Persekutuan Tellumpoccoe: Perbedaan antara revisi
Naval Scene (bicara | kontrib) |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(16 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{untuk|pengertian lain|Tellumpoccoe (disambiguasi)}} |
|||
'''Persekutuan Tellumpoccoe''' adalah suatu aliansi penting antara tiga kerajaan [[Suku Bugis|Bugis]] di [[Sulawesi Selatan]], yaitu [[Kerajaan Bone|Bone]], [[Kerajaan Wajo|Wajo]], dan [[Kerajaan Soppeng|Soppeng]]; dalam menghadapi kekuatan dua kerajaan kembar [[Suku Makassar|Makassar]], yaitu [[Kerajaan Gowa|Gowa-Tallo]].<ref name="SNI">{{cite book |
'''Persekutuan Tellumpoccoe''' adalah suatu aliansi penting antara tiga kerajaan [[Suku Bugis|Bugis]] di [[Sulawesi Selatan]], yaitu [[Kerajaan Bone|Bone]], [[Kerajaan Wajo|Wajo]], dan [[Kerajaan Soppeng|Soppeng]]; dalam menghadapi kekuatan dua kerajaan kembar [[Suku Makassar|Makassar]], yaitu [[Kerajaan Gowa|Gowa-Tallo]].<ref name="SNI">{{cite book |
||
|title = Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia |
|||
|author = Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Soejono (R. P.), Richard Z. Leirissa |
|||
|url = https://books.google.co.id/books?id=HiZvFZbm6sgC&pg=PA244&dq=Bunne+Timurung&hl=en&sa=X&ei=k9ZQVdHWH9CcugTDoIHIAw&redir_esc=y#v=onepage&q=Tellumpocco&f=false |
|||
|volume = 3 |
|||
|publisher = PT Balai Pustaka |
|||
|year = 2008 |
|||
|id = ISBN 9789794074091, 9794074098 |
|||
|page = 79, 244-245 |
|||
|access-date = 2015-05-11 |
|||
⚫ | |||
|archive-date = 2015-05-18 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20150518095655/https://books.google.co.id/books?id=HiZvFZbm6sgC&pg=PA244&dq=Bunne+Timurung&hl=en&sa=X&ei=k9ZQVdHWH9CcugTDoIHIAw&redir_esc=y#v=onepage&q=Tellumpocco&f=false |
|||
|dead-url = yes |
|||
⚫ | |||
Persekutuan ini dikukuhkan dalam perjanjian pada tahun [[1582]] di Bunne, [[Timurung, Ajangale, Bone|Timurung, Bone utara]], berupa upacara sumpah disertai menghancurkan telur dengan batu.<ref name="SNI"/> Bone diakui sebagai saudara tua, Wajo saudara tengah, dan Soppeng saudara muda, yang diurutkan berdasarkan luas masing-masing kerajaan.<ref name="SNI"/> Ketiga kerajaan akan saling melindungi satu sama lain, dan ekspansi hanya akan diadakan ke luar wilayah tiga kerajaan tersebut.<ref name="SNI"/> Wajo juga akan dibela apabila Gowa memperlakukannya sebagai budak.<ref name="SNI"/> |
Persekutuan ini dikukuhkan dalam perjanjian pada tahun [[1582]] di Bunne, [[Timurung, Ajangale, Bone|Timurung, Bone utara]], berupa upacara sumpah disertai menghancurkan telur dengan batu.<ref name="SNI"/> Bone diakui sebagai saudara tua, Wajo saudara tengah, dan Soppeng saudara muda, yang diurutkan berdasarkan luas masing-masing kerajaan.<ref name="SNI"/> Ketiga kerajaan akan saling melindungi satu sama lain, dan ekspansi hanya akan diadakan ke luar wilayah tiga kerajaan tersebut.<ref name="SNI"/> Wajo juga akan dibela apabila Gowa memperlakukannya sebagai budak.<ref name="SNI"/> |
||
Karaeng Matoaya pemimpin Gowa-Tallo masuk Islam pada tahun 1605 |
