Hutan bakau: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
yang saya hapus adalah tulisan orang yang tidak bertanggung jawab yang menulis salah satu wilayah lokasi kedai kopi/ pasar di kota yang saya tinggali, yaitu di batam |
FelixJL111 (bicara | kontrib) ←Mengalihkan ke Hutan mangrove Tag: Pengalihan baru Suntingan visualeditor-wikitext |
||
(61 revisi perantara oleh 40 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
#ALIH [[Hutan mangrove]] |
|||
[[Berkas:Dead_mangrv_070826-227_mank.jpg|thumb|240x240px|Hutan bakau di [[Muara Angke]], Jakarta (2007)]] |
|||
[[Berkas:Hutan_Bakau_Kendari.JPG|thumb| |
|||
Salah Satu Penampakan Hutan Bakau Teluk Kendari Tahun 2013. |
|||
]] |
|||
[[Berkas:Gambia_048_from_KG.jpg|thumb|240x240px| |
|||
Hutan bakau di [[Zambia]], [[Afrika]]. |
|||
]] |
|||
'''Hutan bakau''' atau disebut juga '''hutan mangrove''' adalah hutan yang tumbuh di air [[payau]],dan dipengaruhi oleh [[pasang-surut]] air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi [[lumpur|pelumpuran]] dan akumulasi bahan [[organik]]. Baik di [[teluk|teluk-teluk]] yang terlindung dari gempuran [[ombak]], maupun di sekitar [[muara]] [[sungai]] di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari [[hulu]]. |
|||
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya [[abrasi]] tanah; [[salinitas]] tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses [[adaptasi]] dan [[evolusi]]. |
|||
== Fungsi dan manfaat == |
|||
Salah satu fungsi utama hutan bakau atau mangrove adalah untuk melindungi garis pantai dari [[abrasi]] atau pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk tsunami. Di Jepang, salah satu upaya mengurangi dampak ancaman tsunami adalah dengan memasang Green Belt atau sabuk hijau hutan mangrove atau hutan bakau. Sedangkan di Indonesia, sekitar 28 wilayah di Indonesia rawan terkena tsunami karena hutan bakau sudah banyak beralih fungsi menjadi tambak, kebun kelapa sawit dan alih fungsi lain.<ref>[http://www.portalkbr.com/opini/editorial/2696864_4307.html Ronaldo Versus Birokrasi Pengelolaan Hutan Mangrove Yang Lamban]</ref> |
|||
Namun pada 10 tahun belakangan ini, sejak berdirinya [[Balai Pengelolaan Hutan Mangrove]] (BPHM) Wilayah I dan II, manfaat hutan mangrove pun semakin berkembang. Hingga saat ini, hutan mangrove telah memberikan manfaat lain, selain kayu, atau yang biasa disebut dengan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Mangrove, yakni; sebagai bahan pangan dan minuman, serta untuk bahan pewarna dan kosmetik. |
|||
Hingga saat ini, BPHM Wilayah I telah mengembangkan beberapa jenis tumbuhan pada hutan mangrove untuk dapat dimanfaatkan sebagai; |
|||
1. Bahan pangan pengganti beras maupun untuk tepung kue dari buah '''Lindur ''(Bruguiera gymnorrhiza'')'''. |
|||
2. Bahan minuman sirup, dodol, selain dan puding dari buah '''Pidada ''(Sonneratia caseolaris)'''''. |
|||
3. Bahan pembuat sabun dari buah '''Pidada ''(Sonneratia caseolaris)'''''. |
|||
4. Bahan tepung kue dari buah '''Api-api ''(Avicennia sp)'''''. |
|||
5. Bahan kosmetik (lulur dingin) dari buah '''Nyirih ''(Xylocarpus granatum)'''''. |
|||
6. Bahan baku alkohol, cuka dan gula merah dari buah '''Nipah ''(Nypa fruticans)'''''. |
