Lompat ke isi

Kewajiban Pelayanan Universal: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kudajambul (bicara | kontrib)
Update info
 
(13 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Kewajiban Pelayanan Universal''' yang disingkat KPU/USO ([[bahasa Inggris]]: ''Universal Service Obligation'' / USO) adalah sebuah program yang dijalankan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) yang dilaksanakan oleh Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi (BP3TI).<ref name="prianova" /> Tujuan utama dari penyelenggaraan KPU adalah untuk mengatasi kesenjangan teknologi informasi, mendukung kegiatan perekonomian, memantapkan pertahanan dan keamanan, serta mencerdaskan bangsa melalui teknologi informasi dan komunikasi.<ref name="prianova" />
'''Kewajiban Pelayanan Universal''' atau biasa disingkat menjadi '''KPU''', adalah sebuah program yang dijalankan oleh [[Kementerian Komunikasi dan Informasi]] (Kemkominfo) melalui [[Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi]].<ref name="prianova" /> Tujuan utama dari penyelenggaraan KPU adalah untuk mengatasi kesenjangan teknologi informasi, mendukung kegiatan perekonomian, memantapkan pertahanan dan keamanan, serta mencerdaskan bangsa melalui teknologi informasi dan komunikasi.<ref name="prianova" />


Target program KPU adalah wilayah pelayanan universal yang meliputi daerah terpencil, daerah perbatasan, daerah perintisan, dan daerah yang belum mendapatkan akses atau jaringan telekomunikasi.<ref name="prianova">{{id}} {{cite journal | author = Indra Pratama Prianova (FT UI) | title = Strategi Implementasi Kewajiban Pelayanan Universal | url = http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131668-T%2027605-Strategi%20implementasi-Metodologi.pdf }} </ref> Program ini melibatkan pengusaha dalam peningkatan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia.<ref name="korankompas2">{{cite news | title = Operator Telepon Wajib Sisihkan 0,75 Persen Total Pendapatan untuk Bangun USO (koran Rabu, hal. 14)| publisher = [[Kompas]]| date = 25/08/2004}}</ref>
Target program KPU adalah wilayah pelayanan universal yang meliputi daerah terpencil, daerah perbatasan, daerah perintisan, dan daerah yang belum mendapatkan akses atau jaringan telekomunikasi.<ref name="prianova">{{id}} {{cite journal | author = Indra Pratama Prianova (FT UI) | title = Strategi Implementasi Kewajiban Pelayanan Universal | url = http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131668-T%2027605-Strategi%20implementasi-Metodologi.pdf }}</ref> Program ini melibatkan pengusaha dalam peningkatan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia.<ref name="korankompas2">{{cite news|title = Operator Telepon Wajib Sisihkan 0,75 Persen Total Pendapatan untuk Bangun USO (koran Rabu, hal. 14)|publisher = [[Kompas]]|date = 25/08/2004}}</ref>