[[Karaeng Matoaya]] pemimpin Gowa-Tallo masuk Islam pada tahun 1605, yaitu setahun setelah Datu [[Kerajaan Luwu|Luwu]] [[La Patiware' Daeng Parabbung]] yang telah lebih dahulu masuk Islam.<ref name="SNI"/> Hal tersebut membawa warna baru dalam hubungan antara Gowa-Tallo dengan kerajaan-kerajaan Bugis selanjutnya, meskipun persaingan dan peperangan telah lama terjadi sebelum kedatangan [[Islam]] di Sulawesi Selatan.<ref name="SNI"/> Kekompakkan persekutuan Tellumpoccoe teruji pada tahun [[1608]] saat terjadi [[Pertempuran Pakenya]] antara Gowa-Tallo melawan Soppeng, dan kembali pada tiga bulan setelahnya dalam perang antara Gowa-Tallo melawan Wajo.<ref name="Andaya"/> Pasukan Gowa-Tallo di bawah pimpinan [[Karaeng Matoaya]] berhasil dipukul mundur pada dua peristiwa itu.<ref name="SNI"/><ref name="Andaya"/> Namun, persekutuan mulai goyah setelah Datu Soppeng [[Beowe]] masuk Islam tahun [[1609]] mengikuti ajakan Gowa.<ref name="SNI"/><ref name="Refleksi">{{cite book |
||
|title = Profil raja dan pejuang Sulawesi Selatan |
|||
|volume = 2 |
|||
|author = Hannabi Rizal, Zainuddin Tika, M. Ridwan Syam |
|||
|publisher = Pustaka Refleksi |
|||
|year = 2007 |
|||
|id = ISBN 9789793570464, 9793570466 |
|||
|url = https://books.google.co.id/books?id=EKEMAQAAMAAJ&q=Datu+Soppeng+Beowe&dq=Datu+Soppeng+Beowe&hl=en&sa=X&ei=g-FQVbyvOMy4uATSoYCIDA&ved=0CD0Q6AEwBQ |
|||
|page = 5 |
|||
}}</ref> Kemudian Gowa dan Soppeng bersama-sama menghadapi kerajaan-kerajaan Bugis lainnya, sehingga Arung Matoa Wajo [[La Sangkuru Patau]] antara tahun 1609-1610 juga masuk Islam,<ref name="Refleksi"/><ref name="Andaya">{{cite book |
}}</ref> Kemudian Gowa dan Soppeng bersama-sama menghadapi kerajaan-kerajaan Bugis lainnya, sehingga Arung Matoa Wajo [[La Sangkuru Patau]] antara tahun 1609-1610 juga masuk Islam,<ref name="Refleksi"/><ref name="Andaya">{{cite book |
||
|title = The Heritage of Arung Palakka: A History of South Sulawesi (Celebes) in the Seventeenth Century |
|||
|volume = 91 |
|||
|author = Leonard Y. Andaya |
|||
|url = https://books.google.co.id/books?id=7A39CAAAQBAJ&pg=PA34&dq=Arumpone+Islam&hl=en&sa=X&ei=PuZQVcCKNcKJuASO1YDQDw&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false |
|||
|publisher = Springer Science & Business Media |
|||
|year = 2013 |
|||
|id = ISBN 9789401733472, 9401733473 |
|||
|page = 33-34 |
|||
}}</ref> dan akhirnya Arumpone Bone [[La Tenripale]] juga dapat dikalahkan dan memeluk agama tersebut tahun [[1611]].<ref name="SNI"/><ref name="Andaya"/> Di saat satu demi satu kerajaan-kerajaan Bugis tersebut menyerah, Karaeng Matoaya dari Gowa-Tallo tidak menuntut denda perang, melainkan hanya meminta agar mereka mengucapkan [[syahadat]] saja.<ref name="SNI"/> Gowa-Tallo kemudian menyarankan agar Persekutuan Tellumpoccoe dipelihara kembali oleh Bone, Wajo, dan Soppeng untuk menghadapi musuh yang merugikan agama, sedangkan musuh dari seberang lautan akan dihadapi oleh Gowa-Tallo.<ref name="SNI"/> |
}}</ref> dan akhirnya Arumpone Bone [[La Tenripale]] juga dapat dikalahkan dan memeluk agama tersebut tahun [[1611]].<ref name="SNI"/><ref name="Andaya"/> Di saat satu demi satu kerajaan-kerajaan Bugis tersebut menyerah, Karaeng Matoaya dari Gowa-Tallo tidak menuntut denda perang, melainkan hanya meminta agar mereka mengucapkan [[syahadat]] saja.<ref name="SNI"/> Gowa-Tallo kemudian menyarankan agar Persekutuan Tellumpoccoe dipelihara kembali oleh Bone, Wajo, dan Soppeng untuk menghadapi musuh yang merugikan agama, sedangkan musuh dari seberang lautan akan dihadapi oleh Gowa-Tallo.<ref name="SNI"/> |
||
Baris 38: | Baris 43: | ||
[[Kategori:Sejarah Sulawesi Selatan]] |
[[Kategori:Sejarah Sulawesi Selatan]] |
||
[[Kategori:Bugis]] |
|||
[[Kategori:Makassar]] |
Revisi terkini sejak 30 Januari 2023 15.32