|||
7. Bahan pewarna pakaian dari kulit kayu '''bakau ''(Rhizophora mucronata)''''', '''Lindur ''(Bruguiera gymnorrhiza'')''' dan '''Mentigi ''(Ceriops tagal)'''''. |
|||
Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I (BPHM Wilayah I) pun telah aktif melakukan pelatihan ke berbagai provinsi di wilayah kerjanya (19 Provinsi di Indonesia - diluar pulau Kalimantan dan Sumatera) tentang manfaat hasil hutan bukan kayu (HHBK) Mangrove sebagai bahan pangan, minuman, sabun dan pewarna. |
|||
== Luas dan Penyebaran == |
|||
Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling [[khatulistiwa]] di wilayah tropika dan sedikit di subtropika. |
|||
Luas hutan bakau [[Indonesia]] antara 2,5 hingga 4,5 juta [[hektar]], merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 ''dalam'' Noor dkk, 1999). |
|||
Luas bakau di Indonesia mencapai 25 persen dari total luas mangrove dunia. Namun sebagian kondisinya kritis.<ref>[http://www.portalkbr.com/opini/editorial/2696864_4307.html Ronaldo Versus Birokrasi Pengelolaan Hutan Mangrove Yang Lamban]</ref> |
|||
Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar [[Dangkalan Sunda]] yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur [[Sumatra]], dan pantai barat serta selatan [[Kalimantan]]. Di pantai utara [[Jawa]], hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan. |
|||
Di bagian timur Indonesia, di tepi [[Dangkalan Sahul]], hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya [[Papua]], terutama di sekitar [[Teluk Bintuni]]. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia. |
|||
== Lingkungan fisik dan zonasi == |
|||
[[Berkas:Mangroves.jpg|thumb|240x240px| |
|||
Pandangan di atas dan di bawah air, dekat perakaran pohon [[bakau]], ''Rhizophora'' sp. |
|||
]] |
|||
Jenis-jenis tumbuhan hutan bakau ini bereaksi berbeda terhadap variasi-variasi lingkungan fisik di atas, sehingga memunculkan zona-zona [[vegetasi]] tertentu. Beberapa faktor lingkungan fisik tersebut adalah sebagai berikut : |
|||
=== Jenis tanah === |
|||
Sebagai wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa sangat berbeda. Yang paling umum adalah hutan bakau tumbuh di atas lumpur [[tanah liat]] bercampur dengan bahan organik. Akan tetapi di beberapa tempat, bahan organik ini sedemikian banyak proporsinya; bahkan ada pula hutan bakau yang tumbuh di atas tanah bergambut. |
|||
Substrat yang lain adalah lumpur dengan kandungan [[pasir]] yang tinggi, atau bahkan dominan pecahan karang, di pantai-pantai yang berdekatan dengan [[terumbu karang]]. |
|||
=== Terpaan ombak === |
|||
Bagian luar atau bagian depan hutan bakau yang berhadapan dengan laut terbuka sering harus mengalami terpaan ombak yang keras dan aliran air yang kuat. Tidak seperti bagian dalamnya yang lebih tenang. |
|||
Yang agak serupa adalah bagian-bagian hutan yang berhadapan langsung dengan aliran air sungai, yakni yang terletak di tepi sungai. Perbedaannya, salinitas di bagian ini tidak begitu tinggi, terutama di bagian-bagian yang agak jauh dari muara. Hutan bakau juga merupakan salah satu perisai alam yang menahan laju ombak besar. |
|||
=== Penggenangan oleh air pasang === |