==Sejarah==
== Sejarah ==
Program ini berangkat dari inisiatif pemerintah Indonesia agar seluruh desa di berbagai daerah memiliki sambungan telepon di tahun 2005.<ref name="korankompas4" /> Hal ini dimotivasi oleh kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara yang berada di peringkat terakhir untuk pengadaan telepon tetap (''fixed line'') dengan rasio 3,6 per 100 penduduk, dan peringkat sembilan untuk telepon seluler dengan rasio 5,5 per 100
Program ini berangkat dari inisiatif pemerintah Indonesia agar seluruh desa di berbagai daerah memiliki sambungan telepon pada tahun 2005.<ref name="korankompas4" /> Hal ini dimotivasi oleh kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara yang berada di peringkat terakhir untuk pengadaan telepon tetap (''fixed line'') dengan rasio 3,6 per 100 penduduk, dan peringkat sembilan untuk telepon seluler dengan rasio 5,5 per 100
penduduk untuk di wilayah Asia dan Australia.<ref name="korankompas4" /> Cita-cita ini juga telah dideklarasikan oleh International Telecommunication Union (ITU).<ref name="korankompas4" /> Pemerintah pun mulai menerapkan program di tahun 2003 dengan dana sebesar Rp 45 miliar yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).<ref name="korankompas4">{{cite news | title = Semua Desa Terjangkau Telepon Tahun 2005 (koran Jumat, hal. 13)| publisher = [[Kompas]]| date = 19/12/2003}}</ref> Baru lah, di tahun 2004, pemerintah Republik Indonesia (RI) menawarkan proyek pembangunan jaringan telekomunikasi di pedesaan kepada para operator swasta, tetapi belum dijalankan disebabkan kekurangan dana.<ref name="lirneasia" /> Selanjutnya di tahun 2005, para operator swasta dan pmerintah sepakat bahwa dana untuk program KPU diambil dari PNBP operator swasta sebesar 1.25% (sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 7 tahun 2009).<ref name="lirneasia">{{id}} {{cite journal | author = Koesmarihati Sugondo | title = Implementation of USO in Indonesia | url =http://lirneasia.net/wp-content/uploads/2013/10/Universal-service-subsidies-Theory-practice_KS.pdf }} </ref> Sebelum mencapai angka pungutan sebesar 1.25%, para operator telekomunikasi hanya diminta sebesar 0,75% dari pendapatan kotornya (2004).<ref name="korankompas4" /><ref name="korankompas2" /><ref name="korankompas3" /> Namun, pihak Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui hal ini dan memohon untuk peningkatan presentase pungutan sehingga disepakati lah jumlah pungutan sebesar 1,25%.<ref name="korankompas">{{cite news | title = DPR Minta Setoran untuk USO Ditambah (koran Kamis, hal. 18)| publisher = [[Kompas]]| date = 15/09/2005}}</ref> Peningkatan pungutan tersebut merupakan upaya pemerintah untuk menambah anggaran pengembangan infrastruktur telekomunikasi.<ref name="korankompas4">{{cite news | title = Semua Desa Akan Terhubung Jaringan (koran Rabu, hal. 19)| publisher = [[Kompas]]| date = 13/06/2007}}</ref>
penduduk untuk di wilayah Asia dan Australia.<ref name="korankompas4" /> Cita-cita ini juga telah dideklarasikan oleh International Telecommunication Union (ITU).<ref name="korankompas4" /> Pemerintah pun mulai menerapkan program pada tahun 2003 dengan dana sebesar Rp 45 miliar yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).<ref name="korankompas4">{{cite news|title = Semua Desa Terjangkau Telepon Tahun 2005 (koran Jumat, hal. 13)|publisher = [[Kompas]]|date = 19/12/2003}}</ref>


Baru lah, pada tahun 2004, pemerintah Republik Indonesia (RI) menawarkan proyek pembangunan jaringan telekomunikasi di pedesaan kepada para operator swasta, tetapi belum dijalankan disebabkan kekurangan dana.<ref name="lirneasia" /> Alasan pemerintah menarik operator telekomunikasi disebabkan pemerintah tidak lagi menyertakan sektor telekomunikasi ke dalam APBN.<ref name="korankompas5">{{cite news|title = Konsep Robin Hood untuk Pemerataan Sarana Telekomunikasi (koran Selasa, hal. 14)|publisher = [[Kompas]]|date = 31/07/2001}}</ref> Selanjutnya pada tahun 2005, para operator swasta dan pmerintah sepakat bahwa dana untuk program KPU diambil dari PNBP operator swasta sebesar 1.25% (sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 7 tahun 2009).<ref name="lirneasia">{{id}} {{cite journal | author = Koesmarihati Sugondo | title = Implementation of USO in Indonesia | url =http://lirneasia.net/wp-content/uploads/2013/10/Universal-service-subsidies-Theory-practice_KS.pdf }}</ref> Sebelum mencapai angka pungutan sebesar 1.25%, para operator telekomunikasi hanya diminta sebesar 0,75% dari pendapatan kotornya (sesuai PP Nomor 28 Tahun 2005).<ref name="korankompas2" /><ref name="korankompas4" /><ref name="korankompas7">{{cite news|title = Tak Ada Izin Baru Hingga Siste Diubah (koran Jumat, hal. 19)|publisher = [[Kompas]]|date = 12/08/2005}}</ref><ref name="korankompas3" /> Namun, pihak Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui hal ini dan memohon untuk peningkatan presentase pungutan sehingga disepakati lah jumlah pungutan sebesar 1,25%.<ref name="korankompas">{{cite news|title = DPR Minta Setoran untuk USO Ditambah (koran Kamis, hal. 18)|publisher = [[Kompas]]|date = 15/09/2005}}</ref> Peningkatan pungutan tersebut merupakan upaya pemerintah untuk menambah anggaran pengembangan infrastruktur telekomunikasi.<ref name="korankompas11">{{cite news|title = Semua Desa Akan Terhubung Jaringan (koran Rabu, hal. 19)|publisher = [[Kompas]]|date = 13/06/2007}}</ref>
==Agensi==

