Lompat ke isi

Y.B. Mangunwijaya: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pelacuran termasuk dunia malam
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(195 revisi perantara oleh 72 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Christian leader
{{Tokoh |
|type = priest
nama_tokoh = Romo Mangun|
|honorific-prefix = [[Reverendus Domini|R.D.]]
gambar = [[Gambar:Mangun.jpg|Romo Mangun]]|
|name = Yusuf Bilyarta Mangunwijaya
lahir = [[Ambarawa]], [[6 Mei]] [[1929]] |
|honorific-suffix =
meninggal = [[Jakarta]], [[10 Februari]] [[1999]]|
|title =
bidang = budaya, pendidikan, arsitektur |
|image = Mangun.jpg
|imagesize = 200px
|alt =
|caption =
|church = [[Gereja Katolik Roma]]
|archdiocese =
|province =
|metropolis=
|diocese = [[Keuskupan Agung Semarang|Semarang]]
|see =
|elected =
|appointed =
|term =
|term_start =
|quashed =
|term_end =
|predecessor =
|opposed =
|successor =
|other_post =
<!---------- Orders ---------->
|ordination = 8 September 1959
|ordinated_by = [[Albertus Soegijapranata]], [[Yesuit|S.J.]]
|consecration = |consecrated_by =
|cardinal = |rank =
<!---------- Personal details ---------->
|birth_name = Yusuf Bilyarta Mangunwijaya
|birth_date = {{birth date|1929|5|6}}
|birth_place = [[Ambarawa]], [[Jawa Tengah]]
|death_date = {{death date and age|1999|2|10|1929|5|6}}
|death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
|buried = Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan<ref>{{cite web|editor=Eko Sutriyanto|date=12 November 2015|title=Tempat Peristirahatan Terakhir Mgr Johannes Pujasumarta dan Romo Mangun Berdampingan|url=https://www.tribunnews.com/regional/2015/11/12/tempat-peristirahatan-terakhir-mgr-johannes-pujasumarta-dan-romo-mangun-berdampingan|access-date=20 Juni 2024}}</ref>
|nationality = [[Indonesia]]
|religion = [[Gereja Katolik Roma|Katolik Roma]]
|residence =
|parents = {{unbulleted list|Ayah: Yulianus Sumadi Mangunwijaya|Ibu: Serafin Kamdaniah}}
|occupation =
|profession =
|previous_post = {{unbulleted list|}}
|alma_mater ={{bulleted list|[[SMK Negeri 2 Yogyakarta|STM Jetis]]|[[SMA Katolik Santo Albertus Malang]]|[[Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan]]|[[Institut Teknologi Bandung]]|[[Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen]]}}
|motto =
|signature =
|coat_of_arms =
|feast_day =
|venerated=
|saint_title =
|beatified_date =
|beatified_place =
|beatified_by =
|canonized_date =
|canonized_place =
|canonized_by =
|attributes =
|patronage =
|shrine =
|suppressed_date =
|other =
}}
}}
[[Reverendus Domini|R.D.]] '''Yusuf Bilyarta Mangunwijaya''', Dipl.Ing. (disingkat '''Y.B. Mangunwijaya'''; {{lahirmati|[[Ambarawa]], [[Kabupaten Semarang]]|6|5|1929|[[Jakarta]]|10|2|1999}}) adalah seorang [[Pastor|imam]] [[Gereja Katolik Roma]], [[budayawan]], [[arsitek]], [[penulis]], [[aktivis sosial]], dan dikenal sebagai [[Pengacara|pembela wong cilik]]. Ia juga dikenal dengan panggilan populernya, '''Rama Mangun''' (atau dibaca "Romo Mangun" dalam [[bahasa Jawa]]). Romo Mangun adalah anak sulung dari dua belas bersaudara pasangan suami istri Yulianus Sumadi dan Serafin Kamdaniyah.<ref name="romo2">{{Cite news|date=11 November 2010|editor-last=Margianto|editor-first=Heru|title=Romo Mangun Dianugerahi Bintang Budaya|url=http://nasional.kompas.com/read/2010/11/11/13214095/Romo.Mangun.Dianugerahi.Bintang.Budaya.|work=[[Kompas.com]]|publisher=|accessdate=13 Januari 2012}}</ref>


== Riwayat hidup ==
'''Yusuf Bilyarta Mangunwijaya''' ([[Ambarawa]], [[Kabupaten Semarang]] [[6 Mei]] [[1929]] - [[Jakarta]] [[10 Februari]] [[1999]]), dikenal sebagai budayawan, arsitek, penulis, rohaniwan, aktivis dan pembela 'wong cilik'. Anak sulung dari 12 bersaudara pasangan suami istri Yulianus Sumadi dan Serafin Kamdaniyah.


=== Pendidikan ===
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya yang akrab dipanggil dengan '''Romo Mangun''' dikenal melalui novelnya yang berjudul ''Burung-Burung Manyar''. Mendapatkan penghargaan sastra se-Asia Tenggara Ramon Magsaysay pada tahun 1996. Beliau banyak melahirkan kumpulan novel seperti di antaranya: ''Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa'', ''Roro Mendut'', ''Durga/Umayi'', ''[[Burung-Burung Manyar]]'' dan esai-esainya tersebar di berbagai surat kabar di [[Indonesia]]. Bukunya ''Sastra dan Religiositas'' mendapat penghargaan buku non-fiksi terbaik tahun 1982.
Ia adalah anak dari mantan Ketua [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Magelang|DPRD Magelang]] pada era [[Hindia Belanda]], Yulianus Sumadi.<ref name=":0">{{Cite web|title=Romo Mangun: Kami Bukan Pahlawan! - Intisari|url=https://intisari.grid.id/read/0333737/romo-mangun-kami-bukan-pahlawan|website=intisari.grid.id|language=id|access-date=2022-06-26}}</ref> Pada tahun 1936 Y. B. Mangunwijaya masuk [[HIS]] Fransiscus Xaverius, [[Muntilan]], [[Magelang]]. Setelah tamat pada tahun 1943, dia meneruskan ke [[SMK Negeri 2 Yogyakarta|STM Jetis Yogyakarta]] dan di sana dia mulai tertarik kepada [[Sejarah dunia|Sejarah Dunia]] dan [[Filsafat]]. Sebelum sekolah tersebut dibubarkan setahun kemudian, dia aktif mengikuti ''kinrohosi'' yang diadakan tentara Jepang di [[Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta|Lapangan Balapan, Yogyakarta]].


=== Masa Revolusi Fisik (1945-1950) ===
Dalam bidang arsitektur, beliau juga kerap dijuluki sebagai bapak [[arsitektur modern]] Indonesia. Salah satu penghargaan yang pernah diterimanya adalah Aga Khan Award, yang merupakan penghargaan tertinggi karya arsitektural di dunia berkembang, untuk rancangan pemukiman di tepi kali [[Code]], [[Yogyakarta]].
Pada tahun 1945 Y. B. Mangunwijaya bergabung sebagai prajurit [[TKR]] Batalyon X divisi III dan bertugas di asrama militer di [[Museum Benteng Vredeburg|Vrederburg]], lalu di [[SMA Bopkri 1 Yogyakarta|asrama militer di Kotabaru, Yogyakarta]]. Dia sempat ikut dalam pertempuran di [[Ambarawa]], [[Magelang]], dan [[Mranggen, Demak|Mranggen]]. Setahun kemudian, dia kembali melanjutkan sekolahnya di [[SMK Negeri 2 Yogyakarta|STM Jetis]] dan bergabung menjadi prajurit [[Tentara Pelajar]].


Setelah lulus pada 1947, [[Agresi Militer Belanda I]] melanda Indonesia sehingga Y. B. Mangunwijaya kembali bergabung dalam TP Brigade XVII sebagai komandan TP Kompi [[Kedu]]. Di masa ini, Ia pernah bertugas jadi pengantar makanan komandan batalion [[Soeharto|Mayor Soeharto (yang kemudian jadi Presiden ke-2 RI)]] di front [[Mranggen, Demak|Mranggen, Semarang]].<ref name=":0" />
Kekecewaan Romo terhadap sistem pendidikan di Indonesia menimbulkan gagasan-gagasan di benaknya. Dia lalu membangun Yayasan Dinamika Edukasi Dasar. Sebelumnya, Romo membangun gagasan SD yang eksploratif pada penduduk korban proyek [[Kasus Kedung Ombo|waduk Kedung Ombo]], Jawa Tengah, serta penduduk miskin di pinggiran Kali Code, Yogyakarta.


Salah satu momen yang mengubah hidupnya adalah pidato dari [[Mas Isman|Mayor Isman]] ketika Ia bersama rekan-rekan prajurit disambut bak pahlawan oleh masyarakat Malang. Penolakan dari komandan batalion [[Tentara Rakyat Indonesia Pelajar]] (TRIP), Mas Isman, dalam pidatonya sebagai berikut, “Kami bukan pahlawan. Kami telah membunuh, membakar, merusak, tangan kami penuh darah. Yang pantas disebut pahlawan adalah rakyat yang terjajah dan teraniaya. Maka jangan mengelu-elukan saya, lebih baik perhatikan anak-anak muda ini, yang bisa berguna nantinya.”<ref name=":0" />
Perjuangannya dalam membela kaum miskin, tertindas dan terpinggirkan dengan 'politik suara hati nurani' menjadikan dirinya beroposisi selama pemerintahan [[Soeharto]].