|||
Bagian luar juga mengalami genangan air pasang yang paling lama dibandingkan bagian yang lainnya; bahkan kadang-kadang terus menerus terendam. Pada pihak lain, bagian-bagian di pedalaman hutan mungkin hanya terendam air laut manakala terjadi pasang tertinggi sekali dua kali dalam sebulan. |
|||
Menghadapi variasi-variasi kondisi lingkungan seperti ini, secara alami terbentuk zonasi vegetasi mangrove; yang biasanya berlapis-lapis mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut, hingga ke pedalaman yang relatif kering. |
|||
Jenis-jenis [[bakau]] (''Rhizophora'' spp.) biasanya tumbuh di bagian terluar yang kerap digempur ombak. Bakau ''Rhizophora apiculata'' dan ''R. mucronata'' tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau ''R. stylosa'' dan [[perepat]] (''Sonneratia alba'') tumbuh di atas pasir berlumpur. Pada bagian laut yang lebih tenang hidup api-api hitam (''Avicennia alba'') di zona terluar atau zona pionir ini. |
|||
Di bagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang tinggi, biasa ditemui campuran bakau ''R. mucronata'' dengan jenis-jenis [[kendeka]] (''Bruguiera'' spp.), [[kaboa]] (''Aegiceras corniculata'') dan lain-lain. Sedangkan di dekat tepi sungai, yang lebih tawar airnya, biasa ditemui [[nipah]] (''Nypa fruticans''), pidada (''Sonneratia caseolaris'') dan [[bintaro]] (''Cerbera'' spp.). |
|||
Pada bagian yang lebih kering di pedalaman hutan didapatkan [[nirih]] (''Xylocarpus'' spp.), [[teruntum]] (''Lumnitzera racemosa''), [[dungun]] (''Heritiera littoralis'') dan [[kayu buta-buta]] (''Excoecaria agallocha''). |
|||
== Bentuk-bentuk adaptasi == |
|||
Menghadapi lingkungan yang ekstrem di hutan bakau, tetumbuhan beradaptasi dengan berbagai cara. Secara fisik, kebanyakan [[vegetasi]] mangrove menumbuhkan organ khas untuk bertahan hidup. Seperti aneka bentuk akar dan kelenjar [[garam]] di daun. Namun ada pula bentuk-bentuk adaptasi [[fisiologi]]s. |
|||
[[Berkas:Muthupet.jpg|right|thumb|280x280px| |
|||
Tegakan [[api-api]] ''Avicennia'' di tepi laut. Perhatikan akar napas yang muncul ke atas lumpur pantai. |
|||
]] |
|||
Pohon-pohon bakau (''Rhizophora'' spp.), yang biasanya tumbuh di zona terluar, mengembangkan [[akar tunjang]] (''stilt root'') untuk bertahan dari ganasnya gelombang. Jenis-jenis [[api-api]] (''Avicennia'' spp.) dan [[pidada]] (''Sonneratia'' spp.) menumbuhkan [[akar napas]] (''pneumatophore'') yang muncul dari pekatnya lumpur untuk mengambil [[oksigen]] dari udara. Pohon [[kendeka]] (''Bruguiera'' spp.) mempunyai [[akar lutut]] (''knee root''), sementara pohon-pohon [[nirih]] (''Xylocarpus'' spp.) berakar papan yang memanjang berkelok-kelok; keduanya untuk menunjang tegaknya pohon di atas lumpur, sambil pula mendapatkan udara bagi pernapasannya. Ditambah pula kebanyakan jenis-jenis vegetasi mangrove memiliki ''lentisel'', lubang pori pada [[pepagan]] untuk bernapas. |
|||
Untuk mengatasi salinitas yang tinggi, api-api mengeluarkan kelebihan garam melalui kelenjar di bawah daunnya. Sementara jenis yang lain, seperti ''Rhizophora mangle'', mengembangkan sistem perakaran yang hampir tak tertembus air garam. Air yang terserap telah hampir-hampir [[tawar]], sekitar 90-97% dari kandungan garam di air laut tak mampu melewati saringan akar ini. Garam yang sempat terkandung di tubuh tumbuhan, diakumulasikan di [[daun]] tua dan akan terbuang bersama gugurnya daun. |