Untuk menjalankan program KPU, pemerintah membentuk lembaga koordinator atau agensi semi-korporat yang bernama Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) (BTIP) di tahun 2005.<ref name="lirneasia" /> Selanjutnya di tahun 2009, BTIP berganti nama menjadi BP3TI dengan tugas yang tidak hanya membangun fasilitas TIK di pedesaan tapi juga menyediakan layanan telekomunikasi dan jaringan yang murah dan membentuk ekosistem jaringan jalurlebar di Indonesia.<ref name="lirneasia" /> Lembaga ini juga aktif mengumpulkan segala kontribusi yang berasal dari operator swasta.<ref name="lirneasia" />
== Agensi ==
Untuk menjalankan program KPU, pada tahun 2005, pemerintah membentuk Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) untuk membangun fasilitas teknologi informasi dan komunikasi di pedesaan.<ref name="lirneasia" /> Pada tahun 2009, nama BTIP diubah menjadi Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), dengan tugasnya juga diperluas ke penyediaan layanan telekomunikasi dan jaringan yang murah serta membangun ekosistem jaringan pita lebar di Indonesia.<ref name="lirneasia" /> BP3TI juga aktif mengumpulkan segala kontribusi yang berasal dari operator swasta.<ref name="lirneasia" /> Pada tahun 2018, nama BP3TI diubah menjadi [[Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi]].


== Program KPU ==
== Program KPU ==
Program-program KPU meliputi program [[Desa Dering]] (program penyediaan telekomunikasi teleponi), [[Desa Pinter]], [[Pusat Layanan Internet Kecamatan]] (PLIK), [[Proyek MPLIK|Mobile-Pusat Layanan Internet Kecamatan]] (sama dengna PLIK namun berkeliling desa dengan mobil).<ref name="bp3ti" /> Lalu, di tahun 2013, program KPU berkembang menjadi: [[Nusantara Internet Exchange]], [[PLIK Sentra Produktif]], [[Jalin KPU/USO]] (Jasa Akses Layanan Internet berupa WIFI Kabupaten), dan [[Telinfo Tuntas]] (Telekomunikasi dan Informatika di Pulau Terluar dan Perbatasan).<ref name="bp3ti">{{cite news | url= http://bp3ti.kominfo.go.id/id/index.php?categoryid=8&p2_articleid=4 | title= Sosialisasi dan Publikasi KPU/USO | publisher= [[BP3TI]]| date= April 24, 2013 }}</ref>
Program-program KPU meliputi program [[Desa Dering]] (program penyediaan telekomunikasi teleponi), [[Desa Pinter]], [[Pusat Layanan Internet Kecamatan]] (PLIK), [[Proyek MPLIK|Mobile-Pusat Layanan Internet Kecamatan]] (sama dengna PLIK namun berkeliling desa dengan mobil).<ref name="bp3ti" /> Lalu, pada tahun 2013, program KPU berkembang menjadi: [[Nusantara Internet Exchange]], [[PLIK Sentra Produktif]], [[Jalin KPU/USO]] (Jasa Akses Layanan Internet berupa WIFI Kabupaten), dan [[Telinfo Tuntas]] (Telekomunikasi dan Informatika di Pulau Terluar dan Perbatasan).<ref name="bp3ti">{{cite news|url= http://bp3ti.kominfo.go.id/id/index.php?categoryid=8&p2_articleid=4|title= Sosialisasi dan Publikasi KPU/USO|publisher= [[BP3TI]]|date= April 24, 2013|access-date= 2015-01-11|archive-date= 2015-02-05|archive-url= https://web.archive.org/web/20150205112539/http://bp3ti.kominfo.go.id/id/index.php?categoryid=8&p2_articleid=4|dead-url= yes}}</ref>