==Pendidikan==
=== Karier ===

* [[HIS]] Fransiscus Xaverius, Muntilan, Magelang (1936-1943)
==== Akademik ====
* [[STM]] Jetis, Yogyakarta (1943-1947)
Ia pernah menjadi dosen luar biasa di Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada selama 13 tahun (1967-1980). Selepas menjadi dosen di UGM, Ia tetap berkarya sebagai seorang arsitek independen.
* SMU-B Santo Albertus, Malang (1948-1951)

* [[Seminari]] Menengah Kotabaru, Yogyakarta (1951)
==== Sastra ====
* [[Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan|Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius]], Mertoyudan, Magelang (1952)
Romo Mangun dikenal melalui novelnya yang berjudul ''[[Burung manyar|Burung-Burung Manyar]]''. Novel itu mendapatkan penghargaan sastra se-Asia Tenggara [[Ramon Magsaysay]] pada tahun 1996.<ref name="romo2"/> Ia banyak melahirkan kumpulan novel, di antaranya ''Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa'', ''[[Rara Mendut|Roro Mendut]]'', ''Durga/Umayi'', ''[[Burung manyar|Burung-Burung Manyar]],'' dan esai-esainya tersebar di berbagai surat kabar di Indonesia. Buku ''Sastra dan Religiositas'' yang ditulisnya mendapat penghargaan buku nonfiksi terbaik tahun 1982.

Ia juga pernah diundang sebagai pembicara bidang budaya di dalam acara [[Maulid Nabi Muhammad|Maulid Nabi]] yang diberi nama Maulid Pop oleh Dewan Mahasiswa UGM.<ref>{{Cite web|title=Sejarah – LDK Jama'ah Shalahuddin UGM|url=https://js.ugm.ac.id/profile/sejarah/|language=id-ID|access-date=2022-11-12}}</ref>

==== Arsitektur ====
Dalam bidang [[arsitektur]], ia juga kerap dijuluki sebagai Bapak Arsitektur Modern Indonesia. Salah satu penghargaan yang pernah diterimanya adalah [[Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur]],<ref>{{en}}[www.akdn.org/architecture/pdf/1117_Ind.pdf].</ref> yang merupakan penghargaan tertinggi karya arsitektural di dunia berkembang, untuk rancangan permukiman di tepi [[Sungai Code|Kali Code]], [[Yogyakarta]]. Rancangan pemukiman ini sempat dipuja oleh [[Emil Salim]].<ref>{{Cite book|last=Publishing|first=TEMPO|date=2020-01-01|url=https://books.google.co.id/books?id=kKTWDwAAQBAJ|title=Kiprah Romo Mangunwijaya dan Kali Code Di Yogyakarta|publisher=Tempo Publishing|isbn=978-623-262-437-5|language=id}}</ref>

Ia juga menerima The Ruth and Ralph Erskine Fellowship pada tahun 1995 sebagai bukti dari dedikasinya terhadap wong cilik.<ref>{{cite web |url=http://sosok.kompasiana.com/2011/02/23/perkampungan-code-memperingati-12-tahun-kepergian-romo-mangun-seorang-tokoh-multi-talenta/ |title=Perkampungan Code: Memperingati 12 Tahun Kepergian Romo Mangun, Seorang Tokoh Multi Talenta |date=23 Februari 2011 |publisher=Kompasiana |accessdate=13 Januari 2012 |archive-date=2011-12-29 |archive-url=https://web.archive.org/web/20111229131705/http://sosok.kompasiana.com/2011/02/23/perkampungan-code-memperingati-12-tahun-kepergian-romo-mangun-seorang-tokoh-multi-talenta |dead-url=yes }}</ref> Hasil jerih payahnya untuk mengubah perumahan miskin di sepanjang tepi [[Sungai Code|Kali Code]] mengangkatnya sebagai salah satu arsitek terbaik di Indonesia selain dipuji oleh [[Emil Salim]].<ref name="romo3">{{en}} {{cite web |url=https://magz.tempo.co/read/architecture/18683/an-architectural-culture-for-the-people |title=An Architectural Culture for the People |date=17 August 2011 |publisher=Tempo Interaktif |accessdate=13 January 2012}}</ref> Sebagai catatan, rumah-rumah penghuni pinggiran kali Code tersebut kebanyakan dibangun oleh Romo Mangun menggunakan dana sendiri bukan berasal dari dana LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).<ref name=":1">{{Cite web|date=2020-08-17|title=Inspirasi Inovasi Sosial dari Romo Mangun|url=https://chub.fisipol.ugm.ac.id/2020/08/17/inspirasi-inovasi-sosial-dari-romo-mangun/|website=Creative HUB Fisipol UGM|language=id-ID|access-date=2023-07-05}}</ref>

Menurut Erwinthon P. Napitupulu, penulis buku tentang Romo Mangun yang diluncurkan pada akhir tahun 2011, Romo Mangun termasuk dalam daftar 10 arsitek Indonesia terbaik.<ref name="romo3" />

==== Politik ====
Ia dikenal dekat dengan beberapa tokoh-tokoh yang terafiliasi dengan [[Partai Sosialis Indonesia|Partai Sosialis Indonesia (PSI)]].<ref>{{Cite web|date=2015-08-31|title=Habitat &quot;Orang Kita&quot; di Atas Panggung Politik|url=https://historia.id/historiografis/articles/habitat-quot-orang-kita-quot-di-atas-panggung-politik-vZ5an|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2022-05-18}}</ref> Terkait kontroversi saat [[Carlos Filipe Ximenes Belo|Uskup Belo]] dan [[José Ramos Horta|Ramos Horta]] menerima [[Penghargaan Nobel Perdamaian|Nobel Perdamaian]] pada tahun 1996, Ia justru mengkritik reaksi yang ada di tanah air.<ref>{{Cite web|title=StackPath|url=https://indoprogress.com/2016/03/indonesia-setelah-romo-mangun/|website=indoprogress.com|access-date=2022-11-12}}</ref>

==== Sosial ====
Perjuangannya dalam membela kaum miskin, tertindas dan terpinggirkan oleh politik dan kepentingan para pejabat dengan ''"jeritan suara hati nurani"'' menjadikan dirinya beroposisi selama masa pemerintahan [[Soeharto|Presiden Soeharto]].<ref name="romo8">{{en}} {{cite book|last =|first =|title = ''Biodata Pengarang Lontar''|publisher = Lontar|location = Jakarta|year =|page = 31|isbn = }}</ref> Meskipun dirinya selalu mendampingi dan melindungi kaum miskin, Ia menganggap dirinya bukan produk keluarga miskin. Ia berpendapat bahwa “Yang paling dibutuhkan orang miskin adalah harga diri,” serta “Untuk itu kan saya tidak perlu harus miskin. Saya tidak miskin, paling tidak secara intelektual.” (''Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia'', ''1985 - 1986'' (1986)).<ref name=":0" />

===== Membina Warga Pinggiran Kali Code =====
Pada tahun 1980an (sekitar 1983-1984), Ia mulai mencurahkan perhatian kepada warga penghuni bantaran/ pinggiran kali Code yang terancam digusur untuk proyek penataan lahan hijau (sekarang berada di pinggir Jalan Faridan M. Noto, [[Gondokusuman, Yogyakarta|Gondokusuman, Kota Yogyakarta]]). Ia beralasan bahwa daripada warga penghuni bantaran kali sungai digusur dan tidak diberikan kepastian, lebih baik mereka didampingi dan dibina sehingga lingkungan tersebut menjadi jauh lebih aman daripada digusur dan dijadikan ruang terbuka hijau (RTH) yang justru menjadi tidak lebih aman di masa depan.<ref name=":1" /><ref>{{Cite web|last=Caritra|first=Caritra|title=Mengenang Romo Mangun, Pahlawan Kampung Code yang Warna-warni|url=https://www.caritra.org/2020/12/28/mengenang-romo-mangun-pahlawan-kampung-code-yang-warna-warni-2/|website=Caritra|language=id-ID|access-date=2023-07-05}}</ref>

Akibat sengitnya perdebatan antara dirinya dengan pemerintah setempat (Pemerintah Kota Yogyakarta), Ia bahkan sempat melakukan mogok makan pada tahun 1986 (yang kemungkinan terinspirasi oleh tindakan mogok makan aktivis [[Irlandia Utara]] Bobby Sands).<ref name=":1" /><ref>{{Cite web|last=Administrator|date=1986-04-19|title=Protes dari pinggir kali|url=https://majalah.tempo.co/read/lingkungan/34924/protes-dari-pinggir-kali|website=Tempo|language=id-ID|access-date=2023-07-05}}</ref>