|||
Pada pihak yang lain, mengingat sukarnya memperoleh air tawar, vegetasi mangrove harus berupaya mempertahankan kandungan air di dalam tubuhnya. Padahal lingkungan lautan tropika yang panas mendorong tingginya penguapan. Beberapa jenis tumbuhan hutan bakau mampu mengatur bukaan mulut daun (''stomata'') dan arah hadap permukaan daun di siang hari terik, sehingga mengurangi [[evaporasi]] dari daun. |
|||
== Perkembangbiakan == |
|||
Adaptasi lain yang penting diperlihatkan dalam hal perkembang biakan jenis. Lingkungan yang keras di hutan bakau hampir tidak memungkinkan jenis biji-bijian berkecambah dengan normal di atas lumpurnya. Selain kondisi kimiawinya yang ekstrem, kondisi fisik berupa lumpur dan pasang-surut air laut membuat biji sukar mempertahankan daya hidupnya. |
|||
Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenis-jenis mangrove yang bersifat [[vivipar]]: yakni biji atau benihnya telah berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon. |
|||
Contoh yang paling dikenal barangkali adalah perkecambahan buah-buah bakau (''Rhizophora''), [[tengar]] (''Ceriops'') atau kendeka (''Bruguiera''). Buah pohon-pohon ini telah berkecambah dan mengeluarkan akar panjang serupa tombak manakala masih bergantung pada tangkainya. Ketika rontok dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung menancap di lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air pasang, tersangkut dan tumbuh pada bagian lain dari hutan. Kemungkinan lain, terbawa arus laut dan melancong ke tempat-tempat jauh. |
|||
Buah [[nipah]] (''Nypa fruticans'') telah muncul pucuknya sementara masih melekat di tandannya. Sementara buah api-api, [[kaboa]] (''Aegiceras''), [[jeruju]] (''Acanthus'') dan beberapa lainnya telah pula berkecambah di pohon, meski tak nampak dari sebelah luarnya. Keistimewaan-keistimewaan ini tak pelak lagi meningkatkan keberhasilan hidup dari anak-anak semai pohon-pohon itu. Anak semai semacam ini disebut dengan istilah ''propagul''. |
|||
Propagul-propagul seperti ini dapat terbawa oleh arus dan ombak laut hingga berkilometer-kilometer jauhnya, bahkan mungkin menyeberangi laut atau [[selat]] bersama kumpulan sampah-sampah laut lainnya. Propagul dapat ‘tidur’ (''dormant'') berhari-hari bahkan berbulan, selama perjalanan sampai tiba di lokasi yang cocok. Jika akan tumbuh menetap, beberapa jenis propagul dapat mengubah perbandingan bobot bagian-bagian tubuhnya, sehingga bagian akar mulai tenggelam dan propagul mengambang [[vertikal]] di air. Ini memudahkannya untuk tersangkut dan menancap di dasar air dangkal yang berlumpur. |
|||
== Suksesi hutan bakau == |
|||
Tumbuh dan berkembangnya suatu hutan dikenal dengan istilah suksesi hutan (''forest succession'' atau ''sere''). Hutan bakau merupakan suatu contoh suksesi hutan di [[lahan basah]] (disebut ''hydrosere''). Dengan adanya proses suksesi ini, perlu diketahui bahwa zonasi hutan bakau pada uraian di atas tidaklah kekal, melainkan secara perlahan-lahan bergeser. |