==Pencapaian==
== Pencapaian ==
Dana USO yang terkumpul selama tahun 2005 mencapai Rp 300 miliar dan Rp 400 miliar di tahun 2006.<ref name="korankompas3" /> Lalu, di tahun 2003 program ini dinilai berhasil membangun sekitar 3.013 sambunga telepon di desa-desa yang tersebar di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Kawasan Indonesia Bagian Timur.<ref name="korankompas3" /> Kemudian di tahun 2004 pemerintah menambah sekitar 2.635 sambungan telepon pada 2.341 desa, hal ini merupakan rencana dari jangka panjang sebanyak 43.000 desa.<ref name="korankompas3">{{cite news | title = Pemerintah Kaji Opsi Pungutan USO 1% (koran Senin, hal. 19)| publisher = [[Kompas]]| date = 24/10/2005}}</ref>
Dana USO yang terkumpul selama tahun 2005 mencapai Rp 300 miliar dan Rp 400 miliar pada tahun 2006.<ref name="korankompas3" /> Lalu, pada tahun 2003 program ini dinilai berhasil membangun sekitar 3.013 sambunga telepon di desa-desa yang tersebar di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Kawasan Indonesia Bagian Timur.<ref name="korankompas3" /> Kemudian pada tahun 2004 pemerintah menambah sekitar 2.635 sambungan telepon pada 2.341 desa, hal ini merupakan rencana dari jangka panjang sebanyak 43.000 desa.<ref name="korankompas3">{{cite news|title = Pemerintah Kaji Opsi Pungutan USO 1% (koran Senin, hal. 19)|publisher = [[Kompas]]|date = 24/10/2005}}</ref>


==Kendala dan tantangan==
== Kendala dan tantangan ==
Kendala dan tantangan program KPU umumnya terjadi dari segi teknis, operasi dan perawatan, pengawasan dan evaluasi, dan sumber daya manusia.<ref name="lirneasia" /> Dari segi teknis, program-program USO terkendala masalah spesifikasi perangkat keras yang tidak mumpuni, daya listrik yang kurang, serta kapasitas pita lebar yang terbatas.<ref name="lirneasia" />
Kendala dan tantangan program KPU umumnya terjadi dari segi teknis, operasi dan perawatan, pengawasan dan evaluasi, dan sumber daya manusia.<ref name="lirneasia" /> Dari segi teknis, program-program USO terkendala masalah spesifikasi perangkat keras yang tidak mumpuni, daya listrik yang kurang, serta kapasitas pita lebar yang terbatas.<ref name="lirneasia" />


Dari segi operasi dan pengawasan masalahnya adalah perawatan yang kurang, lokasi yang sulit dijangkau, kurangnya dukungan dari masyarakat.<ref name="lirneasia" /> Lalu dari segi pengawasan adalah sulitnya menjangkau seluruh poin-poin fasilitas yang tersebar di Indonesia.<ref name="lirneasia" /> Sekalipun terdapat pengawasan, para penanggungjawab tidak bisa menyelesaikan masalah hingga tuntas.<ref name="lirneasia" /> Dari segi agensi, lembaga BP3TI dinilai memiliki kompetensi yang kurang dan birokrasi yang berbelit-belit.<ref name="lirneasia" />
Dari segi operasi dan pengawasan masalahnya adalah perawatan yang kurang, lokasi yang sulit dijangkau, kurangnya dukungan dari masyarakat.<ref name="lirneasia" /> Lalu dari segi pengawasan adalah sulitnya menjangkau seluruh poin-poin fasilitas yang tersebar di Indonesia.<ref name="lirneasia" /> Sekalipun terdapat pengawasan, para penanggungjawab tidak bisa menyelesaikan masalah hingga tuntas.<ref name="lirneasia" /> Dari segi agensi, lembaga BP3TI dinilai memiliki kompetensi yang kurang dan birokrasi yang berbelit-belit.<ref name="lirneasia" />