Cara Romo Mangun mendampingi warga pinggiran Kali Code saat itu terbilang cukup unik dan berbeda dengan pendekatan yang dilakukan oleh beberapa orang saat itu bahkan oleh pihak Gereja Katolik sendiri. Salah satu pendekatannya adalah nasehat kepada anak-anak penghuni pinggiran kali Code yang kebanyakan berasal dari "dunia malam" ([[pelacuran]]) sebagai berikut “''Oleh wae ibumu lonte, tapi kowe ora oleh dadi lonte.''” Boleh saja ibumu seorang pelacur, tetapi kamu tidak boleh jadi pelacur juga”. Bahkan, di kawasan Kali Code Romo Mangun membangun sebuah masjid, bukan gereja yang merupakan binaan Pastoran Katolik, yang bernama Masjid Kalimosodo.<ref>{{Cite web|last=Yudhapratama|first=Ageng|date=2020-11-21|title=Romo Mangun Tidak Mengkristenkan Kampung Code|url=https://www.katolikana.com/2020/10/21/romo-mangun-tidak-mengkristenkan-kampung-code/|website=KATOLIKANA|language=id-ID|access-date=2023-07-04}}</ref> Selain itu, di dalam memberdayakan masyarakat pinggiran kali Code, Ia juga mengadakan beberapa pelatihan seperti menjahit, berkebun, serta pelatihan lainnya yang dianggap memiliki nilai produksi yang tinggi. Selain itu, selama berkunjung ke setiap rumah warga pinggiran Kali Code untuk memperhatikan warga, Ia mengajarkan untuk tidak membuang makanan karena menganggap sebagai salah satu tindakan tidak bersyukur. Selain itu, Ia juga merancang rumah warga pinggiran Kali Code untuk dihadapkan ke kali karena jika setiap kali warga menghadapkan diri ke kali dan berada dalam keadaan kotor maka warga yang memandang akan merasa perlu untuk selalu membersihkan kali karena menganggap sebagai halaman rumah mereka.<ref name=":1" />

===== Kedung Ombo =====
Saat membela warga yang terdampak oleh proyek Kedung Ombo, Ia pernah dijuluki oleh Gubernur Jawa Tengah (saat itu) [[Muhammad Ismail]] sebagai "ular" / ulo.<ref>{{Cite web|date=2022-02-12|title=Konflik Wadas dan Kasus Kedungombo yang Terlupakan|url=https://panturapost.com/konflik-wadas-dan-kasus-kedungombo-yang-terlupakan/|website=Panturapost.com|language=id-ID|access-date=2022-11-12}}</ref> Tindakannya membela warga Kedung Ombo yang mengalami penggusuran paksa juga dibantu [[Abdurrahman Wahid]].

==== Pendidikan ====
Salah satu karyanya di bidang pendidikan adalah SD Eksperimental Mangunan yang terdapat di Kalasan, Sleman.<ref>{{Cite journal|last=Pradipto|first=Yosef Dedy|last2=Abraham|first2=Juneman|date=2014-05-15|title=Psychoanthropology of Power Contestation: Mangunan Alternative Education “Versus” the National Curriculum of the Indonesian Government|url=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042814032078|journal=Procedia - Social and Behavioral Sciences|series=6th International Conference on Intercultural Education “Education and Health: From a transcultural perspective"|language=en|volume=132|pages=186–195|doi=10.1016/j.sbspro.2014.04.297|issn=1877-0428}}</ref> Kekecewaan Romo terhadap sistem pendidikan di Indonesia menimbulkan gagasan-gagasan di benaknya. Dia lalu membangun Yayasan Dinamika Edukasi Dasar.<ref name="romo4">{{cite web|title=Dinamika Edukasi Dasar|url=http://dinamikaedukasidasar.org/index.php?action=_home.main|publisher=Dinamika Edukasi Dasar|accessdate=13 Januari 2012}}{{Pranala mati|date=Mei 2021|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}</ref> Sebelumnya, Romo membangun gagasan SD yang eksploratif pada penduduk korban proyek pembangunan [[Kasus Kedung Ombo|Waduk Kedung Ombo]], Jawa Tengah, serta penduduk miskin di [[Gondokusuman, Yogyakarta|pinggiran]] [[Sungai Code|Kali Code]], Yogyakarta.

== Kehidupan pribadi ==
Romo Mangun dikenal sebagai orang yang disiplin waktu serta tidak suka melihat makanan tidak habis.<ref>{{Cite web|date=2014-02-12|title=Disiplin ala Romo Mangun, tepat waktu dan makan wajib habis|url=https://www.merdeka.com/peristiwa/disiplin-ala-romo-mangun-tepat-waktu-dan-makan-wajib-habis.html|website=merdeka.com|language=id-ID|access-date=2023-07-05}}</ref>

== Kematian ==
Rama Mangun meninggal pada hari Rabu, 10 Februari 1999, pukul 14.10 WIB di [[Rumah Sakit Sint Carolus|Rumah Sakit St. Carolus]], Jakarta, setelah terkena serangan jantung saat berbicara di Hotel Le Meridien, Jakarta. Ia dimakamkan di makam para Imam Diosesan Keuskupan Agung Semarang di kompleks Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan, [[Yogyakarta]].<ref>Mangunwijaya, Y.B. 2008. "Rara Mendut: Sebuah Trilogi". Penerbit Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-3583-8.</ref>

== Pendidikan ==

* [[HIS]] Fransiscus Xaverius, Muntilan, [[Magelang]] (1936-1943)
* [[SMK Negeri 2 Yogyakarta|STM Jetis]], Yogyakarta (1943-1947)
* [[SMA Katolik Santo Albertus Malang|SMU-B Santo Albertus]], Malang (1948-1951)
* [[Seminari|Seminari Menengah]] Kotabaru, Yogyakarta (1951)
* [[Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan|Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius]], Mertoyudan, [[Magelang]] (1952)
* Filsafat Teologi Sancti Pauli, Kotabaru, Yogyakarta (1953-1959)
* Filsafat Teologi Sancti Pauli, Kotabaru, Yogyakarta (1953-1959)
* Teknik Arsitektur, ITB, Bandung (1959)
* Teknik Arsitektur, [[Institut Teknologi Bandung|ITB]], Bandung (1959)
* Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule, Aachen, Jerman (1960-1966)
* [[Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen|Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule (RWTH) Aachen]], Jerman (1960-1966)
* Fellow Aspen Institute for Humanistic Studies, Colorado, AS (1978)
* Fellow Aspen Institute for Humanistic Studies, Colorado, AS (1978)