|||
Suksesi dimulai dengan terbentuknya suatu paparan lumpur (''mudflat'') yang dapat berfungsi sebagai substrat hutan bakau. Hingga pada suatu saat substrat baru ini diinvasi oleh propagul-propagul vegetasi mangrove, dan mulailah terbentuk vegetasi [[pionir]] hutan bakau. |
|||
Tumbuhnya hutan bakau di suatu tempat bersifat menangkap lumpur. Tanah halus yang dihanyutkan aliran sungai, pasir yang terbawa arus laut, segala macam sampah dan hancuran vegetasi, akan diendapkan di antara perakaran vegetasi mangrove. Dengan demikian lumpur lambat laun akan terakumulasi semakin banyak dan semakin cepat. Hutan bakau pun semakin meluas. |
|||
Pada saatnya bagian dalam hutan bakau akan mulai mengering dan menjadi tidak cocok lagi bagi pertumbuhan jenis-jenis pionir seperti ''Avicennia alba'' dan ''Rhizophora mucronata''. Ke bagian ini masuk jenis-jenis baru seperti ''Bruguiera'' spp. Maka terbentuklah zona yang baru di bagian belakang. |
|||
Demikian perubahan terus terjadi, yang memakan waktu berpuluh hingga beratus tahun. Sementara zona pionir terus maju dan meluaskan hutan bakau, zona-zona berikutnya pun bermunculan di bagian pedalaman yang mengering. |
|||
Uraian di atas adalah penyederhanaan, dari keadaan alam yang sesungguhnya jauh lebih rumit. Karena tidak selalu hutan bakau terus bertambah luas, bahkan mungkin dapat habis karena faktor-faktor alam seperti [[abrasi]]. Demikian pula munculnya zona-zona tak selalu dapat diperkirakan. |
|||
Di wilayah-wilayah yang sesuai, hutan mangrove ini dapat tumbuh meluas mencapai ketebalan 4 [[kilometer|km]] atau lebih; meskipun pada umumnya kurang dari itu. |
|||
== Kekayaan flora == |
|||
Beraneka jenis tumbuhan dijumpai di hutan bakau. Akan tetapi hanya sekitar 54 [[spesies]] dari 20 [[genus|genera]], anggota dari sekitar 16 suku, yang dianggap sebagai jenis-jenis mangrove sejati. Yakni jenis-jenis yang ditemukan hidup terbatas di lingkungan hutan mangrove dan jarang tumbuh di luarnya. |
|||
Dari jenis-jenis itu, sekitar 39 jenisnya ditemukan tumbuh di Indonesia; menjadikan hutan bakau Indonesia sebagai yang paling kaya jenis di lingkungan [[Samudera Hindia]] dan [[Pasifik]]. Total jenis keseluruhan yang telah diketahui, termasuk jenis-jenis mangrove ikutan, adalah 202 spesies |
|||
(Noor dkk, 1999). |
|||
Berikut ini adalah daftar suku dan [[genus]] mangrove sejati, beserta jumlah jenisnya (dimodifikasi dari Tomlinson, 1986). |
|||
=== Penyusun utama === |
|||
{| class=wikitable |
|||
! Suku !! Genus, jumlah spesies |
|||
|- |
|||
| '''[[Acanthaceae]]''' (''syn.'': [[Avicenniaceae]] atau [[Verbenaceae]]) |
|||
| ''[[Avicennia]]'' ([[api-api]]), 9 |
|||
|- |
|||
| '''[[Combretaceae]]''' |
|||
| ''[[Laguncularia]]'', 11; ''[[Lumnitzera]]'' ([[teruntum]]), 2 |
|||
|- |
|||
| '''[[Arecaceae]]''' |
|||
| ''[[Nypa]]'' ([[nipah]]), 1 |
|||
|- |
|||
| '''[[Rhizophoraceae]]''' |
|||
| ''[[Bruguiera]]'' ([[kendeka]]), 6; ''[[Ceriops]]'' ([[tengar]]), 2; ''[[Kandelia]]'' ([[berus-berus]]), 1; ''[[Rhizophora]]'' ([[bakau]]), 8 |
|||
|- |
|||
| '''[[Sonneratiaceae]]''' |
|||
| ''[[Sonneratia]]'' ([[pidada]]), 5 |
|||
|} |
|||
=== Penyusun minor === |
