribut dapat ditangkal
:Hati yang kasih apa obatnya
:Ikan belanak hilir berenang
:Burung dara membuat sarang
:Makan tak enak tidur tak tenang
:Hanya teringat dinda seorang
:Anak kera di atas bukit
:Dipanah oleh Indera Sakti
:Dipandang muka senyum sedikit
:Karena sama menaruh hati
:Ikan sepat dimasak berlada
:Kutunggu digulai anak seberang
:Jika tak dapat di masa muda
:Kutunggu sampai beranak seorang
:Kalau tuan pergi ke Tanjung
:Kirim saya sehelai baju
:Kalau tuan menjadi burung
:Sahaya menjadi ranting kayu.
:Kalau tuan pergi ke Tanjung
:Belikan sahaya pisau lipat
:Kalau tuan menjadi burung
:Sahaya menjadi benang pengikat
:Kalau tuan mencari buah
:Sahaya pun mencari pandan
:Jikalau tuan menjadi nyawa
:Sahaya pun menjadi badan.
* Pantun Peribahasa
:Berakit-rakit ke hulu
:Berakit-rakit ke hulu
:Berenang-renang ke tepian
:Berenang-renang ke tepian
:Bersakit-sakit dahulu
:Bersakit-sakit dahulu
:Bersenang-senang kemudian
:Bersenang-senang kemudian

=== Pantun Perpisahan ===
:Ke hulu memotong pagar
Pantun jenis ini mengungkapkan rasa kehilangan si penutur pantun akibat ditinggalkan orang yang disayanginya. Bisa juga pantunnya berisi tentang harapan agar si penutur dan si pendengar bisa bertemu kembali.
:Jangan terpotong batang durian
:Cari guru tempat belajar
:Jangan jadi sesal kemudian
:Kerat kerat kayu di ladang
:Hendak dibuat hulu cangkul
:Berapa berat mata memandang
:Barat lagi bahu memikul
:Harapkan untung menggamit
:Kain di badan didedahkan
:Harapkan guruh di langit
:Air tempayan dicurahkan
:Pohon pepaya di dalam semak
:Pohon manggis sebasar lengan
:Kawan tertawa memang banyak
:Kawan menangis diharap jangan
* Pantun Perpisahan
:Pucuk pauh delima batu
:Pucuk pauh delima batu
:Anak sembilang di tapak tangan
:Anak sembilang di tapak tangan
:Biar jauh di negeri satu
:Biar jauh di negeri satu
:Hilang di mata di hati jangan
:Hilang di mata di hati jangan

=== Pantun Teka-teki ===
:Bagaimana tidak dikenang
Pantun teka-teki, sesuai namanya, memberikan teka-teki bagi si pendengar untuk diselesaikan. Petunjuk yang diberikan dalam pantun teka-teki sering kali terkesan tidak harfiah.
:Pucuknya pauh selasih Jambi
:Bagaimana tidak terkenang
:Dagang yang jauh kekasih hati
:Duhai selasih janganlah tinggi
:Kalaupun tinggi berdaun jangan
:Duhai kekasih janganlah pergi
:Kalaupun pergi bertahun jangan
:Batang selasih mainan budak
:Berdaun sehelai dimakan kuda
:Bercerai kasih bertalak tidak
:Seribu tahun kembali juga
:Bunga Cina bunga karangan
:Tanamlah rapat tepi perigi
:Adik di mana abang gerangan
:Bilalah dapat bertemu lagi
:Kalau ada sumur di ladang
:Bolehlah kita menumpang mandi
:Kalau ada umurku panjang
:Bolehlah kita bertemu lagi
* Pantun Teka-teki
:Kalau tuan bawa keladi
:Bawakan juga si pucuk rebung
:Kalau tuan bijak bestari
:Binatang apa tanduk di hidung?
:Beras ladang sulung tahun
:Malam malam memasak nasi
:Dalam batang ada daun
:Dalam daun ada isi
:Terendak bentan lalu dibeli
:Untuk pakaian saya turun ke sawah
:Kalaulah tuan bijak bestari
:Apa binatang kepala di bawah ?
:Kalau tuan muda teruna
:Pakai seluar dengan gayanya
:Kalau tuan bijak laksana
:Biji di luar apa buahnya
:Tugal padi jangan bertangguh
:Tugal padi jangan bertangguh
:Kunyit kebun siapa galinya
:Kunyit kebun siapa galinya?
:Kalau tuan cerdik sungguh
:Kalau tuan cerdik sungguh
:Langit tergantung mana talinya?
:Langit tergantung mana talinya?