== Ringkasan waktu ==
==Biografi==
* 1948: Masuk SMU-B Santo Albertus, [[Malang]]
* 1936
* 1950: Sebagai perwakilan dari Pemuda Katolik menghadiri perayaan kemenangan RI di Alun-Alun Kota Malang. Di sini Mangun mendengar pidato [[Mas Isman|Mayor Isman]] yang kemudian sangat berpengaruh bagi masa depannya.
** Masuk HIS Fransiscus Xaverius, [[Muntilan]], Magelang.
* 1951: Lulus SMU-B Santo Albertus, melanjutkan ke [[Gereja Santo Antonius, Kotabaru|Seminari Menengah Kotabaru, Yogyakarta]].
* 1943
* 1952: Pindah ke [[Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan|Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius]], Mertoyudan, [[Magelang]].
** Tamat HIS, meneruskan ke STM Jetis, Yogyakarta.
* 1953: Melanjutkan ke [[Seminari|Seminari Tinggi]]. Sekolah di Institut Filsafat dan Teologi Santo Paulus di Kotabaru. Salah satu pengajarnya adalah [[Albertus Soegijapranata|Mgr. Albertus Soegijapranata]], [[Yesuit|SJ]].
** Ikut ''kingrohosi'' yang diadakan tentara Jepang di lapangan Balapan, Yogyakarta.
* 1959: [[8 September]] ditahbiskan menjadi Imam oleh [[Uskup]] Agung Semarang, [[Albertus Soegijapranata|Mgr. Albertus Soegijapranata]], [[Yesuit|SJ]]. dan Melanjutkan pendidikan di Teknik Arsitektur [[ITB]].
** Mulai tertarik mempelajari sejarah dunia dan filsafat.
* 1960: Melanjutkan pendidikan arsitektur di [[Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen|Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule]], [[Aachen]], [[Jerman]].
* 1944
* 1963: Menemani saat [[Uskup]] Agung Semarang, [[Albertus Soegijapranata|Mgr. Albertus Soegijapranata]], [[Yesuit|SJ]] meninggal dunia di Biara Suster Pusat Penyelenggaraan Ilahi di [[Harleen]], [[Belanda]]
** STM Jetis dibubarkan, dan dijadikan markas perjuangan tentara RI.
* 1966: Lulus pendidikan arsitektur dan kembali ke Indonesia.
** Ikut aksi pencurian mobil-mobil tentara [[Jepang]].
* 1967-1980: Menjadi Pastor Paroki di Gereja Santa Theresia, Desa Salam, [[Magelang]]; menjadi pelindung [[Paroki St Alfonsus de Liguori, Nandan|Kring Karitas Nandan]]; mulai berhubungan dengan pemuka agama lain, seperti [[Gus Dur]] dan Ibu [[Gedong Bagus Oka|Gedong Bagoes Oka]]; menjadi Dosen Luar Biasa jurusan Arsitektur Fakultas Teknik [[UGM]]; mulai menulis artikel untuk koran [[Indonesia Raya (surat kabar)|Indonesia Raya]] dan [[Kompas]], tulisan-tulisannya kebanyakan bertema: agama, kebudayaan, dan teknologi. Juga menulis cerpen dan novel.
* 1945
* 1975: Memenangkan Piala Kincir Emas, dalam cerpen yang diselenggarakan [[Radio Nederland Wereldomroep|Radio Nederland]].
** Menjadi prajurit [[TKR]] Batalyon X divisi III. Bertugas di asrama militer di [[Benteng Vrederburg]], lalu di asrama militer di [[Kotabaru]], Yogyakarta. Ikut dalam pertempuran di [[Ambarawa]], Magelang, dan [[Mranggen]].
* 1978: Atas dorongan Dr. [[Soedjatmoko]], Romo Mangun mengikuti kuliah singkat tentang masalah kemanusiaan sebagai ''Fellow'' of [[Aspen Institute|Aspen Institute for Humanistic Studies]], Aspen, Colorado, AS.
* 1946
* 1980-1986: Mendampingi warga [[Gondokusuman, Yogyakarta|tepian]] [[Sungai Code|Kali Code]] yang terancam penggusuran. Ia melakukan mogok makan menolak rencana penggusuran.
** Melanjutkan sekolah di STM Jetis.
* 1986-1994: Mendampingi warga [[Kasus Kedung Ombo|Kedung Ombo]] yang menjadi korban proyek pembangunan waduk.
** Menjadi prajurit [[Tentara Pelajar]], pernah bertugas menjadi supir pendamping Panglima Perang Sri Sultan [[Hamengkubuwono IX]] memeriksa pasukan.
*1987-1988: Mendampingi warga [[Girikarto, Panggang, Gunungkidul|Pantai Grigak, Gunung Kidul]] dalam upaya penyediaan sarana air bersih.
* 1947
* 1992: Mendapat ''The Aga Khan Award'' untuk arsitektur pemukiman pinggir [[Sungai Code|Kali Code]].
** Lulus STM Jetis.
* 1994: Mendirikan laboratorium Dinamika Edukasi Dasar. Model pendidikan DED ini diterapkan di SD Kanisius Mangunan, di Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
** Saat [[Agresi Militer Belanda I]], tergabung dalam TP Brigade XVII sebagai komandan TP Kompi [[Kedu]].
* 1998 26 Mei: Menjadi salah satu pembicara utama dalam aksi demonstrasi peringatan terbunuhnya [[Moses Gatutkaca]] di Yogyakarta.
* 1948
* 10 Februari 1999: Wafat karena serangan jantung, setelah memberikan ceramah dalam seminar ''Meningkatkan Peran Buku dalam Upaya Membentuk Masyarakat Indonesia Baru'' di Hotel Le Meridien, Jakarta.
** Masuk SMU-B Santo Albertus, [[Malang]]
* 1950
** Sebagai perwakilan dari [[Pemuda Katolik]] menghadiri perayaan kemenangan RI di alun-alun kota Malang. Di sini Mangun mendengar pidato Mayor Isman yang kemudian sangat berpengaruh bagi masa depannya.
* 1951
** Lulus SMU-B Santo Albertus, melanjutkan ke Seminari Menengah di Kotabaru.
* 1952
** Pindah ke Seminari Menengah Petrus Kanisius, [[Mertoyudan]], [[Magelang]].
* 1953
** Melanjutkan ke Seminari Tinggi. Sekolah di [[Institut Filsafat dan Teologi Santo Paulus]] di Kotabaru. Salah satu pengajarnya adalah Uskup [[Soegijapranata]], SJ.
* 1959
** [[8 September]] ditahbiskan menjadi Imam oleh Uskup Agung Semarang Mgr. Soegijapranata, SJ.
** Melanjutkan pendidikan di Teknik Arsitektur [[ITB]].
* 1960
** Melanjutkan pendidikan di [[Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule]], [[Aachen]], [[Jerman]].
* 1963
** Menemani saat Uskup Soegijapranata meninggal dunia di biara suster Pusat Penyelenggaraan Ilahi di [[Harleen]], [[Belanda]]
* 1966
** Lulus pendidikan arsitektur dan kembali ke Indonesia.
* 1967-1980
** Menjadi Pastor Paroki di Gereja Santa Theresia, Desa Salam, Magelang.
** Mulai berhubungan dengan pemuka agama lain, seperti [[Gus Dur]] dan Ibu [[Gedong Bagoes Oka]].
** Menjadi Dosen Luar Biasa jurusan Arsitektur Fakultas Teknik [[UGM]].
** Mulai menulis artikel untuk koran [[Indonesia Raya (surat kabar)|Indonesia Raya]] dan [[Kompas]], tulisan-tulisannya kebanyakan bertema: agama, kebudayaan, dan teknologi. Juga menulis cerpen dan novel.
* 1975
** Memenangkan Piala Kincir Emas, dalam cerpen yang diselenggarakan Radio Nederland.
* 1978
** Atas dorongan Dr. [[Soedjatmoko]], Romo Mangun mengikuti kuliah singkat tentang masalah kemanusiaan sebagai ''Fellow'' of [[Aspen Institute for Humanistic Studies]], Aspen, Colorado, AS.
* 1980-1986
** Mendampingi warga Kali Code yang terancam penggusuran. Melakukan mogok makan menolak rencana penggusuran.
* 1986-1994
** Mendampingi [[Kasus Kedung Ombo|warga Kedung Ombo]] yang menjadi korban pembuatan waduk.
* 1992
** Mendapat ''The Aga Khan Award'' untuk arsitektur kali Code
* 1994
** Mendirikan laboratorium Dinamika Edukasi Dasar. Model pendidikan DED ini diterapkan di SD Kanisius Mangunan, di Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
* 1998
** [[26 Mei]], Romo Mangun menjadi salah satu pembicara utama dalam aksi demonstrasi peringatan terbunuhnya [[Moses Gatutkaca]] di Yogyakarta.
* 10 Februari 1999
** Wafat karena serangan jantung, setelah memberikan ceramah dalam seminar ''Meningkatkan Peran Buku dalam Upaya Membentuk Masyarakat Indonesia Baru'' di Hotel Le Meridien, Jakarta.


== Karya arsitektur ==
1984, Juara pacaran
[[Berkas:Church altar of the Monastery of Saint Mary Rawaseneng.jpg|jmpl|Altar dan tabernakel di Gereja [[Pertapaan Santa Maria Rawaseneng]]. Sebuah karya ukiran kayu yang dirancang oleh Romo Mangun mengelilingi [[Tabernakel gereja|tabernakel]]; Bunda Maria yang mengatupkan tangan terukir di atasnya.<ref>{{citation |url=http://www.hidupkatolik.com/2013/11/25/rahib-juga-manusia |date=8 April 2007 |title=Rahib Juga Manusia |author=Paulus Adhitama, OFM |publisher=hidupkatolik.com }}{{Pranala mati|date=April 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>]]
* Permukiman warga tepi [[Sungai Code|Kali Code]], Yogyakarta
* Kompleks Religi [[Sendangsono]], Yogyakarta
* Gedung [[Keuskupan Agung Semarang]]
* Gedung [[Bentara Budaya Jakarta]]
* [[Gereja Katolik Jetis]], Yogyakarta
* [[Gereja Salib Suci, Cilincing]], Jakarta
* Markas Kowihan II
* [[Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono|Biara Trappist Gedono]], Getasan, Semarang
* [[Gereja Maria Assumpta]], Klaten
* [[Gereja Katolik Santa Perawan Maria di Fatima]], Sragen
* [[Gereja Maria Sapta Duka]], Mendut
* [[Gereja Katolik St. Pius X]], Blora
* Wisma Salam, Magelang


== Penghargaan ==
1945, Juara ****
* Penghargaan Kincir Emas untuk penulisan cerpen dari [[Radio Nederland Wereldomroep]]
* ''[[Aga Khan|Aga Khan Award]] for Architecture'' untuk permukiman warga pinggiran [[Sungai Code|Kali Code]], Yogyakarta
* Penghargaan arsitektur dari [[Ikatan Arsitek Indonesia|Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)]] untuk tempat peziarahan [[Sendangsono]]`
* Pernghargaan sastra se-Asia Tenggara ''[[Ramon Magsaysay Award]]'' pada tahun 1996
* [[Bintang Budaya Parama Dharma]]
* Politeknik Mangunwijaya didirikan di Kota Semarang sebagai penghargaan atas karyanya sekaligus penggabungan dari 3 akademi: Akademi Kimia Industri Santo Paulus (di bawah Yayasan Santo Paulus), Akademi Farmasi dan Akademi Analis Kesehatan Theresiana (keduanya di bawah Yayasan Bernardus).<ref>{{Cite web|last=Pyou|date=2018-07-16|title=Sejarah Polteka Mangunwijaya|url=https://poltekamangun.ac.id/2018/07/16/sejarah-polteka-mangunwijaya/|website=Polteka Mangunwijaya|language=id-ID|access-date=2022-11-13}}</ref>