|||
[[Berkas:Acrostichum aureum.jpg|thumb|200px|Paku laut, ''Acrostichum aureum''.]] |
|||
{| class=wikitable |
|||
! Suku !! Genus, jumlah spesies |
|||
|- |
|||
| '''[[Acanthaceae]]''' |
|||
| ''Acanthus'' ([[jeruju]]), 1; ''Bravaisia'', 2 |
|||
|- |
|||
| '''[[Bombacaceae]]''' |
|||
| ''[[Camptostemon]]'', 2 |
|||
|- |
|||
| '''[[Cyperaceae]]''' |
|||
| ''Fimbristylis'' ([[mendong]]), 1 |
|||
|- |
|||
| '''[[Euphorbiaceae]]''' |
|||
| ''Excoecaria'' ([[kayu buta-buta]]), 2 |
|||
|- |
|||
| '''[[Lythraceae]]''' |
|||
| ''Pemphis'' ([[cantigi laut]]), 1 |
|||
|- |
|||
| '''[[Meliaceae]]''' |
|||
| ''Xylocarpus'' ([[nirih]]), 2 |
|||
|- |
|||
| '''[[Myrsinaceae]]''' |
|||
| ''Aegiceras'' ([[kaboa]]), 2 |
|||
|- |
|||
| '''[[Myrtaceae]]''' |
|||
| ''[[Osbornia]]'', 1 |
|||
|- |
|||
| '''[[Pellicieraceae]]''' |
|||
| ''[[Pelliciera]]'', 1 |
|||
|- |
|||
| '''[[Plumbaginaceae]]''' |
|||
| ''[[Aegialitis]]'', 2 |
|||
|- |
|||
| '''[[Pteridaceae]]''' |
|||
| ''Acrostichum'' ([[paku laut]]), 3 |
|||
|- |
|||
| '''[[Rubiaceae]]''' |
|||
| ''[[Scyphiphora]]'', 1 |
|||
|- |
|||
| '''[[Sterculiaceae]]''' |
|||
| ''Heritiera'' ([[dungun]])2, 3 |
|||
|} |
|||
== Artikel terkait == |
|||
[[Margasatwa hutan bakau]]. |
|||
== Rujukan == |
|||
* Anwar, J., S.J. Damanik, N. Hisyam, dan A. Whitten. 1984. ''Ekologi Ekosistem Sumatra''. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta. |
|||
* Noor, Y.R., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. ''Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia''. PKA/WI-IP. Bogor. |
|||
* Tomlinson, P. B., 1986: ''The Botany of Mangroves'', Cambridge University Press. |
|||
== Catatan kaki == |
|||
{{reflist}} |
|||
== Referensi == |
|||
{{refbegin|2}} |
|||
* Saenger, Peter (2002). ''Mangrove Ecology, Silviculture, and Conservation''. Kluwer Academic Publishers, Dordrecht. ISBN 1-4020-0686-1. |
|||
* Hogarth, Peter J. (1999). ''The Biology of Mangroves''. Oxford University Press, Oxford. ISBN 0-19-850222-2. |
|||
* [[Ganapathi Thanikaimoni|Thanikaimoni, Ganapathi]] (1986). ''Mangrove Palynology'' [[UNDP]]/[[UNESCO]] and the [[French Institute of Pondicherry]], ISSN 0073-8336 (E). |
|||
* Tomlinson, Philip B. (1986). ''The Botany of Mangroves''. Cambridge University Press, Cambridge, ISBN 0-521-25567-8. |
|||
* Teas, H. J. (1983). ''Biology and Ecology of Mangroves''. W. Junk Publishers, The Hague. ISBN 90-6193-948-8. |
|||
* Plaziat, J.C., et al. (2001). "History and biogeography of the mangrove ecosystem, based on a critical reassessment of the paleontological record". ''Wetlands Ecology and Management'' 9 (3): pp. 161–179. |
|||
* Sato, Gordon; Riley, Robert; et al. [http://www.bioone.org/perlserv/?request=get-pdf&doi=10.1672%2F0277-5212%282005%29025%5B0776%3AANATGM%5D2.0.CO%3B2 Growing Mangroves With The Potential For Relieving Regional Poverty And Hunger] WETLANDS, Vol. 25, No. 3 – September 2005 |
|||
* Jayatissa, L. P., Dahdouh-Guebas, F. & Koedam, N. (2002). "A review of the floral composition and distribution of mangroves in Sri Lanka". ''Botanical Journal of the Linnean Society'' 138: 29–43. |
|||
* Warne, K. (February 2007). "Forests of the Tide". ''National Geographic'' pp. 132–151 |