:
== Referensi ==
: Anak Perawan Kentutnya Nyaring
{{reflist}}
: Yang Janda Kentutnya Sembriwing

: Yang Bencong Kentutnya Garing
== Lihat juga ==
* [[Pantun Bima]]
* [[Karmina]]
* [[Seloka]]
* [[Gurindam]]


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{Wiktionary}}
* [http://www.lokerseni.web.id/2012/01/pantun-jenaka-kumpulan-pantun-jenaka.html Pantun Jenaka]
* {{en}} [https://www.youtube.com/watch?v=eEIyJFX3m8k&ab_channel=UNESCO Pantun] - UNESCO: Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity - 2020
* [http://www.lokerseni.web.id/2012/08/Pantunlucu.html Pantun Lucu]

* [http://hanyakaldotkom.blogspot.com/2014/03/pantun-lucu-jenaka-paling-kocak-hehehehe.html Pantun Kocak]
{{Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia di Indonesia}}
{{Authority control}}


[[Kategori:Sastra]]
[[Kategori:Sastra]]
[[Kategori:Mahakarya Warisan Budaya Lisan dan Takbenda Manusia]]
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]

Revisi terkini sejak 10 Oktober 2024 10.50

Pantun
NegaraIndonesia, Malaysia
Referensi01613
KawasanAsia dan Pasifik
Sejarah Inskripsi
Inskripsi2020

Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal di Nusantara. Kata "Pantun" berasal dari kata patuntun dalam Bahasa Minangkabau yang memiliki arti "penuntun".[1] Pantun memiliki nama lain dalam bahasa-bahasa daerah, dalam bahasa Jawa, pantun dikenal dengan parikan, dalam bahasa Sunda pantun disebut paparikan dan dalam bahasa Batak, pantun dikenal dengan sebutan umpasa.[2] Lazimnya, pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), tiap larik terdiri atas 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b ataupun a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b atau a-b-b-a).[3] Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama.[4] Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, tapi sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak memberi nama penggubahnya (anonim). Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan.

Indonesia memiliki kekayaan seni verbal yang sangat beranekaragam. Sebuah tradisi yang umumnya tidak tertulis berupa ucapan yang ekspresif, dan sering kali memiliki isi jenaka yang disebut "pantun" adalah seni tradisi yang dapat dijumpai secara umum di sebagian besar daerah Melayu di seluruh kepulauan Indonesia. Beberapa pertunjukan "pantun" bersifat narasi; Misalnya, tradisi "kentrung" di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang. Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatera Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.[5]

Peran pantun

[sunting | sunting sumber]

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.[6]

Kedekatan nilai sosial dan pantun bahkan bermula dari filosofi pantun itu sendiri. Adat berpantun, pantang melantun adalah filosofi yang melekat pada pantun. Peribahasa tersebut mengisyaratkan bahwa pantun lekat dengan nilai-nilai sosial dan bukan semata imajinasi.[7] Semangat hakikat pantun menjadi penuntun pada pantun. Penjelasan tersebut meneguhkan fungsi pantun sebagai penjaga dan media kebudayaan untuk memperkenalkan dan menjaga nilai-nilai masyarakat.[8]

Sementara itu, dalam kebudayaan Minangkabau, pantun digunakan dalam berbagai acara adat. Misalnya dalam acara manjapuik marapulai (menjemput mempelai pria), batagak gala (upacara penobatan gelar), batagak penghulu (upacara penobatan penghulu), atau dalam pidato upacara adat lainnya.[9]

Struktur pantun

[sunting | sunting sumber]

Pantun memiliki struktur yang terdiri atas sampiran atau pembayang dan isi. Sampiran atau pembayang berfungsi menyiapkan rima dan irama yang dapat membantu pendengar memahami isi pantun. Pada umumnya sampiran tidak memiliki hubungan dengan isi, tetapi terkadang sampiran dapat memberi bayangan terhadap isi pantun. Isi merupakan bagian inti pantun yang berisi maksud atau pikiran yang akan disampaikan si pembuat pantun.[10]

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana, fungsi sampiran adalah menyiapkan rima dan irama agar pendengar dapat memahami isi pantun dengan mudah[citation needed]. Ini dapat dipahami karena pada dasarnya, pantun merupakan sastra lisan. Pola rima dan irama pada pantun secara eksplisit menegaskan sifat kelisanan pantun pada budaya Melayu dulu.

Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh

Aturan umum berlaku pada pantun, seperti halnya puisi lama. Misalnya, satu larik pantun terdiri atas 6-12 suku kata. Namun, aturan ini tak selalu berlaku dan bersifat kaku. Pola rima umum yang berlaku pada pantun adalah a-b-a-b dan a-a-a-a. Meski demikian, kerap diketemukan pula pola pantun yang berpola a-a-b-b.[citation needed]

Jenis-jenis pantun

[sunting | sunting sumber]

Pantun Adat

[sunting | sunting sumber]

Pantun adat adalah pantun yang berisi tentang hal-hal berbau adat dan budaya.

Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka

Pantun Agama

[sunting | sunting sumber]

Pantun agama adalah pantun yang berisi nasihat kehidupan berdasarkan pemahaman agama.

Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Pantun Budi

[sunting | sunting sumber]

Pantun jenis ini memberikan nasihat agar diri dan pendengarnya selalu berlaku baik dalam kehidupan.

Ayam jantan si ayam jalak
Jaguh Siantan nama diberi
Rezeki tidak saya tolak
Musuh tidak saya cari
Itik betina beranak pinak
Air meluap di sungai lusi
Ilmu bermanfaat Atau tidak
Semua tergantung akhlaq budi

Pantun Jenaka

[sunting | sunting sumber]

Pantun Jenaka adalah pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar, terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung. Dengan pantun jenaka, diharapkan suasana akan menjadi semakin riang dan gembira.

Di mana kuang hendak bertelur
Di atas lata di rongga batu
Di mana tuan hendak tidur
Di atas dada di rongga susu

Pantun Kepahlawanan

[sunting | sunting sumber]

Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya berhubungan dengan semangat kepahlawanan.

Adakah perisai bertali rambut
Rambut dipintal akan cemara
Adakah misai tahu takut
Kami pun muda lagi perkasa

Pantun Percintaan

[sunting | sunting sumber]

Pantun percintaan berisi ungkapan hati seseorang akan perasannya terhadap orang lain, yaitu orang yang sedang ada dalam hatinya. Sering pula pantun ini berisi candaan terhadap orang yang dimabuk cinta.

Coba-coba menanam mumbang
Moga-moga tumbuh kelapa
Coba-coba bertanam sayang
Moga-moga menjadi cinta

Pantun Peribahasa

[sunting | sunting sumber]

Pantun peribahasa menggunakan berbagai pepatah, idiom, maupun peribahasa dalam penyampaian maksudnya. Oleh karena itu, kata-kata yang disampaikan tidak dapat diartikan secara harfiah.

Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian

Pantun Perpisahan

[sunting | sunting sumber]

Pantun jenis ini mengungkapkan rasa kehilangan si penutur pantun akibat ditinggalkan orang yang disayanginya. Bisa juga pantunnya berisi tentang harapan agar si penutur dan si pendengar bisa bertemu kembali.

Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Biar jauh di negeri satu
Hilang di mata di hati jangan

Pantun Teka-teki

[sunting | sunting sumber]

Pantun teka-teki, sesuai namanya, memberikan teka-teki bagi si pendengar untuk diselesaikan. Petunjuk yang diberikan dalam pantun teka-teki sering kali terkesan tidak harfiah.

Tugal padi jangan bertangguh
Kunyit kebun siapa galinya?
Kalau tuan cerdik sungguh
Langit tergantung mana talinya?

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Pantun Sebagai Teks Nyanyian di Minangkabau". 
  2. ^ Putri, Arum Sutrisni. "Pantun: Definisi, Ciri, Jenis dan Contohnya". Kompas.com. Diakses tanggal 4 Desember 2020. 
  3. ^ Shadily, Hassan (1984). Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ictiar Baru - Van Hoeve & Elsevier Publishing Projects. hlm. 2546–2547. 
  4. ^ Abdul Hasim (2016). "Menelusuri Nilai-Nilai Karakter Dalam Pantun". Pedagogia. 14 (3): 401. ISSN 1693-5276. 
  5. ^ "Pantun". Brittanica.com. Encyclopædia Britannica. Diakses tanggal 19 December 2020. 
  6. ^ Dinni Eka Maulina. "Keanekaragaman Pantun di Indonesia". Semantik (1): 110. ISSN 2252-4657. 
  7. ^ Noriah Taslim. "Pantun dan Psikodinamika Kelisanan". Archived from the original on 2007-05-07. Diakses tanggal 2018-02-08. 
  8. ^ Effendy,T. (2005). Pantun Nasehat. Penerbit: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Bekerjasamsa. Yogyakarta: Penerbit Adicita Karya Nusa.
  9. ^ Fandi, Leo; Agustina, Agustina; Nurizzati, Nurizzati (2012). "Struktur dan Fungsi Pantun Minangkabau dalam Masyarakat Pasa Lamo, Pulau Punjung, Dharmasraya". Pendidikan Bahasa Indonesia (dalam bahasa Inggris). 1 (1): 278–286. doi:10.24036/318-019883. ISSN 2302-3503. 
  10. ^ Chairil Amar (2016). "Korelasi Kemampuan Memahami Ciri Pantun dan Kemampuan Menentukan Jenis Pantun dengan Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Pagaralam". Pembahsi. 6 (1): 42. [pranala nonaktif permanen]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • (Inggris) Pantun - UNESCO: Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity - 2020