== Buku dan tulisan ==
1946, diketahui bahwa YB Mangunwijaya adalah seorang homosexual. Dia mendapatkan penghargaan gigolo tahun ini


=== ''Burung-burung Manyar'' ===
==Buku dan tulisan==
''[[Burung-burung Manyar]]'' merupakan sebuah novel yang diterbitkan pertama kali pada bulan Agustus 1981. Novel ini diterbitkan oleh Penerbit Djambatan di Jakarta. Penerbit Djambatan telah menerbitkan ''Burung-burung Manyar'' sebanyak enam kali. Cetakan kedua hingga keenam secara berturut-turut diterbitkan pada Desember 1981, Juni 1983, Maret 1986, Oktober 1985 dan Agustus 1993.<ref>{{Cite book|date=2003|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/1765/1/Ensiklopedia%20Sastra%20Indonesia%20Modern%20%282003%29.pdf|title=Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern|location=Jakarta|publisher=Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional|isbn=979-685-308-6|editor-last=Sugono, D., dkk.|editor-first=|pages=73|url-status=live}}</ref>

Mangunwijaya juga mengarang tulisan berikut:{{Butuh rujukan}}{{col|2}}
* ''Balada Becak'', novel, 1985
* ''Balada Becak'', novel, 1985
* ''Balada dara-dara Mendut'', novel, 1993
* ''Balada dara-dara Mendut'', novel, 1993
* ''Burung-Burung Rantau'', novel, 1992
* ''Burung-Burung Rantau'', novel, 1992
* ''Di Bawah Bayang-Bayang Adikuasa'', 1987
* ''Burung-Burung Manyar'', novel, 1981
* ''[[Durga Umayi]]'', novel, 1985
* ''Di Bawah Bayang-Bayang Adikuasa'', 1987
* ''Durga Umayi'', novel, 1985
* ''Esei-esei orang Republik'', 1987
* ''Fisika Bangunan'', buku Arsitektur, 1980
* ''Esei-esei orang Republik'', 1987
* ''Gereja Diaspora'', 1999
* ''Fisika Bangunan'', buku Arsitektur, 1980
* ''Gereja Diaspora'', 1999
* ''Gerundelan Orang Republik'', 1995
* ''Gerundelan Orang Republik'', 1995
* ''Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa'', novel, 1983
* ''Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa'', novel, 1983
* ''Impian Dari Yogyakarta'', 2003
* ''Impian Dari Yogyakarta'', 2003
* ''Kita Lebih Bodoh dari Generasi Soekarno-Hatta'', 2000
* ''Kita Lebih Bodoh dari Generasi Soekarno-Hatta'', 2000
* ''Manusia Pascamodern, Semesta, dan Tuhan: renungan filsafat hidup, manusia modern'', 1999
* ''Manusia Pascamodern, Semesta, dan Tuhan: renungan filsafat hidup, manusia modern'', 1999
* ''Memuliakan Allah, Mengangkat Manusia'', 1999
* ''Memuliakan Allah, Mengangkat Manusia'', 1999
* ''Menjadi generasi pasca-Indonesia: kegelisahan Y.B. Mangunwijaya'', 1999
* ''Menjadi generasi pasca-Indonesia: kegelisahan Y.B. Mangunwijaya'', 1999
* ''Menuju Indonesia Serba Baru'', 1998
* ''Menuju Indonesia Serba Baru'', 1998
* ''Menuju Republik Indonesia Serikat'', 1998
* ''Menuju Republik Indonesia Serikat'', 1998
* ''Merintis RI Yang Manusiawi: Republik yang adil dan beradab'', 1999
* ''Merintis RI Yang Manusiawi: Republik yang adil dan beradab'', 1999
* ''Pasca-Indonesia, Pasca-Einstein'', 1999
* ''Pasca-Indonesia, Pasca-Einstein'', 1999
* ''Pemasyarakatan susastra dipandang dari sudut budaya'', 1986
* ''Pemasyarakatan susastra dipandang dari sudut budaya'', 1986
* ''Pohon-Pohon Sesawi'', novel, 1999
* ''Pohon-Pohon Sesawi'', novel, 1999
* ''Politik Hati Nurani''
* ''Politik Hati Nurani'', 1997
* ''Puntung-Puntung Roro Mendut'', 1978
* ''Puntung-Puntung Roro Mendut'', 1978
* ''Putri duyung yang mendamba: renungan filsafat hidup manusia modern''
* ''Putri duyung yang mendamba: renungan filsafat hidup manusia modern'', 1987
* ''Ragawidya'', 1986
* '' Ragawidya : Religiositas Hal-hal Sehari-hari'', 1986
* ''Romo Rahadi'', novel, 1981 (terbit dengan nama samaran Y. Wastu Wijaya)
* ''Romo Rahadi'', novel, 1981 (terbit dengan nama samaran Y. Wastu Wijaya)
* ''Roro Mendut, Genduk Duku, Lusi Lindri'', novel [[trilogi]], 1983-1987
* ''[[Rara Mendut: Sebuah Trilogi|Rara Mendut, Genduk Duku, Lusi Lindri]]'', novel trilogi, dimuat 1982-1987 di harian [[Kompas (surat kabar)|Kompas]], dibukukan 2008
* ''Rumah Bambu'', kumpulan cerpen, 2000
* ''Rumah Bambu'', kumpulan cerpen, 2000
* ''Sastra dan Religiositas'', kumpulan esai, 1982
* ''Sastra dan Religiositas'', kumpulan esai, 1982
* ''Saya Ingin Membayar Utang Kepada Rakyat'', 1999
* ''Saya Ingin Membayar Utang Kepada Rakyat'', 1999
* ''Soeharto dalam Cerpen Indonesia'', 2001
* ''Soeharto dalam Cerpen Indonesia'', 2001
* ''Spiritualitas Baru''
* ''Spiritualitas baru : agama dan aspirasi rakyat'', 1994
* ''Teknologi dan dampak kebudayaannya'', 1983
* ''Tentara dan Kaum Bersenjata'', 1999
* ''Tentara dan Kaum Bersenjata'', 1999
* ''Tumbal: kumpulan tulisan tentang kebudayaan, perikemanusiaan dan kemasyarakatan'', 1994
* ''Tumbal: kumpulan tulisan tentang kebudayaan, perikemanusiaan dan kemasyarakatan'', 1994
* ''Wastu Citra'', buku Arsitektur, 1988
* ''Wastu Citra'', buku Arsitektur, 1988
{{end-col}}
* Hebat banget dah


==Buku tentang Romo Mangun==
== Buku tentang Romo Mangun ==
* ''Romo Mangun Di Mata Para Sahabat'', Abdurrahman Wahid, Kanisius, 1999
* ''Y.B. Mangunwijaya, Pejuang Kemanusiaan'', Priyanahadi dkk, Kanisius, 1999
* ''Tektonika Arsitektur YB. Mangunwijaya'', Eko A. Prawoto, Cemeti Art House Yogyakarta, 1999
* ''Romo Mangun Imam bagi Kaum Kecil'', Purwatma Pr, Kanisius, 2001
* ''Mendidik Manusia Merdeka, Romo Y.B. Mangunwijaya 65 Tahun'', Sumartana dkk, Institut Dian/Interfedei dan Pustaka Pelajar, 1995
* ''Mengenang Y.B. Mangunwijaya, Pergulatan Intelektual dalam Era Kegelisahan'', Sindhunata, Kanisius, 1999
* ''Menjadi Generasi Pasca-Indonesia, Kegelisahan Y.B. Mangunwijaya'', Kanisius, 1999
* ''Romo Mangun Sahabat Kaum Duafa'', Iip D. Yahya dan I.B. Shakuntala, Kanisius, 2005


* Sumartana, dkk. ''Mendidik Manusia Merdeka Romo Y.B. Mangunwijaya 65 Tahun''. Institut Dian/Interfedei dan Pustaka Pelajar, 1995. ISBN 979-8726-01-4.
==Pranala luar==
* Wahid, Abdurrahman. ''Romo Mangun Di Mata Para Sahabat''. Kanisius, 1999. ISBN 979-672-431-6.
*{{id}} [http://www.kompas.com/kompas-cetak/0306/28/pustaka/397605.htm Simposium Sosok YB Mangunwijaya] (Kompas)
* Priyanahadi, dkk. ''Y.B. Mangunwijaya, Pejuang Kemanusiaan''. Kanisius, 1999. ISBN 979-672-435-9.
*{{en}} [http://www.insideindonesia.org/edit68/mangun2_1b.htm Romo Mangun] Catherine Mills, Inside Indonesia
* Prawoto, Eko A. ''Tektonika Arsitektur Y.B. Mangunwijaya''. Cemeti Art House Yogyakarta, 1999.
*{{en}} [http://www.insideindonesia.org/edit59/schulte.htm Romo Mangun, activist] Nico Schulte Nordholt, Inside Indonesia
* ''Mengenang Y.B. Mangunwijaya, Pergulatan Intelektual dalam Era Kegelisahan''. Kanisius, 1999. ISBN 979-672-433-2.
* Sindhunata. ''Menjadi Generasi Pasca-Indonesia, Kegelisahan Y.B. Mangunwijaya''. Kanisius, 1999. ISBN 979-672-432-4.
* Purwatma. ''Romo Mangun Imam bagi Kaum Kecil''. Kanisius, 2001. ISBN 979-672-959-8.
* Rahmanto, B. ''Y.B. Mangunwijaya: Karya dan Dunianya''. Grasindo, 2001. ISBN 978-979-96526-1-4.
* Yahya, Iip D. dan Shakuntala, I.B. ''Romo Mangun Sahabat Kaum Duafa''. Kanisius, 2005. ISBN 978-979-21-0563-6.
* Murtianto, B. ''Kata-Kata Terakhir: Romo Mangun. ''Kompas, 2014. ISBN 978-979-708-795-0


== Dalam budaya populer ==
{{DEFAULTSORT:Mangunwijaya, Yusuf Bilyarta}}
* Dalam film ''[[Rudy Habibie]]'' (2016), Y.B. Mangunwijaya diperankan oleh [[Verdi Solaiman]].
[[Kategori:Kelahiran 1929]]

[[Kategori:Kematian 1999]]
== Lihat pula ==
[[Kategori:Tokoh Indonesia]]
* [[Museum Romo Mangun]]
[[Kategori:Tokoh Katolik Indonesia]]

[[Kategori:Aktivis]]
== Referensi ==
[[Kategori:Alumni Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius]]
{{reflist}}

== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.kompas.com/kompas-cetak/0306/28/pustaka/397605.htm Simposium Sosok Y.B. Mangunwijaya] (Kompas)
* {{en}} [http://www.insideindonesia.org/edit68/mangun2_1b.htm Romo Mangun] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060620131654/http://insideindonesia.org/edit68/mangun2_1b.htm |date=2006-06-20 }} Catherine Mills, Inside Indonesia
* {{en}} [http://www.insideindonesia.org/edit59/schulte.htm Romo Mangun, Aktivis] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060620131643/http://insideindonesia.org/edit59/schulte.htm |date=2006-06-20 }} Nico Schulte Nordholt, Inside Indonesia

{{lifetime|1929|1999|}}
{{Authority control}}

{{DEFAULTSORT:Mangunwijaya, Y. B.}}
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:Insinyur Indonesia]]
[[Kategori:Arsitek Indonesia]]
[[Kategori:Penulis Indonesia]]
[[Kategori:Sastrawan Jawa]]
[[Kategori:Esais Indonesia]]
[[Kategori:Novelis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh pendidikan Indonesia]]
[[Kategori:Dosen Indonesia]]
[[Kategori:Pejuang HAM Indonesia]]
[[Kategori:Dosen Universitas Gadjah Mada]]
[[Kategori:Alumni Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius]]
[[Kategori:Alumni Institut Filsafat dan Teologi Santo Paulus, Yogyakarta]]
[[Kategori:Alumni Institut Filsafat dan Teologi Santo Paulus, Yogyakarta]]
[[Kategori:Alumni Institut Teknologi Bandung]]
[[Kategori:Alumni Institut Teknologi Bandung]]
[[Kategori:Alumni Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule]]
[[Kategori:Alumni Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen]]
[[Kategori:Alumni SMAK St. Albertus (Dempo) Malang]]

[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[en:Mangunwijaya]]
[[Kategori:Tokoh dari Ambarawa]]
[[fr:Mangunwijaya]]
[[Kategori:Tokoh dari Semarang]]
[[Kategori:Tokoh dari Magelang]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]
[[Kategori:Tokoh Katolik Indonesia]]
[[Kategori:Rohaniwan Katolik Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Sosialis Indonesia]]
[[Kategori:Penerima Bintang Budaya Parama Dharma]]

Revisi terkini sejak 1 Oktober 2024 12.22


Yusuf Bilyarta Mangunwijaya
GerejaGereja Katolik Roma
KeuskupanSemarang
Imamat
Tahbisan imam
8 September 1959
oleh Albertus Soegijapranata, S.J.
Informasi pribadi
Nama lahirYusuf Bilyarta Mangunwijaya
Lahir(1929-05-06)6 Mei 1929
Ambarawa, Jawa Tengah
Meninggal10 Februari 1999(1999-02-10) (umur 69)
Jakarta, Indonesia
MakamSeminari Tinggi Santo Paulus Kentungan[1]
KewarganegaraanIndonesia
DenominasiKatolik Roma
Orang tua
  • Ayah: Yulianus Sumadi Mangunwijaya
  • Ibu: Serafin Kamdaniah
Almamater

R.D. Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Dipl.Ing. (disingkat Y.B. Mangunwijaya; 6 Mei 1929 – 10 Februari 1999) adalah seorang imam Gereja Katolik Roma, budayawan, arsitek, penulis, aktivis sosial, dan dikenal sebagai pembela wong cilik. Ia juga dikenal dengan panggilan populernya, Rama Mangun (atau dibaca "Romo Mangun" dalam bahasa Jawa). Romo Mangun adalah anak sulung dari dua belas bersaudara pasangan suami istri Yulianus Sumadi dan Serafin Kamdaniyah.[2]

Riwayat hidup

[sunting | sunting sumber]

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Ia adalah anak dari mantan Ketua DPRD Magelang pada era Hindia Belanda, Yulianus Sumadi.[3] Pada tahun 1936 Y. B. Mangunwijaya masuk HIS Fransiscus Xaverius, Muntilan, Magelang. Setelah tamat pada tahun 1943, dia meneruskan ke STM Jetis Yogyakarta dan di sana dia mulai tertarik kepada Sejarah Dunia dan Filsafat. Sebelum sekolah tersebut dibubarkan setahun kemudian, dia aktif mengikuti kinrohosi yang diadakan tentara Jepang di Lapangan Balapan, Yogyakarta.

Masa Revolusi Fisik (1945-1950)

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1945 Y. B. Mangunwijaya bergabung sebagai prajurit TKR Batalyon X divisi III dan bertugas di asrama militer di Vrederburg, lalu di asrama militer di Kotabaru, Yogyakarta. Dia sempat ikut dalam pertempuran di Ambarawa, Magelang, dan Mranggen. Setahun kemudian, dia kembali melanjutkan sekolahnya di STM Jetis dan bergabung menjadi prajurit Tentara Pelajar.

Setelah lulus pada 1947, Agresi Militer Belanda I melanda Indonesia sehingga Y. B. Mangunwijaya kembali bergabung dalam TP Brigade XVII sebagai komandan TP Kompi Kedu. Di masa ini, Ia pernah bertugas jadi pengantar makanan komandan batalion Mayor Soeharto (yang kemudian jadi Presiden ke-2 RI) di front Mranggen, Semarang.[3]

Salah satu momen yang mengubah hidupnya adalah pidato dari Mayor Isman ketika Ia bersama rekan-rekan prajurit disambut bak pahlawan oleh masyarakat Malang. Penolakan dari komandan batalion Tentara Rakyat Indonesia Pelajar (TRIP), Mas Isman, dalam pidatonya sebagai berikut, “Kami bukan pahlawan. Kami telah membunuh, membakar, merusak, tangan kami penuh darah. Yang pantas disebut pahlawan adalah rakyat yang terjajah dan teraniaya. Maka jangan mengelu-elukan saya, lebih baik perhatikan anak-anak muda ini, yang bisa berguna nantinya.”[3]

Ia pernah menjadi dosen luar biasa di Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada selama 13 tahun (1967-1980). Selepas menjadi dosen di UGM, Ia tetap berkarya sebagai seorang arsitek independen.

Romo Mangun dikenal melalui novelnya yang berjudul Burung-Burung Manyar. Novel itu mendapatkan penghargaan sastra se-Asia Tenggara Ramon Magsaysay pada tahun 1996.[2] Ia banyak melahirkan kumpulan novel, di antaranya Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa, Roro Mendut, Durga/Umayi, Burung-Burung Manyar, dan esai-esainya tersebar di berbagai surat kabar di Indonesia. Buku Sastra dan Religiositas yang ditulisnya mendapat penghargaan buku nonfiksi terbaik tahun 1982.

Ia juga pernah diundang sebagai pembicara bidang budaya di dalam acara Maulid Nabi yang diberi nama Maulid Pop oleh Dewan Mahasiswa UGM.[4]

Arsitektur

[sunting | sunting sumber]

Dalam bidang arsitektur, ia juga kerap dijuluki sebagai Bapak Arsitektur Modern Indonesia. Salah satu penghargaan yang pernah diterimanya adalah Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur,[5] yang merupakan penghargaan tertinggi karya arsitektural di dunia berkembang, untuk rancangan permukiman di tepi Kali Code, Yogyakarta. Rancangan pemukiman ini sempat dipuja oleh Emil Salim.[6]

Ia juga menerima The Ruth and Ralph Erskine Fellowship pada tahun 1995 sebagai bukti dari dedikasinya terhadap wong cilik.[7] Hasil jerih payahnya untuk mengubah perumahan miskin di sepanjang tepi Kali Code mengangkatnya sebagai salah satu arsitek terbaik di Indonesia selain dipuji oleh Emil Salim.[8] Sebagai catatan, rumah-rumah penghuni pinggiran kali Code tersebut kebanyakan dibangun oleh Romo Mangun menggunakan dana sendiri bukan berasal dari dana LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).[9]

Menurut Erwinthon P. Napitupulu, penulis buku tentang Romo Mangun yang diluncurkan pada akhir tahun 2011, Romo Mangun termasuk dalam daftar 10 arsitek Indonesia terbaik.[8]

Ia dikenal dekat dengan beberapa tokoh-tokoh yang terafiliasi dengan Partai Sosialis Indonesia (PSI).[10] Terkait kontroversi saat Uskup Belo dan Ramos Horta menerima Nobel Perdamaian pada tahun 1996, Ia justru mengkritik reaksi yang ada di tanah air.[11]

Perjuangannya dalam membela kaum miskin, tertindas dan terpinggirkan oleh politik dan kepentingan para pejabat dengan "jeritan suara hati nurani" menjadikan dirinya beroposisi selama masa pemerintahan Presiden Soeharto.[12] Meskipun dirinya selalu mendampingi dan melindungi kaum miskin, Ia menganggap dirinya bukan produk keluarga miskin. Ia berpendapat bahwa “Yang paling dibutuhkan orang miskin adalah harga diri,” serta “Untuk itu kan saya tidak perlu harus miskin. Saya tidak miskin, paling tidak secara intelektual.” (Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia, 1985 - 1986 (1986)).[3]

Membina Warga Pinggiran Kali Code
[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1980an (sekitar 1983-1984), Ia mulai mencurahkan perhatian kepada warga penghuni bantaran/ pinggiran kali Code yang terancam digusur untuk proyek penataan lahan hijau (sekarang berada di pinggir Jalan Faridan M. Noto, Gondokusuman, Kota Yogyakarta). Ia beralasan bahwa daripada warga penghuni bantaran kali sungai digusur dan tidak diberikan kepastian, lebih baik mereka didampingi dan dibina sehingga lingkungan tersebut menjadi jauh lebih aman daripada digusur dan dijadikan ruang terbuka hijau (RTH) yang justru menjadi tidak lebih aman di masa depan.[9][13]

Akibat sengitnya perdebatan antara dirinya dengan pemerintah setempat (Pemerintah Kota Yogyakarta), Ia bahkan sempat melakukan mogok makan pada tahun 1986 (yang kemungkinan terinspirasi oleh tindakan mogok makan aktivis Irlandia Utara Bobby Sands).[9][14]

Cara Romo Mangun mendampingi warga pinggiran Kali Code saat itu terbilang cukup unik dan berbeda dengan pendekatan yang dilakukan oleh beberapa orang saat itu bahkan oleh pihak Gereja Katolik sendiri. Salah satu pendekatannya adalah nasehat kepada anak-anak penghuni pinggiran kali Code yang kebanyakan berasal dari "dunia malam" (pelacuran) sebagai berikut “Oleh wae ibumu lonte, tapi kowe ora oleh dadi lonte.” Boleh saja ibumu seorang pelacur, tetapi kamu tidak boleh jadi pelacur juga”. Bahkan, di kawasan Kali Code Romo Mangun membangun sebuah masjid, bukan gereja yang merupakan binaan Pastoran Katolik, yang bernama Masjid Kalimosodo.[15] Selain itu, di dalam memberdayakan masyarakat pinggiran kali Code, Ia juga mengadakan beberapa pelatihan seperti menjahit, berkebun, serta pelatihan lainnya yang dianggap memiliki nilai produksi yang tinggi. Selain itu, selama berkunjung ke setiap rumah warga pinggiran Kali Code untuk memperhatikan warga, Ia mengajarkan untuk tidak membuang makanan karena menganggap sebagai salah satu tindakan tidak bersyukur. Selain itu, Ia juga merancang rumah warga pinggiran Kali Code untuk dihadapkan ke kali karena jika setiap kali warga menghadapkan diri ke kali dan berada dalam keadaan kotor maka warga yang memandang akan merasa perlu untuk selalu membersihkan kali karena menganggap sebagai halaman rumah mereka.[9]

Kedung Ombo
[sunting | sunting sumber]

Saat membela warga yang terdampak oleh proyek Kedung Ombo, Ia pernah dijuluki oleh Gubernur Jawa Tengah (saat itu) Muhammad Ismail sebagai "ular" / ulo.[16] Tindakannya membela warga Kedung Ombo yang mengalami penggusuran paksa juga dibantu Abdurrahman Wahid.

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Salah satu karyanya di bidang pendidikan adalah SD Eksperimental Mangunan yang terdapat di Kalasan, Sleman.[17] Kekecewaan Romo terhadap sistem pendidikan di Indonesia menimbulkan gagasan-gagasan di benaknya. Dia lalu membangun Yayasan Dinamika Edukasi Dasar.[18] Sebelumnya, Romo membangun gagasan SD yang eksploratif pada penduduk korban proyek pembangunan Waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah, serta penduduk miskin di pinggiran Kali Code, Yogyakarta.

Kehidupan pribadi

[sunting | sunting sumber]

Romo Mangun dikenal sebagai orang yang disiplin waktu serta tidak suka melihat makanan tidak habis.[19]

Rama Mangun meninggal pada hari Rabu, 10 Februari 1999, pukul 14.10 WIB di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta, setelah terkena serangan jantung saat berbicara di Hotel Le Meridien, Jakarta. Ia dimakamkan di makam para Imam Diosesan Keuskupan Agung Semarang di kompleks Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan, Yogyakarta.[20]

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Ringkasan waktu

[sunting | sunting sumber]
  • 1948: Masuk SMU-B Santo Albertus, Malang
  • 1950: Sebagai perwakilan dari Pemuda Katolik menghadiri perayaan kemenangan RI di Alun-Alun Kota Malang. Di sini Mangun mendengar pidato Mayor Isman yang kemudian sangat berpengaruh bagi masa depannya.
  • 1951: Lulus SMU-B Santo Albertus, melanjutkan ke Seminari Menengah Kotabaru, Yogyakarta.
  • 1952: Pindah ke Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius, Mertoyudan, Magelang.
  • 1953: Melanjutkan ke Seminari Tinggi. Sekolah di Institut Filsafat dan Teologi Santo Paulus di Kotabaru. Salah satu pengajarnya adalah Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ.
  • 1959: 8 September ditahbiskan menjadi Imam oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ. dan Melanjutkan pendidikan di Teknik Arsitektur ITB.
  • 1960: Melanjutkan pendidikan arsitektur di Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule, Aachen, Jerman.
  • 1963: Menemani saat Uskup Agung Semarang, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ meninggal dunia di Biara Suster Pusat Penyelenggaraan Ilahi di Harleen, Belanda
  • 1966: Lulus pendidikan arsitektur dan kembali ke Indonesia.
  • 1967-1980: Menjadi Pastor Paroki di Gereja Santa Theresia, Desa Salam, Magelang; menjadi pelindung Kring Karitas Nandan; mulai berhubungan dengan pemuka agama lain, seperti Gus Dur dan Ibu Gedong Bagoes Oka; menjadi Dosen Luar Biasa jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UGM; mulai menulis artikel untuk koran Indonesia Raya dan Kompas, tulisan-tulisannya kebanyakan bertema: agama, kebudayaan, dan teknologi. Juga menulis cerpen dan novel.
  • 1975: Memenangkan Piala Kincir Emas, dalam cerpen yang diselenggarakan Radio Nederland.
  • 1978: Atas dorongan Dr. Soedjatmoko, Romo Mangun mengikuti kuliah singkat tentang masalah kemanusiaan sebagai Fellow of Aspen Institute for Humanistic Studies, Aspen, Colorado, AS.
  • 1980-1986: Mendampingi warga tepian Kali Code yang terancam penggusuran. Ia melakukan mogok makan menolak rencana penggusuran.
  • 1986-1994: Mendampingi warga Kedung Ombo yang menjadi korban proyek pembangunan waduk.
  • 1987-1988: Mendampingi warga Pantai Grigak, Gunung Kidul dalam upaya penyediaan sarana air bersih.
  • 1992: Mendapat The Aga Khan Award untuk arsitektur pemukiman pinggir Kali Code.
  • 1994: Mendirikan laboratorium Dinamika Edukasi Dasar. Model pendidikan DED ini diterapkan di SD Kanisius Mangunan, di Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
  • 1998 26 Mei: Menjadi salah satu pembicara utama dalam aksi demonstrasi peringatan terbunuhnya Moses Gatutkaca di Yogyakarta.
  • 10 Februari 1999: Wafat karena serangan jantung, setelah memberikan ceramah dalam seminar Meningkatkan Peran Buku dalam Upaya Membentuk Masyarakat Indonesia Baru di Hotel Le Meridien, Jakarta.

Karya arsitektur

[sunting | sunting sumber]
Altar dan tabernakel di Gereja Pertapaan Santa Maria Rawaseneng. Sebuah karya ukiran kayu yang dirancang oleh Romo Mangun mengelilingi tabernakel; Bunda Maria yang mengatupkan tangan terukir di atasnya.[21]

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Buku dan tulisan

[sunting | sunting sumber]

Burung-burung Manyar

[sunting | sunting sumber]

Burung-burung Manyar merupakan sebuah novel yang diterbitkan pertama kali pada bulan Agustus 1981. Novel ini diterbitkan oleh Penerbit Djambatan di Jakarta. Penerbit Djambatan telah menerbitkan Burung-burung Manyar sebanyak enam kali. Cetakan kedua hingga keenam secara berturut-turut diterbitkan pada Desember 1981, Juni 1983, Maret 1986, Oktober 1985 dan Agustus 1993.[23]

Mangunwijaya juga mengarang tulisan berikut:[butuh rujukan]

  • Balada Becak, novel, 1985
  • Balada dara-dara Mendut, novel, 1993
  • Burung-Burung Rantau, novel, 1992
  • Di Bawah Bayang-Bayang Adikuasa, 1987
  • Durga Umayi, novel, 1985
  • Esei-esei orang Republik, 1987
  • Fisika Bangunan, buku Arsitektur, 1980
  • Gereja Diaspora, 1999
  • Gerundelan Orang Republik, 1995
  • Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa, novel, 1983
  • Impian Dari Yogyakarta, 2003
  • Kita Lebih Bodoh dari Generasi Soekarno-Hatta, 2000
  • Manusia Pascamodern, Semesta, dan Tuhan: renungan filsafat hidup, manusia modern, 1999
  • Memuliakan Allah, Mengangkat Manusia, 1999
  • Menjadi generasi pasca-Indonesia: kegelisahan Y.B. Mangunwijaya, 1999
  • Menuju Indonesia Serba Baru, 1998
  • Menuju Republik Indonesia Serikat, 1998
  • Merintis RI Yang Manusiawi: Republik yang adil dan beradab, 1999
  • Pasca-Indonesia, Pasca-Einstein, 1999
  • Pemasyarakatan susastra dipandang dari sudut budaya, 1986
  • Pohon-Pohon Sesawi, novel, 1999
  • Politik Hati Nurani, 1997
  • Puntung-Puntung Roro Mendut, 1978
  • Putri duyung yang mendamba: renungan filsafat hidup manusia modern, 1987
  • Ragawidya : Religiositas Hal-hal Sehari-hari, 1986
  • Romo Rahadi, novel, 1981 (terbit dengan nama samaran Y. Wastu Wijaya)
  • Rara Mendut, Genduk Duku, Lusi Lindri, novel trilogi, dimuat 1982-1987 di harian Kompas, dibukukan 2008
  • Rumah Bambu, kumpulan cerpen, 2000
  • Sastra dan Religiositas, kumpulan esai, 1982
  • Saya Ingin Membayar Utang Kepada Rakyat, 1999
  • Soeharto dalam Cerpen Indonesia, 2001
  • Spiritualitas baru : agama dan aspirasi rakyat, 1994
  • Teknologi dan dampak kebudayaannya, 1983
  • Tentara dan Kaum Bersenjata, 1999
  • Tumbal: kumpulan tulisan tentang kebudayaan, perikemanusiaan dan kemasyarakatan, 1994
  • Wastu Citra, buku Arsitektur, 1988

Buku tentang Romo Mangun

[sunting | sunting sumber]
  • Sumartana, dkk. Mendidik Manusia Merdeka Romo Y.B. Mangunwijaya 65 Tahun. Institut Dian/Interfedei dan Pustaka Pelajar, 1995. ISBN 979-8726-01-4.
  • Wahid, Abdurrahman. Romo Mangun Di Mata Para Sahabat. Kanisius, 1999. ISBN 979-672-431-6.
  • Priyanahadi, dkk. Y.B. Mangunwijaya, Pejuang Kemanusiaan. Kanisius, 1999. ISBN 979-672-435-9.
  • Prawoto, Eko A. Tektonika Arsitektur Y.B. Mangunwijaya. Cemeti Art House Yogyakarta, 1999.
  • Mengenang Y.B. Mangunwijaya, Pergulatan Intelektual dalam Era Kegelisahan. Kanisius, 1999. ISBN 979-672-433-2.
  • Sindhunata. Menjadi Generasi Pasca-Indonesia, Kegelisahan Y.B. Mangunwijaya. Kanisius, 1999. ISBN 979-672-432-4.
  • Purwatma. Romo Mangun Imam bagi Kaum Kecil. Kanisius, 2001. ISBN 979-672-959-8.
  • Rahmanto, B. Y.B. Mangunwijaya: Karya dan Dunianya. Grasindo, 2001. ISBN 978-979-96526-1-4.
  • Yahya, Iip D. dan Shakuntala, I.B. Romo Mangun Sahabat Kaum Duafa. Kanisius, 2005. ISBN 978-979-21-0563-6.
  • Murtianto, B. Kata-Kata Terakhir: Romo Mangun. Kompas, 2014. ISBN 978-979-708-795-0

Dalam budaya populer

[sunting | sunting sumber]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Eko Sutriyanto, ed. (12 November 2015). "Tempat Peristirahatan Terakhir Mgr Johannes Pujasumarta dan Romo Mangun Berdampingan". Diakses tanggal 20 Juni 2024. 
  2. ^ a b Margianto, Heru, ed. (11 November 2010). "Romo Mangun Dianugerahi Bintang Budaya". Kompas.com. Diakses tanggal 13 Januari 2012. 
  3. ^ a b c d "Romo Mangun: Kami Bukan Pahlawan! - Intisari". intisari.grid.id. Diakses tanggal 2022-06-26. 
  4. ^ "Sejarah – LDK Jama'ah Shalahuddin UGM". Diakses tanggal 2022-11-12. 
  5. ^ (Inggris)[www.akdn.org/architecture/pdf/1117_Ind.pdf].
  6. ^ Publishing, TEMPO (2020-01-01). Kiprah Romo Mangunwijaya dan Kali Code Di Yogyakarta. Tempo Publishing. ISBN 978-623-262-437-5. 
  7. ^ "Perkampungan Code: Memperingati 12 Tahun Kepergian Romo Mangun, Seorang Tokoh Multi Talenta". Kompasiana. 23 Februari 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-29. Diakses tanggal 13 Januari 2012. 
  8. ^ a b (Inggris) "An Architectural Culture for the People". Tempo Interaktif. 17 August 2011. Diakses tanggal 13 January 2012. 
  9. ^ a b c d "Inspirasi Inovasi Sosial dari Romo Mangun". Creative HUB Fisipol UGM. 2020-08-17. Diakses tanggal 2023-07-05. 
  10. ^ "Habitat "Orang Kita" di Atas Panggung Politik". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. 2015-08-31. Diakses tanggal 2022-05-18. 
  11. ^ "StackPath". indoprogress.com. Diakses tanggal 2022-11-12. 
  12. ^ (Inggris) Biodata Pengarang Lontar. Jakarta: Lontar. hlm. 31. 
  13. ^ Caritra, Caritra. "Mengenang Romo Mangun, Pahlawan Kampung Code yang Warna-warni". Caritra. Diakses tanggal 2023-07-05. 
  14. ^ Administrator (1986-04-19). "Protes dari pinggir kali". Tempo. Diakses tanggal 2023-07-05. 
  15. ^ Yudhapratama, Ageng (2020-11-21). "Romo Mangun Tidak Mengkristenkan Kampung Code". KATOLIKANA. Diakses tanggal 2023-07-04. 
  16. ^ "Konflik Wadas dan Kasus Kedungombo yang Terlupakan". Panturapost.com. 2022-02-12. Diakses tanggal 2022-11-12. 
  17. ^ Pradipto, Yosef Dedy; Abraham, Juneman (2014-05-15). "Psychoanthropology of Power Contestation: Mangunan Alternative Education "Versus" the National Curriculum of the Indonesian Government". Procedia - Social and Behavioral Sciences. 6th International Conference on Intercultural Education “Education and Health: From a transcultural perspective" (dalam bahasa Inggris). 132: 186–195. doi:10.1016/j.sbspro.2014.04.297. ISSN 1877-0428. 
  18. ^ "Dinamika Edukasi Dasar". Dinamika Edukasi Dasar. Diakses tanggal 13 Januari 2012. [pranala nonaktif permanen]
  19. ^ "Disiplin ala Romo Mangun, tepat waktu dan makan wajib habis". merdeka.com. 2014-02-12. Diakses tanggal 2023-07-05. 
  20. ^ Mangunwijaya, Y.B. 2008. "Rara Mendut: Sebuah Trilogi". Penerbit Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-3583-8.
  21. ^ Paulus Adhitama, OFM (8 April 2007), Rahib Juga Manusia, hidupkatolik.com [pranala nonaktif permanen]
  22. ^ Pyou (2018-07-16). "Sejarah Polteka Mangunwijaya". Polteka Mangunwijaya. Diakses tanggal 2022-11-13. 
  23. ^ Sugono, D., dkk., ed. (2003). Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern (PDF). Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 73. ISBN 979-685-308-6. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]