|||
*Aaron M. Ellison (2000) "Mangrove Restoration: Do We Know Enough?" Restoration Ecology 8 (3), 219–229 {{doi|10.1046/j.1526-100x.2000.80033.x}} |
|||
*Agrawala, Shardul; Hagestad; Marca; Koshy, Kayathu; Ota, Tomoko; Prasad, Biman; Risbey, James; Smith, Joel; Van Aalst, Maarten. 2003. Development and Climate Change in Fiji: Focus on Coastal Mangroves. Organisation of Economic Co-operation and Development, Paris, Cedex 16, France. |
|||
*Barbier, E.B., Sathirathai, S., 2001. Valuing Mangrove Conservation in Southern Thailand. Contemporary Economic Policy. 19 (2) 109–122. |
|||
*Bosire, J.O., Dahdouh-Guebas, F., Jayatissa, L.P., Koedam, N., Lo Seen, D., Nitto, Di D. 2005. How Effective were Mangroves as a Defense Against the Recent Tsunami? Current Biology Vol. 15 R443-R447. |
|||
*Bowen, Jennifer L., Valiela, Ivan, York, Joanna K. 2001. Mangrove Forests: One of the World's Threatened Major Tropical Environments. Bio Science 51:10, 807–815. |
|||
*Jin-Eong, Ong. 2004. The Ecology of Mangrove Conservation and Management. Hydrobiologia. 295:1-3, 343–351. |
|||
*Glenn, C. R. 2006. "Earth's Endangered Creatures" (Online). Accessed 4/28/2008 at http://earthsendangered.com. |
|||
*Lewis, Roy R. III. 2004. Ecological Engineering for Successful Management and Restoration of Mangrove Forest. Ecological Engineering. 24:4, 403–418. |
|||
* Kuenzer, C., Bluemel A., Gebhardt, S., Vo Quoc, T., and S. Dech. 2011. "[http://www.mdpi.com/2072-4292/3/5/878 Remote Sensing of Mangrove Ecosystems: A Review]". ''Remote Sensing'' 3: 878-928; doi:10.3390/rs3050878 |
|||
*Lucien-Brun H. 1997. Evolution of world shrimp production: Fisheries and aquaculture. World Aquaculture. 28:21–33. |
|||
*Twilley, R. R., V.H. Rivera-Monroy, E. Medina, A. Nyman, J. Foret, T. Mallach, and L. Botero. 2000. Patterns of forest development in mangroves along the San Juan River estuary, Venezuela. Forest Ecology and Management. |
|||
*Murray, M.R., Zisman, S.A., Furley, P.A., Munro, D.M., Gibson, J., Ratter, J., Bridgewater, S., Mity, C.D., and C.J. Place. 2003. "The Mangroves of Belize: Part 1. Distribution, Composition and Classification." ''Forest Ecology and Management'' 174: 265–279 |
|||
*Cherrington, E.A., Hernandez, B.E., Trejos, N.A., Smith, O.A., Anderson, E.R., Flores, A.I., and B.C. Garcia. 2010. "Identification of Threatened and Resilient Mangroves in the Belize Barrier Reef System." Technical report to the World Wildlife Fund. Water Center for the Humid Tropics of Latin America and the Caribbean (CATHALAC) / Regional Visualization & Monitoring System (SERVIR). 28 pp. http://maps.cathalac.org/Downloads/data/bz/bz_mangroves_1980-2010_highres.pdf |
|||
* Vo Quoc, T., Kuenzer, C., Vo Quang, M., Moder, F., and N. Oppelt, 2012. "Review of Valuation Methods for Mangrove Ecosystem Services". ''Journal of Ecological Indicators'', 23: 431-446 |
|||
*Vreugdenhil, D., Meerman, J., Meyrat, A., Gómez, L.D., and D.J. Graham. 2002. "Map of the Ecosystems of Central America: Final Report." World Bank, Washington, DC. 56 pp. |
|||
{{refend}} |
|||
==Bacaan lanjutan== |
|||