Persekutuan Tellumpoccoe adalah suatu aliansi penting antara tiga kerajaan Bugis di Sulawesi Selatan, yaitu Bone, Wajo, dan Soppeng; dalam menghadapi kekuatan dua kerajaan kembar Makassar, yaitu Gowa-Tallo.[1]
Persekutuan ini dikukuhkan dalam perjanjian pada tahun 1582 di Bunne, Timurung, Bone utara, berupa upacara sumpah disertai menghancurkan telur dengan batu.[1] Bone diakui sebagai saudara tua, Wajo saudara tengah, dan Soppeng saudara muda, yang diurutkan berdasarkan luas masing-masing kerajaan.[1] Ketiga kerajaan akan saling melindungi satu sama lain, dan ekspansi hanya akan diadakan ke luar wilayah tiga kerajaan tersebut.[1] Wajo juga akan dibela apabila Gowa memperlakukannya sebagai budak.[1]
Karaeng Matoaya pemimpin Gowa-Tallo masuk Islam pada tahun 1605, yaitu setahun setelah Datu Luwu La Patiware' Daeng Parabbung yang telah lebih dahulu masuk Islam.[1] Hal tersebut membawa warna baru dalam hubungan antara Gowa-Tallo dengan kerajaan-kerajaan Bugis selanjutnya, meskipun persaingan dan peperangan telah lama terjadi sebelum kedatangan Islam di Sulawesi Selatan.[1] Kekompakkan persekutuan Tellumpoccoe teruji pada tahun 1608 saat terjadi Pertempuran Pakenya antara Gowa-Tallo melawan Soppeng, dan kembali pada tiga bulan setelahnya dalam perang antara Gowa-Tallo melawan Wajo.[2] Pasukan Gowa-Tallo di bawah pimpinan Karaeng Matoaya berhasil dipukul mundur pada dua peristiwa itu.[1][2] Namun, persekutuan mulai goyah setelah Datu Soppeng Beowe masuk Islam tahun 1609 mengikuti ajakan Gowa.[1][3] Kemudian Gowa dan Soppeng bersama-sama menghadapi kerajaan-kerajaan Bugis lainnya, sehingga Arung Matoa Wajo La Sangkuru Patau antara tahun 1609-1610 juga masuk Islam,[3][2] dan akhirnya Arumpone Bone La Tenripale juga dapat dikalahkan dan memeluk agama tersebut tahun 1611.[1][2] Di saat satu demi satu kerajaan-kerajaan Bugis tersebut menyerah, Karaeng Matoaya dari Gowa-Tallo tidak menuntut denda perang, melainkan hanya meminta agar mereka mengucapkan syahadat saja.[1] Gowa-Tallo kemudian menyarankan agar Persekutuan Tellumpoccoe dipelihara kembali oleh Bone, Wajo, dan Soppeng untuk menghadapi musuh yang merugikan agama, sedangkan musuh dari seberang lautan akan dihadapi oleh Gowa-Tallo.[1]
Setelah wafatnya Karaeng Matoaya yang alim dalam beragama, perseteruan Bone dan Gowa timbul kembali, yang berujung pada perang yang berlarut-larut di antara kedua kerajaan tersebutnya.[1] Bone dan Gowa silih berganti berupaya menguasai hagemoni berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan, hingga akhirnya pada 1666 Gowa berhasil dikalahkan dan menandatangai Perjanjian Bungaya.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h i j k l m n Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Soejono (R. P.), Richard Z. Leirissa (2008). Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. 3. PT Balai Pustaka. hlm. 79, 244-245. ISBN 9789794074091, 9794074098. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-18. Diakses tanggal 2015-05-11.
- ^ a b c d Leonard Y. Andaya (2013). The Heritage of Arung Palakka: A History of South Sulawesi (Celebes) in the Seventeenth Century. 91. Springer Science & Business Media. hlm. 33-34. ISBN 9789401733472, 9401733473.
- ^ a b Hannabi Rizal, Zainuddin Tika, M. Ridwan Syam (2007). Profil raja dan pejuang Sulawesi Selatan. 2. Pustaka Refleksi. hlm. 5. ISBN 9789793570464, 9793570466.