Masalah lainnya adalah terjadi perselisihan saat terjadi pelelangan tender proyek USO.<ref name="korankompas6" /> Seperti yang dialami oleh salah satu perusahaan telekomunikasi, ACeS melawan panitia penyelenggara tender telepon pedesaan pada tahun 2008.<ref name="korankompas6" /> Kejadian ini cukup memakan waktu dan efisiensi hingga program pun terbengkalai karena proses hukum yang panjang.<ref name="korankompas6">{{cite news|title = Sinergikan USO dengan Internet Pedesaan (koran Rabu, hal. 39)|publisher = [[Kompas]]|date = 16/07/2008}}</ref>
== Rujukan ==
<References />


[[Kategori:Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia]]
[[Kategori:Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia]]
[[Kategori:Kebijakan]]
[[Kategori:Kebijakan]]

==Rujukan==
<References />

Revisi terkini sejak 25 Agustus 2024 12.04

Kewajiban Pelayanan Universal atau biasa disingkat menjadi KPU, adalah sebuah program yang dijalankan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi.[1] Tujuan utama dari penyelenggaraan KPU adalah untuk mengatasi kesenjangan teknologi informasi, mendukung kegiatan perekonomian, memantapkan pertahanan dan keamanan, serta mencerdaskan bangsa melalui teknologi informasi dan komunikasi.[1]

Target program KPU adalah wilayah pelayanan universal yang meliputi daerah terpencil, daerah perbatasan, daerah perintisan, dan daerah yang belum mendapatkan akses atau jaringan telekomunikasi.[1] Program ini melibatkan pengusaha dalam peningkatan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia.[2]

Program ini berangkat dari inisiatif pemerintah Indonesia agar seluruh desa di berbagai daerah memiliki sambungan telepon pada tahun 2005.[3] Hal ini dimotivasi oleh kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara yang berada di peringkat terakhir untuk pengadaan telepon tetap (fixed line) dengan rasio 3,6 per 100 penduduk, dan peringkat sembilan untuk telepon seluler dengan rasio 5,5 per 100 penduduk untuk di wilayah Asia dan Australia.[3] Cita-cita ini juga telah dideklarasikan oleh International Telecommunication Union (ITU).[3] Pemerintah pun mulai menerapkan program pada tahun 2003 dengan dana sebesar Rp 45 miliar yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).[3]

Baru lah, pada tahun 2004, pemerintah Republik Indonesia (RI) menawarkan proyek pembangunan jaringan telekomunikasi di pedesaan kepada para operator swasta, tetapi belum dijalankan disebabkan kekurangan dana.[4] Alasan pemerintah menarik operator telekomunikasi disebabkan pemerintah tidak lagi menyertakan sektor telekomunikasi ke dalam APBN.[5] Selanjutnya pada tahun 2005, para operator swasta dan pmerintah sepakat bahwa dana untuk program KPU diambil dari PNBP operator swasta sebesar 1.25% (sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 7 tahun 2009).[4] Sebelum mencapai angka pungutan sebesar 1.25%, para operator telekomunikasi hanya diminta sebesar 0,75% dari pendapatan kotornya (sesuai PP Nomor 28 Tahun 2005).[2][3][6][7] Namun, pihak Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui hal ini dan memohon untuk peningkatan presentase pungutan sehingga disepakati lah jumlah pungutan sebesar 1,25%.[8] Peningkatan pungutan tersebut merupakan upaya pemerintah untuk menambah anggaran pengembangan infrastruktur telekomunikasi.[9]

Untuk menjalankan program KPU, pada tahun 2005, pemerintah membentuk Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) untuk membangun fasilitas teknologi informasi dan komunikasi di pedesaan.[4] Pada tahun 2009, nama BTIP diubah menjadi Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), dengan tugasnya juga diperluas ke penyediaan layanan telekomunikasi dan jaringan yang murah serta membangun ekosistem jaringan pita lebar di Indonesia.[4] BP3TI juga aktif mengumpulkan segala kontribusi yang berasal dari operator swasta.[4] Pada tahun 2018, nama BP3TI diubah menjadi Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi.

Program KPU

[sunting | sunting sumber]

Program-program KPU meliputi program Desa Dering (program penyediaan telekomunikasi teleponi), Desa Pinter, Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK), Mobile-Pusat Layanan Internet Kecamatan (sama dengna PLIK namun berkeliling desa dengan mobil).[10] Lalu, pada tahun 2013, program KPU berkembang menjadi: Nusantara Internet Exchange, PLIK Sentra Produktif, Jalin KPU/USO (Jasa Akses Layanan Internet berupa WIFI Kabupaten), dan Telinfo Tuntas (Telekomunikasi dan Informatika di Pulau Terluar dan Perbatasan).[10]

Pencapaian

[sunting | sunting sumber]

Dana USO yang terkumpul selama tahun 2005 mencapai Rp 300 miliar dan Rp 400 miliar pada tahun 2006.[7] Lalu, pada tahun 2003 program ini dinilai berhasil membangun sekitar 3.013 sambunga telepon di desa-desa yang tersebar di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Kawasan Indonesia Bagian Timur.[7] Kemudian pada tahun 2004 pemerintah menambah sekitar 2.635 sambungan telepon pada 2.341 desa, hal ini merupakan rencana dari jangka panjang sebanyak 43.000 desa.[7]

Kendala dan tantangan

[sunting | sunting sumber]

Kendala dan tantangan program KPU umumnya terjadi dari segi teknis, operasi dan perawatan, pengawasan dan evaluasi, dan sumber daya manusia.[4] Dari segi teknis, program-program USO terkendala masalah spesifikasi perangkat keras yang tidak mumpuni, daya listrik yang kurang, serta kapasitas pita lebar yang terbatas.[4]

Dari segi operasi dan pengawasan masalahnya adalah perawatan yang kurang, lokasi yang sulit dijangkau, kurangnya dukungan dari masyarakat.[4] Lalu dari segi pengawasan adalah sulitnya menjangkau seluruh poin-poin fasilitas yang tersebar di Indonesia.[4] Sekalipun terdapat pengawasan, para penanggungjawab tidak bisa menyelesaikan masalah hingga tuntas.[4] Dari segi agensi, lembaga BP3TI dinilai memiliki kompetensi yang kurang dan birokrasi yang berbelit-belit.[4]

Masalah lainnya adalah terjadi perselisihan saat terjadi pelelangan tender proyek USO.[11] Seperti yang dialami oleh salah satu perusahaan telekomunikasi, ACeS melawan panitia penyelenggara tender telepon pedesaan pada tahun 2008.[11] Kejadian ini cukup memakan waktu dan efisiensi hingga program pun terbengkalai karena proses hukum yang panjang.[11]

  1. ^ a b c (Indonesia) Indra Pratama Prianova (FT UI). "Strategi Implementasi Kewajiban Pelayanan Universal" (PDF). 
  2. ^ a b "Operator Telepon Wajib Sisihkan 0,75 Persen Total Pendapatan untuk Bangun USO (koran Rabu, hal. 14)". Kompas. 25/08/2004. 
  3. ^ a b c d e "Semua Desa Terjangkau Telepon Tahun 2005 (koran Jumat, hal. 13)". Kompas. 19/12/2003. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k (Indonesia) Koesmarihati Sugondo. "Implementation of USO in Indonesia" (PDF). 
  5. ^ "Konsep Robin Hood untuk Pemerataan Sarana Telekomunikasi (koran Selasa, hal. 14)". Kompas. 31/07/2001. 
  6. ^ "Tak Ada Izin Baru Hingga Siste Diubah (koran Jumat, hal. 19)". Kompas. 12/08/2005. 
  7. ^ a b c d "Pemerintah Kaji Opsi Pungutan USO 1% (koran Senin, hal. 19)". Kompas. 24/10/2005. 
  8. ^ "DPR Minta Setoran untuk USO Ditambah (koran Kamis, hal. 18)". Kompas. 15/09/2005. 
  9. ^ "Semua Desa Akan Terhubung Jaringan (koran Rabu, hal. 19)". Kompas. 13/06/2007. 
  10. ^ a b "Sosialisasi dan Publikasi KPU/USO". BP3TI. April 24, 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-05. Diakses tanggal 2015-01-11. 
  11. ^ a b c "Sinergikan USO dengan Internet Pedesaan (koran Rabu, hal. 39)". Kompas. 16/07/2008.