* Hamilton, S. (2013) ''[http://www.ingentaconnect.com/content/umrsmas/bullmar/2013/00000089/00000002/art00013?token=005218167846296b7e41225f40384d2c4b414c487046737b49576b34272c5f7b3d6d3f4e4b34ff36e6 Assessing the Role of Commercial Aquaculture in Displacing Mangrove Forest.]'' Bulletin of Marine Science 89(2): 585-601. |
|||
* Spalding, Mark; Kainuma, Mami and Collins, Lorna (2010) ''World Atlas of Mangroves'' Earthscan, London, ISBN 978-1-84407-657-4; 60 maps showing world-wide mangrove distribution |
|||
* Massó i Alemán, S., C. Bourgeois, W. Appeltans, B. Vanhoorne, N. De Hauwere, P. Stoffelen, A. Heaghebaert & F. Dahdouh-Guebas, 2010. ''The ‘Mangrove Reference Database and Herbarium’.'' Plant Ecology and Evolution 143(2): 225-232. |
|||
* Vo Quoc, T., Oppelt, N., Leinenkugel, P. & Kuenzer, C., 2013. ''Remote Sensing in Mapping Mangrove Ecosystems - An Object-based Approach.'' Remote Sensing 5(1): 183-201. |
|||
* Vo Quoc, T., Kuenzer, C., Vo Quang, M., Moder, F. & Oppelt, N., 2012. ''Review of Valuation Methods for Mangrove Ecosystem Services.'' Journal of Ecological Indicators 23: 431-446. |
|||
* Kuenzer, C., Bluemel, A., Gebhardt, S., Vo Quoc, T. & Dech, S., 2011. ''Remote Sensing of Mangrove Ecosystems: A Review.'' Remote Sensing 3(5): 787-928. |
|||
== Pranala luar == |
|||
{{commons|Mangrove}} |
|||
*[http://ocean.si.edu/ocean-life-ecosystems/mangroves/ Mangroves]- At the Smithsonian Ocean Portal |
|||
*[http://www.fish.wa.gov.au/Documents/recreational_fishing/fact_sheets/fact_sheet_mangroves.pdf Fisheries Western Australia - Mangroves Fact Sheet] |
|||
* {{dmoz|Science/Biology/Flora_and_Fauna/Plantae/Magnoliophyta/Magnoliopsida/Rhizophoraceae|Rhizophoraceae}} |
|||
* {{dmoz|Science/Biology/Ecology/Aquatic_Ecology/Marine/Mangrove_Forests|Mangrove forests}} |
|||
*In May 2011, the VOA [[Special English]] service of the [[Voice of America|Voibce Bolfi Mancra]]<nowiki/>v bari o aadac aesgtl laa 1u5a- maignouetWel yphrIo.gram on mangrove forests. A transcript and MP3 of the program, intended for English learners, can be found at [http://www.voanews.com/learningenglish/home/science-technology/Mangrove-forests-Everest-NSF-121499174.html Mangrove Forests Could Be a Big Player in Carbon Trading] |
|||
* {{en}} [http://www.unesco.org/csi/intro/mangrove.htm The story of the UNESCO Mangrove Programme] |
|||
* {{en}} [http://www.panda.org/about_wwf/where_we_work/ecoregions/about/habitat_types/selecting_terrestrial_ecoregions/habitat14.cfm WWF article about the mangrove biome] |
|||
* {{en}} [http://www.kenyanmangroves.com East African Mangroves] |
|||
* {{en}} [http://www.mangrove.at Large mangrove website] |
|||
* {{en}} [http://www.mangroveboard.com www.mangroveboard.com] Mangrove Board |
|||
* [[Balai Mangrove Bali http://www.balaimangrovebali.org|Balai Mangrove Bali]] - Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I, informasi aktivitas pelatihan dan pengelolaan hutan mangrove di wilayah kerja BPHM Wilayah I. |
|||
* {{en}} [http://www.glomis.com Global Mangrove database and Information System (GLOMIS)] |
|||
{{Bioma}}[[Kategori:Mangrove]] |
|||
[[Kategori:Hutan]] |
|||
[[Kategori:Ekosistem bahari]] |
Revisi terkini sejak 30 Juli 2024 16.51
Mengalihkan ke: