Lompat ke isi

Teungku Peukan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tengku Peukan
Tag: tanpa kategori [ * ] tanpa wikifikasi [ * ]
 
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Ardiansyah Abdurrahman (bicara) ke revisi terakhir oleh Aadne Schneider
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(35 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Person
Teungku Peukan dilahirkan di Manggeng, Aceh Barat Daya. Pada tahun 1886 ketika kerajaan Aceh mengalami awal peperangan terhadap pertahanan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh pada tanggal 18 April 1873.
| name = Teungku Peukan
| birth_place = [[Manggeng, Aceh Barat Daya|Manggeng]], [[Aceh Barat Daya]],<br/>{{flag|Kesultanan Aceh}}
| birth_date = 1886
| death_place = [[Blangpidie]], [[Aceh Barat Daya]],<br/> {{flagicon|Belanda|Hindia Belanda}} [[Hindia Belanda]]
| death_date = 11 September 1926
| resting_place = Halaman Masjid Jami' Baitul Adhim Blangpidie
| known_for = [[Peristiwa 11 September 1926]]
| parents = Teungku Adam & Siti Zulaikha
}}


'''Teungku Peukan''' merupakan ulama dan pejuang [[Aceh]] melawan [[Belanda]] yang [[syahid]] di [[Blangpidie]] pada [[peristiwa 11 September 1926]]. Dia dilahirkan pada tahun 1886 di [[Sawang, Aceh Selatan|Sawang]], [[Aceh Selatan]] dan lama menetap di [[Manggeng, Aceh Barat Daya|Manggeng]], [[Aceh Barat Daya]]
Belau adalah salah seorang Ulama terkemuka di daerah Manggeng, Aceh Barat Daya. Orang tua beliau juga seorang ulama pemuka Agama Islam yang dinamai dengan sebutan Teungku Padang Ganting yang berasal dari daerah Alue Paku, Aceh Selatan. Sedangkan ibu beliau bernama Siti Zulaikha.


Ayah Teungku Peukan bernama Keuchik Adam bin Teungku Padang Ganting yang berasal dari daerah Alue Paku, Sawang, [[Aceh Selatan]]. Sedangkan ibunya bernama Siti Zulaikha. Nama Teungku Peukan diabadikan sebagai nama [[Rumah Sakit]] Umum Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya.<ref>Abuya Syammarfaly, H.Nyak Abbas SB, Rozal Nawafil</ref>
Pada malam menjelang peperangan terhadap Kolonial Kafhee Belanda, Teungku Peukan dan paksukannya terlebih dahulu melakukan ritual wirid dan zikir (serah diri) kepada Allah S.W.T. di sebuah Meunasah Ayah Gadeng, Manggeng. Setelah ritual tersebut selesai dilaksanakan Teungku Peukan mengarahkan strategi-strategi penyerangan terhadap Kolonia Kafir Belanda, lalu Tengku Peukan pun memerintahkan paksukannya menuju ke Blangpidie dengan menempuh berjalan kaki sejauh 20 KM.


== Perjuangan ==
Pada Penyerangan ini juga dihadiri oleh salah seorang putra dari Teungku Peukan yang bernama Teungku Muhammad Kasim yang dikenal dengan sebutan "Teungku Tahala". Menjelang Fajar memasuki malam jum'at pada tanggal 11 September 1926, paksukan Teungku Peukan pun tiba dan beristirahat sejenak di balee Teungku Lhoong Gampong Geulumpng Payoeng, Blang Pidie.
[[Berkas:Makam Teungku Peukan.JPG|jmpl|kiri|250px|Makam Teungku Peukan di halaman Masjid Jami' Blangpidie]]


Perjuangan [[Teuku Ben Mahmud]] menginspirasi Teungku Peukan dan pasukannya untuk menyerang tangsi (bivak) Belanda di Blangpidie.
Pada saat itu pula Teungku Peukan membagi 3 sektor penyerangan dan dibantu oleh Said Umar, Waki Ali, dan Zakaria Ahmad yang dikenal dengan nama "Nyak Walad". Penyerangan pun dilakukan oleh Teungku Peukan pada saat menjelang subuh, sehingga Serdadu Kolonia Belanda kaget dan kocar-kacir atas penyerangan tersebut. Pada penyerangan itu banyak menewaskan Serdadu-serdadu Kolonia Belanda dengan Rencong Pejuang Aceh.


Pada malam menjelang peperangan dengan kolonial [[Belanda]], Teungku Peukan dan pasukannya terlebih dahulu melakukan ''wirid'' dan zikir (serah diri) kepada Tuhan di ''[[Meunasah]]'' (mushalla) Ayah Gadeng, Manggeng. Setelah wirid tersebut selesai dilaksanakan, Teungku Peukan memerintahkan pasukannya menuju markas [[Belanda]] regional [[Blangpidie]] (sekarang Asrama [[Kodim|Kodim 0110 Aceh Barat Daya]]) di [[Blangpidie]] dengan menempuh berjalan kaki sejauh 20&nbsp;km.
Sebagai wujud rasa syukur terhadap Allah S.W.T. Teungku Peukan pun mengumandangkan azan dan saat itulah seorang Kolonia Kafir Belanda melepaskan 1 tembakan yang membuat Teungku Peukan syahid dalam peperangan tersebut.


Pada penyerangan ini juga dihadiri oleh salah seorang putra dari Teungku Peukan yang bernama Teungku Muhammad Kasim yang dikenal dengan sebutan "Teungku Tahala". Menjelang fajar memasuki malam Jumat pada tanggal 11 September 1926, pasukan Teungku Peukan pun tiba dan beristirahat sejenak di ''bale'' (balai) Teungku Muhammad Yunus Lhoong [[Geulumpang Payong, Blangpidie, Aceh Barat Daya|Geulumpang Payong]], [[Blangpidie]].
Dalam kejadian itu Teungku Tahala putra dari Teungku Peukan menjadi emosional dan menyerang para Serdadu Kolonia Kafhee Belanda dengan semangat "Jak Tueng Balah". Maka pada saat itulah beliau pun syahid dalam pertempuran. Ada beberapa peujuang yang selamat dalam pertempuran itu, yaitu : Pang Paneuk dan Sidi Rajab. Dalam peristiwa tersebut jenazah Teungku Peukan dan 5 peujuang lainnya (termasuk putra beliau) di makamkan di depan Masjid Jami' Baitul 'Adhim Blangpidie.

Pada saat itu Teungku Peukan membagi 3 sektor penyerangan dan dibantu oleh Said Umar, Waki Ali, dan Zakaria Ahmad yang dikenal dengan nama Nyak Walad. Penyerangan dilakukan pada saat menjelang subuh, sehingga serdadu Belanda kaget dan kocar-kacir. Pada penyerangan itu banyak serdadu Belanda yang tewas.<ref name="Abuya Syammarfaly, H.Nyak Abbas SB">Abuya Syammarfaly, H.Nyak Abbas SB</ref>

== Gugur ==
Sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan, Teungku Peukan mengumandangkan azan dan di saat itulah seorang tentara Belanda melepaskan 1 tembakan yang membuat Teungku Peukan meninggal. Teungku Peukan meninggal pada hari Jumat, 11 September 1926.

Dalam kejadian itu Teungku Tahala putra dari Teungku Peukan menjadi emosional dan menyerang serdadu Belanda. Saat itu pula di meninggal dalam pertempuran. Ada beberapa pejuang yang selamat dalam pertempuran itu, yaitu Pang Paneuk dan Sidi Rajab. Dalam peristiwa tersebut atas inisiatif Teungku Yunus Lhong jenazah Teungku Peukan dan 5 pejuang lainnya (termasuk putra Teungku Peukan bernama Muhammad Kasimazs) dimakamkan di depan Masjid Jami' Baitul 'Adhim [[Blangpidie]].<ref name="Abuya Syammarfaly, H.Nyak Abbas SB"/>

== Referensi ==

{{reflist}}
[[Kategori:Ulama Aceh Barat Daya|Peukan]]
[[Kategori:Pahlawan Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Aceh Barat Daya]]
[[Kategori:Kematian akibat perang]]

Revisi terkini sejak 8 Desember 2023 05.05

Teungku Peukan
Lahir1886
Manggeng, Aceh Barat Daya,
 Kesultanan Aceh
Meninggal11 September 1926
Blangpidie, Aceh Barat Daya,
Belanda Hindia Belanda
MakamHalaman Masjid Jami' Baitul Adhim Blangpidie
Dikenal atasPeristiwa 11 September 1926
Orang tuaTeungku Adam & Siti Zulaikha

Teungku Peukan merupakan ulama dan pejuang Aceh melawan Belanda yang syahid di Blangpidie pada peristiwa 11 September 1926. Dia dilahirkan pada tahun 1886 di Sawang, Aceh Selatan dan lama menetap di Manggeng, Aceh Barat Daya

Ayah Teungku Peukan bernama Keuchik Adam bin Teungku Padang Ganting yang berasal dari daerah Alue Paku, Sawang, Aceh Selatan. Sedangkan ibunya bernama Siti Zulaikha. Nama Teungku Peukan diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya.[1]

Perjuangan

[sunting | sunting sumber]
Makam Teungku Peukan di halaman Masjid Jami' Blangpidie

Perjuangan Teuku Ben Mahmud menginspirasi Teungku Peukan dan pasukannya untuk menyerang tangsi (bivak) Belanda di Blangpidie.

Pada malam menjelang peperangan dengan kolonial Belanda, Teungku Peukan dan pasukannya terlebih dahulu melakukan wirid dan zikir (serah diri) kepada Tuhan di Meunasah (mushalla) Ayah Gadeng, Manggeng. Setelah wirid tersebut selesai dilaksanakan, Teungku Peukan memerintahkan pasukannya menuju markas Belanda regional Blangpidie (sekarang Asrama Kodim 0110 Aceh Barat Daya) di Blangpidie dengan menempuh berjalan kaki sejauh 20 km.

Pada penyerangan ini juga dihadiri oleh salah seorang putra dari Teungku Peukan yang bernama Teungku Muhammad Kasim yang dikenal dengan sebutan "Teungku Tahala". Menjelang fajar memasuki malam Jumat pada tanggal 11 September 1926, pasukan Teungku Peukan pun tiba dan beristirahat sejenak di bale (balai) Teungku Muhammad Yunus Lhoong Geulumpang Payong, Blangpidie.

Pada saat itu Teungku Peukan membagi 3 sektor penyerangan dan dibantu oleh Said Umar, Waki Ali, dan Zakaria Ahmad yang dikenal dengan nama Nyak Walad. Penyerangan dilakukan pada saat menjelang subuh, sehingga serdadu Belanda kaget dan kocar-kacir. Pada penyerangan itu banyak serdadu Belanda yang tewas.[2]

Sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan, Teungku Peukan mengumandangkan azan dan di saat itulah seorang tentara Belanda melepaskan 1 tembakan yang membuat Teungku Peukan meninggal. Teungku Peukan meninggal pada hari Jumat, 11 September 1926.

Dalam kejadian itu Teungku Tahala putra dari Teungku Peukan menjadi emosional dan menyerang serdadu Belanda. Saat itu pula di meninggal dalam pertempuran. Ada beberapa pejuang yang selamat dalam pertempuran itu, yaitu Pang Paneuk dan Sidi Rajab. Dalam peristiwa tersebut atas inisiatif Teungku Yunus Lhong jenazah Teungku Peukan dan 5 pejuang lainnya (termasuk putra Teungku Peukan bernama Muhammad Kasimazs) dimakamkan di depan Masjid Jami' Baitul 'Adhim Blangpidie.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Abuya Syammarfaly, H.Nyak Abbas SB, Rozal Nawafil
  2. ^ a b Abuya Syammarfaly, H.Nyak Abbas SB